Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NEONATUS DENGAN SEPSIS NEONATORUM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Yang diampu oleh : Budiyati, S.Kp., M.Kep., Ns., SP.Kep.An.

Disusun oleh :

Nadia Lazuardi Zahra

P1337420116070

2A2

D III KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN AJARAN 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas anugerah dan
rahmatnya sehingga makalah konsep asuhan keperawatan ini dapat terselesaikan
dengan baik. Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak dengan Dosen Pengampu Ibu Budiyati, S.Kp., M.Kep., Ns.,
SP.Kep.An.

Atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan. Karena itu, sudah sepantasnya saya mengucapkan
terimakasih.

Saya sadar bahwa sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
belajar masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu,
saya sangat menghargai apabila terdapat kritik dan saran yang bersifat positif,
guna membangun penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan
datang.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Semarang, 9 September 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah…………………………..………........………………..2
C. Tujuan ............................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi ....................................................................................................... 3
B. Klasifikasi ................................................................................................... 4
C. Etiologi........................................................................................................ 5
D. Patofisiologi................................................................................................ 6
E. Manifestasi klinis........................................................................................ 6
F. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................. 7
G. Penatalaksanaan...........................................................................................7
H. Konsep Asuhan Keperawatan……...…………………….……........….8-11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................12

B. Saran ......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tingkat mortalitas bayi setelah lahir, dengan sepsis, malnutrisi,


BBLR dan prematurisme yang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Sepsis neonatorum merupakan salah satu masalah yang dapat
menyebabkan kematian pada bayi dengan insiden sepsis neonatal sangat
rendah, antara 1-8 kasus per 1000 kelahiran hidup dengan Meningitis
sebanyak 20%-25%, mortalitas berkisar antara 20%-30%.
Epidemiologi infeksi neonatal dapat berubah-ubah seperti halnya
bayi berat lahir rendah yang dapat bertahan hidup untuk waktu yang lebih
lama. Insiden infeksi berbanding terbalik dengan umur kelahiran dan berat
badan lahir mungkin mencapai 25%-40% diantara bayi dengan berat
badan 500-1000 gr saat lahir dan 12%-40% pada bayi 1000-1500gr.
Infeksi nasokomial pada bayi berat badan lahir sangat rendah (< 1500gr )
rentan sekali menderita sepsis neonatal.
Bila tidak ditangani dengan segera dapat menyebabkan kematian
dalam beberapa jam, oleh Karena itu perlu adanya pengetahuan bagi tim
kesehatan dalam pemberian pelayanan keperawatan dan medis dalam
penatalaksanaan sepsis neonatorum, sehingga dapat mengurangi tingkat
morbiditas dan mortalitas bayi, dan dapat mempertahankan generasi
penerus yang sehat.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sepsis neonatorum?
2. Apa saja klasifikasi dari sepsis neonatorum?
3. Apa saja etiologi dari sepsis neonatorum?
4. Bagaimana Patofisiologi dari sepsis neonatorum?
5. Bagaimana manifestasi klinis pada penderita sepsis neonatorum?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada penderita sepsis neonatorum?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada penderita sepsis neonatorum?
8. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan yang tepat pada pasien
denagan sepsis neonatorum?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk melengkapi tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan Anak pada
semester III, serta diharapkan mhasiswa mampu memahami dan mengerti
tentang Sepsis Neonatorum.

2. Tujuan Khusus

1. Agar mahasiwa mengetahui pengertian dari sepsis neonatorum


2. Agar mahasiwa mengetahui Klasifikasi dari sepsis nenatorum
3. Agar mahasiwa mengetahui Etiologi dari sepsis nenatorum
4. Agar mahasiwa mengetahui Patofisiologi dari sepsis neonatorum
5. Agar mahasiwa mengetahui Manifestasi dari sepsis neonatorum
6. Agar mahasiwa mengetahui Pemeriksaan penunjang dari sepsis
neonatorum
7. Agar mahasiwa mengetahui Konsep Asuhan keperawatan pada
sepsis neonatorum

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Sepsis Neonatorum atau Septicemia neonatorum merupakan keadaan


dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh.

Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui


darah dan jaringan lain.

Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala


infeksi sistemik dan diikuti dengan bakterikimia pada bulan pertama
kehidupan (WHO, 1996).

Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS (


Systeic Inflammatory Response Syndrome ), sepsis, sepsis berat, disfungsi
multiorgan dan akhirnya kemaian.

B. Klasifikasi

Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatus dapat dibagi menjadi dua


bentuk, yaitu:

1. Sepsis dini/ Sepsis Awitan Dini


Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode setelah
lahir (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses
kelahiran atau in utero.
Karakteristik: sumber organisme pada saluran genitalia ibu dan atau
cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
Jenis kuman yang sering ditemukan adalah : streptokokus group B,
Eschericia Coli, Haemophilus influenzae, Listeria monocytogenesis,
batang Gram negatif.

6
2. Sepsis Lanjutan / Sepsis nosokomial atau Sepsis Awitan Lambat
(SAL)
Merupakan infeksi setelah lahir (lebih dari 72 jam) yang diperoleh dari
lingkungan sekitar, rumah sakit atau pelayanan kesehatan lain (infeksi
nosokomial).
Karakteristik : didapat dari bentuk langsung atau tidak langsung
dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat peraatan
bayi, sering mengalami komplikasi.

C. Etiologi

Penyebab sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti


bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan
oleh bakteri, seperti Acinetobacter sp, Enterobacter sp, Pseudomonas sp,
Serratia sp, Escerichia Coli, group B Streptococcus, Listeria sp dan lain-lain.

Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko


terjadinya sepsis pada neonatus adalah:

1. Perdarahan
2. Demam yang terjadi pada Ibu
3. Infeksi pada uterus atau plasenta
4. Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu)
5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan ( 18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
6. Proses kelahiran yang lama dan sulit

7
PATHWAY terjadinya Sepsis Neonatorum

8
D. Patofisiologi

1. Selama dalam kandungan


Oleh karena terlindung berbagai organ tubuh seperti plasenta,
selaput amnion, khoiron, dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan
amnion, janin selama dalam kandungan sebenarnya relative aman
terhadap kontaminasi. Namun, terdapat beberapa kemungkinan
kontaminasi kuman melalui :
a. Infeksi kuman yang diderita ibu yang dapat mencapai janin melalui
aliran darah menembus barier plasenta dan masuk sirkulasi janin.
b. Prosedur tindakan obstetric yang kurang memperhatikan faktor
antiseptic misalnya pada saat pengambilan sampel darah janin.
c. Pada saat ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina
akan berperan dalam infeksi janin.

2. Setelah lahir
Kontaminasi kuman dapat terjadi dari lingkungan bayi, oleh karena
antara lain hal-hal berikut ini:
a. Infeksi silang
b. Alat-alat yang digunakan bayi kurang bersih/steril
c. Prosedur invasive seperti kateterisasi umbilikus
d. Kurang memperhatikan tindakan aseptik
e. Rawat inap terlalu lama
f. Bayi yang diraat terlalu banyak/padat

E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala sepsis neonatorum, antara lain:
1. Gangguan nafas, yaitu kecepatan pernafasan > 60x/menit
2. Serangan Apnea
3. Cuping hidung kembang kempis
4. Retraksi dada yang dalam
5. Ubun-ubun besar menonjol

9
6. Kejang
7. Merintih
8. Hipertermia ( suhu >37,7°C) atau Hipotermia ( suhu <35,5°C)
9. Letargi/tidak sadar
10. Tidak mau menyusu
11. Tidak dapat minum
12. Aktivitas menurun
13. Kemerahan sekitar umbilikus
14. Keluar nanah dari telinga

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan kuman dengan kultur darah dan pewarnaan Gram
2. Pemeriksaan hematologi
a. Trombosit <100.000/µL
b. Leukosit dapat meningkat maupun menurun
c. Pemeriksaan kadar D-Dimer
3. Pemeriksaan C-Reactive protein (CRP)
Merupakan pemeriksaan protein yang disintesis di hepatosit dan
muncul pada fase akut bila terdapat kerusakan jaringan

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada sepsis neonatorum adalah dengan mengeliminasi
kuman penyebab, yaitu dengan:
1. Pemberian antibiotika
2. Terapi suportif, misalnya dengan pemverian immune globuline, pemberian
transfusi dan komponen darah, transfusi tukar, dukungan nutrisi dan lain-
lain.

10
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS

DENGAN SEPSIS NEONATORUM

A. Pengkajian
1) Biodata / identitas
Nama : Diisi sesuai nama pasien
Umur : Biasanya menyerang pada usia neonatal 0 hari – 28 hari . Infeksi
nosocomial/ HAIs pada bayi berat badan lahir sangat rendah
(<1500gr) rentan sekali menderita sepsis neonatal.
Jenis Kelamin :
Alamat : tempat tinggal keluarga padat dan tidak bersih serta higienis.
Nomor Telepon :
Nomor Register :
Tanggal MRS :

2) Riwayat Kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat Kesehatan dahulu
 Riwayat Kesehatan keluarga

3) Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Suhu :
Pernafasan :
Nadi :
Keaktifan gerak :

11
Keadaan umum

 Kesadaran :
 Bangun tubuh :
 Postur tubuh :
 Cara berjalan :
 Gerak motoric :
 Keadaan kulit :

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul:

1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan apnea


2. Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat
infeksi atau inflamasi.
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder
akibat demam

C. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan apnea


 Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
pasien dapat bernafas dengan normal dengan kriteria hasil,

 Kriteria hasil:

– Tidak ada sianosis dan dispnea, mendemonstrasikan batuk efaktif dan

suara nafas yang bersih

– Menunjukan jalan nafas yang paten(pelayan tidak merasa tercekik,tidak


ada suara nafas abnormal)

– Tanda-tanda vital dalam rentang normal

12
Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL
Posisi semi fowler dapat
1. Posisikan pasien semi fowler
memaksimalkan ventilasi
Suara napas tambahan dapat menjadi
2.. Auskultasi suara napas, catat adanya
sebagai tanda jalan napas yang tidak
suara napas tambahan
adekuat
Pada sepsis terjadinya gangguan
respirasi dan status O2 sering
3. Monitor respirasi dan status O2,TTV
ditemukan yang menyebabkan TTV
tidak dalam rentan normal
4. Berikan pelembab udara kasa basah Nacl Mengurangi jumlah lokasi yang dapat
lembab menjadi tempat masuk organisme
Untuk mengeluarkan sekret pada
5. Ajarkan batuk efektif,suction,pustural
saluran napas untuk menciptakan
drainage
jalan napas yang paten

2. Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive


 Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam
pasien dapat merasakan nyaman sesuai dengan kriteria hasil,

 Kriteria hasil:

– Suhu dalam batas normal

– Perkembangan status klien membaik selama masa terapi

Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL
Isolasi/pembatasan pengunjung
1. Berikan isolasi atau pantau pengunjung dibutuhkan untuk melindungi pasien
sesuai indikasi imunosupresi dan mengurangi risiki
kemungkinan infeksi
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas walaupun Menugrangi kontaminasi silang
menggunakan sarung tangan steril
3. Dorong sering menggati posisi, napas Bersihan paru yang baik mencegah
dalam/batuk pneumonia
4. Batasi penggunaan alat/prosedur Mengurangi jumlah lokasi yang dapat
invasif jika memungkinkan menjadi tempat masuk organisme
5. Lakukan inspeksi terhadap luka/ sisi Mencatat tanda-tanda inflamasi atau
alat invasif setiap hari infeksi lokal, perubahan pada karakter

13
drainase luka atau sputum dan urine.
Mencegah infeksi yang berkelanjutan
6. Gunakan teknik steril setiap waktu
Mencegah masuknya bakteri,
pada saat penggantian balutan ataupun
mengurangi risiko infeksi nasokomial
suction atau pemberian perawatan
Demam (38,5oC – 40 oC) disebabkan
oleh efek-efek dari endotoksin pada
hipotalamus dan endorfin yang
7. Pantau kecenderungan suhu, jika
melepaskan pirogen. Hipotermia (<36
demam berikan kompres hangat. o
C) adalah tanda-tanda genting yang
menunjukkan status syok atau
penurunan perfusi jaringan
Menggigil seringkali mendahului
8. Amati adanya menggigil dan
memuncaknya suhu pada adanya
diaphoresis
infeksi
Dapat menunjukkan ketidaktepatan
9. Memantau tanda-tanda penyimpangan
atau ketiakadekuatan terapi antibiotik
kondisi atau kegagalan untuk membaik
atau perumbuhan berlebih ari
selama masa terapi
organisme resisten
10. Inspeksi rongga mulut terhadap plak Depresi sistem imun dan penggunaan
putih atau sariawan, selidiki juga adanya dari antibiotik dapat meningkatkan
rasa gatal atau peradangan vaginal/perineal risiko infeksi sekunder.
11. Kolaborasi dalam pemberian obat Terapi pengobatan sangat membantu
antibiotik. Perhatikan dampak pemberian penyembuan dalam masa terapi
obat perawatan

3. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder


akibat infeksi atau inflamasi
 Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan suhu tubuh pasien dalam keadaan normal dengan
kriteria hasil,

 Kriteria hasil:

– Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)

– Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-
180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)

Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap Perubahan tanda-tanda vital yang

14
dua jam dan pantau warna kulit signifikan akan mempengaruhi proses
regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.
Hipertermi sangat potensial untuk
menyebabkan kejang yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien serta dapat
2. Observasi adanya kejang dan menyebabkan pasien kehilangan banyak
dehidrasi cairan secara evaporasi yang tidak
diketahui jumlahnya dan dapat
menyebabkan pasien masuk ke dalam
kondisi dehidrasi.
Kompres pada aksila, leher dan lipatan
paha terdapat pembuluh-pembuluh dasar
3. Berikan kompres denga air hangat
besar yang akan membantu menurunkan
pada aksila, leher dan lipatan paha,
demam. Penggunaan alcohol tidak
hindari penggunaan alcohol untuk
dilakukan karena akan menyebabkan
kompres.
penurunan dan peningkatan panas secara
drastis.
Kolaborasi:
Pemberian antipiretik juga diperlukan
4. Berikan antipiretik sesuai kebutuhan untuk menurunkan panas dengan segera.
jika panas tidak turun.

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder


akibat demam
 Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan kebutuhan volume cairan dalam tubuh pasien dapat
terpenuhi dengan kriteria hasil,

 Kriteria hasil:
– Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)

– Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-
180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)

– Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam

Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL
Perubahan tanda-tanda vital yang
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap signifikan akan mempengaruhi proses
dua jam dan pantau warna kulit regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.
2. Observasi adanya hipertermi, kejang Hipertermi sangat potensial untuk

15
dan dehidrasi. menyebabkan kejang yang akan
semakin memperburuk kondisi pasien
serta dapat menyebabkan pasien
kehilangan banyak cairan secara
evaporasi yang tidak diketahui
jumlahnya dan dapat menyebabkan
pasien masuk ke dalam kondisi
dehidrasi.
Kompres air hangat lebih cocok
digunakan pada anak dibawah usia 1
tahun, untuk menjaga tubuh agar tidak
3. Berikan kompres hangat jika terjadi
terjadi hipotermi secara tiba-tiba.
hipertermi, dan pertimbangkan untuk
Hipertermi yang terlalu lama tidak baik
langkah kolaborasi dengan memberikan
untuk tubuh bayi oleh karena itu
antipiretik.
pemberian antipiretik diperlukan untuk
segera menurunkan panas, misal dengan
asetaminofen.
4. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal
dengan jumlah pemberian yang telah diperlukan untuk mencegah bayi dari
ditentukan kondisi lapar dan haus yang berlebih.

D. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat
mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan
dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )

E. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini
merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya (
Santosa.NI, 1989;162).
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan . Dalam evaluasi
tujuan tersebut terdapat tiga alternatif, yaitu :
a. Tujuan tercapai : pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.

16
b. Tujuan tercapai sebagian : pasien menunjukkan perubahan sebagian sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
c. Tujuan tidak tercapai : pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sepsis Neonatorum atau Septicemia neonatorum merupakan keadaan
dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh (Nurhayati,
Maryunani, 2009).

Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik


akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur,
dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007)
Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam
kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir
selalu disebabkan oleh bakteri.
Proses patofisiologi sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi
sistemik.
Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi
miokardium
perubahan ambilan dan penggunaan oksigen terhambatnya fungsi
mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-
tiba dan berat, complemen cascade menimbulkan banyak kematian dan
kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis
metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminatedintravaskular
coagulation (DIC) dan kematian.( Bobak, 2004).

B. Saran
a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
b. Meningkatkan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
c. Meningkatkan pofesionalitas kerja perawat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus.Nurhayati, Maryunani


Anik,2009

http://hilal-setyawan.blogspot.co.id/2012/06/askep-sepsis-neonatorum.html

http://imamfadhurrohman3.blogspot.co.id/2016/04/sepsis_24.html

Bobak (2005). Buku ajar keperawatn maternitas. Jakarta: EGC.

http://jatiarsoeko.blogspot.com/2012/01/makalah-askep-sepsis-neonatus.html

https://indahverawati.wordpress.com/2015/04/23/asuhan-keperawatan-sepsis-
neonatum/

19

Anda mungkin juga menyukai