Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS JURNAL EBN

PENGARUH TERAPI HUMOR DENGAN VIDEO KOMEDI TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER

Di Susun Oleh :
MURI MAHMUDIN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
ANGKATAN XVI NON REGULER
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengaruh Terapi
Humor dengan Video komedi terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien
Hipertensi Primer” sesuai jadwal yang ditentukan.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Dewasa. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang jenis terapi non farmakologis untuk penyakit hipertensi.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Ratna Sari D. M.Kep., Sp. KMB selaku
dosen Keperawatan Dewasa yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya
menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta , 04 Oktober 2022

  Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 2
BAB II ANALISA JURNAL
A. Jurnal Utama 3
B. Jurnal Pendukung 3
C. Analisa PICO (Analisa Jurnal Utama) 3
BAB III TINJAUAN TEORI
A. Konsep Penyakit 4
B. Konsep Intervensi 7
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 8
B. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kehidupan pada era globalisasi banyak sekali mengalami perubahan, dari
pola kehidupan dan pola aktifitas kurang baik yang mengganggu kesehatan, sehingga
dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit baik penyakit menular maupun
penyakit tidak menular, salah satu penyakit tidak menular yang terus meningkat adalah
kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Saat ini hipertensi masih menjadi masalah
kesehatan yang cukup besar untuk diatasi.
Menurut WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa hipertensi menyerang
22% penduduk dunia, dan mencapai 36% angka kejadian di Asia Tenggara. Hipertensi
juga menjadi penyebab kematian dengan angka 23,7% dari total 1,7 juta kematian di
Indonesia tahun 2016. Sementara berdasarkan data dari Survei Indikator Kesehatan
Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 juga menunjukkan kenaikan prevalensi hipertensi pada
penduduk usia ≥18 tahun sebesar 32,4%.
Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial
yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin,penyakit jantung, dan gangguan ginjal. Ada banyak
faktor yang mempengaruhi penyakit hipertensi primer namun secara garis besar dapat
digolongkan menjadi dua faktor yaitu faktor yang dapat dikendalikan dan yang tidak dapat
dikendalikan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan diantaranya adalah usia, ras, genetik,
sedangkan faktor yang dapat dikendalikan meliputi obesitas, lingkungan (stres), rokok,
kopi, dan konsumsi alkohol. Penatalaksanaan hipertensi primer dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologi yang
diberikan adalah obat diuretik dan anti hipertensi, sedangkan terapi non-farmakologi
meliputi adalah modifikasi gaya hidup seperti menurunkan berat badan dalam batas ideal,
memperbanyak makan buah dan sayur, mengurangi makanan berlemak, membatasi asupan
garam, olahraga secara teratur, berhenti merokok dan minum alkohol.
Adapun terapi non farmakologi lainnya adalah terapi komplementer atau alternatif seperti
tehnik relaksasi meliputi tehnik relaksasi nafas dalam, tehnik pijat, dan terapi humor,
kemudian dengan terapi herbal menggunakan bahan tradisional seperti rebusan daun
salam, seledri, jus mentimun dsb. Salah satu terapi komplementer yang dapat diberikan
pada pasien hipertensi adalah terapi humor. Association for Applied and Therapeutic
Humor (AATH) menyatakan bahwa humor dapat dijadikan intervensi terapeutik
menggunakan stimulus-stimulus yang merangsang ekspresi senang. Intervensi ini dapat
meningkatkan kesehatan atau digunakan sebagai pengobatan komplementer penyakit
untuk memfasilitasi penyembuhan atau mengatasi baik fisik, emosional, kognitif, sosial
dan spiritual. Terapi humor dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan, konseling, kerja
sosial, pendidikan, dan relasi bisnis.
Terapi humor merupakan tindakan untuk menstimulasi seseorang untuk tertawa, tindakan
ini mampu merangsang pelepasan opiat endogenous atau yang sering disebut dengan
endorfin. Manfaat endorfin yaitu membuat relaksasi yang berdampak pada pelebaran
pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah, dengan kondisi relaks juga akan
membuat denyut jantung menjadi normal. Terapi humor dilakukan dengan beberapa cara
yaitu dengan melihat film lucu, mendengarkan kelompok lawak, melihat kartun, komik,
karikatur yang lucu serta dan membaca kumpulan cerita lucu.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis jurnal adalah untuk mengetahui pengaruh
terapi humor dengan video komedi terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi primer di Panti Tresna Werdha Natar Lampung Selatan.
BAB II
ANALISA JURNAL

A. Jurnal Utama
1. Judul Jurnal
Pengaruh Terapi Humor dengan Video komedi terhadap Penurunan Tekanan Darah
pada Pasien Hipertensi Primer
2. Peneliti
a. Tri Wijayanto
b. Apri Budianto
c. Irmaya Meilinda Sari
3. Populasi Sampel dan Tekhnik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita hipertensi primer di panti
tresna werdha. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 86 orang Teknik sampel
consecutive sampling.
4. Design Penelitian
Desain penelitian ini adalah jenis quasy experiment semu dengan rancangan pretest–
posttest design.
5. Instrumen yang Digunakan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah alat ukur tekanan darah,
lembar observasi dan video humor.
6. Uji Statistik yang Digunakan
Analisis data yang peneliti gunakan adalah uji Paired T Test

B. Jurnal Pendukung
Jurnal dengan Variable Independen yang sama dan Variable Dependen berbeda
1. Judul : Efektivitas Terapi Humor Terhadap Tingkat Anxiety pada Pasien Penyakit
Kronis.
2. Peneliti : Yulianus Gandeng, Sri Bintari Rahayu, Andreas Tena, Kadek Ayu Erika,
Mulhaeriah
3. Hasil Penelitian : Terapi humor dapat mengurangi tingkat kecemasan pada pasien
dengan penyakit kronis.

C. Analisa PICO
1. Problem
Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia,
hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus
meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-
60 tahun.
2. Intervention
Terapi humor yang diberikan adalah dengan memberikan responden kesempatan untuk
menonton video lucu
3. Comparission
a. Judul Jurnal : Pengaruh Terapi Musik terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi
b. Peneliti : Adho Alif Akbar, Diah Merdekawati , Lisa Anita Sari
c. Hasil Penelitian :
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pemberian terapi musik klasik dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Penurunan tertinggi tekanan
darah pada pemberian terapi musik klasik terjadi sebanyak 21 mmHg. Terapi
musik instrumental dapat menurunkan tekanan darah. Penurunan tertinggi tekanan
darah pada terapi musik instrumental terjadi sebanyak 21/11 mmHg.

4. Outcome
Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum diberikan terapi humor 179,29 dan rata-rata
tekanan darah sistolik setelah diberikan terapi humor 166,43. Sedangkan rata-rata
tekanan darah diastolik sebelum diberikan terapi humor 116,79 dan rata-rata tekanan
darah diastolik setelah diberikan terapi humor 96,79. Beradasarkan hasil penelitian,
maka diketahui bahwa sebelum diberikan terapi humor, rata-rata tekanan darah sistole
pasien adalah 178,93 dan tekanan darah diastole pasien adalah 117,50, sesudah
diberikan terapi humor, rata-rata tekanan darah sistole 131,07, sedangkan rata-rata
tekanan darah diastole sesudah diberikan terapi humor menjadi 87,50.
BAB III
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas maupun
mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang
sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah
yang kembali ke jantung.
Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang sering terjadi
pada lansia, dengan kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, tekanan sistolik 150-155 mmHg
dianggap masih normal pada lansia.
Hipertensi merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler aterosklerosis, gagal
jantung, stroke dan gagal ginjal ditandai dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali
pengukuran atau lebih.

2. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi menjadi hipertensi primer (esensial) dan
hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan hipertensi dimana etiologi
patofisiologinya tidak diketahui. Hipertensi jenis ini tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikontrol. Berdasarkan literatur > 90% pasien dengan hipertensi merupakan
hipertensi primer
Sedangkan sisanya < 10% penderita merupakan hipertensi sekunder yang
disebabkan dari penyakit komorbid atau obat tertentu. Pada kebanyakan kasus,
disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah
penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung
ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan
menaikkan tekanan darah. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka
dengan menghentikan obat yang bersangkutan atau mengobati/mengoreksi kondisi
komorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan
hipertensi sekunder

3. Faktor-faktor Penyebab Hipertensi


Penyebab hipertensi sesuai dengan tipe masing-masing hipertensi, yaitu :
a. Etiologi
Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui, sementara
penyebab sekunder dari hipertensi esensial juga tidak ditemukan. Pada
hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit renivaskuler, gagal ginjal maupun
penyakit lainnya, genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab timbulnya
hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol moderat, merokok,
lingkungan dan gaya hidup.
Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
hiperaldosteronisme, penyakit parenkimal.

b. Faktor Risiko
1) Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengaruh terhadap
hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka semakin tinggi pula resiko
mendapatkan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, hal ini disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh
yang mempengaruhi pembuluh darah, hormon serta jantung
2) Lingkungan/ Stress
Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh terhadap hipertensi.
Hubungan antara stress dengan hipertensi melalui saraf simpatis, dengan
adanya peningkatan aktivitas saraf simpatis akan meningkatkan tekanan
darah secara intermitten
3) Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah kegemukan atau
obesitas. Perenderita obesitas dengan hipertensi memiliki daya pompa
jantung dan sirkulasi volume darah yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan penderita yang memiliki berat badan normal
4) Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasan katekolamin.
Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat menyebabkan peningkatan
denyut jantung, iritabilitas miokardial serta terjadi vasokontriksi yang dapat
meningkatkan tekanan darah.
5) Kopi
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein sebagai anti-
adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi kontraksi otot jantung dan
relaksasi pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah turun dan
memberikan efek rileks) menghambat reseptor untuk berikatan dengan
adenosine sehingga menstimulus sistem saraf simpatis dan menyebabkan
pembuluh darah mengalami konstriksi disusul dengan terjadinya peningkatan
tekanan darah.

4. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala yang timbul pada penderita hipertensi antara lain :
a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan langkah tidak
mantap.
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena peningkatan
tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.
c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.
d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi darah
akibat vasokonstriksi pembuluh darah.
e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi.
f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan aliran
darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh glomerulus.

5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor medulla otak. Rangsangan pusat vasomotor yang dihantarkan
dalam bentuk impuls bergerak menuju ganglia simpatis melalui saraf simpatis. Saraf
simpatis bergerak melanjutkan ke neuron preganglion untuk melepaskan asetilkolin
sehingga merangsang saraf pasca ganglion bergerak ke pembuluh darah untuk
melepaskan norepineprin yang mengakibatkan kontriksi pembuluh darah.
Mekanisme hormonal sama halnya dengan mekanisme saraf yang juga ikut bekerja
mengatur tekanan pembuluh darah.
Mekanisme ini antara lain :
a. Mekanisme vasokonstriktor norepineprin-epineprin
Perangsangan susunan saraf simpatis selain menyebabkan eksitasi pembuluh
darah juga menyebabkan pelepasan norepineprin dan epineprin oleh medulla
adrenal ke dalam darah. Hormon norepineprin dan epineprin yang berada di
dalam sirkulasi darah akan merangsang pembuluh darah untuk vasokonstriksi.
Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
b. Mekanisme vasokonstriktor renin-angiotensin
Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecah plasma menjadi substrat renin
untuk melepaskan angiotensin I, kemudian dirubah menjadi angiotensin II yang
merupakan vasokonstriktor kuat. Peningkatan tekanan darah dapat terjadi selama
hormon ini masih menetap didalam darah.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer memiliki
pengaruh pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan
struktural dan fungsional meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan kemampuan relaksasi otot polos pembuluh darah akan menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah, sehingga menurunkan
kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung
dan peningkatan tahanan perifer.
6. Komplikasi
Komplikasi pada penderita hipertensi menyerang organ-organ vital antar lain :
a. Jantung
Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infark miokard
menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium tidak terpenuhi kemudian
menyebabkan iskemia jantung serta terjadilah infark.
b. Ginjal
Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan kerusakan
progresif sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus menyebabkan aliran
darah ke unit fungsional juga ikut terganggu sehingga tekanan osmotik menurun
kemudian hilangnya kemampuan pemekatan urin yang menimbulkan nokturia.
c. Otak
Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas dari pembuluh
darah di otak, sehingga terjadi stroke. Stroke dapat terjadi apabila terdapat
penebalan pada arteri yang memperdarahi otak, hal ini menyebabkan aliran darah
yang diperdarahi otak berkurang.

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat penting
untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan nonfarmakologis pada
penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan
cara memodifikasi faktor resiko yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal Mempertahankan berat badan yang ideal
sesuai Body Mass Index dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2 .
2) Mengurangi asupan natrium (sodium).
3) Batasi konsumsi alkohol
4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet Kalium menurunkan tekanan darah
dengan cara meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersamaan dengan
urin. Konsumsi buah-buahan setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari
dapat membuat asupan potassium menjadi cukup. Cara mempertahankan
asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500 mg/hari) adalah dengan
konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
5) Menghindari merokok
6) Penurunan stress
7) Aromaterapi (relaksasi)
8) Terapi masase (pijat) Masase atau pijat dilakukan untuk memperlancar aliran
energi dalam tubuh sehingga meminimalisir gangguan hipertensi beserta
komplikasinya, saat semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak
terhalang oleh tegangnya otot maka resiko hipertensi dapat diminimalisir.

b. Penatalaksanaan Faramakologi
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih dalam tubuh
sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat
aktifitas saraf simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa
jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan
pernafasan seperti asma bronkial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi
otot polos pembuluh darah.
5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II
dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering,
pusing, sakit kepala dan lemas.
6) Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis penghambat
reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada reseptor.

7) Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil)

B. Konsep Intervensi

Salah satu terapi komplementer yang dapat diberikan pada pasien hipertensi adalah terapi
humor. Association for Applied and Therapeutic Humor (AATH) menyatakan bahwa
humor dapat dijadikan intervensi terapeutik menggunakan stimulus-stimulus yang
merangsang ekspresi senang. Intervensi ini dapat meningkatkan kesehatan atau
digunakan sebagai pengobatan komplementer penyakit untuk memfasilitasi
penyembuhan atau mengatasi baik fisik, emosional, kognitif, sosial dan spiritual. Terapi
humor dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan, konseling, kerja sosial, pendidikan,
dan relasi bisnis.
Terapi humor merupakan tindakan untuk menstimulasi seseorang untuk tertawa, tindakan
ini mampu merangsang pelepasan opiat endogenous atau yang sering disebut dengan
endorfin. Manfaat endorfin yaitu membuat relaksasi yang berdampak pada pelebaran
pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah, dengan kondisi relaks juga akan
membuat denyut jantung menjadi normal. Terapi humor dilakukan dengan beberapa cara
yaitu dengan melihat film lucu, mendengarkan kelompok lawak, melihat kartun, komik,
karikatur yang lucu serta dan membaca kumpulan cerita lucu.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang tersirat dalam Jurnal, maka dapat disimpulkan bahwa terapi
humor dapat berpengaruh pada turunnya tekanan darah pada pasien dengan hipertensi
primer. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum diberikan
terapi humor 179,29 dan rata-rata tekanan darah sistolik setelah diberikan terapi humor
166,43. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum diberikan terapi humor
116,79 dan rata-rata tekanan darah diastolik setelah diberikan terapi humor 96,79.
Beradasarkan hasil penelitian, maka diketahui bahwa sebelum diberikan terapi humor,
rata-rata tekanan darah sistole pasien adalah 178,93 dan tekanan darah diastole pasien
adalah 117,50, sesudah diberikan terapi humor, rata-rata tekanan darah sistole 131,07,
sedangkan rata-rata tekanan darah diastole sesudah diberikan terapi humor menjadi
87,50.

B. Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan pada teman sejawat perawat agar dapat memahami dan mengetahui terapi
non farmakologis dalam penanganan pasien dan dalam asuhan keperawatan yang
dilakukan. Sebagai contoh dalam jurnal yang dianalisis adalah terapi humor untuk
menurunkan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi primer.

2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan agar memperbanyak referensi/sumber ilmiah, salah satunya
jurnal Kesehatan, agar dapat menambah wawasan seputar asuhan keperawatan dan isu
terkini seputar dunia kesehatan.
DAFTAR PUSTKA

Wijayanto, Tri., Budianto, Apri., & Sari, Irmaya Meilinda. 2022. Pengaruh Terapi Humor
Dengan Video Komedi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Primer. Healthcare Nursing Journal – Vol. 4 No. I Hal. 168-178.
https://journal.umtas.ac.id/index.php/healthcare.

Gandeng, yulianus., Rahayu, Sri Bintari., Tena, Andreas, Erika, Kadek Ayu., & Malhaeriah.
2022. Efektivitas Terapi Humor Terhadap Tingkat Anxiety Pada Pasien Penyakit
Kronis: A Systemic Review. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Vol. 2 No. 5 e-ISSN
2621-2978. https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj

Akbar, Adho Alif., Merdekawati, diah., & Sari, Lisa Anita. 2022. Pengaruh Terapi Musik
Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi. Journal Ilmiah Ilmu Keperawatan dan
Ilmu Kesehatan Masyarakat (Surya Medika) vol. 17 No. 02 Hal. 75-81.

Anda mungkin juga menyukai