Anda di halaman 1dari 9

JURNAL ILMIAH

PERBANDINGAN PEMBERIAN SELIMUT HANGAT DAN SELIMUT


TEBAL TERHADAP PENURUNAN KEJADIAN MENGGIGIL PADA
PASIEN POST OPERASI DENGAN SUB ARACHNOID BLOCK (SAB)
DI MAYAPADA HOSPITAL JAKARTA SELATAN

SUGENG SURYANTO
NPM: 09.13.000.260

STUDI SARJANA KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2017
PERBANDINGAN PEMBERIAN SELIMUT HANGAT
DAN SELIMUT TEBAL TERHADAP PENURUNAN KEJADIAN MENGGIGIL
PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN SUB ARACHNOID BLOCK (SAB)
DI MAYAPADA HOSPITAL JAKARTA SELATAN

Sugeng Suryanto
Progam Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta
Jln. Harapan Nomor 50, Lenteng Aung – Jakarta Selatan 12610
Telp : 081284533373, Email : sugengsuryanto456@gmail.com

ABSTRAK
Menggigil merupakan respon tubuh terhadap rasa dingin atau persepsi dingin disaat suhu inti tubuh
menurun, reflek menggigil akan terpicu dimana terjadi getaran dari aktivitas otot dalam usaha menciptakan rasa
hangat untuk menghasilkan energi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pemberian
selimut hangat dan selimut tebal terhadap penurunan kejadian menggigil pada pasien post operasi dengan Sub
Arachnoid Block (SAB) di Mayapada Hospital Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
desain penelitian quasy eksperimental. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post operasi dengan Sub
Arachnoid Block (SAB) di Mayapada hospital Jakarta selatan. Jumlah keseluruhan populasi penelitian adalah
sebanyak 30 responden. Hasil penelitian didapatkan Sebagian besar 9 (60.0%) dari 15 responden tidak
mengalami menggigil dengan menggunakan selimut hangat dan sebagian besar 10 (66.7%) dari 15 responden
mengalami menggigil dengan menggunakan selimut tebal pada responden post operasi dengan Sub Arachnoid
Block (SAB) di Mayapada Hospital Jakarta Selatan Tahun 2017. Hasil uji statistik didapatkan p-value sebesar
0,041 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan Ho ditolak yang berarti ada perbandingan yang signifikan antara
penurunan kejadian menggigil dengan pemberian selimut hangat dan selimut tebal pada pasien post operasi
dengan Sub Arachnoid Block (SAB) di Mayapada Hospital Jakarta Selatan Tahun 2017. Diharapkan hasil
penelitian ini dapat berguna untuk pelayanan terhadap pasien yang menjalani pembedahan di kamar operasi
untuk mencegah terjadinya hipotermi. Perawat di ruang bedah direkomendasikan menggunakan metode
pemberian selimut hangat untuk mencegah dan menghindari terjadinya kejadian menggigil pada pasien-pasien
post operasi dengan Sub Arachnoid Block (SAB), serta pemberian selimut hangat dengan suhu 38°C post
operasi dapat dijadikan salah satu prosedur tetap pelayanan pasien pasca bedah guna mencegah komplikasi
menggigil di ruang pemulihan guna menambah kualitas pelayanan post operasi.
Kata kunci : selimut hangat, selimut tebal,menggigil

ABSTRACT
Shivering is a response body against the cold or perception cold at the core of the body temperature decline ,
shivering triggered reflexes will happen vibration where of muscle activity in an effort to create a warm to
generate energy .The purpose of this research is to find the warm comparison blankets and blankets thick on
reductions in the scene chills in patients post operations with block sub arachnoid (SAB) Mayapada Hospital in
South Jakarta .The study is done by using design quasy experimental research .The population of the research is
patients post operations with block sub arachnoid (SAB) Mayapada Hospital in South Jakarta .Total population
research as many as 30 respondents .Research results obtained most 9 ( 60.0 % ) of 15 respondents did not
experience chills using a blanket warm and most 10 ( 66.7 % ) of 15 respondents did not experience chills using
a blanket on respondents post operations with block sub arachnoid (SAB) in Mayapada Hospital year South
Jakarta 2017. However statistical tests obtained p-value of 0,041 ( p < 0,05 ) so it can be concluded ho rejected
which would mean there are significant comparison between the subsidence scene chills to give a blanket warm
and blankets thick in patients post operations with block sub arachnoid (SAB) in Mayapada Hospital South
Jakarta 2017. Expected research results can be useful for service for patients who underwent surgery in the
surgery to prevent hipotermi .Nurses in the surgical recommended the use of a blanket warm to prevent and
avoid a scene chills on pasien-pasien post operations with block sub arachnoid (SAB), and And provision of a
blanket warm with temperature 38o C post operation could become one of the procedure fixed patient care after
surgical to prevent complication shivering at space recovery to increase the quality of services post operation .

Keyword : warm blanket, quilts, chills


1

PENDAHULUAN memberikan cairan infus atau transfusi darah


dengan suhu ruang operasi yang dingin atau
Menggigil merupakan respon tubuh tidak dihangatkan saat sebelum, selama dan
terhadap rasa dingin atau persepsi dingin disaat setelah tindakan anestesia dan operasi yang
suhu inti tubuh menurun, reflek menggigil akan durasinya panjang. Kejadian timbulnya
terpicu dimana terjadi getaran dari aktivitas otot menggigil selama anestesi regional sekitar 40%
dalam usaha menciptakan rasa hangat untuk - 60% pada kasus ‐ kasus yang telah di
menghasilkan energi. Menggigil dapat juga laporkan (Aitkenhead, 2011).
terjadi sebagai respon terhadap rasa demam Hasil dari penelitian selimut hangat
yang dialami seseorang. Pada tindakan bahwa proses kehilangan panas tubuh terjadi
pembedahan dengan anestesi spinal sering pada jam pertama saat operasi, hal tersebut bisa
terjadi komplikasi yang berupa mengggigil menyebabkan penderita hipotermi.
pada pasca bedah dini. Hal itu terjadi karena Menghangatkan penderita selama pembedahan
adanya kontraksi otot rangka atau tremor yang dapat meningkatkan suhu > 96,8 ºF sehingga
pada wajah, dagu, ektremitas selama 15 menit dapat membantu pemulihan dengan mengurangi
pasca pemberian anastesi yang biasanya disertai faktor resiko dan menurunkan angka
proses hipotermi dan vasokontriksi komplikasi. Penelitian juga menunjukkan
(Aitkenhead, 2001). bahwa terapi hantaran udara/ selimut hangat
Terjadinya menggigil bisa sesaat setelah yang berisi udara merupakan cara yang efisien
tindakan anestesi, dipertengahan jalannya dan cepat untuk menghasilkan pengaturan suhu
operasi maupun di ruang pemulihan. Penyebab pada pasien dan regulasi suhu tubuh setelah
terjadinya menggigil sampai saat ini belum operasi (Anonim, 2009).
diketahui secara pasti, tetapi kemungkinan Penanganan yang bisa diberikan untuk
terjadinya menggigil paska anestesi oleh karena mengatasi masalah menggigil diantaranya
obat‐ obat anestesi dapat menginhibisi pusat pemberian selimut hangat elektrik dengan suhu
termoregulasi sehingga terjadi perubahan 38 ºC selama pembedahan. Dimana selimut
mekanisme termoregulasi tubuh terhadap tersebut di desain untuk pasien selama proses
penurunan suhu inti tubuh berupa menggigil. operasi, selimut bagian atas menutupi tangan,
Keadaan tersebut dapat menjadikan hal yang dada, leher dan bisa juga untuk kepala. Selimut
lebih buruk di bandingkan rasa nyeri, hangat tersebut diciptakan fleksibel untuk
mengganggu observasi keadaan pasien dan menjaga suhu pada berbagai posisi. Selain
kenyamanan fisik pasien, serta dapat menjadi selimut hangat untuk penangan hipotermi dan
tanda dari kondisi kesehatan yang serius dan menggigil dapat dilakukan dengan pengaturan
membutuhkan penanganan yang cepat dan suhu ruangan, penghangatan cairan infus dan
profesional (Diani, 2008). Setiap pasien yang lampu penghangat. Dalam penelitian ini
menjalani operasi berada dalam resiko (Hughes) juga menyebutkan bahwa pasien
mengalami hipotermia. Dalam survei 33 diberi selimut hangat selama induksi anestesi
masalah klinik, ahli anestesi menempatkan akan mengurangi reaksi menggigil pasca bedah
menggigil pada posisi ke-8 sebagai komplikasi 63 %. Secara patofisiologi selimut hangat akan
yang sering disadari telah terjadi, dan ke-21 dapat meningkatkan suhu tubuh inti secara
sebagai komplikasi yang perlu dicegah. konduksi melalui aliran darah perifer ketubuh
Menurut Drain, C.B (1994) menyebutkan bagian inti (Anonim, 2012).
sekitar 60% pasien pasca bedah dini yang
masuk recovery room (ruang pulih sadar) akan Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
mengalami berbagai derajat hipotermi. peneliti yaitu dengan cara observasi terhadap
Penurunan suhu tubuh di bawah normal ini pasien yang mengalami menggigil pasca bedah
akan membawa dampak yang sangat komplek dengan Sub Arachnoid Block (SAB) yang
pada suatu operasi salah satu diantaranya akan terjadi di Mayapada Hospital Jakarta selatan
menyebabkan perubahan homeostatis didalam khususnya saat berada di ruang pemulihan/ RR,
tubuh sehingga mengakibatkan angka adapun untuk mengatasi hal tersebut sudah
morbiditas dan mortalitas yang meningkat dicoba dengan memberikan metode pemanasan
(Lumintang, 2000). eksternal pasif yaitu pemberian selimut biasa.
Angka kejadian menggigil meningkat Tetapi pengaruh dari tindakan tersebut belum
pada umur yang ekstrim, tereksposenya tubuh menunjukkan hasil yang maksimal,
terhadap ruang operasi yang dingin, kenyataannya reaksi menggigil masih sering
2

terjadi terhadap pasien-pasien pasca bedah Hospital Jakarta selatan. Jumlah sampel yang
dengan Sub Arachnoid Block (SAB). Sebagai digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak
alternatif pilihan untuk menurunkan kejadian 30 IAlat pengumpulan Data
menggigil pasca bedah dengan memberikan
metode pemanasan eksternal aktif yaitu instrumen yang digunakan peneliti dalam
pemberian selimut hangat elektrik dengan suhu penelitian ini adalah berupa formulir observasi.
38 ºC selama dan pasca pembedahan. Tindakan Peneliti memiliki formulir observasi sebagai
tersebut berperan menjaga suhu tetap normal alat pengumpulan data dengan pertimbangan
dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. beberapa keuntungan yaitu mudah
Melihat dari sudut kegunaan alat tersebut sudah mengolahnya, memudahkan responden untuk
sangat baik tetapi disisi lain petugas, dalam hal memilih salah satu jawaban yang telah
ini adalah para perawat kamar operasi yang disediakan dengan memberi tanda misalnya
mendampingi pasien-pasien post operasi melingkari hurup didepan jawaban yang dipilih,
diruang pemulihan, belum memiliki kesadaran jawaban lebih objektif serta efisiensi responden.
akan pentingnya alat selimut hangat dalam
mempertahankan dan menjaga agar suhu tubuh Prosedur Pengumpulan Data
pasien tidak hipotermi khususnya pasien post Setelah mendapatkan izin kepada
operasi dengan Sub Arachnoid Block (SAB), KepalaDepartemen Kamar Operasi Mayapada
sehingga akan mendapatkan hasil operasi yang Hospital Jakarta Selatan untuk melakukan
lebih optimal. penelitian, Peneliti memperkenalkan diri pada
Berdasarkan latar belakang diatas, maka calon responden dan menunjukkan surat izin
peneliti tertarik mengambil judul, penelitian. Sebelum responden di observasi
“Perbandingan pemberian selimut hangat dan terlebih dahulu klien diberikan penjelasan dan
selimut tebal terhadap penurunan kejadian dilanjutkan dengan penanda tanganan inform
menggigil pada pasien post operasi dengan Sub consent. Analisis bivariat yang digunakan
Arachnoid Block (SAB) di Mayapada Hospital dalam penelitian ini Uji Paried Sample T-Test
Jakarta Selatan” adalah dengan tujuan untuk menguji perbedaan
kejadian menggigil pada pasien post operasi
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN dengan Sub Arachnoid Block . Uji Paried
Sample T-Test adalah untuk mengetahui apakah
1. Desain Penelitian keputusan uji Ho ditolak atau Ho diterima
Penelitian ini dilakukan dengan (gagal ditolak). Dengan ketentuan apabila p.
menggunakan desain penelitian quasy value <α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada
eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan, jika p > α maka Ho
ada atau tidaknya pengaruh pemberian selimut diterima, artinya tidak ada perbedaan yang
hangat terhadap penurunan kejadian menggigil signifikan kejadian menggigil antara pemberian
pada pasien post operasi dengan Sub Arachnoid selimut hangat dengan selimut tebal. (SAB)
Block (SAB) sesudah pemberian intervensi setelah diberikan selimut hangat dan selimut
dengan pendekatan static group comparison tebal.
yaitu suatu rancangan penelitian yang
menggunakan dua kelompok subyek HASIL PENELITIAN
diantaranya dengan pemberian selimut hangat 1. Analisis Univariat
dan pemberian selimut tebal. Efek perlakuan
dilihat dari perbedaan pengukuran kedua Tabel 5.1
kelompok (Notoatmodjo, 2010 dan Saryono, Distribusi Frekuensi Usia Pasien Post
2012). Operasi Dengan Sub Arachnoid Block (SAB)
Populasi dan Sampel di Mayapada Hospital Jakarta Selatan
Populasi dalam penelitian ini adalah Tahun 2017
pasien post operasi dengan Sub Arachnoid N Usia Frekuensi Persentasi
Block (SAB) di Mayapada hospital Jakarta o (%)
selatan. Jumlah keseluruhan populasi penelitian 1 Remaja (17-25) 7 23.3
adalah sebanyak 30 responden. Sampel diambil 2 Dewasa (26-45) 19 63.3
dari pasien pasca bedah dengan Sub Arachnoid 3 Lansia (46-55) 4 13.3
Block (SAB) di kamar bedah Mayapada Jumlah 30 100
3
No Kejadian Frekuensi Persentasi
Tabel 5.1 diatas menunjukan bahwa usia pasien Menggigil (%)
post operasi dengan Sub Arachnoid Block 1 Tidak 9 60.0
(SAB) di kamar bedah Mayapada Hospital menggigil
Jakarta selatan dapat dilihat bahwa sebagian 2 Menggigil 6 40.0
besar responden dewasa (63.3%). Jumlah 15 100

Tabel 5.2 Tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa diketahui


Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin penurunan kejadian menggigil dengan
Pasien Post Operasi Dengan Sub Arachnoid pemberian selimut hangat pada pasien post
Block (SAB) di Mayapada Hospital Jakarta operasi dengan Sub Arachnoid Block (SAB) di
Selatan Tahun 2017 Mayapada Hospital Jakarta selatan dapat dilihat
bahwa sebagian besar responden tidak
No Jenis Frekuensi Persentasi menggigil (60.0 %).
Kelamin (%)
1 Laki-laki 9 30 Tabel 5.5
2 Perempuan 21 70 Distribusi Frekuensi Kejadian Menggigil
Jumlah 30 100 Dengan Pemberian Selimut tebal Pada
Pasien Post Operasi Dengan Sub Arachnoid
Tabel 5.2 diatas menunjukan bahwa jenis Block (SAB) di Mayapada Hospital Jakarta
kelamin pasien post operasi dengan Sub Selatan Tahun 2017
Arachnoid Block (SAB) di kamar bedah Tabel 5.5 diatas menunjukan bahwa diketahui
Mayapada Hospital Jakarta selatan dapat dilihat
No Kejadian Frekuensi Persentasi
bahwa sebagian besar responden berjenis
Menggigil (%)
kelamin perempuan (70 %).
1 Tidak 5 33.3
menggigil
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pendidikan 2 Menggigil 10 66.7
Pasien Post Operasi Dengan Sub Arachnoid Jumlah 15 100
Block (SAB) di Mayapada Hospital Jakarta penurunan kejadian menggigil dengan
Selatan Tahun 2017 pemberian selimut tebal pada pasien post
operasi dengan Sub Arachnoid Block (SAB) di
o Usia Frekuensi Persentasi Mayapada Hospital Jakarta selatan dapat dilihat
(%) bahwa sebagian besar responden mengalami
1 SMA 6 20.0 menggigil (66,7 %).
2 Diploma 8 26.7
3 Sarjana 16 53.3 2. Analisis Bivariat
Jumlah 30 100 Uji Normalitas

Tabel 5.3 diatas menunjukan bahwa pendidikan Tabel 5.6


pasien post operasi dengan Sub Arachnoid Hasil Uji Normalitas Pemberian Selimut
Block (SAB) di kamar bedah Mayapada Hangat dan Selimut Tebal Pada Pasien Post
Hospital Jakarta selatan dapat dilihat bahwa Operasi Dengan Sub Arachnoid Block (SAB)
sebagian responden memiliki pendidikan di Mayapada Hospital Jakarta Selatan
Sarjana (53,3 %). Tahun 2017
(n = 30)
Tabel 5.4 Kolmogorov-
Distribusi Frekuensi Kejadian Menggigil Smirnova Shapiro-Wilk
Dengan Pemberian Selimut Hangat Pada
Pasien Post Operasi Dengan Sub Arachnoid Statist Statisti
Block (SAB) di Mayapada Hospital Jakarta ic df Sig. c df Sig.
Selatan Tahun 2017 Hang .219 15 .888 15 .063
(n = 15) at .052
Tebal .167 15 .934 15 .316
.200
4

Tabel 5.6 diatas menunjukan bahwa hasil uji Hospital Jakarta selatan dapat dilihat bahwa
normalitas pada Shapiro Wilk diperoleh hasil sebagian besar (63.3%) responden dalam
yaitu : pemberian selimut hangat memiliki nilai kategori dewasa.
: 0.063, dimana data tersebut > dari 0.05 dengan Pada Usia dewasa (26-45) tahun termoregulasi
demikian data tersebut berdistribusi normal dan relatif lebih baik dibandingkan dengan usia
pemberian selimut tebal memiliki nilai : 0.316 geriatrik. Perubahan suhu pada usia geriatri
dimana data tersebut > dari 0.05 dengan akan terjadi lebih lambat. Geriatri juga lebih
demikian data tersebut berdistribusi normal. rentan terhadap hipotermia. Pada pasien tua,
terjadi kegagalan termoregulasi relatif
dibandingkan dengan pasien lebih muda
Uji Paired Sampel T-Test (Anggita Marissa, 2012).
Pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa jenis
Tabel 5.7 kelamin pasien post operasi dengan Sub
Perbandingan Kejadian menggigil Pre-Test Arachnoid Block (SAB) di kamar bedah
dan Post-Test Pemberian Selimut Hangat Mayapada Hospital Jakarta selatan dapat dilihat
Pada Pasien Post Operasi Dengan Sub bahwa sebagian besar responden berjenis
Arachnoid Block (SAB) di Mayapada kelamin perempuan (70 %) hanya sebagian
Hospital Jakarta Selatan Tahun 2017 kecil responden yang berjenis kelamin laki-laki
(n = 30) (30 %).
Hal ini berhunbungan dengan penelitan Nur
Std. Std. Akbar Fauzi, Santun Bhekti Rahimah, Arief
Variabe Mea Deviatio Error P Value Budi Yulianti (2014) yang berjudul “Gambaran
l n N n Mean Kejadian Menggigil (Shivering) pada Pasien
Selimut 1.40 15 0.507 0.131 dengan Tindakan Operasi yang Menggunakan
0.04
Hangat Anastesi Spinal di RSUD Kerawang Periode
Selimut 1.67 15 0.488 0.126 1
0.028 Juni 2014” dengan hasil penelitian diketahui
Tebal bahwa angka kejadian menggigil sebesar 57.89
% terjadi pada sebagian pasien perempuan..
Pada tabel 5.4 dapat dilihat bahwa
diketahui penurunan kejadian menggigil dengan
Tabel 5.7. diatas menunjukan bahwa rata-rata pemberian selimut hangat pada pasien post
nilai kejadian menggigil pasien post operasi operasi dengan sub arachnoid block (sab) di
dengan Sub Arachnoid Block (SAB) sesudah mayapada hospital jakarta selatan dapat dilihat
diberikan perlakuan selimut hangat adalah bahwa sebagian besar responden tidak
sebesar 1,40 dengan standar deviasi 0,507 dan menggigil (60.0 %). Hal ini berhubungan
standar error mean 0,131, sedangkan nilai rata- dengan penelitan sugianto , farida Juanita
rata kejadian menggigil pasien post operasi (2013) yang berjudul “Pengaruh pemberian
dengan Sub Arachnoid Block (SAB) sesudah selimut elektrik suhu 38 ºC selama TUR-P
diberikan perlakuan selimut tebal adalah dengan SAB terhadap kejadian menggigil pasca
sebesar 1,67 dengan standar deviasi 0,488 dan bedah di RS Aisyiyah Bojonegoro” dengan
standar error mean 0,126. Hasil uji statistik hasil penelitian diketahui bahwa pemberian
didapatkan p-value sebesar 0,041 (p < 0,05) selimut hangat elektrik dengan suhu 38 ºC
maka dapat disimpulkan Ho ditolak yang berarti selama pembedahan TUR-P mempercepat
ada perbandingan yang signifikan antara penurunan menggigil pasca bedah.
penurunan kejadian menggigil dengan Selimut hangat elektrik merupakan cara
pemberian selimut hangat dan selimut tebal yang efisien dan cepat untuk menghasilkan
pada pasien post operasi dengan Sub Arachnoid pengaturan suhu pada pasien dan regulasi suhu
Block (SAB) di Mayapada Hospital Jakarta tubuh setelah operasi. Pada kelompok perlakuan
Selatan Tahun 2017. dengan selimut hangat mengalami skala
menggigil masih normal, karena proses
kehilangan panas tubuh terjadi pada jam
PEMBAHASAN pertama saat pembedahan dan menyebabkan
Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa usia hipotermi dengan menghangatkan penderita
pasien post operasi dengan Sub Arachnoid selama pembedahan dapat meningkatkan suhu
Block (SAB) di kamar bedah Mayapada >96,8 °F (Crossley, 2009).
5

Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa hangat memungkinkan terjadi perpindahan
diketahui penurunan kejadian menggigil dengan panas dari permukaan selimut ke permukaan
pemberian selimut tebal pada pasien post tubuh pasien yang lebih dingin (Darmawan I,
operasi dengan Sub Arachnoid Block (SAB) di 2009). Menurut Aitkenhead (2001) menggigil
Mayapada Hospital Jakarta selatan dapat dilihat yang terjadi pada pasca bedah dengan spinal
bahwa sebagian besar responden mengalami anastesi biasanya disertai proses hipotermi
menggigil (66,7 %). Hal ini sesuai dengan dimana terjadi penurunan suhu inti <35ºC
pernyataan dari Cuming and Janel (2002), dia (Gabriel, 1996). Pada pemberian anestesi spinal
menjelaskan ada tiga alasan mengapa selimut pada jam pertama setelah dilakukan anestesi
tebal kurang maksimal dalam penanganan spinal akan terjadi penurunan ambang
pasien hipotermi yaitu : (1) Selimut tebal hanya menggigil sekitar 10C sd 20C, hal ini
membungkus atau melindungi pasien dari disebabkan terjadinya redistribusi panas suhu
kehilangan panas yang lebih parah ; (2) Proses tubuh dari kompartemen inti ke kompartement
penghangatan hanya mengandalkan produksi perifer. Menggigil pada asnestesi spinal dapat
panas dari dalam tubuh saja, selimut hanya disebakan juga oleh ketidakmampuan
membantu mencegah keluarnya panas yang kompensasi otot dibawah ketinggian blockade
telah di produksi di dalam tubuh ; (3) Tidak untuk terjadinya menggigil.
terjadi perpindahan panas dari selimut tebal ke Pentingnya pencegahan dalam
dalam tubuh pasien. Pasien Yang Mengalami penurunan kejadian menggigil/ hipotermi pada
Menggigil Disebabkan Karena Suhu kamar pasien post operasi dengan Sub Arachnoid
operasi yang terlalu dingin, infus dengan cairan Block (SAB) menjadi sangat penting karena
yang dingin, Inhalasi dingin, aktifitas otot yang sulit sekali untuk mengatasi penurunan suhu
menurun, ataupun pengaruh obat-obatan yang tubuh yang disertai vasodilatasi akibat tindakan
digunakan (seperti vasodilator, anastetik umum, anestesi spinal (SAB). Ada beberapa
dan lain-lain) (Elsavier, 2005). komplikasi yang bisa ditimbulkan akibat efek
Hasil uji statistik didapatkan p-value dari hipotermi diantaranya : Hipoglikemi,
sebesar 0,041 (p < 0,05) maka dapat Asidosis metabolik yang diakibatkan karena
disimpulkan Ho ditolak yang berarti ada vasokonstrtiksi perifer dengan metabolisme
perbandingan yang signifikan antara penurunan anaerob, kebutuhan oksigen yang meningkat,
kejadian menggigil dengan pemberian selimut metabolisme meningkat, gangguan pembekuan
hangat dan selimut tebal pada pasien post sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal
operasi dengan Sub Arachnoid Block (SAB) di yang menyertai hipotermi berat, shock, dan
MayapadaHospital Jakarta Selatan Tahun 2017. apnea.
Hal ini berhunbungan dengan penelitian
Widyawati, Amkep. SST (2011) yang berjudul
“Pengaruh Tindakan Perawatan Pemberian Selimut KESIMPULAN DAN SARAN
Hangat Terhadap Kecepatan Kembalinya Suhu Tubuh
Normal Pada Pasien Yang Mengalami Hipotermi 1. Kesimpulan
Setelah Menjalani Operasi Dengan Anestesi Spinal di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Palembang BARI”, Perlakuan pemberian selimut hangat
dengan hasil penelitian diketahui bahwa pada responden post operasi dengan Sub
terdapat perbedaan yang signifikan antara Arachnoid Block (SAB) di Mayapada
responden yang mendapatkan tindakan Hospital Jakarta Selatan Tahun 2017,
keperawatan selimut hangat (K1) dengan yang sebagian besar responden tidak menggigil.
mendapatkan tindakan keperawatan selimut
Perlakuan pemberian selimut tebal pada
tebal (K2). Dengan demikian ada pengaruh
responden post operasi dengan Sub Arachnoid
tindakan keperawatan pemberian selimut hangat
Block (SAB) di Mayapada Hospital Jakarta
terhadap kecepatan kembalinya suhu tubuh
Selatan Tahun 2017. sebagian besar responden
normal.
menggigil. Ada perbandingan yang signifikan
Menurut Mancini, Marry (1994)
antara penurunan kejadian menggigil dengan
kecepatan kembalinya suhu tubuh ke normal
pemberian selimut hangat dan selimut tebal
pada kelompok selimut hangat dipengaruhi oleh
pada pasien post operasi dengan Sub Arachnoid
proses radiasi, konveksi dan konduksi. Radiasi
Block (SAB) di Mayapada Hospital Jakarta
adalah perpindahan panas dari permukaan suatu
Selatan Tahun 2017.
objek ke permukaan objek lain. Selimut yang
6

2. Saran Buggy D, Hughes N. Pre-emptive Use


Diharapkan hasil penelitian ini dapat Space Blanket Reduces Shivering
berguna untuk pelayanan terhadap pasien yang After General Anestesi (2004) Wrong.
menjalani pembedahan di kamar operasi untuk http://www.Diagnosis.com., 02 April
mencegah terjadinya hipotermi. Perawat di 2016 ; 21.30 WIB.
ruang bedah/ ruang pemulihan
Carol. M. (1998) Pathophysiologi:
direkomendasikan menggunakan metode
pemberian selimut hangat untuk mencegah dan Concepts of Altered Health States
menghindari terjadinya kejadian menggigil Fifth Edition, Lippincott-Raven,
pada pasien-pasien post operasi dengan Sub USA.
Arachnoid Block (SAB), serta pemberian Crossley, A.W.A (2012), Perioperative
selimut hangat dengan suhu 38°C post operasi Shivering Anaesthesia.
dapat dijadikan salah satu prosedur tetap http://bmj.bmjjournals.com
pelayanan pasien pasca bedah guna mencegah Crossley, A.W.A (2005), Postoperative
komplikasi menggigil, sehingga dapat Shivering : The Influence of Body
disosialisasikan menjadi sebuah protap untuk Temperatur.
mencegah komplikasi pasca bedah. Perlu http://bmj.bmjjournals.com
diadakan training internal ataupun pelatihan
Drain, C.B (2004). The Post Anaesthesia
sejenis bagi perawat kamar bedah agar dapat
menambah pengetahuan dan wawasan betapa Care Unit. Philadelphia. W.B
pentingnya manfaat dari pada pemberian Saunders Company.
selimut hangat pasca operasi dengan Sub English W. Post-Operative shivering,
Arachnoid Block (SAB) sehingga perawat di Causes, Prevention and Treatment,
ruang operasi/ ruang pemulihan dapat Worl Federation of Societies of
menjalankan perlakuan pemberian selimut Anesthesiologist. WWW
hangat ini menjadi sebuah prosedur baku implementation by the NDAWeb
didalam SPO (Standar Operasional Prosedur) Team, 2002; Issue 15; Article 3.
yang ada guna menambah dan meningkatan Ganong W.F (2009), Buku Ajar Fisiologi
kualitas pelayanan post operasi khususnya pada Kedokteran, ed 17 EGC. Jakarta.
pasien post operasi dengan Sub Arachnoid
Guyton & Hall. (2007) Buku Ajar Fisiologi
Block (SAB) di Mayapada Hospital Jakarta
Selatan. Kedokteran Edisi 9. Jakarta, EGC.
Holderoft A, Hall GM (2008) Heath Los
During Anesthesia. BrJAnaesth. WB
DAFTAR PUSTAKA Sounders, Philadelphia.
Hudak & Gallo (2006). Keperawatan
Arikunto,S. 2009. Prosedur Penelitian Kritis. EGC. Jakarta.
Suatu Pendekatan Praktek Revisi VI. Kozier, B, Glenora E, Audrey B, Shirlee S.
Jakarta. Rineka Cipta. (2010) Fundamental of Nursing 7th
Bhattacharya, P.K, Lata B, Rajnish K.J, Edition. USA. Pearson Education Inc.
Ramesh C.A. (2003), Post Kursun, S dan Dramali, A, Effect
Anaesthesia Shivering (PAS): A Rewarming with Electrical Blanket on
Review. http://medind.nic.in (25 April the Rewarming Time of the Patients
2013; 13.00 WIB) UNDERGOING abdominal Surgery
Brunner & Sudart (2002). Buku Ajar in the Postoperative Period, 2011;
Keperawatan Medikal Bedah, ed 8 21(1): 1-4 , Journal
Pengaruh Pemberian Selimut Elektrik Latief, S.A, Kartini A.S, Ruswan D. (2011)
Suhu 38OC Selama TUR-P dengan Petunjuk Praktis Anetesiologi Edisi
SAB terhadap Kejadian Menggigil Kedua. Jakarta. Fakultas Kedokteran
Pasca Bedah di RS Aisyiah FKUI.
Bojonegoro EGC. Jakarta, Hal 426- Murray A Kalish (2009). Hypotermia and
429 &hal : 457-458 Hypertermia in Trauma Bathients,
Trauma Anestheshia. Baltimore.
7

Nazma, D, 2008, Perbandingan Tramadol


0,5 dan 1 mg/KG BB IV dalam
Mencegah Menggigil dengan Efek
Samping yang Minimal pada Anestesi
Spinal, FK USU, Medan. Diunduh
dari
http//repository.usu.ac.id/bitstream
Notoadmodjo, S. 2005, Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Notoadmodjo,S . 2010. Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Jakarta.
Rineka Cipta.
Nursalam, 2009, Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta: Salemba
Medika.
Nursalam, dan Pariani, S. 2011, Pendekatan
Praktis Metodologi Riset
Keperawatan, CV, Info Medika.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta, Salemba
Medika.
Perry Potter (2010). Ketrampilan dan
Prosedur Dasar, Penerbit Buku
Kedokteran EGC Jakarta.
Sessler D.I., Mild Perioperative
Hypothermi, New England Journal of
Medicine. 2007;336(24): 1730-37
Shiraz E-Medical Journal Vol 5 No.3 July
2004 (2004). The Effects of Warming
Intravenous fluid on Perioperative
Hemodynamic Status, Postoperatif
Shivering and Recovery in
Orthopedic Surgery.
Suzanner C. Smeltzer, dkk, 2011, Suddarth
& Brunner, Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8 Vol.3, Buku
Kedokteran EGC : Jakarta White JD,
Sessler DI, Perioperative Shivering :
Physiology and Pharmakologi,
Anesthesiology 2002; 96(2): 467-484
TIM Puslitjaknov 2008, Metode Penelitian
Pengembangan, Pusat Penelitian dan
Inovasi Pendidikan Badan Penelitian
dan Pengembangan Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.
W.F Ganong, 2008, Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran, Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai