Anda di halaman 1dari 5

Jkesvo (Jurnal Kesehatan Vokasional)

Vol. 3 No 2 – November 2018


ISSN 2541-0644 (Print)
ISSN 2599-3275 (Online)
Dapat di akses di http://journal.ugm.ac.id/jkesvo

Efektifitas Selimut Elektrik dalam Meningkatkan Suhu Tubuh Pasien


Post Seksio Sesarea yang Mengalami Hipotermi

Mutiara Dewi Listiyanawati1, Noriyanto2


Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Alma Ata Yogyakarta1,2
mudeli43@gmail.com1, noriyanto2015@gmail.com2

ABSTRAK
Latar Belakang: Operasi bedah seksio sesarea mempunyai risiko mengganggu intregritas atau
keutuhan tubuh bahkan dapat merupakan ancaman kehidupan pasien. Pasien post operasi seksio
sesarea dapat mengalami hipotermi yang disebabkan oleh suhu yang rendah di kamar operasi, luka
yang terbuka dan aktifitas otot yang menurun akibat efek anestesi spinal, sehingga dapat
memperlama proses penyembuhan luka operasi. Salah satu penatalaksanaan untuk menangani kasus
hipotermi di ruang pemulihan adalah dengan penggunaan selimut kain atau selimut elektrik, namun
penggunaan selimut tersebut di RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo belum dijadikan standar prosedur
operasional.
Tujuan: mengetahui efektifitas penggunaan selimut elektrik terhadap peningkatan suhu tubuh pasien
post operasi seksio sesarea yang mengalami hipotermia di ruang pemulihan RSUD Dr. Tjitrowardojo
Purworejo
Metode: Jenis penelitian ini adalah quasi experiment research dengan desain two-group pre-post test
design.Pengambilan sampel dilakukan di ruang pemulihan RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel keseluruhan
36 orang, dibagi menjadi 2 kelompok dimana 18 orang diberikan intervensi penggunaan selimut
elektrik dan 18 intervensi selimut kain. Uji statistik data menggunakan uji Independent Sample t Test.
Hasil: Hasil penelitian diperoleh rata-rata peningkatan suhu tubuh sebelum dan sesudah penggunaan
selimut elektrik sebesar 1,544oC dan rata-rata peningkatan suhu tubuh sebelum dan sesudah
penggunaan selimut kain sebesar 0,856oC dengan p-value 0,001 (<0,05).
Kesimpulan: penggunaan selimut elektrik lebih efektif terhadap peningkatan suhu tubuh pasien post
seksio sesarea yang mengalami hipotermi ringan dibandingkan dengan penggunaan selimut kain.
Kata kunci: Hipotermi, Seksio Sesarea, Selimut Elektrik

ABSTRACT
Background: Caesarean section surgery has a risk of disrupting the integrity or wholeness of the body
and may even be a threat to the patient’s life. Postoperative caesarean section can experience
hypothermia caused by low temperatures in the operating room, open wounds and decreased muscle
activity due to the effects of spinal anesthesia, so as to prolong surgical wound healing. One of the
management to handle hypothermia case in recovery room is by using blanket of cloth or electric
blanket, but the use of blanket in Dr. Tjitrowardojo hospital hasn’t been made standard operational
procedure.
Objective: This study aimed to determine the effectiveness of electric blanket to increase the body
temperature of post operative cesarean section with hypothermia in recovery room Dr. Tjitrowardojo
hospital.
Methods: This type of this research is quasi experiment research with two-group design pre-post test
design. Sampling was conducted in recovery room Dr. Tjitrowardojo hospital. The total sample
number of 36 samples taken by using purposive sampling, divided into 2 groups where 18 people
were given the intervention of the use of electric blanket and 18 interval of cloth blanket. The analysis
of statistic data used Independent Sample t Test.
Results: The result showed that the average of increasing body temperature before and after the use of
electric blanket was 1.544oC and the average of increasing body temperature before and after the use
of cloth blanket was 0,856oC with p-value 0,001 (<0,05).
Conclusion: Electric blanket wereshown to be an effective increase body temperature of post-cesarean
section who have mild hypothermia compared with the use of cloth blanket.
Keywords: Hypothermia, Caesarean Section, Electric Blanket

69
Efektifitas Selimut Elektrik dalam Meningkatkan Suhu Tubuh…

PENDAHULUAN selimut elektrik dengan menggunakan


Pembedahan elektif maupun sumber tenaga listrik yang bisa digunakan
kedaruratan adalah peristiwa kompleks untuk menghangatkan tubuh pada pasien
yang biasanya menjalani prosedur post operasi yang mengalami hipotermi.
mencakup penggunaan anestesi lokal, Alat tersebut sering digunakan pada
regional, atau umum (Sjamsuhidajat & De pasien post seksio sesarea, dimana
Jong, 2010). Sebagian besar tindakan sebelumnya hanya menggunakan selimut
seksio sesarea dilakukan dengan anestesi kain. Berdasarkan studi pendahuluan
spinal atau epidural. Seksio sesarea yang peneliti di ruang pemulihan RSUD Dr.
dilakukan dengan indikasi ukuran janin Tjitrowardojo pada bulan Mei 2017, dari
terlalu besar, kelainan letak janin, denyut 10 pasien post operasi seksio sesarea
jantung janin yang tidak normal, kelainan terdapat 8 pasien yang mengalami
plasenta dan tali pusat, kelainan kontraksi hipotermi ringan. Hasil pengukuran
rahim, adanya hambatan jalan lahir peningkatan suhu tubuh pada
(mioma uteri atau tumor), ketuban pecah penggunaan selimut elektrik terhadap 4
dini, derajat gawat janin dan ibunya harus pasien hipotermi ringan menunjukkan
dievaluasi dalam menentukan jenis hasil kenaikan rata-rata 1,80C sedangkan
anestesi yang akan dilakukan pada 4 pasien selimut kain mampu
(Wiknjosatro, 2007; Myles, 2009; menaikkan suhu tubuh pasien rata-rata
Saifuddin, 2010; Lowdermilk, 2010). 0,60C. Penggunaan selimut elektrik
Tindakan bedah atau prosedur mampu meningkatkan suhu tubuh lebih
operasi memiliki risiko kerusakan cepat dibandingkan dengan selimut kain
integritas atau keutuhan tubuh bahkan pada pasien post operasi seksio sesarea.
dapat merupakan ancaman kehidupan Penelitian ini dilakukan untuk
pasien. Pasien pasca bedah dapat mengetahui sejauh mana efektifitas
mengalami hipotermi yang dapat terjadi penggunaan selimut elektrik dalam
pada periode peri-operasi hingga berlanjut meningkatkan suhu tubuh pasien post
pada periode pasca operasi di ruang operasi seksio sesarea dengan hipotermi
pemulihan, sebagai akibat sekunder dari di ruang pemulihan. Manfaat yang bisa
suhu yang rendah di ruang operasi, infus didapatkan yaitu sebagai acuan untuk
dengan cairan yang dingin, inhalasi pembuatan standar prosedur
dengan gas yang dingin, kavitas atau luka operasional rumah sakit dalam
yang terbuka, aktivitas otot yang penatalaksanaan pasien di post operasi
menurun, usia yang lanjut atau agen obat- seksio sesarea dengan hipotermi di ruang
obatan yang digunakan, seperti anestesi pemulihan.
dan vasodilator (Smeltzer, 2002).
Hipotermia didefinisikan sebagai METODE
keadaan dimana suhu tubuh kurang dari Jenis penelitian yang digunakan
36oC dan dapat terjadi sebelum, selama, adalah quasi experiment research dengan
atau setelah operasi (Sessler, 2014). desain two-group pre-post test design.
Hipotermia pasca operasi dapat Pengambilan sampel dilakukan di ruang
menyebabkan berbagai efek fisiologis pemulihan RSUD Dr. Tjitrowardojo
yang merugikan (Shen et al, 2015). Purworejo. Teknik pengambilan sampel
Penatalaksanaan hipotermia yang dapat menggunakan purposive sampling
dikerjakan meliputi tindakan non dengan kriteria inklusi adalah pasien post
farmakologis serta farmakologis. Teknik seksio sesarea dengan anatesi spinal yang
terapi non farmakologis dapat dilakukan mengalami hipotermi ringan dengan suhu
dengan memberikan selimut hangat, 34-36oC dan bersedia untuk menjadi
mengatur suhu lingkungan yang responden. Kriteria eksklusi dalam
memadai, serta menggunakan penghangat penelitian ini adalah pasien post seksio
cairan untuk tranfusi dan cairan lain sesarea yang harus segera pindah ke
(Sjamsuhidajat & De Jong, 2010). ruang ICU.
Ruang pemulihan di RSUD Dr. Jumlah sampel 36 pasien dibagi
Tjitrowardojo Purworejo mempunyai menjadi 2 kelompok, dimana 18 pasien

70
Efektifitas Selimut Elektrik dalam Meningkatkan Suhu Tubuh…

diberikan intervensi penggunaan selimut dibandingkan dengan penggunaan


elektrik dan 18 pasien diberikan intervensi selimut kain.
penggunaan selimut kain selama 60 menit
setelah tindakan post seksio sesarea. 2. Uji beda rerata suhu tubuh pada pasien
Selimut elektrik yang digunakan yaitu post seksio sesarea yang mengalami
selimut elektrik merk Equator dengan hipotermi ringan sebelum dan sesudah
selimut pemanas berbahan polypropylene intervensi penggunaan selimut elektrik
non-woven mempunyai panjang 203 cm dan selimut kain.
dan lebar 101 cm. Saat dilakukan
intervensi, selimut elektrik diatur pada Tabel 2. Uji Beda Rerata Peningkatan
suhu alat 44oC. Selimut kain yang Suhu Tubuh Sebelum dan Sesudah
digunakan terbuat dari bahan katun Intervensi
dengan motif garis-garis lurus Perlakuan Rerata Suhu (C) Mean p-
mempunyai ukuran panjang 180 cm, lebar Sebelum Sesudah value
150 cm dan ketebalan 0,2 cm. Selimut 34.68 36.23 1.54 0.00
Pengumpulan data dilakukan Elektrik
dengan cara mengukur suhu tubuh pasien Selimut 34.92 35.78 0.85 0.00
Kain
sebelum dan setelah intervensi dengan
Sumber: Data Primer, 2017
menggunakan alat thermometer axila
digital. Uji statistik data menggunakan uji
Berdasarkan tabel 2, hasil uji Paired
Independent Sample t Test dengan tingkat
Sample t Test diperoleh hasil peningkatan
signifikan 5%. Penelitian dilakukan pada
suhu tubuh pada kedua kelompok
20 Mei sampai 3 Juni 2017.
intervensi penggunaan selimut yaitu
menunjukkan hasil yang signifikan. Suhu
HASIL DAN PEMBAHASAN
tubuh kelompok intervensi penggunaan
1. Deskripsi peningkatan suhu tubuh pasien
selimut elektrik sebelum perlakuan adalah
post seksio sesarea yang diberikan selimut
34,68C dan sesudah perlakuan
elektrik dan selimut kain di ruang
mengalami peningkatan rata-rata suhu
pemulihan RSUD Dr Tjitrowardojo
1,54C menjadi 36,23C. Suhu tubuh
Purworejo
kelompok intervensi penggunaan selimut
Tabel 1. Deskripsi Peningkatan Suhu kain sebelum perlakuan adalah 34,92C
Tubuh Pasien Post Seksio Sesarea dan sesudah perlakuan mengalami
Variabel Mean Median SD Min - Max peningkatan rata-rata suhu 0,85C menjadi
Selimut 1.54 1.40 0.36 1.20 - 2.30 35,78C. Berdasarkan perbandingan rata-
Elektrik rata peningkatan suhu menunjukkan
Selimut 0.85 0.8 0.15 0.70 - 1.30 bahwa penggunaan selimut elektrik
Kain memiliki peningkatan suhu lebih besar
Sumber: Data Primer, 2017 dibandingkan penggunaan selimut kain
(tabel 1).
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata- Hasil penelitian Torrossian, et al
rata peningkatan suhu tubuh pada pasien (2016) menunjukkan bahwa penggunaan
post seksio sesarea yang diberikan selimut BARRIER EasyWarm pada tahap
intervensi penggunaan selimut elektrik preoperative, perioperative dan
adalah 1,54C dan rata-rata peningkatan postoperative signifikan meningkatkan
suhu tubuh pasien post seksio sesarea suhu tubuh. Selimut diberikan kepada
yang diberikan intervensi penggunaan pasien 30 menit sebelum proses anestesi.
selimut kain adalah 0,85C. Rerata suhu tubuh pada tahap
Penelitian ini menunjukkan bahwa postoperative berbeda signifikan antara
pemanasan aktif dengan penggunaan kelompok intervensi dengan kelompok
selimut elektrik selama 60 menit post kontrol (36,3°C, SD±0.5, vs 36,0°C SD±0.5,
seksio sesarea di ruang pemulihan dapat dengan nilai p masing-masing 0,01).
meningkatkan suhu tubuh lebih cepat Kejadian hipotermia pada tahap
postoperative signifikan lebih rendah

71
Efektifitas Selimut Elektrik dalam Meningkatkan Suhu Tubuh…

pada kelompok intervensi daripada (konveksi) menyebabkan kenaikan suhu


kelompok kontrol (24% vs 49% dengan tubuh sebagai akibat terpapar udara panas
nilai p masing-masing 0,01). dan mencegah kehilangan panas tubuh
Hal ini menunjukkan bahwa (Robinson, 2012). Hasil penelitian Kesuma
penggunaan selimut elektrik pada (2013) mengenai penggunaan selimut
rangkaian proses operasi yang tebal dan lampu penghangat pada pasien
menggunakan anestesi spinal dapat pasca bedah sectio caesaria yang
membantu mengurangi resiko hipotermi mengalami hipotermi di ruang pemulihan
pada pasien saat di ruang pemulihan. RSUD Sanjiwani Gianyar menunjukkan
bahwa pasien hipotermi yang diberikan
3. Uji beda rerata peningkatan suhu tubuh penghangat dari luar tubuh memiliki
pada pasien post seksio sesarea yang peningkatan suhu yang lebih besar
mengalami hipotermi ringan sebelum dan dibandingkan dengan selimut tebal.
sesudah intervensi penggunaan selimut Selimut kain tebal hanya membungkus
elektrik dan selimut kain. atau melindungi pasien dari kehilangan
panas yang lebih parah dan proses
Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata penghangatan hanya mengandalkan
peningkatan suhu tubuh pada pasien post produksi panas dari dalam tubuh saja.
seksio sesarea dengan perlakuan Selimut hanya membantu mencegah
penggunaan selimut elektrik adalah keluarnya panas yang telah diproduksi di
1,54C dan rerata peningkatan suhu tubuh dalam tubuh dan tidak terjadi
pada pasien post seksio sesarea dengan perpindahan panas dari selimut kain tebal
perlakuan penggunaan selimut kain ke dalam tubuh pasien.
adalah 0,85C. Perbedaan antara penelitian Kesuma
(2013) dengan yang dilakukan peneliti
Tabel 3. Uji Beda Rerata Peningkatan Suhu adalah penggunaan alat untuk
Tubuh meningkatkan suhu tubuh yaitu lampu
Perlakuan Rerata t p- penghangat dan selimut elektrik.
Peningkatan hitung value Penggunaan lampu penghangat
Suhu Tubuh (C) menggunakan radiasi panas dan yang
Selimut 1,54 7,490 0,001 diukur adalah lama waktu untuk
Elektrik mencapai suhu tubuh kembali ke suhu
Selimut 0,85 normal 36C dengan rata-rata suhu
Kain
Sumber: Data Primer, 2017
sebelum perlakuan 34,06C. Hasil
penelitiannya dibutuhkan waktu 49,06
Hasil uji perbandingan kedua rerata menit untuk mencapai suhu normal tubuh
peningkatan suhu tubuh menggunakan uji dengan peningkatan 1,9C. Sedangkan
Independent Sampel t Test diperoleh hasil peneliti menggunakan selimut elektrik
t=7,490 dengan p=0,001. Hasil dengan cara konveksi selama 60 menit
menunjukkan bahwa ada perbedaan tanpa membatasi suhu pasien sampai
signifikan pada rerata peningkatan suhu suhu 36C. Suhu sebelum perlakuan
tubuh pasien post seksio sesarea dengan 34,68C dan sesudah perlakuan 36,23C
penggunaan selimut elektrik dan dengan peningkatan 1,54C. Berdasarkan
penggunaan selimut kain. Hal ini hasil tersebut menunjukkan lampu
membuktikan bahwa penggunaan selimut penghangat lebih cepat menaikkan suhu
elektrik pada pasien post seksio sesarea tubuh, tetapi mempunyai risiko kulit
yang mengalami hipotermi ringan lebih terbakar bila terlalu dekat dan kenaikan
efektif dalam meningkatkan suhu tubuh suhu tubuh dapat lebih lama jika terlalu
dibandingkan penggunaan selimut kain di jauh. Penggunaan selimut elektrik jauh
ruang pemulihan RSUD Dr. Tjitrowardojo lebih aman karena menggunakan panas
Purworejo. melalui konveksi dengan mesin pemanas
Penggunaan selimut elektrik yang bisa diatur suhu dan sensor suhu
menggunakan udara yang dipanaskan panas untuk mengukur suhu udara yang
dan dialirkan melalui selang dan selimut keluar.

72
Efektifitas Selimut Elektrik dalam Meningkatkan Suhu Tubuh…

Keterbatasan penelitian ini adalah thermal gown prevents maternal


kelompok kontrol tidak menerima temperature loss during elective
pemanasan aktif alternatif lainnya, cesarean section A randomized
meskipun pasien menerima isolasi pasif clinical trial. Braz J Anesthesiol, 66(5),
dengan penggunaan selimut yang menjadi 451–455.
kenyataan di banyak layanan kesehatan. Kesuma, I.G.B.I.W., Kusumawati, P., dan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Saputra, I. . (2013). The Differences in
penurunan suhu tubuh, seperti Body Mass Effectiveness of Granting Thick
Index (BMI) dan banyaknya cairan infus Blankets and Heating Lamps in Sectio
yang masuk selama proses operasi juga Caesarea Post-Surgery Patients who
tidak dihitung. Keterbatasan lainnya yaitu Undergo Hypothermia in the OK
untuk penggunaan obat-obatan yang Recovery Room in Sanjiwani District
dianggap mampu untuk mengatasi risiko Hospital Gianyar. Open Journal
hipotermia selama anestesi spinal, seperti System Universitas Udayana, 1(2).
golongan phenylephrine yang digunakan Lowdernilk, D. . (2010). Maternity
dalam kedua kelompok tidak dilaporkan Nursing. Maryland: Mosby.
(Bernardis, et al, 2016). Myles. (2009). Buku Ajar Bidan. Jakarta:
ECG.
KESIMPULAN Robinson, J. . (2012). Critical Care Nursing.
1. Terdapat peningkatan suhu tubuh Norristown: Lippincott Williams.
sebelum dan sesudah penggunaan Saifuddin, A. B. (2010). Ilmu Kebidanan.
selimut elektrik pada pasien post seksio Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
sesarea di ruang pemulihan RSUD Dr. Prawirohardjo.
Tjitrowardojo Purworejo sebesar Sessler, D. (2014). Temperature
1,54C. monitoring: the consequences and
2. Terdapat peningkatan suhu tubuh prevention of mild perioperative
sebelum dan sesudah penggunaan hypothermia. South Afr J Anaesth
selimut kain pada pasien post seksio Analg, 20, 25–31.
sesarea di ruang pemulihan RSUD Dr. Shen, J., Wang, Q., Zhang, Y., Wang, X.,
Tjitrowardojo Purworejo sebesar 0,85C Shi, P. (2015). Combination of
3. Hasil uji beda menunjukan warming blanket and prewarmed
penggunaan selimut elektrik lebih intravenous infusion is effective for
efektif dibandingkan penggunaan rewarming in infants with
selimut kain terhadap peningkatan postoperative hypothermia in China.
suhu tubuh pada pasien post seksio J Paediatr Anaesth, 25(11), 1139–1143.
sesarea di ruang pemulihan RSUD Dr. Sjamsuhidajat dan De Jong. (2010). Buku
Tjitrowardojo Purworejo. Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: ECG.
Smeltzer, C. . (2002). Buku Ajar
SARAN Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Berdasarkan kesimpulan tersebut maka ECG.
peneliti memberikan saran agar RSUD Dr. Torossian, A., et al. (2016). Active
Tjitrowardojo dapat mempertimbangkan perioperative patient warming using
dan menjadikan penggunaan selimut a self-warming blanket (BARRIER
elektrik sebagai standar prosedur EasyWarm) is superior to passive
operasional dalam tindakan keperawatan thermal insulation: a multinational,
dalam mengatasi hipotermi di ruang multicenter, randomized trial. J Clin
pemulihan kamar operasi. Anesth, 34, 547–554.
Wiknjosatro, H. (2007). Ilmu Bedah
DAFTAR PUSTAKA Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Bernardis, R.C.G., et al. (2016). Pustaka.
Perioperative warming with a

73 Mutiara Dewi Listiyanawati

Anda mungkin juga menyukai