Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu
kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan
sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 36°C. Tubuh manusia mampu
mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5o C-37,5°C. Di luar suhu
tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi
panas dan kehilangan panas dalam tubuh (Kliegman, 2007 dalam Rositasari,
2017).
b. Pada suhu kurang dari 320 C, dapat diberikan dua metode yaitu pemanasan
eksternal aktif dan internal aktif.
1) Pemanasan eksternal aktif dengan cara : botol yang berisi air hangat
diletakkan pada permukaan tubuh pasien, lalu melakukan perendaman pada
bak air yang berisi air hangat dengan suhu 400 C dan pemberian matras
hangat.
Di bawah temperatur 28°C penderita tidak sadarkan diri dan terjadi henti
jantung. Kematian terjadi sebelum temperatur mencapai 25°C. Berapa lama
seseorang dapat bertahan hidup dari serangan hipotermia, sangat tergantung
dari berbagai faktor yang mendukung untuk terus dapat bertahan hidup, atau
berbagai faktor yang membuat situasi semakin memburuk. Kematian karena
hipotermia bisa terjadi di bawah 24 jam (Murray, 2012). Untuk penanganan
hipotermia pada pasien post operasi agar tidak menggigil melebihi batas aman
maka digunakanlah alat yaitu blanket warmer. Blanket Warmer merupakan
suatu alat untuk menjaga kestabilan suhu tubuh pasien ketika pasien mengalami
hypothermia. Alat ini pada dasarnya memanfaatkan panas yang dialirkan
dengan menggunakan blower sebagai media penghantar panas sehingga kondisi
pasien tetap terjaga dalam keadaan hangat (Murray, 2012). Oleh karena itu
dengan penggunaan blanket warmer cairan intravena menjadi hangat saat aliran
tersebut masuk ke pembuluh darah, percepatan peningkatan suhu tubuh lebih
stabil dan kondisi pasien tetap terjaga dalam keadaan hangat sehingga
diharapkan dapat terjaga suhu tubuh tetap normal.
Etiologi menggigil pada pasien dengan anestesi spinal kompleks dan sulit
dipahami (Lamacraft, 2004 dalam Masyitah, 2014). Obat analgetik perioperatif
seperti morfin intratekal dilaporkan menyebabkan hipotermia, menggigil dan
peningkatan produksi keringat. Hipotermia yang dialami pasien menggigil
meningkatkan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga terjadi resistensi
vaskular. Pada pasien dengan arteriosklerosis yang mengalami keterbatasan
suplai oksigen, menggigigil dapat memperburuk kerja otot jantung. Cara
selanjutnya untuk mengatasi menggigil adalah dengan memperbaiki
hemodinamik dan metabolisme tubuh serta menjaga suhu tubuh selama
tindakan pembedahan. Yaitu dengan pemberian obat-obatan seperti petidin,
klonidin atau ketanserin (Atashkhoyi, 2008 dan Johan, 2012 dalam Masyitah,
2014). Petidin merupakan golongan opioid yang paling efektif dalam mengatasi
menggigil karena efek anti menggigilnya dengan cara mengaktifkan reseptor
mu (µ) di hipotalamus dan reseptor kappa (κ) di sumsum tulang yang
menurunkan ambang menggigil (Parsa, Shideh, Radpay, 2007 dalam Masyitah,
2014)
Berbagai metode Nonfarmakologi yang diberikan untuk terapi panas yang telah
dipakai untuk pengembalian panas tubuh pasien antara lain selimut hangat, buli-buli
panas, sedangkan menurut Darmawan dan Iyan (2009) selain dengan cara tersebut
juga dapat menggunakan kompres dengan Hot -pack .
Perubahan suhu yang terjadi pada pasien yang telah menjalani operasi adalah
menurunnya temperatur tubuh dibawah 36ºC. Suhu dingin (360 C-370 C) pada pasien
post operasi menyebabkan kontriksi pembuluh darah yang mengalirkan makanan dan
oksigen kejaringan hingga asupannya tidak adekuat, penurunan aliran darah
menyebabkan iskemi sel dan juga menyebabkan resiko pembentukkan bekuan darah,
yang semakin menghambat oksigen kejaringan dan menyebabkan hambatan pada fase
penyembuhan luka operasi.
1. Gangguan sensibilitas
2. Buerger diseases
Dafpus :
Mulyati. 2013. Gambaran Angka Kejadian Hipotermia dan lama Perawatan di Ruang
Pemulihan pada Pasien Lansia paska Operasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
Prawirohardjo. S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Potter, P. A., & Perry, A. G. 2010. Buku Ajar Frundamental Keperawatan: Konsep
Proses dan Praktik (4th ed), Yasmin Asih, dkk, (alih bahasa). Jakarta: EGC.
Darmawan,Iyan. 2009. Efek Ringer acetad dalam mempertahankan Suhu tubuh inti
pasien.www.PT_Otsuka.
https://www.kompasiana.com/rizkar/58d1129d357b610b2a9f9cea/pemberian-terapi-h
ot-pack-hipotermi-post-operasi?page=all