Anda di halaman 1dari 32

EVIDENCE BASED NURSING (EBN)

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK ZAITUN


TERHADAP PENURUNAN RUAM POPOK PADA ANAK

Disusun Oleh :
1. ANISA 21221123
2. ANNISA STATIRA 21221128
3. EVELYN LOSUNG 21221124
4. FIFIN HARTIWI 21221126
5. LEANY APRILIA 21221120
6. M. TAUFIK ATMADJA 21221122
7. RIFA MUSTIKA 21221125
8. WAHYU EDY YUWANGGA 21221129
9. WENi WIJAYANTI 21221121

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
JAKARTA 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas Analisa Jurnal EBN tentang “Pengaruh Pemberian Minyak
Zaitun Terhadap Penurunan Ruam Popok Pada Anak” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata Kuliah
Program Profesi Ners Keperawatan Anak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Analisa Jurnal EBN terapi komplementer ruam popok pada
anak.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns.Ricca Olivia, S.Kep, M.Kep. yang telah
membimbing kami dalam penyelesaian tugas ini. Serta kepada semua pihak yang telah
berbagi pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Januari 2023

Kelompok

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................................ 3
C. Manfaat...................................................................................................................... 3
BAB II ANALISA DATA.........................................................................................................4
A. Jurnal Utama..............................................................................................................4
B. Jurnal Pendukung.......................................................................................................4
C. Analisa Pico............................................................................................................... 7
BAB III TINJAUAN TEORI..................................................................................................... 9
A. Definisi Diaper Rash.................................................................................................9
B. Klasifikasi Diaper Rash.............................................................................................9
C. Mekanisme Pemberian Minyak Zaitun terhadap Ruam Popok............................... 17
D. Kerangka Teori........................................................................................................ 18

BAB IV ANALISA RUANGAN.............................................................................................19


A. Analisa Ruangan......................................................................................................19
BAB V KESIMPULAN...........................................................................................................21
A. Kesimpulan...................................................................................................................21
B. Saran.............................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUHAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentan mengalami perubahan baik
perkembangan dan pertumbuhannya, dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/toddler (1-
2,5 tahun), prasekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (6-11 tahun), hingga usia remaja (11-17
tahun) (Yuriati & Noviandani, 2017). Sedangkan menurut Udang-undang nomor 23 tahun
2002 pasal 1 menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan
belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Pada masa anak ini rentan mengalami berbagai masalah penyakit terutama diusia bayi. Bayi
sangat sensitive terhadap apapun yang ada di lingkungan sekitarnya (Ullya, Widyawati, &
Armalina, 2018). Karena pada kelahiran pertama, bayi baru beradaptasi terhadap semua
kondisi lingkungan sekitarnya, sehingga belum terbiasa dengan keadaan yang dapat
menyerang kondisi tubuhnya terutama masalah kulit, semua bayi memiliki kulit yang sangat
sensitive pada bulan pertama, kondisi kulit pada bayi yang relatif lebih tipis menyebabkan
bayi lebih rentan terhadap infeksi, iritasi, dan alergi. Salah satu masalah yang sering terjadi
pada kulit bayi dan anak adalah diaper dermatitis/diaper rash atau sering disebut dengan ruam
popok (Meliyana & Hikmalia, 2017).

Ruam popok dikaitkan dengan popok basah atau jarang diganti, diare, makanan baru, dan
antibiotik. Gejala utama adalah ruam merah di bokong. Pada kasus yang parah, gejala seperti
demam dan ruam meluas dapat terjadi. Sebagian besar ruam mulai membaik setelah
perawatan rumah selama beberapa hari dengan salep dijual bebas serta lebih sering
mengganti popok. Jika tidak ada perbaikan, atau jika demam dan ruam berkembangRuam
popok (diaper rash, napkin dermatitis, nappy rash) atau diaper dermatitis secara umum
digunakan untuk mendiskripsikan beberapa kerusakan dan peradangan kulit pada daerah
sekitar popok (diaper).

Laporan mengenai insidensi dan umur terjadinya serangan sangat bervariasi, berhubungan
dengan perbedaan penggunaan diaper, toilet training, kebersihan, dan usia anak. Prevalensi
ruam popok pada bayi berkisar antara 7–35% dan dapat terjadi pada awal usia satu minggu
(Horii & Prossick, 2019). Insiden meningkat tiga kali lipat pada kejadian diare (Mersch &

4
Shiel, 2018). Di Indonesia laporan mengenai angka kejadian ruam popok khususnya pada
bayi baru lahir yang akurat belum tersedia.

Terdapat banyak faktor yang berisiko terhadap kejadian ruam popok. Visscher (2019)
menyebutkan faktor-faktor tersebut diantaranya adalah meningkatnya hidrasi kulit, kontak
dengan iritan kulit (urin, feses, enzim dalam feses, garam empedu), gesekan mekanik (kulit
dengan kulit, popok dengan kulit), pH kulit, status gizi dan diet (komposisi fekal), usia
kehamilan, penggunaan terapi antibiotik, adanya diare dan kondisi medis.

Ruam popok sering membuat bayi tidak nyaman. Rasa gatal, perih, risih dan kadang terasa
sakit menyebabkan bayi gelisah dan rewel. Pengetahuan tentang faktor-faktor risiko ruam
popok diperlukan untuk dapat meminimalkan atau menangani masalah ruam popok.

Ruam popok tahap awal biasanya masih berupa kemerahan samar atau titik-titik merah.
Namun apabila ruam popok sudah berupa benjolan yang menyebar ke bagian tubuh lain
disertai dengan cairan atau kerak berwarna kekuningan, artinya sudah semakin parah dan
membutuhkan tindakan ekstra.

Ruam popok bisa disebabkan oleh berbagai hal, tetapi umumnya terjadi akibat paparan urine
dan tinja yang terkumpul di dalam popok. Ruam popok juga dapat terjadi akibat popok yang
terlalu ketat, infeksi bakteri, atau penyakit kulit, seperti dermatitis seboroik atau dermatitis
atopik.

Minyak zaitun kerap digunakan untuk melembapkan kulit bayi, membantu mengobati ruam

popok dan eksim, dan sebagai minyak untuk memijat bayi. Sesuai namanya, minyak zaitun

berasal dari buah pohon zaitun. berupa lemak asam,vitamin yang bermanfaat untuk

antioksidan alami dan membantu menjaga struktur sel dan membranene sel sebagai akibat

kerusakan karena radikal bebas. VitaminE berfungsi sebagai pelindung dari kerusakan bagi

sel darah merah yang berperaan dalam pengangkutan oksigen untuk semua jaringan

tubuh.VitaminE bermanfaat untuk mempersingkat luka agar cepat sembuh,mencegah proses

penuaan dini, menjaga kulit tetap lembab dan menambah elastisitas kulit

(Andriani,Fatmawati,& Fajriyah,2015).

4
Jumlah pasien ruang Aster tahun 2021-2022 berjumlah 2067 pasien dengan jumlah BOR rata
– rata 87 %. Berdasarkan survei tersebut data yang ada mencatat angka 90% anak yang
menggunakan diapers disertai dengan ruam popok. Berdasarkan data tersebut secara
farmakologi lebih efektif dibanding dengan metode non farmakologi, namun metode
farmakologi lebih mahal, dan berpotensi mempunyai efek samping yang kurang baik.
Sedangkan metode non farmakologi lebih murah, simpel, efektif dan tanpa efek yang
merugikan dan dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan, karena orangtua dapat ikut
serta dalam penanganan pemberian non farmakologis terhadap ruam popok pada anak.

B. Tujuan
Memberikan data pada para praktisi keperawatan berdasarkan bukti ilmiah agar dapat
menerapkan asuhan pemberian minyak zaitun pada anak yang mengalami ruam popok
secara efektif dengan menggunakan hasil penelitian yang terbaik terutama pada proses
asuhan keperawatan anak di Rumah Sakit Pertamina Balikpapan khususnya di ruang
perawatan anak.

C. Manfaat
Manfaat bagi praktisi keperawatan yaitu dapat melakukan intervensi kepada anak yang
mengalami ruam popok yang ingin

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan EBN ini diharapakan dapat menambah ilmu
pengetahuan dan pengembangan ilmu mengenai ilmu asuhan keperawatan
khususnya di Ruang Aster Rumah Sakit Pertamina Balikpapan
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan kegiatan EBN ini diharapkan dapat:
a. Mengembangkan pelayanan pemberian asuhan keperawatan di ruang Aster
b. Meningkatkan pelayanan untuk keperawatan anak di ruang Aster
c. Mendapatkan pelayanan dan penangganan di Rumah Sakit Pertamina
Balikpapan.
d. Mempererat hubungan antara perawat dan anak

4
B. Manfaat
1. Bagi keluarga pasien
Sebagai terapi untuk meningkatkan pengetahuan dan penanganan ruam popok pada
anak.
2. Rumah Sakit
Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan intervensi keperawatan anak.
3. Bagi institusi Pendidikan
Sebagai bahan evaluasi pendidikan untukmeningkatkan mutu Pendidikan, khususnya
di bidang perawatan anak

4
BAB II
ANALISA JURNAL

A. Jurnal Utama
1. Judul Artikel
Comparison The Effects Of Topical Application Of Olive And Calendula Ointments
On Children's Diaper Dermatitis: A Triple-Blind Randomized Clinical Trial

2. Peneliti
Zahra Sharifi-Heris, Leila Amiri Farahani, Hamid Haghani tahun 2018

3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan hasil uji Mann-Whitney U, tidak ditemukan perbedaan
yang signifikan secara statistik antara kelompok dalam meningkatkan ruam popok
pada hari ke 0, 3, 5, dan 7 intervensi (p > 0,05)

4. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada populasi 73 anak di bawah usia 2 tahun dengan ruam
popok yang tidak terinfeksi sebelumnya, dirujuk ke pusat kesehatan anak di Tabriz,
Iran. Anak-anak diberi minyak zaitun dengan total sample 37 anak dan salep calendula
dengan total sample 37 anak menggunakan metode blok acak dengan rasio 2:2.
Didapatkan hasil , bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pemberian minyak
zaitun dan calendula yaitu, dua-duanya memiliki pengaruh yang sama dengan hasil p
value <0.05.

B. Jurnal Pendukung
1. Artikel Pendukung Pertama
a. Judul Artikel
Efektivitas Pemberian Minyak Zaitun Terhadap Ruam Popok Pada Balita Usia 0-36
Bulan

b. Peneliti

4
Septian Mixrova Sebayang, Elyani Sembiring tahun 2020

c. Metode Penelitian
Data dinilai menggunakan mean dan standar deviasi sebagai parametric tests dengan
membandingkan nilai DDSIS sebelum dan sesudah intervensi pemberian minyak
zaitun. Tes normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dan uji statistic
paired t-test digunakan untuk menentukan adanya efek pemberian minyak zaitun
terhadap ruam popok. Karakteristik bayi dan balita dapat ditunjukkkan Kebanyakan
responden berjenis kelamin laki-laki (65.7%), tidak mempunyai riwayat diare
(68.6%), tidak mempunyai riwayat ruam popok (54.3%), lokasi ruam di area gluteal
(54.3%), dan rata-rata usia balita adalah 17 bulan.

d. Hasil Penelitian
hasil uji paired t-test didapatkan hasil p-value=0.000, dimana mengindikasi kan
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok pre-test dan posttest terhadap
ruam popok pada bayi dan balita usia 0 sampai 36 bulan dengan penilaian Diaper
Dermatitis Severity Index Score yang mana mean pada kelompok pretest (4.46 SD =
1.19) lebih besar daripada mean kelompok post-test (2.14 SD = 0.84). ini dapat
disimpulkan bahwa nilai DDSIS lebih baik pada post-test dibandingkan pada saat pre-
test. Penelitian ini mengkonfirmasi sejumlah penelitian dan mengindikasikan bahwa
pemberian minyak zaitun mempunyai efek yang baik terhadap ruam popok.

2. Artikel Jurnal Pendukung ke Dua


1. Judul Artikel
Pengaruh Pemberian Minyak Zaitun Terhadap Derajat Ruam Popok Pada Anak Diare
Pengguna Diapers Usia 0-36 Bulan Di RSUD Ungaran Semarang

2. Peneliti
Maretha Vega Jelita, Sri Hartini Mardi Asih, Ulfa Nurulita tahun 2018

3. Metode Penelitian

4
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy eksperiment.
Pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling dengan populasi sebanyak 33
responden untuk setiap kelompok.

4. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian pada anak diare pengguna diapers usia 0-36 bulan yang
dapat dilihat pada hasil tabel 5.6 menjelaskan bahwa pada sebelum terapi diperoleh
mean (1,79) dan sesudah terapi diperoleh mean (1,50) dengan didapatkan P value pada
uji Wilcoxon Test 0,011 (<0,05) yang artinya ada pengaruh pemberian minyak zaitun
terhadap derajat ruam popok pada anak diare pegguna diapers usia 0-36 bulan.Dasar
pengambilan keputusan ini adalah jika p value kurang dari 0,05 maka Ha diterima yaitu
ada pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat

5. Artikel Jurnal Pendukung ke Tiga


a. Judul Artikel
Efektivitas Pemberian Minyak Kelapa dan Minyak Zaitun Terhadap Ruam Popok
Pada Bayi

b. Peneliti
Lisa Putri Utami Damanik, Leli Marlina, Lusiatun, Magdalena Barus, Siska Suci
Triana Ginting tahun 2022

c. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan case control
study. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang yang terdiri dari 15
sampel dengan minyak zaitun sedangkan 15 sampel dengan minyak kelapa.
Penelitian ini dilakukan di Klinik Patumbak Kecamatan Patumbak tahun 2021.
Analisis data menggunakan uji statistik Mann-Whitney.

d. Hasil Penelitian
Hasil uji analisis bivariate dengan Mann-Whitney didapatkan hasil nilai rata-rata
dengan olesan minyak kelapa yaki sebanyak (11,50) dari 15 sampel dan dengan
olesan minyak zaitun yakni sebanyak (19,50) dengan sum of ranks pada olesan
minyak kelapa yakni sebanyak (172,50) dan olesan minyak zaitun yakni sebanyak

4
(292,50). Berdasarkan hasil dari uji Mann-Whitney didapat pvalue 0,004, karena p
value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara penggunaan minyak zaitun dan minyak kelapa untuk mengatasi ruam popok
pada bayi di Klinik Patumbak Kecamatan Patumbak Tahun 2021.

C. Analisa Pico
1. Problem
Penelitian ini mempergunakan adalah Mann–Whitney U test dimana responden pada
penelitian ini menggunakan balita usia ibawah 2 dimana dalam penelitian ini diperlukan
dukungan tinggi dari pihak keluarga khusunya orangtua agar penelitian ini dapat
berjalan dengan baik dan maksimal

2. Intervention
Penelitian ini dilakukan pada 73 anak di bawah usia 2 tahun dengan ruam popok yang
tidak terinfeksi sebelumnya, dirujuk ke pusat kesehatan anak di Tabriz, Iran. Anak-anak
diberi minyak zaitun dengan total sample 37 anak dan sminyak calendula dengan total
sample 37 anak menggunakan metode blok acak dengan rasio 2:2. Didapatkan hasil ,
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pemberian minyak zaitun dan calendula
yaitu, dua-duanya memiliki pengaruh yang sama dengan hasil p value <0.05. penelitian
inin dilakukan selama 7 hari selama 2x sehari yaitu pagi dan sore hari. Perbedaan antara
aplikasi topikal minyak zaitun 1,5% dan minyak Calendula 1,5% dinilai menggunakan
uji chi kuadrat pada data nominal dan ordinal dan menggunakan uji-t sampel
independen untuk data kuantitatif. Skor ruam popok dari baseline adalah data ordinal.
Ini dianalisis dengan melakukan uji Mann-Whitney U untuk membandingkan kelompok
pada setiap waktu rujukan. Kami menghitung perbandingan dengan uji peringkat
bertanda Wilcoxon ketika p < 0,05 dalam analisis varians.

3. Comparation
Diaper rash merupakan masalah kulit yang seringkali kita temukan pada kulit yang
tertutup diapers dan sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Daerah kulit yang
seringkali terjadi ruam dikarenakan diapers yaitu sekitar bokong dan kemaluan, diaper
rash juga diakibatkan oleh jamur dan bakteri (Meliyana & Hikmalia, 2017). Umumnya
diaper rash disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang tua terhadap kebersihan
bayi dan anak, yang tidak pernah mengganti diapers bayi ketika urin atau feses bayi

4
sudah penuh dan terlalu lama. Dampak yang timbul akibat diaper rash yaitu timbulnya
bintik-bintik merah, kemerahan, lecet, iritasi kulit, rasa tidak nyaman yang
menyebabkan bayi akan menjadi rewel,
Penelitian ini membandingkan efektivitas salep minyak zaitun dan calendula secara
topikal pada diaper dermatitis (DD) anak. Uji klinis ini dilakukan pada 73 anak sehat di
bawah usia 2 tahun dengan ruam popok yang tidak parah dan tidak terinfeksi, dirujuk
ke pusat kesehatan anak di Tabriz, Iran.
Penelitian pembanding yang berjudul Hubungan Penggunaan Bedak Tabur pada Area
Genetalia Bayi Usia 0-9 Bulan Terhadap Kejadian Diaper Rash di PMB Fadilah Desa
Bulukagung Madura, Hubungan penggunaan bedak tabur pada area genetalia bayi usia
0-9 bulan terhadap kejadian diaper rash, didapat bahwa dari 23 bayi yang mengalami
diaper rash dan diberikan bedak tabur pada area genetalia 15 (80%) bayi yaitu sebagian
besar mengalami kejadian diaper rash berat. Hasil analisa statistik dengan uji chi
square, diperoleh hasil ρ = 0.000 dengan taraf 0,05 yang berarti ρ=0,000 <0,05 maka
ada hubungan penggunaan bedak tabur pada area genetalia bayi usia 0-9 bulan terhadap
kejadian diaper rash. Kesimpulan : Adanya hubungan penggunaan bedak tabur pada
area genetalia bayi usia 0-9 bulan terhadap kejadian diaper rash di PMB Fadilah Desa
Bulukagung Madura, yaitu bedak tabor dapat mengakibatkan ruam popok dan membuat
ruam popok lebih parah karena bedak yang terletak dilipatan paha akan bercampur
keringat yang dapat mengakibatkan tumbuhnya bakteri (Cahyu, 2015).

4. Out Come
Uji klinis ini acak subjek penelitian ini adalah anak-anak dengan ruam popok yang
dirujuk ke pusat kesehatan anak di Tabriz, Iran dari tanggal 1 Mei hingga akhir Juli
2017. Metode pengambilan sampel adalah acak sederhana dan dilakukan sampai
diperoleh jumlah subjek yang dibutuhkan.
Uji klinis ini dilakukan pada 73 anak sehat di bawah usia 2 tahun dengan ruam popok
yang tidak parah dan tidak terinfeksi, dirujuk ke pusat kesehatan anak di Tabriz, Iran.
Anak-anak diberi minyak zaitun 1,5% (n = 37) dan minyak calendula 1,5% (n = 39)
menggunakan metode blok acak dengan rasio 2:2. Keparahan ruam popok pada kedua
kelompok diukur dan dibandingkan pada skala enam poin pada hari 0 (sebelum
intervensi) dan 3, 5, dan 7 setelah intervensi. Temuan mengungkapkan tidak ada
perbedaan statistik yang signifikan antara kelompok minyak zaitun dan calendula
dalam hal tingkat keparahan ruam popok pada hari ketiga, kelima dan ketujuh.

4
Keduanya memiliki pengaruh yang sama dalam penyembuhan ruam popok pada anak
yaitu sebesar 1.5% dengan nilai p value<0.05 yang artinya ada pengaruh yang cukup
signifikan pemberian minyak zaitun dan minyak calendula terhadap ruam popk pada
anak.

BAB III
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Diaper Rash


Diaper rash atau diapers dermatitis atau ruam popok adalah iritasi kulit yang
meliputi area diapers yaitu daerah lipatan paha, perut bawah, paha atas pantat,
dan area genital (Jennifa et al., 2018).
Diaper rash adalah kelainan kulit (ruam kulit) yang timbul akibat radang pada
daerah yang tertutup diapers, yaitu kemaluan, sekitar dubur, bokong, lipat
paha, dan perut bagian bawah. Penyakit ini sering terjadi pada bayi dan anak
balita yang menggunakan diapers, biasanya pada usia kurang dari 3 tahun,
paling banyak pada usia 9 sampai 12 bulan (Apriza, 2017).
Diaper rash merupakan masalah kulit pada daerah yang tertutup diapers yang
sering dialami oleh bayi atau anak-anak. Biasanya daerah pada kulit yang
sering terjadi ruam karena diapers yaitu bokong dan kemaluan (Setianingsih &
Hasanah, 2017).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa diaper rash merupakan gangguan kulit yang
dialami oleh bayi dan anak-anak terjadi akibat iritasi yang dipengaruhi oleh
faktor fisik, kimiawi, enzimatik, biogenik dan sering kita jumpai pada bagian
alat kelamin, bokong, lipatan paha, perut bagian bawah, sekitar dubur.

B. Klasifikasi Diaper Rash


Klasifikasi diaper rash menurut Meliyana & Hikmalia (2017) dibagi menjadi 3
derajat yaitu :

4
Gambar 2.1 Klasifikasi Diapers Rash (Meliyana & Hikmalia, 2017).

4
1. Derajat I (Ringan)
a. Terjadi kemerahan samar-samar pada daerah diapers.
b. Terjadi kemerahan kecil pada daerah diapers.
c. Kulit mengalami sedikit kekeringan.
d. Terjadi benjolan (papula) sedikit.

2. Derajat II (Sedang)
a. Terjadi kemerahan samar-samar pada daerah diapers yang lebih besar.
b. Terjadi kemerahan pada daerah diapers dengan luas yang kecil.
c. Terjadi kemerahan yang intens pada daerah sangat kecil.
d. Terjadi benjolan (papula) dan tersebar.
e. Kulit mengalami kekeringan skala sedang.

3. Derajat III (Berat)


a. Terjadi kemerahan pada daerah yang lebih besar.
b. Terjadi kemerahan yang intens pada daerah yang lebih besar.
c. Kulit mengalami pengelupasan.
d. Banyak terjadi benjolan (papula) dan tiap benjolan terdapat cairan (pustula).
e. Kemungkinan terjadi edema (pembengkakan).

4. Manifestasi Diaper Rash


Menurut Meliyana & Hikmalia (2017) tanda dan gejala dari diaper rash yaitu:
a. Gejala yang dapat dilihat pada diaper rash oleh kontak dengan iritan yaitu kemerahan
yang meluas dan berkilat, seperti luka bakar, timbul bintik-bintik merah, lecet atau luka
seperti bersisik, basah dan bengkak pada daerah yang paling lama kontak dengan
diapers, seperti pada bagian dalam dan lipatan paha.
b. Gejala yang terlihat akibat gesekan yang berulang pada tepi diapers, yaitu
bercak kemerahan membentuk garis tepi batas diapers pada paha dan perut.
c. Gejala diaper rash disebabkan oleh jamur ditandai dengan bercak atau bintik
kemerahan berwarna merah terang, basah dengan lecet-lecet pada selaput
lendir dan kulit sekitar anus, dan terdapat lesi di sekitarnya.

d. Anatomi Fisiologi Kulit


a) Anatomi kulit

Gambar 2.2 Anatomi Kulit (Devi, 2017).


Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk
sentuhan, panas, dingin, sakit dan tekanan. Reseptor untuk rasa sakit
ujungnya menjorok masuk epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya
berada pada dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk
rangsangan, sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak dekat dengan
epidermis. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam,
misalnya kulit dan otot (Devi, 2017).
Kulit adalah suatu organ yang membungkus seluruh permukaan tubuh,
merupakan organ terbesar dari tubuh manusia. Pada orang dewasa, luas kulit yang
menutupi sekitar dua meter dengan berat 4,5-5 kg. Tebal kulit bervariasi dari 0.5
mm yang terdapat pada kelopak mata sampai 4.0 mm yang terdapat pada tumit.
Secara struktural kulit terdiri dari dua lapisan yaitu, epidermis yang terletak pada
superfisial dan terdiri atas jaringan epithelia, serta dermis yang terletak lebih
dalam dan terdiri dari jaringan penunjang tebal (Devi, 2017).
Epidermis terdiri dari lima lapisan, diantaranya:
a. Stratum korneum
Merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel yang mati, tidak memiliki inti sel
dan mengandung banyak keratin. Pada lapisan ini akan mengelupas secara
terus menerus dan digantikan oleh sel-sel dari lapisan kulit yang lebih dalam
(Devi, 2017).
b. Stratum lusidium
Merupakan lapisan yang hanya terdapat pada daerah tertentu seperti ujung jari,
telapak tangan, telapak kaki. Pada lapisan ini banyak mengandung keratin
(Devi, 2017).
c. Stratum granulosum
Merupakan lapisan dengan ciri-ciri berbentuk polygonal gepeng yang memiliki
inti di tengah dan terdapat sitoplasma yang mengandung grenula kretohialin
yang mengandung protein kaya akan histidin. Pada lapisan ini terdapat sel
langerhans (Devi, 2017).
d. Stratum spinosum
Merupakan lapisan yang mengandung berkas-berkas filament yang dinamakan
tonofibril. Filamen-filamen tersebut dianggap memiliki peranan penting untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Pada lapisan
ini terdapat sel langerhans (Devi, 2017).
e. Stratum Basalis
Merupakan lapisan terbawah dari epidermis. Sel-sel keratinosit membentuk bagian
utama dari stratum basal. Pada lapisan ini terjadi mitosis atau pembelahan sel yang
menghasilkan sel-sel baru dan bergeser ke atas akhirnya membentuk sel tanduk
(Devi, 2017).
Dermis merupakan jaringan yang tersusun atas jaringan ikat kuat yang
mengandung serat kolagen dan elastis. Jaringan serat tersebut dapat meregang
kuat. Sel-sel utama yang terdapat pada dermis adalah fibroblast, sedikit makrofag,
dan adiposit. Pada lapisan dermis juga terdapat pembuluh darah, saraf, kelenjar,
dan folikel rambut (Devi, 2017).
Berdasarkan struktur jaringan dermis terbagi menjadi pars papiler dan pars
retikuler. Pars papiler tersusun atas jaringan ikat longgar dengan serat kolagen
tipis dan serat elastis halus, serta terdapat reseptor taktir yang disebut kospuskel
meissner dan ujung saraf bebas yang sensitive terhadap sentuhan. Sedangkan pars
retikuler tersusun dari fibroblast, kolagen, dan serat elastis. Sel-sel adipose,
folikel rambut, saraf, kelenjar sudorifera, dan kelenjar sebasea terdapat pada
serat-serat tersebut. Kolagen dan elastis pada pars retikularis memberikan
kekuatan, ekstensibilitas pada kulit (Devi, 2017).
Hypodermis atau juga disebut dengan jaringan subkutis merupakan suatu lapisan
jaringan ikat longgar tempat melekatnya kulit. Pada lapisan ini terdapat sebagian
besar sel adipose (Devi, 2017).

1. Fisiologi kulit
a. Termoregulasi
Kulit memiliki fungsi termoregulasi melalui dua mekanisme, yaitu dengan
mengeluarkan keringat melalui permukan kulit dan mengatur aliran darah yang terdapat
pada dermis. Pada saat kenaikan suhu akan terjadi peningkatan produksi keringat, proses
penguapan akan menurunkan temperature tubuh. Selain itu, pembuluh darah akan
berdilatasi dan aliran darah lebih banyak melalui dermis sehingga meningkatkan
pengeluaran panas dari tubuh. Sedangkan pada suhu menurun, pembuluh darah akan
berkontriksi sehingga menurunkan panas dari tubuh, dan produksi keringat akan
menurun membantu dalam penyimpanan panas (Devi, 2017).
a. Proteksi
Kulit memiliki fungsi sebagai pelindung, diantaranya terdapat keratin yang
melindungi jaringan di bawah mikroba, paparan zat kimia, panas, dan abrasi.
Selanjutnya ada lipid yang berfungsi sebagai penghambat penguapan air dari
permukaan kulit agar tidak dehidrasi, selain itu berfungsi mencegah air
melintasi permukaan kulit selama mandi atau berenang. Minyak yang
dihasilkan oleh kelenjar sebasea berfungsi untuk menjaga kulit dan rambut
agar tidak kering, dan terdapat zat bakterisida yang dapat membunuh bakteri.
Terdapat pigmen melanin yang berfungsi melindungi kulit dari sinar
ultraviolet (Devi, 2017).
b. Ekskresi dan Absorbsi
Kulit memiliki fungsi ekskresi yaitu mengeluarkan zat yang tidak berguna
dari dalam tubuh. Kulit terdapat kelenjar keringat yang berfungsi
mengekskresikan keringat yang mengandung garam, karbondioksida, amonia,
dan urea. Selain itu, mengeluarkan keringan yang berperan dalam
termoregulasi. Sebum yang terdapat di dalam kulit juga berfungsi untuk
melindungi kulit karena berfungsi menjaga kulit agar tetap kering. Selain
fungsi ekskresi, kulit memiliki fungsi absorbsi yaitu menyerap zat dari
lingkungan luar menuju sel tubuh. Zat yang dapat terserap hanya zat yang
dapat larut dalam lemak, yaitu vitama A, D, E, K, serta karbondioksida dan
oksigen. Selain itu, zat yang bersifat toksik atau beracun dapat terabsorbsi
oleh kulit. Fungsi absorbsi pada kulit memungkinkan obat yang digunakan
secara topical dapat masuk sampai lapisan dermis (Devi, 2017).
c. Sintesis Vitamin D
Kulit berfungsi sebagai tempat sintesis vitamin D, ini terjadi ketika ada sinar
ultraviolet (UV) dari matahari dengan mengaktifkan prekusor 7 dihidroksi
kolesterol. Enzim hati dan ginjal memodifikasi prekusor dan menghasilkan
calcitriol, yaitu hormone berperan dalam mengabsorbsi kalsium makanan dari
saluran cerna ke pembuluh darah (Devi, 2017).
d. Persepsi
Di dalam kulit terdapat banyak ujung-ujung saraf sensorik yang mampu
mendeteksi sensasi seperti rangsangan panas yang diperankan oleh badan-
badan ruffini, rangsangan dingin diperankan oleh badan-badan krause,
rangsangan
berupa rabaan yang diperankan oleh badan taktil meissner, dan terhadap tekanan
diperankan oleh badan paccini (Devi, 2017).

e. Etiologi Diaper Rash


Menurut Serdaroğlu & Üstünbaş (2010) ada beberapa faktor penyebab
terjadinya diapers rash, Faktor yang paling penting yaitu diakibatkan
basahnya area diapers yang terlalu penuh dan gesekan yang mengakibatkan
fungsi penghalang kulit dihancurkan dan penetrasi iritasi menjadi lebih
mudah, kemudian urin dan feses karena peran feses sebagai enzim (protease,
lipase) yang terdegradasi urea ammonia lalu pH feses meningkat dan
mengakibatkan iritasi kulit, infeksi jamur dan bakter, salah satunya candida
albicans mungkin diisolasi hingga 80% pada bayi sehingga mengakibatkan
perineum iritasi kulit. Infeksi umumnya terjadi 48-72 jam setelah iritasi.
Penggunaan antibiotik spectrum luas pada bayi untuk kondisi seperti otitis
media dan infeksi saluran pernafasan terbukti menyebabkan peningkatan
insiden dari dermatitis iritan serbet, lalu dari faktor gizi karena diaper rash
biasanya ditandai pertama dari diet yang kurang biotin dan zinc, diaper rash
juga dapat disebabkan oleh bahan kimia yang biasanya digunakan sehari-hari
seperti sabun, deterjen, dan antiseptik yang dapat memicu atau meningkatkan
dermatitis kontak iritasi primer. Alergi bahan diapers dan gangguan pada
kelenjar keringat yang tertutup diapers, kurangnya menjaga faktor
kelembaban, dan hygiene. Diapers terlalu lama dan tidak segera diganti
setelah BAK dan BAB.

f. Patofisiologi Diaper Rash


Diaper rash adalah gambaran suatu dermatitis kontak, iritasi atau sering
dikenal dengan Dermatitis Diapers Iritan Primer (DPIP). Infeksi sekunder
akibat dari mikroorganisme seperti candida albicans sering timbul setelah 72
jam terjadinya diaper rash. Candida albicans adalah mikroorganisme
tersering yang kita jumpai pada daerah diapers .

Penggunaan diapers berhubungan dengan peningkatan yang signifikan pada


hidrasi dan pH kulit. Pada keadaan hidrasi yang berlebihan, permeabilitas
kulit
akan meningkat terhadap iritan, meningkatnya koefisien gesekan sehingga
mudah terjadi abrasi dan merupakan kondisi yang cocok untuk pertumbuhan
mikroorganisme sehingga mudah terjadi infeksi.
Pada pH yang lebih tinggi, enzim feses yang dihasilkan oleh bakteri pada
saluran cerna dapat mengiritasi kulit secara langsung dan dapat meningkatkan
kepekaan kulit terhadap bahan iritan lainnya, superhydration urease enzyme
yang terdapat pada stratum korneum melepas amoniak dari bakteri kutaneus.
Urease mempunyai efek iritasi yang ringan pada kulit yang tidak intak. Lipase
dan protoase pada feses, yang bercampur dengan urin akan menghasilkan lebih
banyak amoniak dan meningkatkan pH kulit.
Amoniak bukan merupakan bahan iritan yang turut berperan dalam patogenesis
diaper rash. Pada observasi klinis menunjukkan bayi dengan diaper rash tidak
tercium aroma amoniak yang kuat. Feses bayi yang diberikan ASI mempunyai
pH yang rendah dan tidak rentan terkena diaper rash. Gesekan akibat gerakan
menyebabkan kulit terluka dan mudah terjadi iritasi sehingga terjadi resiko
inflamasi atau resiko infeksi, kemudian pada luka iritasi pada kulit dapat
memunculkan diagnosis keperawatan kerusakan integritas kulit, dari luka iritasi
menimbulkan rasa gatal dan panas pada bokong ataupun kemaluan hal ini
memunculkan masalah keperawatan gangguan rasa nyaman (Yuriati &
Noviandani, 2017).

g. Penatalaksanaan Diaper Rash


Penatalaksanaan yang dapat dilakukan jika anak terkena diaper rash yaitu:
Bila anak telah mengalami diaper rash, daerah tersebut tidak boleh terkena air
dan harus tetap dibiarkan terbuka supaya kulit tidak begitu lembab, untuk
membersihkannya bisa menggunakan kapas halus yang mengandung minyak,
sedangkan bila anak BAB dan BAK harus segera membersihkan dan
mengeringkannya, pastikan posisi tidur anak yang nyaman agar tidak terlalu
menekan kulit atau daerah yang terkena iritasi, usahakan memberikan makanan
yang nutrisinya seimbang karena dengan memberikan makanan yang seimbang
dapat mempengaruhi kadar asam pada feses yang dikeluarkan anak, selalu
pertahankan kebersihan pakai an dan alat-alat yang digunakan sebab terjadinya
diaper rash bisa saja diakibatkan oleh bakteri atau kuman yang menempel pada
pakaian dan alat yang sering digunakan, dan cara membersihkan pakaian atau
celana yang terkena air kencing harus direndam dengan air yang dicampur
acidum borium karena manfaat acidum borium sebagai antiseptik dan antibakteri
kemudian dibersihkan dan tidak boleh dibilas dengan sabun cuci langsung
dikarenakan diaper rash pada anak disebabkan oleh alergi sabun cuci tersebut
jadi sebaiknya dibilas dengan air bersih lalu dikeringkan (Nurbaeti, 2017)

3. Mekanisme Pemberian Minyak zaitun terhadap Ruam Popok


Kandungan vitamin dan asam lemak yang ada pada minyak zaitun dapat digunakan

untuk merawat kulit guna mencegah kejadian kerusakan kulit

(Andriani,Fatmawati,&Fajriyah,2015). Memberikan olesan minyak zaitun dapat

merawat kulit sebagai usaha untuk mencegah kulit yang rusak, dikarenakan

kandungan yang ada pada minyak zaitun berupa lemak asam,vitamin yang

bermanfaat untuk antioksidan alami dan membantu menjaga struktur sel dan

membranene sel sebagai akibat kerusakan karena radikal bebas. VitaminE berfungsi

sebagai pelindung dari kerusakan bagi sel darah merah yang berperaan dalam

pengangkutan oksigen untuk semua jaringan tubuh.VitaminE bermanfaat untuk

mempersingkat luka agar cepat sembuh,mencegah proses penuaan dini, menjaga

kulit tetap lembab dan menambah elastisitas kulit (Andriani,Fatmawati,&

Fajriyah,2015).
5. Cara Membuat Minyak Zaitu Rumahan

a. Bahan Dan Peralatan :

a) Buah zaitun matang (4-5 kg untuk 1 liter minyak)

b) Minyak zaitun berukuran kecil

c) Botol dan ember

d) Corong (untuk mentransfer minyak)

e) Alat pers minyak

b. Cara Membuat Minyak Zaitun Skala Rumahan :

a) Metode Ekstraksi. Pisahkan

ranting dan daunnya jika

ada, dan cuci buah dengan

benar dengan air.

b) Tempatkan zaitun di pers

minyak dan biarkan proses

ekstraksi berlangsung.

c) Minyak akan dikumpulkan di ember yang dimaksudkan untuk pengumpulan.

d) Pindahkan minyak dalam botol menggunakan corong untuk menghindari

pemborosan.

e) Gabus botol dan simpan di tempat yang sejuk, jauh dari sinar matahari.

f) Metode ini cocok untuk mengekstraksi minyak di rumah karena melibatkan

lebih sedikit tenaga kerja.. Minyak yang diperoleh dari zaitun sangat

bermanfaat. Anda dapat menggunakannya sebagai pelembab atau menuai

manfaat kesehatannya dengan menggunakannya sebagai minyak goreng

untuk menggoreng, menumis atau untuk memasak makanan sehat. Jadi

sekarang setelah Anda tahu cara membuat minyak zaitun, latihlah beberapa
kali untuk mendapatkan hasil yang sempurna, dan nikmati minyak zaitun

buatan Anda.

6. Prosedur Pemberian Minyak Zaitun Untuk Mengurangi Ruam Popok

1. Minyak Zaitun ini digunakan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan sore

setelah mandi.

2. Pemberian dilakukan dengan cara dioleskan pada daerah yang terkena ruam popok

secara tipis-tipis saja selama 3 hari pengobatan.

3. Pengolesan menggunakan jari dan diwajibkan untuk mencuci tangan telebih

dahulu sebelum melakukan pengolesan.

4. Setelah dioleskan biarkan mongering pada daerah ruam popok.

5. Tetap menjaga kebersihan perianal bayi dan melakukan pencegahan dengan

gunakan bayi popok yang sesuai ukuran, segera mengganti popok dirasa sudah penuh

atau saat bayi buang air besar, bersihkan dengan lembut daerah popok atau bilas

dengan air mengalir sehingga tidak perlu menggosok

6. Penggunaan minyak zaitun digunakan untuk masalah ruam popok.


2.2 KerangkaTeori
Ruam popok merupakan suatu reaksi inflamasi kulit akibat Factor peranan

urin, feses, gesekan, kelembaban kulit yang tinggi Bahan iritan kimiawi,

penggunaan popok yang tidak baik dan tidak tepat, dan adanya infeksi bakteri

atau jamur (Thiers dalam Ulya dkk, 2018).Kandungan vitamin dan asam

lemak yang ada pada minyak zaitun dapat digunakan untuk merawat kulit

guna mencegah kejadian kerusakan kulit (Andriani, Fatmawati,&

Fajriyah,2015).

Bayi menggunakan
Popok

Lama Standart

Lembab Gesekan

Bakteri Iritasi
`
Ruam Popok sebelum
Pemberia nminyak
zaitun
Asam lemak
Minyak Zaitun

VitaminE
Ruam Popok sesudah
Pemberian minyak
Zaitun 1.Pelindung dari kerusakan
Bagi sel darah merah

2.Menjaga kulit tetap


lembab
3.Menambah elastisitas kulit
Gambar2.1
Kerangka Teori Pengaruh Minyak Zaitun terhadap Ruam Popok

BAB IV
ANALISA
RUANGAN

A. Analisa Ruangan
Rumah Sakit Pertamina Balikpapan memiliki jumlah tenaga perawat ruang Aster
sebanyak 24 tenaga perawatdengan latar belakang pendidikan D3 keperawatan sebanyak
6 perawat , S1 sebanyak 14 perawat, dan profesi Nurse sebanyak 14 perawat. Jumlah
tempat tidur di ruang Aster berjumlah 21 tempat tidur yang terdiri dari kelas1,2, dan
ruang VIP. Jumlah pasien ruang dahlia tahun 2021-2022 berjumlah 2067 pasien dengan
jumlah BOR rata – rata 87 %.

Efektifitas pemberian minyak zaitun terhadap ruam popok pada anak yang dirawat di
ruang Aster Rumah Sakit Pertamina Balikpapan. Adapun pendekatan analisis situasi pada
program inovasi ini menggunaan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities,
Threats) sebagai berikut:
a) Strength (Kekuatan)
Kekuatan dalam program inovasi yang akan dilaksanakan di RS Pertamina
Balikpapan antara lain :
1. RS. Pertamina Balikpapan mendukung kegiatan EBN
2. RS. Pertamina Balikpapan memberikan kesempatan bagi mahasiswa Ners STIKes
Pertamedika untuk melakukan pemaparan terhadap ilmu-ilmu yang dapat
diterapkan di Rumah Sakit
3. Jumlah Perawat di Ruang Aster sebanyak 24 orang dengan lulusan SI
Keperawatan 4 orang, Profesi Nurse sebanyak 14 orang dan D3 Keperawatan
sebanyak 6 orang.
4. Pemberian minyak zaitun dapat dilakukan secara mandiri oleh orangtua atau
pendamping pasien untuk mengurangi ruam popok pada anak
5. Terapi ini tidak memerlukan banyak biaya
6. Tekhnik ini tidak sulit dalam persiapan alat yang dibutuhkan
7. Manfaat dari therapy ini sudah dapat dilihat setelah beberapa hari dari pemberian
minyak zaitun pada ruam popok
8. Tindakan ini memberi manfaat yang besar untuk mengurangi ruam popok pada
anak

b) Weakness (Kelemahan)
1. Therapi ini memerlukan bantuan dari orangtua atau pendamping pasien
2. Banyak orang yang belum mengetahui efetifitas pemberian minyak zaitun
untuk mengurangi ruam popok
3. Banyak orang hanya mengaplikasikannya di rumah sakit setelah diberi edukasi
oleh perawat

c) Opportunities (Peluang)
1. Peluang yang bisa diperoleh bila diaplikasikan disetiap rumah sakit, puskesmas,
dan pelayanan kesehatan masalah ibu dan anak.
2. Mudah dalam pengaplikasiannya di ruang perawatan aster
3. RSPB mendukung terkait usulan baru yang diberikan berdasarkan
penelitian terbaru umtuk meningkatkan kualitas layanan

d) Threats (Ancaman)
1. Banyaknya Rumah Sakit lain yang juga sedang merenovasi untuk
meningkatkan kualitas layannnya
2. Bangunan Rumah Sakit yang lama dan sedang direnovasi sehinga
mengurangi kenyamanan pasien selama berobat maupun ketika dirawat
3. Masih seringnya penggunaan salep topical ketika anak mengalami ruam popok
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Diaper rash atau diapers dermatitis atau ruam popok adalah iritasi kulit yang
meliputi area diapers yaitu daerah lipatan paha, perut bawah, paha atas pantat, dan
area genital (Jennifa et al., 2018).

Memberikan olesan minyak zaitun dapat merawat kulit sebagai usaha untuk
mencegah kulit yang rusak, dikarenakan kandungan yang ada pada minyak zaitun
berupa lemak asam,vitamin yang bermanfaat untuk antioksidan alami dan
membantu menjaga struktur sel dan membranene sel sebagai akibat kerusakan
karena radikal bebas. VitaminE berfungsi sebagai pelindung dari kerusakan bagi
sel darah merah yang berperaan dalam pengangkutan oksigen untuk semua
jaringan tubuh.VitaminE bermanfaat untuk mempersingkat luka agar cepat
sembuh,mencegah proses penuaan dini, menjaga kulit tetap lembab dan menambah
elastisitas kulit (Andriani,Fatmawati,& Fajriyah,2015).

B. Saran
Setiap upaya innovasi yang dilakukan dalam memberikan pelayanan dengan tujuan
meningkatkan pelayanan, asuhan dan kepuasan dari pasien harus terus ditingkatkan
melalui penerapan EBN. Karena melalui penerapan EBN pelayanan dan asuhan yang
diberikan memiliki dasar ilmiah yang kuat.
Salah satu upaya meningkatkan layannan keperawatan di ruang aster dengan memberikan
olesan minyak zaitun pada ruam popok anak. Perlu dibuat agenda rutin pelaksanaan
seminar EBN untuk semua tenaga kesehatan di Rumah Sakit Pertamina Balikpapan
sehingga semua hasil penelitian terkini di bidang kesehatan dapat diterapkan di Rumah
Sakit Pertamina Balikpapan.
DAFTAR PUSTAKA

Andriani,A.,Fatmawati,&Fajriyah,N.N.(2015).Efektivitas Minyak zaitun Untuk Pencegahan


Kerusakan Kulit pada Pasien Kusta.Jurnal Ilmu Kesehatan,7(1)

Apriza.(2017).PengaruhPemberianMinyakzaitun(OliveOil)Terhadap Ruam Popok Pada Bayi


Di RSUDBangkinang Tahun 2016.

Cahyati,Idriansari,& Kusumaningrum.2015.PengaruhVirginMinyak zaitun Terhadap Ruam


Popok Pada Bayi.JurnalKeperawatan UniversitasSriwijaya

Firmansyah,Sudarman.(2019).Pengaruh pemberian virgin minyak zaitun terhadap ruam


popok pada bayi.CelebesHealthJurnal,Vol.1No.1.

Hapsari,danAini,(2019).Olesan minyak zaitun Mengurangi Derajat Ruam Popok pada anak 0-


24 bulan. Jurnal sains kebidanan Vol.1No.1 November2019. Poltekkes Kemenkes Semarang

Hurdoyal,S.D.,Pandamikum,L.(2015).A studytoinvestigatethe prevalence of Nappy rash


among infants and toddlers aged 0 to 36 months old ina Tropical country.
AustinofJournalDermatology,2(2),1-3.

Kusumaningrum.(2015).Hubungan Sikap Orang Tua Dan Tindakan Pencegahan Dengan


Kejadian Diaper Dermatitis PadaNeonatus. Jurnal Program Studi Di Kebidanan Stikes
Muhammadiyah Lamongan.

Maryunani,(2016).Managemenkebidananterlengkap.Jakarta:CV.Trans Info.Media.

Meliyana,E.,&Hikmalia,N.(2017).PengaruhPemberianMinyakzaitun TerhadapKejadianRuam
PopokPadaBayi.JurnalIlmiah,2(1), 10–22. Retrieved from
htp://jurnalilmiah.stikescitradelima.ac.id/index.php/JI/article/view/ 12

Merril,L.(2015).Prevevntion,treatment and parent educational for dermatitis.Clinical Nursing


Education
Nasiri,Morteza&Fayazi,S.etal.(2015).The effect of topical olive oil on the healing of
footulcerin patients with type 2 diabetes: Adouble-blind randomized clinica ltrial study in
Iran. Journal of Diabetesand 37 Metabolic
Disorders,14(1),1–10.htps://doi.org/10.1186/s40200- 015-0167-9

NurdiantiniI,PrastiwiS,NurmaningsariT.(2017).Perbedaan Efek Penggunaan


PovidoneIodine10% dengan Minyak zaitun terhadap Penyembuhan Luka
Robek(LaceratedWound).NursingNews.(2)1: 511-523.
Permatadkk,(2020).Gambaran perawatan perineal pada bayi dengan diaper rash di PMB Santi
Rahayu Jabung Kabupaten Malang. Urnal Pendidikan Kesehatan,Volume9, NO.2, Oktober
2020:131–144. PoltekkesKemenkesMalang

RukiyahdanYulianti,(2014).AsuahanKebidananKehamilan:Jakarta,CV. TransInfoMedia

Rustiyaningsih, Yeni Rustina, Tuti Nuraini. (2018). Faktor yang berhubungandenganruam


popokpadabayibarulahir.JPPNI Vol.03/No.02/Agustus-November/2018.Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta

Setianingsih,Y.A.,&Hasanah,I.(2017).Pengaruh Minyak zaitun (OliveOil) Terhadap


Penyembuhan Ruam Popok Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Desa Sukobanah Kabupaten
Sampang Madura, 1,22–27. Retrieved fromhtps://stikes-surabaya.e-
journal.id/infokes/article/view/11/9

Ulyadkk(2018).Hubungan antara pengetahuan dan perilaku ibu dalam Pemakaian Disposable


Diapers pada Batita Dengan Kejadian Ruam Popok. Jurnal kedokteran
diponegoro.Volume7,Nomor2,Mei2018.Universitas Diponegoro

UtamiER.(2017),Antibiotika, Resistensi, Dan Rasionalitas Terapi.Fakultas Sainsdan.


Tekhnologi UIN Maliki.Malang

Umaya.(2017).Penerapan Perawatan Luka Dengan Menggunakan Madu Dan Minyak Zaitun.


Ilmu Keperawatan,1,1–7.Retrieved from htp://www.albayan.ae

Yuriati,P.,&Noviandani,R.(2017).Hubungan Pengetahuan Orang Tua Dan Tindakan


Pencegahan Dengan Kejadian Diaper Rush(Ruam Popok) Di Wilayah Kerja Puskesmas
MekarBaru Tahun 2017.Jurnal Cakrawala Kesehatan, VI(1), 39–47. Retrieved from
htp://ejurnal.anugerahbintan.ac.id/index.php/jcn/article/view/204/ 150

Anda mungkin juga menyukai