Anda di halaman 1dari 14

EVIDENCE BASEDPRACTICE MASALAH PELAYANAN

KEGAWATDARURATAN

Disusun Oleh:
Dwiky Saputra 202143009

Frasiscus Gada Prabu Ageng 202143016

Maria Aviani Aristi 202143056

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER DAN RPL

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal jantung kongestif adalah ketika salah satu atau dua bagian jantung tidak
mampu memompa darah keluar, maka akan mengakibatkan gangguan aliran
darah yang menyebabkan pembendungan darah dalam jantung sehingga akan
muncul tanda dan gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru
(Waladani, 2019).
Sebagian besar kondisi gagal jantung dimulai dengan kegagalan ventrikel kiri
dan dapat berkembang menjadi kegagalan kedua ventrikel. Hal ini terjadi karena
kedua ventrikel jantung ini hadir sebagai dua sistem pompa jantung yang berbeda
fungsi satu sama lain (Ignatavisius & Workman, 2010).
Gagal Jantung Kongestif merupakan salah Satu penyakit kardiovaskular yang
terus meningkat insiden (frekuensi penderita baru) dan prevalensinya (frekuensi
penderita lama dan baru). Penyakit Gagal jantung merupakan masalah kesehatan
yang terus berkembang di dunia. Walaupun terjadi kemajuan teknologi dalam
pendiagnosaan dan penatalaksanaanya, gagal jantung mengalami peningkatan
secara konsisten. Di Amerika Serikat didapatkan sekitar 5,7 juta orang yang
menderita gagal jantung, 670.000 kasus baru didiagnosa setiap tahunnya (Bruno,
2019).
Kematian yang disebabkan oleh penyakit gagal jantung pada umumnya termasuk
masih tinggi didunia. Menurut World Health Organisation (WHO) tahun 2016,
menyebutkan bahwa pada tahun 2008, dikatakan 17,5 juta orang meninggal
akibat penyakit kardiovaskular yang mewakili dari 31% kematian di 2 dunia.
Sedangkan dinegara-negara berkembang didapatkan kasus sejumlah 400.000
sempai 700.000 per tahun (Maharani, 2017).
Dibanding Amerika dan Eropa yang dengan tampilan klinis lebih berat , pasien
gagal jantung di Indonesia relatif lebih muda. Penyakit jantung dan pembuluh
darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun
berkembang, termasuk di Indonesia (Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), 2015). Lebih dari 3 juta kematian terjadi
sebelum umur 60 tahun. Kematian dini terjadi berkisar 4% di negara
berpenghasilan tinggi, dan 42% terjadi di negara yang berpenghasilan rendah
yang disebabkan oleh penyakit jantung. Diperkirakan peningkatan kematian
akibat dari penyakit jantung akan terus terjadi hingga mencapai 23,3 juta ditahun
2030 (Kemenkes RI, 2015).
Penyakit jantung merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia
(Kemenkes RI, 2019). Salah satu penyebab utama kematian yang disebabkan
oleh penyakit kardiovaskuler menurut AHA tahun 2021, adalah Congestive
Heart Failure (CHF) sebesar 9,6% (Virani et al., 2021).
Penderita CHF sebesar 30 juta jiwa di dunia, dimana 60% nya berada di Asia
(Dewan et.al, 2019). Indonesia menduduki peringkat tertinggi kematian akibat
CHF di Asia dengan jumlah penderita 371 ribu jiwa (Aurita dan Hudiyawati,
2019). Jawa Tengah menduduki peringkat ketiga jumlah penderita gagal jantung
terbanyak di Indonesia. Prevalensi CHF tertinggi pada usia 65 – 74 tahun (0,5 %)
dengan angka kematian 45 % – 50 % (Aune et.al, 2019).
Masalah yang sering terjadi pada pasien CHF adalah nyeri dada dan sesak nafas.
Nyeri dada pada pasien CHF seringkali disebabkan karena penurunan suplai
oksigen ke miokardium yang menyebabkan kematian sel jantung, sedangkan
sesak nafas yang dialami pasien CHF disebabkan oleh kelainan struktur dan
fungsi jantung yang mengakibatkan kerusakan fungsi ventrikel untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dan oksigen ke jaringan tubuh (Sulastini et.al, 2018).
Congestive Heart Failure (CHF) atau sering disebut juga dengan gagal jantung
kongestif merupakan suatu kondisi fisiologis ketika jantung tidak mampu
memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Gejala klinis yang muncul pada gagal jantung kongestif antara lain dispnea.
Dengan menggunakan posisi semi fowler yaitu dengan menggunakan gaya
grafitasi untuk membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari
visceral abdomen pada diafragma sehingga diafragma dapat terangkat dan paru
akan berkembang secara maksimal dan volume tidal paru akan terpenuhi
(Wulandari, Kiki Maya, 2020).
Hasil posttest pasien CHF di IGD RS Roemani Semarang setelah diberikan
posisi semi fowler 45° selama 30 menit, pada responden pertama didapatkan
hasil RR 27 x/menit dengan SPO2 94%. pada responden kedua didapatkan hasil
RR 25 x/menit dan SPO2 96%. Kesimpulan dalam penerapan ini bahwa ada
kenaikan nilai saturasi oksigen pada pasien 1 sebelum diberikan RR 30 x/menit
dan SPO2 92%, sesudah diberikan menjadi RR 27 x/menit dan SPO2 94%. Pada
pasien 2 sebelum diberikan RR 28 x/menit dan SPO2 94%, sesudah diberikan
menjadi RR 25 x/menit dan SPO2 96%.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana penatalaksanaan masalah pelayanan kegawatdaruratan ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat mempraktikkan kembali pelayanan kegawatdaruratan

1.3.2 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami terkait dengan masalah pelayanan


kegawatdaruratan
BAB II

ANALISI JURNAL DENGAN PICO

Judul Jurnal Efektivitas Pemberian Posisi Semi Fowler Dan Posisi Fowler Terhad
ap Saturasi Oksigen Pada Pasien Gagal Jantung Di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin.

Tahun
2022

Penulis
Rosana Aprilia1, Hanura Aprilia, Solikin, Sukarlan

Populasi
Sampel penelitian berjumlah 25 responden terdiri atas 15 sampel unt
uk yang mendapatkan intervensi Posisi Semi fowler dengan rentang
waktu 10-15 menit sesuai dengan keadaan pasien, dan 10 sampel ya
ng mendapatkan Posisi Fowler yang menjalani perawatan di ruang
IGD RSUD Ulin Banjarmasin.

Problem Penurunan curah jantung menyebabkan Peningkatan End-Diastolic


Pressure (EDP) ventrikel kiri (preload) dan tekanan vena pulmonali
s karena darah kembali dalam sirkulasi pulmonal. Penyebab dari me
kanisme ini adalah terjadinya dispnea hebat yang memicu terjadinya
hipoksemia.
Intervention Posisi semi fowler dan posisi fowler dapat meningkatkan pengemba
ngan paru dan menurunkan resiko terjadinya hipoksemua

Dilakukan pengukuran saturasi oksigen antara fowler dan semi fowl


Comparison
er sebelum dan sesudah pemberian intervensi dan dilakukan observa
si peningkatan maupun penurunan saturasi oksigen pada pasien deng
an CHF fi IGD Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin.

Outcome
Pengukuran saturasi oksigen menggunakan posisi fowler dan semi fo
wler sebelum dan sesudah pemberian intervensi untuk menilai penin
gkatan saturasi oksigen pada pasien CHF menggunakan 2 intervensi
tersebut.

Rata-rata saturasi oksigen sebelum diberi posisi semi fowler adalah


95,40% dan terjadi peningkatan saturasi oksigen sesudah diberi posi
si semi fowler adalah 98,20% pada pasien gagal jantung. Rata- rata s
aturasi oksigen sebelum diberi posisi fowler adalah 95,27% dan terja
di peningkatan saturasi oksigen sesudah diberi posisi fowler adalah 9
6,87% pada pasien gagal jantung. Ada perbedaan saturasi oksigen ya
ng signifikan antara kelompok yang diberikan posisi semi fowler da
n kelompok yang diberikan posisi fowler ρ value = 0,002 ≤ α = 0,05.
Rata-rata selisih perubahan saturasi oksigen pada kelompok posisi se
mi fowler yaitu 2,80% lebih besar daripada rata-rata selisih perubaha
n saturasi oksigen pada kelompok posisi fowler 1,67% pada pasien g
agal jantung. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian posisi se
mi fowler dapat dimasukan ke dalam SOP penatalaksanaan pada pas
ien gagal jantung untuk meningkatkan saturasi oksigen.
Judul Jurnal Pemberian 450Efektif Dalam Meningkatkan Saturasi Oksigen DanM
enurunkan Respiration Ratepasien Congestive Heart Failure (CHF)

Tahun 2022
Penulis Bagus Ananta Tanujiarso, Suksi Riani, Forestiana Tri Astuti

Populasi Jumlah sampelsebanyak 30 responden. Kriteria Inklusi dalam penelit


ian iniantara lain: pasienCHF NYHA 1-4 dan dyspnea yangditandai
denganSpO2 <94%, RR 26-46x/menit, sedangkan kriteria ekslusi dal
am penelitianini adalah: pasienmengundurkan diri sebagai responde
n,pasien tidakkooperatif, dan pasien yangmengalami penurunan kesa
Problem daran.

Masalah yang sering terjadi pada pasienCHF adalah nyeri dada dan s
esak nafas.Nyeri dada pada pasien CHF seringkalidisebabkan karena
penurunan suplai oksigen kemiokardiumyangmenyebabkan kematia
n sel jantung,sedangkan sesak nafas yang dialamipasien CHF diseba
bkan oleh kelainanstruktur dan fungsi jantung yangmengakibatkanke
Intervention
rusakanfungsiventrikeluntuk memenuhi kebutuhannutrisi dan oksige
n ke jaringan tubuh

Penelitian ini masing-masing responden diukur pretest Saturasi Oksi


gen dan respiration rate sebelum dilakukan intervensi, kemudianDib
Comparison
erikan posisi 300, 450, dan 600 secara berurutan dengan perlakuan ma
sing-masing. Posisi dilakukan selama 30 menit, setiap perubahan Po
sisi diukur post testnya. Perubahan Posisi diakukan sesuai dengan S

Outcome OP yang ditetapkan

Pengkuran dilakukan berdasarkan posisi 300, 450, dan 600 secara ber


gantian dan dilakukan pengukuran apakah terdapat perbedaan penin
gkatan saturasi oksigen pada posisi yang berbeda.

Pemberian Posisi 300, 450 dan 600 pada pasien CHF terbukti dapat M


eningkatkan Saturasi Oksigen dan menurunkan respiration rate (ses
ak nafas) pada pasien CHF di IGD. Meskipun semua perubahan Posi
si tersebut berpengaruh terhadap Saturasi Oksigen dan repiration rat
e, namun Posisi 450 memberikan dampak yang lebih baik Dalam Me
ningkatkan dan menurunkan respiration rate (sesak nafas) pasien C
HF dibandingkan Posisi 300 dan 600.

Penerapan Posisi Tidur Semi Fowler 45° Terhadap Kenaikan Nilai S


Judul Jurnal
aturasi Oksigen Pada Asuhan Keperawatan Congestive Heart Failure
(Chf) Di Rs Roemani Muhammadiyah Semarang

Tahun
2020

Penulis

Wulandari, Kiki Maya


Populasi
Pada studi kasus ini dilakukan penerapan pada 2 pasien. Hasil studi
menunjukkan bahwa pretest pasien CHF di IGD RS Roemani
Semarang yang mengalami sesak nafas. Responden pertama dengan
RR 30 x/menit dengan SPO2 92%. Responden kedua mengalami
sesak nafas dengan RR 28 x/menit dengan SPO2 94%dengan
Problem
diagnosa medis CHF.

Congestive Heart Failure (CHF) atau sering disebut juga dengan


gagal jantung kongestif merupakan suatu kondisi fisiologis ketika
jantung tidak mampu memompa darah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh. Gejala klinis yang muncul pada gagal
Intervention
jantung kongestif antara lain dispnea.

Dengan menggunakan posisi semi fowler yaitu dengan


menggunakan gaya grafitasi untuk membantu pengembangan paru
dan mengurangi tekanan dari visceral abdomen pada diafragma
sehingga diafragma dapat terangkat dan paru akan berkembang
Comparison
secara maksimal dan volume tidal paru akan terpenuhi

Jurnal ini melakukan intervensi namun tidak melakukan


Outcome
perbandingan dengan itervensi lain.

Hasil posttest pasien CHF di IGD RS Roemani Semarang setelah


diberikan posisi semi fowler 45° selama 30 menit, pada responden
pertama didapatkan hasil RR 27 x/menit dengan SPO2 94%. pada
responden kedua didapatkan hasil RR 25 x/menit dan SPO2 96%.
Kesimpulan dalam penerapan ini bahwa ada kenaikan nilai saturasi
oksigen pada pasien 1 sebelum diberikan RR 30 x/menit dan SPO2
92%, sesudah diberikan menjadi RR 27 x/menit dan SPO2 94%.
Pada pasien 2 sebelum diberikan RR 28 x/menit dan SPO2 94%,
sesudah diberikan menjadi RR 25 x/menit dan SPO2 96%.
BAB III
PEMBAHASAN
CHF (Congestif Heart Failure merupakan sindrom klinis yang terjadi pada jantung y
ang ditandai gejala paling umum yaitu sesak nafas pada malam hari dan sering muncu
l tiba tiba dan fisik (saat istirahat dan aktivitas) sebagai akibat dari gangguan Kelaina
n struktur atau fungsi jantung yang disebabkan terjadinya pengurangan ventrikel (disf
ungsi diastolic) dan kontraktlitas miokardial (disfungsi sistolik). Posisi merupakan Ti
ndakan yang dilakukan dengan sengaja untuk memberikan posisi tubuh dalam menin
gkatkan kenyamanan dan kesejahteraan secara fisik dan psikologis. Mengatur pasien
dalam posisi semi fowler membantu menurunkan konsumsi oksigen dan meningkatka
n pengembangan organ paru maksimal serta mengatasi kerusakan pertukaran gas yan
g berhubungan dengan perubahan membrane alveolus. (Ahmad, 2020)

Penelitian yang dilakukan oleh Muti (2020) dengan 31 responden menunjukan terdap
at peningkatan saturasi oksigen sebelum nya sebanyak 2% dari sebelumnya 97% men
ajdi 99 % dengan kombinasi posisi lateral kanan, posisi fowler dan semi fowler pada
pasien dengan CHF yang terlihat dari bedside monitor pasien. Pemberian posisi semi
fowler dengan kombinasi lateral kanan memberikan manfaat pada pasien CHF denga
n keluhan sesak nafas berupa peningkatan laju pernafasan, tekanan darah, denyut jant
ung. Pemberian posisi terlalu lama memberikan efek penuruan saturasi oksigen sehin
gga dilakukan pengembalian posisi semula dan dilakukan pemantauan hemodinamik
Kembali setelah 15 menit.

Hal ini sesuai dengan hasil analisis Evidene Based Nurshing yang dilakukan oleh Kan
ari, Bakari & Sarimin, Merentek & Lumi (2022). Ditemukan hasil bahwa posisi semif
owler memiliki tingkat keefektifitasan lebih tinggi dibuktikan dengan hasil pengukura
n saturasi oksigen meningkat sebanyak sebanyak 2 % sedangkan posisi headup hanya
meningkatkan saturasi oksigen sebanyak sebanyak 1% sehingga hasil yang didapatka
n maka posisi semifowler lebih efektif diandingkan posisi head up pada 4 pasien deng
an diagnosa CHF dengan keluhan yang sama yaitu , sesak nafas, nyeri dada dan muda
h Lelah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti, Ningrum & Putrono, (20
19) dengan jumlah responden sebanyak 4 responden ditemukan hasil sebelum dilakuk
an posisi semi fowler saturasi oksigen terendah sebanyak 96 %, dengan nilai media sa
turasi oksigen sebelum intervensi sebanyak 96%. Nilai saturasi oksigen terendah setel
ah diberikan posisi semifowler adalah 95 % dan nilai tertinggi 99 % dengan median s
aturasi oksigen setelah perlakuan adalah 98 % sehingga ditemukan hasil terdapat pen
garuh pemberian posisi semi fowler 450 terhadap kenaikan nilai saturasi pasien oksige
n pada pasien gagal jantung kongestif di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus dengan se
lisih median saturasi oksigen sebelum dan sesudah intervensi adalah 2 %. Penggunaa
n posisi semifowler memnafaatkan gaya gravitasi bumi untuk mebantu pengembanga
n paru dan mengurangi tekanan-tekanan dari visceral abdomen pada diafragma sehing
ga diafragma dapat terangkat sehingga paru-paru akan berkembang secara maksimal
dan volume tidal paru akan terpenuhi. Dengan volume tidal paru yang terpenuhi maka
maka sesak nafas dan penuruna saturasi oksigen akan berkurang.(Hasanah, 2013 yang
disitasi oleh Wijayanti, Ningrum & Putrono, 2019).
BAB IV

KESIMPULAN

Gagal jantung merupakan kondisi yang terjadi akibat gangguan Kelainan struktur ata
u fungsi jantung yang disebabkan terjadinya pengurangan ventrikel (disfungsi diastoli
c) dan kontraktlitas miokardial (disfungsi sistolik). Manifestasi klinisi paling umum t
erjadi adalah sesak nafas dan cepat Lelah, kondisi ini mempengaruhi hemodinamik pa
sien khususnya saturasi oksigen yang menurun sehingga perlu dilakukan intervensi ke
perawatan salah satunya adalah pemberian posisi Semi fowler 450. Posisi merupakan
Tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk memberikan posisi tubuh dalam meni
ngkatkan kenyamanan dan kesejahteraan secara fisik dan psikologis. Pada hasil analis
is jurnal PICO yang telah disusun ditemukan hasil yang sama yaitu peningkatan satur
asi oksigen sebanyak 2% dibandingkan dengan posisi yang lain. pemberian posisi se
mi fowler memiliki manfaat meningkatkan ekspansi paru-paru pasien denganCHF da
n volume tidal paru menjadi maksimal, volume tidal paru yang maksimal menurun re
siko penurunan saturasi oksigen dan gejala sesak nafas.
Daftar Pustaka

Wulandari, K. M. (2020). Penerapan Posisi Tidur Semi Fowler 45° Terhadap


Kenaikan Nilai Saturasi Oksigen Pada Asuhan Keperawatan Congestive
Heart Failure (Chf) Di Rs Roemani Muhammadiyah Semarang (Doctoral
Dissertation,Universitas Muhammadiyah semarang).Retrieved From:
http://repository.unimus.ac.id/id/eprint/5665

Aprilia, R., Aprilia, H., Solikin, S., & Sukarlan, S. (2022). Efektivitas Pemberian
Posisi Semi Fowler Dan Posisi Fowler Terhadap Saturasi Oksigen Pada
Pasien Gagal Jantung Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah
Ulin Banjarmasin. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (Jksi), 7(1), 31-37.
Retrived From: https://doi.org/10.51143/jksi.v7i1.332

Tanujiarso, B. A. (2022). Pemberian Posisi 450 Efektif dalam Meningkatkan Saturasi


Oksigen dan Menurunkan Respiration Rate Pasien Congestive Heart Failure
(CHF). NURSING UPDATE: Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan P-ISSN: 2085-
5931 e-ISSN: 2623-2871, 13(4), 145-155. Retrieved
From :https://doi.org/10.36089/nu.v13i4.907

Hasanah L. (2013). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat


Perkotaan Pada Pasien Dengan Gangguan Kardiovaskuler: Congestif Heart
Failure, di Ruang Rawat Kardiovaskuler Lantai 6 Zona B RS Dr.
Ciptomangunkusumo.

Ahmad Muzaki, Y. A. (2020). Penerapan posisi semi fowler terhadap


ketidakefektifan pola nafas pada pasien congestive heart failure (CHF).
Nursing Science Journal (NSJ), 1(1), 19-24. Retrieved
From:https://doi.org/10.53510/nsj.v1i1.16

Muti, R. T. (2020). Pengaruh Posisi Semi Fowler Dengan Kombinasi Lateral Kanan
Terhadap Perubahan Haemodinamik Pada Pasien Gagal Jantung Di Ruang
ICCU Rumah Sakit Umum Daerah Margono Soekarjo Purwokerto. Viva
Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan Dan Keperawatan, 13(02), 124-140.
Retrieved From : https://doi.org/10.35960/vm.v13i02.519

Wijayati, S., Ningrum, D. H., & Putrono, P. (2019). Pengaruh Posisi Tidur Semi
Fowler 450 Terhadap Kenaikan Nilai Saturasi Oksigen Pada Pasien Gagal
Jantung Kongestif Di RSUD Loekmono Hadi Kudus. Medica Hospitalia:
Journal of Clinical Medicine, 6(1), 13-19. Retrieved From:
https://doi.org/10.36408/mhjcm.v6i1.372

Kanine, E., Bakari, R. I., Sarimin, S. D., Merentek, G. A., & Lumi, W. (2022).
Efektifitas Posisi Semi Fowler Dalam Meningkatkan Saturasi Oksigen
Dibandingkan Dengan Posisi Head Up Pada Pasien Gagal Jantung Kronik Di
Ruang Iccu Rsup Prof. Dr Rd Kandou Manado. In E-PROSIDING Seminar
Nasional2022ISBN:978.623.93457.1.6(Vol.1,No.02,pp.67-73). Retrieved
From:https://ejurnal.poltekkesmanado.ac.id/index.php/eprosiding2022/
article/view/1683

Anda mungkin juga menyukai