PENDAHULUAN. .
.
Secsio caesarea (SC) adalah suatu
persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin diatas 500
gram (Wiknjosastro, 2005). Pada tahapan
prosedur operasi secsio caesarea, sebelum
menutup peritoneum sebagian dokter
kandungan melakukan pencucian perut
dengan menggunakan NaCl kurang lebih
SURYA
66
Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan
tindakan secsio caesarea adalah anestesi
spinal (Owen P, 2005).
Himawan Sasongko (2005), dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa angka
kejadian menggigil selama pemulihan
anestesi antara 5% hingga 60%. Sementara
kejadian menggigil pasca analgesia spinal
bervariasi. Kelsaka dkk, mendapatkan sekitar
36%, Roy dkk, mendapatkan sekitar 56,7%,
Sementara Sagir dkk dan Honarmand dkk
mendapatkan sekitar 60%.
Data yang didapat dari laporan
kegiatan pembedahan di Kamar Operasi
Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit
Muhammadiyah Lamongan, pada bulan JuliAgustus, pembedahan SC sebanyak 81 pasien
yag mana hampir semua pasien dilakukan
prosedur irigasi intraabdomen sebelum
penutupan peritoneum. Dari 81 pasien
tersebut, 78 pasien dilakukan dengan tehnik
anestesi spinal, dimana 48 pasien (62%)
terjadi menggigil post operasi di ruang
UPPA. Dari data tersebut menunjukkan
bahwa masih tingginya angka kejadian
menggigil post operasi SC di Instalasi Bedah
Sentral Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan.
Komplikasi anestesi spinal pada SC
diantaranya yaitu: hipotensi, bradicardi,
PDPH, menggigil, mual muntah, depresi
nafas, total spinal. Pasien post operasi secsio
caesarea dengan anestesi spinal yang
dilakukan irigasi intra-abdomen biasanya
mengeluh kedinginan. Pada anestesi spinal
akan menurunkan ambang menggigil sampai
pada inti hipotermi pada jam pertama atau
setelah dilakukan anestesi spinal akan
menurunkan suhu sekitar 12 C, hal ini
berhubungan dengan redistribusi panas tubuh
dari kompartemen inti ke perifer dimana
spinal menyebabkan vasodilatasi. Kondisi ini
kemungkinan juga karena suhu kamar
operasi yang dingin, atau juga ditunjang
karena efek dari pencucian rongga abdomen
yang
dilakukan
sebelum
penutupan
peritoneum.
Sampai
saat
ini,
mekanisme
menggigil masih belum diketahui secara
pasti. Menggigil pasca secsio caesarea
dengan anestesi spinal diduga karena:
hipotermi, faktor yang berhubungan dengan
SURYA
pelepasan pirogen,
tipe
atau jenis
pembedahan, kerusakan jaringan yang
terjadi, atau efek langsung obat anestesi.
Faktor hipotermi diduga sebagai
salah satu pemicu terjadinya menggigil.
Menggigil merupakan suatu mekanisme
tubuh yang terjadi untuk meningkatkan
pembentukan panas. Ketika tubuh terlalu
dingin, sistem pengaturan temperatur tubuh
mengadakan prosedur untuk meningkatkan
suhu tubuh yaitu dengan cara :
Vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh,
Piloereksi yaitu berdirinya rambut pada
akarnya, Peningkatan pembentukan panas
oleh sistem metabolisme dengan cara
menggigil, rangsangan simpatis pembetukan
panas dan sekresi tiroksin. Kombinasi antara
gangguan termoregulasi yang disebabkan
oleh tindakan anestesi dan eksposur suhu
lingkungan yang rendah pada pasien operasi,
akan mengakibatkan terjadinya hipotermia.
Menggigil terjadi karena pelepasan
pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya
telah terangsang oleh pirogen eksogen yang
dapat berasal dari mikroorganisme atau
merupakan suatu hasil reaksi immunologik
yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Noer
Syaifullah, 2004). Demikian juga kerusakan
jaringan akibat pembedahan juga diduga
menjadi penyebab menggigil. Reaksi tubuh
terhadap stres pada keadaan injuri akan
menimbulkan
peningkatan
metabolik,
hemodinamik
dan
hormonal
respon
(Lukmanto, 1990). Obat anestesi dapat secara
langsung
menyebabkan
vasodilatasi
pembuluh darah dan menurunkan nilai
ambang vasokonstriksi dengan menghambat
fungsi termoregulasi sentral. Vasodilatasi ini
akan mengakibatkaan panas tubuh dari
bagian sentral suhu inti mengalir ke bagian
perifer. Redistribusi panas tubuh ini akan
menyebabkan peningkatan suhu perifer tetapi
menyebabkan penurunan suhu inti.
Menggigil mengakibatkan konsumsi
oksigen menjadi 2-3 kali lipat dan juga
meningkatkan produksi karbondioksida,
meningkatnya kebutuhan metabolisme dapat
mengakibatkan komplikasi pada pasien yang
memiliki pintas intrapulmonal, curah jantung
yang terbatas dan cadangan respirasi terbatas.
Menggigil juga meningkatkan tekanan
67
Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan
intrakranial dan tekanan intraocular (Buggy
D.J, 2000), selain itu juga dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada luka operasi
karena terjadi rengangan pada luka operasi
(Roy J D et al, 2004). Oleh karena itu,
menggigil harus segera diatasi.
Harus diambil tindakan untuk
memastikan bahwa pasien yang menjalani
pembedahan abdomen terlindung dari
penurunan panas tubuh. Selain lingkungan
sekitar
pasien
harus
tetap
dijaga
kehangatannya, cairan irigasi intraabdomen
juga harus dihangatkan terlebih dahulu
mendekati suhu tubuh normal untuk
memperkecil pengeluaran panas (Sessler,
1990). Menggigil dapat dicegah diantaranya
dengan cara: pengaturan suhu kamar operasi,
penggunaan
system
pemanas
udara
bertekanan, penggunaan cairan kristaloid
yang dihangatkan (untuk keseimbangan
cairan intravena, untuk irigasi luka
pembedahan, untuk prosedur cistoscopi),
menghindari genangan darah atau cairan di
meja operasi dan ruang pemulihan yang
hangat.
Dengan pemberian cairan infus
hangat dan irigasi NaCl hangat pada tahap
pembersihan intra-abdomen, diharapkan
dapat mencegah terjadinya menggigil pada
pasien secsio caesarea dengan anestesi spinal.
Dengan demikian penulis tertarik untuk
meneliti permasalahan tentang Pengaruh
irigasi intra-abdomen dengan NaCl hangat
terhadap perubahan suhu pada pasien post
operasi SC dengan anestesi spinal di Instalasi
bedah Sentral Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan.
HASIL .PENELITIAN
1. Data Umum
1) Karakteristik Responden
(1) Karakteristik
responden
berdasarkan umur
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan umur di IBS
RS Muhammadiyah Lamongan
No. Umur
1.
< 20 tahun
2.
21 40 tahun
3.
> 41 tahun
Jumlah
Prosentase
0%
97%
3%
100%
Pendidikan
SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Perguruan
Tinggi
Jumlah
Frekuensi
0 orang
2 orang
11 orang
19 orang
Prosentase
0%
6.2%
34.4%
59.4%
32 orang
100%
METODE PENELITIAN.
.
Penelitian ini merupakan penelitian
experimental dengan desain penelitian post
test only controlled group desain. Sampel
penelitian diambil dari ibu post operasi sectio
caesarea dengan anestesi spinal di Rumah
Sakit Muhammadiyah Lamongan sebanyak
32 orang menggunakan teknik Simple
Random Sampling yang dibagi menjadi 2
kelompok yaitu yang mendapatkan irigasi
NaCl
hangat
dan
kelompok
yang
SURYA
Frekuensi
0 orang
31 orang
1 orang
32 orang
No.
Pekerjaan
1.
Tidak bekerja
2.
Petani
3.
Wiraswasta
4.
PNS
Jumlah
68
Frekuensi
10 orang
1 orang
19 orang
2 orang
32 orang
%
31.2%
3.1%
59.4%
6.2%
100%
Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
dalam penelitian
ini
sebagian besar
responden bekerja sebagai swasta yaitu 19
orang (59,4%).
(4) Karakteristik
responden
berdasarkan riwayat operasi
Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan riwayat
operasi di IBS RS Muhammadiyah
Lamongan
No.
Riwayat
Operasi
1.
Belum pernah
2.
Pernah
Jumlah
Frekuensi
Prosentase
26 orang
6 orang
32 orang
81.2%
18.8%
100%
No
Perubahan Suhu
Tubuh
1.
Tidak Menggigil
2.
Menggigil Ringan
3.
Menggigil Sedang
4.
Menggigil Berat
Jumlah
Frekuensi
17 orang
15 orang
32 orang
Prosentase
53.1%
46.9%
100%
Perubahan Suhu
Tubuh
1.
Tidak Menggigil
2.
Menggigil Ringan
3.
Menggigil Sedang
4.
Menggigil Berat
Jumlah
4
2
8
2
16
25
12.5
50
12.5
100
9
2
4
1
16
56.25
12.5
25
6.25
100
No
1.
2.
Irigasi
NaCl
Suhu
kamar
Suhu
hangat
Total
1
6
1
6
Berdasarkan
tabel
8
dapat
disimpulkan bahwa dengan pemberian irigasi
NaCl hangat didapatkan kejadian tidak
menggigil lebih tinggi dari pada irigasi suhu
kamar yaitu 56% dibanding 25%, menggigil
ringan lebih tinggi yaitu 25% dibanding
12,5%, menggigil sedang lebih rendah yaitu
12,5% dibanding 50% dan menggigil berat
(5) Karakteristik
responden
berdasarkan paritas
Tabel 5. Distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan paritas di
IBS RS Muhammadiyah Lamongan
No. Paritas
1.
Primipara
2.
Multipara
Jumlah
69
%
10
0
10
0
Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan
kejadiannya lebih rendah yaitu 6,25%
dibanding 12,5%
Dari hasil tersebut kemudian dilakukan
pengujian statistik dengan menggunakan Uji
Mann Whitney (U Test). Dengan bantuan
perangkat lunak computer program Statistical
Product and Service Solution ( SPSS ) 16.0
for window dengan nilai kemaknaan p = 0.05,
didapatkan nilai Mean Rank pada kelompok
yang mendapatkan perlakuan irigasi NaCl
hangat adalah 13,06 dan nilai Mean Rank
pada kelompok yang mendapat irigasi NaCl
suhu kamar adalah 19,94, dengan nilai Z = 2,190 dan nilai p = 0,039. Karena nilai p <
dari 0,05 maka H1 diterima, artinya terdapat
pengaruh pemberian irigasi NaCl hangat
terhadap perubahan suhu tubuh (resiko
menggigil turun) pada pasien post operasi
secsio caesarea dengan spinal anestesi.
menggigil/shivering
dan
vasokontriksi.
Mekanisme terjadinya menggigil pada pasien
post operasi SC ini sesuai dengan pendapat
Tamsuri ( 2007 ), bahwa reflek yang
diaktifkan oleh dingin dikendalikan oleh
hipotalamus posterior dan respon panas
diaktifkan oleh hipotalamus anterior.
Rangsangan pada hipotalamus posterior
menyebabkan menggigil dan suhu tubuh
yang mengalami lesi hipotalamus posterior
turun mendekati suhu lingkungan. Menurut
Morgan (1996) hipotermi diakibatkan karena
penggunaan cairan pembilas yang dingin
pada secsio caesarea.
Menggigil merupakan mekanisme
pertahanan terakhir yang timbul bila
mekanisme kompensasi yang lain tidak
mampu mempertahankan suhu tubuh dalam
batas normal. Rangsangan dingin akan
diterima afektor diteruskan ke hipothalamus
anterior dan memerintahkan bagian efektor
untuk merespon berupa kontraksi otot tonik
dan klonik secara teratur dan bersifat
involunter serta dapat menghasilkan panas
sampai dengan 600% diatas basal.
Selama ini di kamar operasi RS
Muhammadiyah Lamongan irigasi intra
abdomen dalam prosedur operasi secsio
caesarea menggunakan NaCl suhu kamar,
dan didapatkan sebagian besar pasien post
operasi secsio caesarea mengalami kejadian
menggigil. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh karena suhu ruangan kamar operasi yang
dingin, sehingga sebagian besar pasien
mengalami penurunan suhu tubuh hingga di
bawah normal atau hipotermi. Perbedaan
suhu di kamar operasi sangat tinggi, dimana
suhu normal tubuh 36 370C, sementara
suhu ruangan sekitar 200C-220C. Perbedaan
suhu tubuh dan ruangan serta efek anestesi
dapat menyebabkan panas tubuh cepat keluar
sedangkan produksi panas ditekan sehingga
mengakibatkan terjadi hipotermia yang
merupakan penyebab utama menggigil.
Dengan pencucian rongga abdomen dengan
cairan NaCl suhu kamar sebelum penutupan
peritoneum, serta adanya genangan cairan
dingin di meja operasi akan mempertinggi
pemaparan pasien pada suhu dingin.
PEMBAHASAN .
.
1. Perubahan Suhu Tubuh Pasien Post
Operasi Sectio Caesaria dengan Irigasi
NaCl Suhu Kamar
Berdasarkan
tabel
6
dapat
disimpulkan bahwa dalam penelitian ini,
pasien post operasi secsio caesarea yang
diberikan irigasi NaCl suhu kamar sebagian
mengalami menggigil sedang yaitu sebanyak
8 orang (50 %).
Menurut pendapat Arif Mansjoer
( 2000 ), bahwa komplikasi anestesi spinal
pada secsio caesarea: hipotensi, bradicardi,
PDPH (Postdural Punture Headeache),
menggigil, mual muntah, depresi nafas, total
spinal, sequelae neurologik, penurunan
tekanan intra cranial, meningitis, retensi
urine. Pada anestesi spinal akan menurunkan
ambang menggigil sampai pada inti
hipotermi pada jam pertama atau setelah
dilakukan anestesi spinal akan menurunkan
suhu sekitar 12 C, hal ini berhubungan
dengan redistribusi panas tubuh dari
kompartemen inti ke perifer dimana spinal
menyebabkan vasodilatasi. Sebagaimana
teori yang dikemukanan oleh Bhattacharya
(2003), yaitu bila selama anestesi pasien
mengalami kehilangan panas tubuh sampai
hipotermi, maka dengan keadaan yang masih
hipotermi umumnya akan terjadi mekanisme
untuk memproduksi panas dengan jalan
SURYA
70
Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan
menggigil terjadi bukan karena gangguan
termoregulator melainkan dapat juga
berhubungan dengan pelepasan pirogen, tipe
atau jenis pembedahan atau efek langsung
dari anestesi.
Pada penelitian ini, sebelum larutan
irigasi diberikan kepada pasien, peneliti
menghangatkan dahulu sampai suhunya
sedikit lebih tinggi dari suhu tubuh, sekitar
380 C. Diharapkan dengan larutan irigasi
yang dihangatkan maka perbedaan antara
suhu tubuh dengan suhu ruangan dapat
dikurangi
agar
dapat
memperlambat
keluarnya panas tubuh ke lingkungan
sehingga kejadian hipotermia dapat dicegah,
dimana hipotermi adalah penyebab utama
terjadinya menggigil pada pasien post operasi
dengan spinal anestesi.
Dengan pemberian irigasi NaCl hangat
intra abdomen, disisi lain muncul
kekhawatiran terjadinya penurunan kontraksi
uterus dikarenakan adanya vasodilatasi
pembuluh darah uteri. Oleh karena itu di
Instalasi Bedah Sentral RS Muhammadiyah
Lamongan tidak memasukkan irigasi NaCl
hangat dalam SOP operasi SC, tetapi melalui
penelitihan ini kekhawatiran tersebut tidak
terjadi. Karena setelah dilakukan observasi di
ruang perawatan pasca anestesi tidak
ditemukan kejadian atonia uteri pada pasien
post operasi SC yang diberikan irigasi NaCl
hangat.
2.
3. Pengaruh
Irigasi
Intraabdomen
dengan NaCl hangat terhadap
perubahan suhu tubuh pada pasien
post operasi SC
Berdasarkan klasifikasi menggigil
antara kelompok yang mendapatkan irigasi
NaCl hangat dengan kelompok yang
mendapatkan irigasi NaCl suhu kamar, maka
didapatkan perbedaan nilai mean ranknya.
Nilai mean rank pada kelompok irigasi NaCL
hangat adalah 13,06, dan nilai mean rank
pada kelompok irigasi NaCl suhu kamar
adalah 19,94, sedangkan nilai Z = -2,190 dan
nilai p = 0,039. Karena nilai p = 0,039, yang
berarti nilai p < dari 0,05, maka H 1 diterima,
artinya terdapat pengaruh pemberian irigasi
NaCl hangat terhadap penurunan angka
kejadian menggigil pada pasien post operasi
71
Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan
secsio caesarea dengan spinal anestesi.
Irigasi (lavage) merupakan proses
pembilasan atau mencuci organ berongga
terutama sinus para-nasalis, kandung kemih,
usus atau perut untuk tujuan terapeutik
( Elsevier, 2005). Irigasi pada prosedur
operasi tertentu secara umum menggunakan
cairan polos seperti natrium klorida 0.9%,
cairan ini merupakan cairan yang bersifat
fisiologis yang ada di seluruh tubuh, tidak
ada reaksi hipersensitifitas. Natrium klorida
yang disebut juga normal salin aman
digunakan untuk kondisi apapun (Lilley &
Aucker, 1999).
Pasien yang menjalani operasi
terutama operasi besar termasuk secsio
caesarea sangat beresiko terjadi penurunan
suhu tubuh. Dimana operasi secsio caesarea
tersebut dilakukan tindakan membuka
dinding perut yang cukup lebar sehingga
organ perut dapat terpapar ke suhu
lingkungan kamar operasi yang dingin.
Demikian juga efek langsung dari anestesi
spinal yang dapat menekan produksi panas
tubuh dan vasodilatasi yang menyebabkan
redistribusi panas tubuh dari kompartemen
inti ke perifer sehingga dapat menurunkan
suhu sekitar 1 2C.
Dengan
adanya
resiko
akibat
pembedahan dan anestesi spinal serta
pemaparan pasien pada suhu yang dingin di
kamar operasi yang dapat menyebabkan
penurunan suhu dan terjadi menggigil, maka
perlu adanya tindakan-tindakan khusus untuk
dapat memperkecil resiko tersebut. Hal-hal
yang dapat dilakukan dengan cukup mudah
diantaranya yaitu menghangatkan terlebih
dahulu cairan irigasi yang akan diberikan
kepada pasien sehingga dapat mengurangi
hilangnya panas tubuh karena radiasi yang
disebabkan suhu kamar operasi yang dingin
dan juga mengurangi hilangnya panas karena
konduksi akibat cairan dingin yang
dimasukkan kedalam rongga perut pasien.
Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwa irigasi dengan cairan /
NaCl hangat pada saat prosedur operasi yang
dilakukan sangat efektif dalam mengurangi
resiko terjadinya penurunan suhu tubuh di
bawah normal. Oleh karena itu, perlu kiranya
dilakukan kerjasama yang baik antara
SURYA
1. Kesimpulan
1) Pada pasien post secsio caesarea yang
mendapatkan irigasi NaCl suhu kamar
sebagian mengalami kejadian menggigil
sedang.
2) Pada pasien post secsio caesarea yang
mendapatkan
irigasi NaCl hangat
sebagian besar tidak mengalami kejadian
menggigil.
3) Terdapat pengaruh Pemberian irigasi
NaCl hangat intra abdomen terhadap
perubahan suhu tubuh pada pasien post
operasi secsio caesarea dengan spinal
anestesi di Instalasi Bedah Sentral
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan,
dengan nilai p = 0.039.
2. Saran
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan masukan khususnya bagi
perawat bedah untuk dapat menyediakan
cairan NaCl hangat untuk irigasi intra
abdomen untuk mengurangi resiko menggigil
pada pasien post operasi secsio caesarea
dengan spinal anestesi.
. . .DAFTAR PUSTAKA
. .
72
Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan
Arikunto, Suharsimi (2006), Prosedur
Penelitian:
Suatu
Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Gerhard
Martius
(2002).
Pedoman
Kebidanan Maritas. Edisi 12, Alih
Bahasa dr. Petrus Andrianto, Editor
Emanuel a Friedman. Jakarta: EGC
Norman
Fisiologi
Manusia:
Hypothermia
&
Hyperthermia.
Diperoleh
dari
http://www.Scribd.Com/doc/3192387
5/Hypothermia-Hyperthermia
Diperoleh Tanggal 20 Maret 2012.
SURYA
73
Pengaruh Irigasi Intraabdomen dengan NaCl Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Post Op SC Dengan Spinal Anastesi di IBS RS Muhammadiyah Lamongan
Prawirohardjo, S. (2005), Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Potter & Perry A (2005). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, Praktek, Alih Bahasa
Yasmin Asih, Skep, Edisi 4, Vol 1:
EGC
Robber B Sanda et al. Effects of hyperthermic
intraoperative peritoneal lavage on
intra-abdominal pressure in an
experimental model of peritonitis: A
randomized, controlled, blinded
interventional study, diperoleh dari
http://www.ncbt.nlm.nih.gov/pubmed
/21912008 Analis of African
Medicine Vol 10 no 3 2011
Sessler D.I, Ponte J (1990). Shivering During
Epidural Anesthesia. Anesthesiology
SURYA
74