Anda di halaman 1dari 5

6.

Penatalaksanaan Hipotermia Perioperatif

Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu
kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan
sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 36°C. Tubuh manusia mampu
mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5o C-37,5°C. Di luar suhu
tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi
panas dan kehilangan panas dalam tubuh (Kliegman, 2007 dalam Rositasari,
2017).

Menurut Mancini dalam Wiryanatha (2008) menyebutkan bahwa penanganan


hipotermi berdasarkan derajat hipotermi, yaitu :

a. Pada suhu antara 320 C sampai 350 C, dilakukan pemberian metoda


pemasangan eksternal pasif yaitu dengan pemberian selimut hangat

b. Pada suhu kurang dari 320 C, dapat diberikan dua metode yaitu pemanasan
eksternal aktif dan internal aktif.

1) Pemanasan eksternal aktif dengan cara : botol yang berisi air hangat
diletakkan pada permukaan tubuh pasien, lalu melakukan perendaman pada
bak air yang berisi air hangat dengan suhu 400 C dan pemberian matras
hangat.

2) Metode pemanasan internal aktif dengan cara : pemberian cairan intra


vena yang telah dihangatkan, lavage lambung hangat, lavage peritoneum
hangat, lavage colon hangat, lavage mediastinium hangat dan pemberian
oksigen hangat.

Di bawah temperatur 28°C penderita tidak sadarkan diri dan terjadi henti
jantung. Kematian terjadi sebelum temperatur mencapai 25°C. Berapa lama
seseorang dapat bertahan hidup dari serangan hipotermia, sangat tergantung
dari berbagai faktor yang mendukung untuk terus dapat bertahan hidup, atau
berbagai faktor yang membuat situasi semakin memburuk. Kematian karena
hipotermia bisa terjadi di bawah 24 jam (Murray, 2012). Untuk penanganan
hipotermia pada pasien post operasi agar tidak menggigil melebihi batas aman
maka digunakanlah alat yaitu blanket warmer. Blanket Warmer merupakan
suatu alat untuk menjaga kestabilan suhu tubuh pasien ketika pasien mengalami
hypothermia. Alat ini pada dasarnya memanfaatkan panas yang dialirkan
dengan menggunakan blower sebagai media penghantar panas sehingga kondisi
pasien tetap terjaga dalam keadaan hangat (Murray, 2012). Oleh karena itu
dengan penggunaan blanket warmer cairan intravena menjadi hangat saat aliran
tersebut masuk ke pembuluh darah, percepatan peningkatan suhu tubuh lebih
stabil dan kondisi pasien tetap terjaga dalam keadaan hangat sehingga
diharapkan dapat terjaga suhu tubuh tetap normal.

Etiologi menggigil pada pasien dengan anestesi spinal kompleks dan sulit
dipahami (Lamacraft, 2004 dalam Masyitah, 2014). Obat analgetik perioperatif
seperti morfin intratekal dilaporkan menyebabkan hipotermia, menggigil dan
peningkatan produksi keringat. Hipotermia yang dialami pasien menggigil
meningkatkan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga terjadi resistensi
vaskular. Pada pasien dengan arteriosklerosis yang mengalami keterbatasan
suplai oksigen, menggigigil dapat memperburuk kerja otot jantung. Cara
selanjutnya untuk mengatasi menggigil adalah dengan memperbaiki
hemodinamik dan metabolisme tubuh serta menjaga suhu tubuh selama
tindakan pembedahan. Yaitu dengan pemberian obat-obatan seperti petidin,
klonidin atau ketanserin (Atashkhoyi, 2008 dan Johan, 2012 dalam Masyitah,
2014). Petidin merupakan golongan opioid yang paling efektif dalam mengatasi
menggigil karena efek anti menggigilnya dengan cara mengaktifkan reseptor
mu (µ) di hipotalamus dan reseptor kappa (κ) di sumsum tulang yang
menurunkan ambang menggigil (Parsa, Shideh, Radpay, 2007 dalam Masyitah,
2014)

Berbagai metode Nonfarmakologi yang diberikan untuk terapi panas yang telah
dipakai untuk pengembalian panas tubuh pasien antara lain selimut hangat, buli-buli
panas, sedangkan menurut Darmawan dan Iyan (2009) selain dengan cara tersebut
juga dapat menggunakan kompres dengan Hot -pack .

Hot-pack merupakan: kemasan tertutup yang suhunya dinaikkan hingga menjadi


panas atau sesuai suhu yang dapat ditahan pasien Peneliti menggunakan Hot-pack
sebagai pengganti buli-buli panas sebagai alat pengembalian suhu tubuh, selain lebih
praktis Hot-pack tidak perlu diisi ulang seperti penggunaan buli-buli yang harus
diganti airnya apabila suhunya telah berubah, dan pengisian air panas kedalam
buli-buli dapat tumpah dan menimbulkan basah pada pasien bila menetes.

Perubahan suhu yang terjadi pada pasien yang telah menjalani operasi adalah
menurunnya temperatur tubuh dibawah 36ºC. Suhu dingin (360 C-370 C) pada pasien
post operasi menyebabkan kontriksi pembuluh darah yang mengalirkan makanan dan
oksigen kejaringan hingga asupannya tidak adekuat, penurunan aliran darah
menyebabkan iskemi sel dan juga menyebabkan resiko pembentukkan bekuan darah,
yang semakin menghambat oksigen kejaringan dan menyebabkan hambatan pada fase
penyembuhan luka operasi.

INDIKASI PEMBERIAN HOT PACK :

 Sprain dan strain


 Sebagai tindakan pendahuluan (preliminary) sebelum dilakukan Low
back pain yang disertai spasme otot
 Arthritis kronis

KONTRA INIKASI PEMBERIAN HOT PACK :

1. Gangguan sensibilitas

2. Buerger diseases

3. Gangguan peredaran darah arterial perifir

Dafpus :

Rositasari, S. Mulyanto. Dyah,V. 2017. Efektifitas Pemberian Blanket Warmer pada


Pasien Pasca Sectio Caesaria yang Mengalami Hipotermi di RS PKU Muhammadiyah
Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia. 10 (01).107-120. Diakses pada 6
November 2018, pukul 21.30 WIB.
file:///C:/Users/HP/Downloads/189-25-292-1-10-20180516%20(1).pdf
Kusumawati. 2006. Faktor\-faktor Resiko yang Berpengaruh terhadap Persalinan
dengan Tindakan (Studi Kasus di RS. Dr. Moewardi Surakarta. (Tesis). Semarang:
Magister Epidemologi Program Pasca Sarjana UNDIP.

Minarsih. 2009. Efektifitas Pemberian Elemen Penghangat Cairan Intravena dalam


Menurunkan Gejala Hipotermia Paska Bedah (Studi Pada Pasien Pasca Bedah Sectio
Caesar Di RS Wava Husada Kepanjen Kabupaten Malang). Jurnal Keperawatan.
Malang: UMM

Minarsih. 2009. Efektifitas Pemberian Elemen Penghangat Cairan Intravena dalam


Menurunkan Gejala Hipotermia Pasca Bedah (Studi Pada Pasien Pasca Bedah Sectio
Caesar Di RS Wava Husada Kepanjen Kabupaten Malang).

Mulyati. 2013. Gambaran Angka Kejadian Hipotermia dan lama Perawatan di Ruang
Pemulihan pada Pasien Lansia paska Operasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
Prawirohardjo. S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Pediatri. 2008. Buku Ajar Pediatrik Rudolp. Jakarta: EGC.

Potter, P. A., & Perry, A. G. 2010. Buku Ajar Frundamental Keperawatan: Konsep
Proses dan Praktik (4th ed), Yasmin Asih, dkk, (alih bahasa). Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka.

Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang


Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.

Studi Pendahuluan di Ruang Recovery RS PKU Muhammadiyah Surakarta, 2016.


Observasi pada 5 Pasien. Hasil Studi Pendahuluan.
Parsa Tahereh, Shideh Dhabir, Radpay Badiolzaman . Efficacy of Pethidine and
Buprenorphine for Prevention and Treatment of Postanesthetic Shivering.
Tannafos.2007; 6(3), 54-58

S Atashkhoyi, S Negargar. Effect of Tramadol for prevention of shivering after spinal


anesthesia for cesarean section. Research Journal of Biological Science.2008; 3 (12):
1365-1369

Johan Arifin, Yosie Arif Sanjaya. Perbandingan Efektifitas Ondansteron dan


Tramadol Intravena Dalam Mecegah Menggigil Pasca Anestesi Umum. Medica
Hospitalia.2012;1(1):7-11

G Lamacraft. Complications associated with regional anaesthesia for Caesarean


section. Southern African Journal of Anaesthesia & Analgesia. 2004 : 15-20

Masyitah,S,U. Sony. Anggraini, D. 2014.Gambaran Efektifitas Petidin 25 mg


Intravena untuk Mengurangi Reaksi Menggigil pada Pasien Seksio Sesarea Pasca
Anestesi Spinal di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jom FK. 01(02).1-9.Diakses
pada tanggal 6 November 2018 pukul 21.30 WIB.
file:///C:/Users/HP/Downloads/efektifitas%20petidin.pdf

Darmawan,Iyan. 2009. Efek Ringer acetad dalam mempertahankan Suhu tubuh inti
pasien.www.PT_Otsuka.
https://www.kompasiana.com/rizkar/58d1129d357b610b2a9f9cea/pemberian-terapi-h
ot-pack-hipotermi-post-operasi?page=all

Anda mungkin juga menyukai