BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang cukup makmur di mata dunia,
bukan karena kekayaan budaya saja indonesia juga di pandang mempunyai
kekayaan alam yang melimpah baik di daratan maupun di lautan. Seorang
anak merupakan cikal bakal dari suatu kemajuan bangsa,dengan kondisi
anak yang sehat fisik, psikis dan mental akan memunculkan suatu penurus
bangsa yang unggul. Dengan adanya perkembangan zaman dapat
mempengaruhi kesehatan pertumbuhan dan perkembangan anak baik itu
menjadi lebih baik ataupun menjadi kurang baik.
Anak merupakan individu yang berbeda dalam satu rentang
perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa
anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari
bayi (0-1 tahun), usia bermain/toodler (1-2,5 Tahun), Pra Sekolah (2,5-5
Tahun), Usia Sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). (Hidayat,
Alimul Aziz, 2005: p6)
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama
dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat
kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak
sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat
dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan
alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan
atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2009 :56).
Pada usia 5–14 tahun merupakan usia anak yang kurang
memperhatikan kebersihan diri dan kebiasaan jajan yang sembarangan
sehingga dapat menyebabkan tertular penyakit. pada anak usia 0–1 tahun
prevalensinya lebih rendah dibandingkan dengan kelompok usia lainnya
dikarenakan kelompok usia ini cenderung mengkonsumsi makanan yang
berasal dari rumah yang memiliki tingkat kebersihannya yang cukup baik
2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat ditarik suatu rumusan masalah
“Bagaimana Aplikasi Pemebrian Kompres Hangat Basah pada Anak
dengan Demam Thypoid?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
demam thypoid secara optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pada anak dengan demam
thypoid.
b. Mampu merumuskan diagnosa asuhan keperawatan pada anak
dengan demam thypoid.
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada anak dengan
demam thypoid.
6
D. Manfaat
1. Teoritis
Memberikan informasi dan pemecahan masalah dalam keperawatan
Anak khusunya tentang asuhan keperawatan pada anak dengan demam
thypoid.
2. Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang
akan datang khusnya pada Keparawatn Anak.
b. Bagi Penulis
Menambah ilmu pengetahuan dan ketarampilan dalam penagnan
kasus anak dengan demam thpoid khusnya pemberian tindakan
kompres hangat basah.
c. Bagi Pembaca
Sebagai informasi dan pengetahuan bagi pembaca tentang penyakit
dan cara perawatan anak dengan demam thpoid khusunya
pemberian kompres hangat basah.
d. Bagi Klien dan keluarga
Termoregulasi anak menjadi efektif dan keluarga dapat melakukan
tindakan mandiri kompres hangat di rumah.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Demam Typhoid
1. Definisi Typhoid
Demam typhoid (entric fever) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengeani saluran pencernaan dengan gejala demam yang
lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan
kesadaran. (Nursalam, 2008 : p152)
Demam typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat
akut yang disebabkan oleh samonella typh. Penyakit ini ditandai dengan
panas berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan
struktur endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus
multiplaksi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar
limfe usus dan payer’s patch dan dapat menular pada oranf lain melalui
makanan atau air yang terkontaminasi. (Sumarmo dalam Nuratif, 2015 :
p178)
Typhoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan
gejala demam satu minggu atau lebih yang disertai gangguan pada
saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rempengan
dalam wardah, 2015: p2).
Demam tifoid atau Typhoid Fever atau Typhus Abdominalis adalah
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii yang
merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang yang masuk melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi (Tapan dalam Mukhtar,
2014: p2).
Demam Tifoid adalah penyakit infeksi bakteri yang di sebabkan
oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut.
(Inawati dalam Prabawati, 2016: p2).
8
2. Etiologi
Didalam Nursalam(2008) dijelaskan bahwa penyebab penyakit
typhoid ini yaitu Salmonella Typhosa, yang mempunyai ciri:
a. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar (flagella) dan
tidak berspora.
b. Mempunyai sekurang-kuranya 3 macam antigen yaitu antigen O
(somatik yang terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida), antigen
H(flagella antigen yang terdiri dari protein), dan antigen V1. Dalam
serum klienterdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam anti-
gen tersebut.
3. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,
yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari
tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.Feses
dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan
melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan
dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan
9
4. Pathway
Bagan 2.1 Pathway Demam Typhoid
Salmonella Typhi Masuk ke Saluran Lolos dari asam
gastriointestinal lambung
Maliase, nyeri
Pembuluh limfe Komplikasi intestinal: abdomen, perasaan
Pendarahan usus, tidak enan badan
perforasi usus, peritonitis
Terjadi kerusakan
Inflamasi pada Pembesaran sel
hati dan limpa Limpa
Merangsang, melepas
Splenomegali Hepatomegali zat epirogen oleh
leukosit
Mempengaruhi Pusat
Penurunan thermoregulator di
Nyeri hipotalamus
mortabilitas usus
Penurunan
peristaltik usus Konstipasi
Inflamasi pada Ketidakefektipan
hati dan limpa termoregulasi
kekurangan
volume cairan
Peningkatan asam Anoreksa, mual
lambung muntah
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
12
5. Manifestasi Klinis
a. Inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-13 hari.
b. Demam meninggu sampai akhir minggu pertama.
c. Demam turun pada minggu ke-4, kecuali demam tidak tertangani
akan menimbulkan syok, stupor dan koma
d. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
e. Nyeri kepala, nyeri perut.
f. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi.
g. Pusing, bradikardi, nyeri otot.
h. Batuk.
i. Epistaksis.
j. Lidah yang berselaput(kotor ditengah, tepian ujung merah serta
tremor.
k. Hepatomegali, splenomegali, meteroismus.
l. Gangguan mental berupa samnolen.
m. Delirium atau psikosis.
n. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi
muda sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan
hipotermia. (Sudoyo Aru dalam Nuratif, 2015 : p178)
7. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah pada usus halus, namun hal
tersebut jarang terjadi. Apabila komplikasi ini di alami oleh seorang
anak, maka dapat berakibat fatal. Gangguan pada usus halus ini dapat
berupa:
a. Pendarahan usus
Apabila pendarahan ini hanya sedikit, maka penderahan ini
hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin.
Jika pendarahan banyak ditemukan maka dapat terjadi milena, yang
bisa disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan. Perforasi usus
biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada
bagian distal ileum.
b. Perforasi tanpa peritonitis
Perforasi tanpa peritonitis hanya dapat di temukan bila terdapat
udara di rongga peritonium, yaitu pekak hati menghilang dan
terdapat udara diantaranagati dan diafgrama pada foto rontagen yang
di buat dalam keadaan tegak.
14
c. Peritonitis
Biasanya menyetai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemuakn gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut
yang hebat, dinding abdomen tegang (defense muscular), dan nyeri
tekan.
d. Komplikasi di luar usus.
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia),
yaitu meningitis, kolesistisis, ensefelopati, dan lain-lain. Komplikasi
di luar usus ini terjadi karena infeksi sekunder, yaitu
bronkopneumonia. (Nursalam, 2008 : p153)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Perifer lengkap
Dapat ditemukan leokopeni, dapat pula leukositosis atau kadar
leukosit normal. Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai
infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak
memerlukan penanganan khusus.
c. Pemeriksaan uji Widal
Uji widal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
bakteri salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita demam typhoid. Akibat
adanya infeksi oleh salmonella typhi, maka penderita membuat
antibodi (aglutinin).
d. Kultur
1) Kultur Darah :Bisa positif pada minggu pertama.
2) Kultur Urine :Bisa positif pada akhir minggu kedua.
3) Kultur Feses :Bisa positif dari minggu kedua hingga
minggu ketiga
15
9. Pentalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan demam typhoid menurut Nuratif
2015 p179 yaitu diataranya:
a. Non Farmakologi
1) Bed Rest
2) Diet
Diet pada penderita demam typhoid yaitu dengan
memberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya
nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan klien. Diet yang diberikan
berupa makanan rendah serat.
b. Farmakologi
1) Kloramfenikol
Kloramfenikol ini merupakan obat anti mikroba yang dapat
menurunkan demam dengan cepat. Kloramfenikol deberikan
dengan dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali pemberian,
oral atau intravena selama 14 hari.
2) Ampisilin
Bila ada kontaraindikasi kloramfenikol bisa diberikan
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemberian intravena saat klien belum dapat minum obat selama
21 hari, atau dapat diberikan amoxilin dengan dosis 100
mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3-4 kali selama 21 hari.
Kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam
-3 kali pemberian oral selama 14 hari.
16
3) Seftriakson
Pada kasus berat dapat diberikan seftriakson dengan dosisi
50mg/kgBB/kali dan diberikan 2 kali sehari aatau 80
mg/kgBB/hari sekali sehari melalui intravena dan diberikan
selama 5-7 hari.
BCG 1
Hepatiti 1 2 3
sB
Polio 0 1 2 3 4 6
DPT 1 2 3 4 5
Campa 1 2
k
Hib 1 2 3 4
PCV 1 2 3 4
Rotavir 1 2 3
us
Influen Diberikan setiap tahun
za
Varisel Di berikan1x
a
MMR 1 2
Thypoi Ulangan tiap 3 tahun
d
Hepatiti 2x, interval 6-12 bulan
sA
HPV 3x
b. Riwayat pemberian makan
Catat pada pertama kali anak dan pada umur berapa diberikan
makanan tambahan. Selain ASI, baik berupa jenis, porsi dan
frekuensi yang diberikan dan tanyakan makanan apa yang lebih
disukai oleh anak. (Berna, 2015: p17)
19
b. Kesadaran
Umumnya kesadran klien menurun walaupun tidak berapa
dalam, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi stupor,
koma atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat
mendapat mendapat pengobatan. (Nursalam,2008 :p154)
c. Tanda-tanda Vital
1) Suhu : Terjadi peningkatan suhu
2) Nadi :Terjadi penurunan frekuensi nadi
(bradikardi)
3) Respirasi :Biasanya di temukan rata-rata terjadi
peningkatan ernapasan (Takipnea) dan
nafas cepat
4) Tekanan Darah :Terjadi penurunan tekanan darah
(Hipotensi). (Berna, 2015: p18)
d. Antropometri
Dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala,
lingkar lengan atas, lingkar dada dan lingkar perut guna untuk
menghitung status gizi anak. (Berna, 2015: p18)
e. Persistem
1) Sistem Neourologis
Adanya keluhan pusing, sakit kepala. Biasnya anak
menunjukan gejala rewel.
2) Sistem Pernafasan
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, dan nafas cepat.
3) Sistem Kardiovaskular
Terjadi penurunan TD, bradikardi relatif dan hemoglobin
rendah
4) Sitem Gastriointestinal
Bibir kering Pecah-pecah (regaden), mukosa mulut kering,
lidah kotor 9cated Tongue), mual, muntah anoreksa dan
konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak. Pada saat di
21
2. Analisa Data
Tabel 2.3 Analisa Data Demam Typhoid.
terutama
muka. Masuk retikulo endothelial
- Takipnea (RES) terutama hati dan
limfa
Endotoksin
Mempengaruhi pusat
thermoregulator di
hipotalamus.
Ketidakefetifan
thermoregulasi.
DS: Biasanya Kuman Salmonella typhi Nyeri
anak mengeluh yang masuk ke saluran
Nyeri gastrointestinal
DO :
- Anak Tampak Lolos dari asam lambung
rewel.
- Anak tampak Bakteri masuk ke usus
sering halus
meringgis/
nangis Inflamasi
- Takikardia
- Perubahan Pembuluh limfe
tekanan darah
- Hipertermi (> Peredaran darah
37,5 0C) (bakterimia primer
- Takikardi
Masuk retikulo endothelial
(RES) terutama hati dan
24
limfa
Pembearan limfa
splenomegali
Erosi
Nyeri
DS: Biasanya ibu Kuman Salmonella typhi Ketidakseimbangan
mengeluh nafsu yang masuk ke saluran nutrisi kurang dari
makan anknya gastrointestinal kebutuhan tubuh
berkurang.
DO : Lolos dari asam lambung
- Anak Tampak
lemas. Bakteri masuk ke usus
- Tampak pori halus
makannya
tidak habis. Inflamasi
- Berat badan
menurun Pembuluh limfe
- Mual
- Muntah Peredaran darah
(bakterimia primer
Pembearan limfa
25
splenomegali
Peningkatan Asam
Lambung
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh.
DS: Biasanya ibu Kuman Salmonella typhi kekurangan volume
mengeluh yang masuk ke saluran cairan
anaknnya bnyak gastrointestinal
berkeringat
DO : Lolos dari asam lambung
- Anak Tampak
lemas. Bakteri masuk ke usus
- Klien tampak halus
pucat.
- Peningkatan Inflamasi
keringat
berlebih Pembuluh limfe
- Peningkatan
produksi urin Peredaran darah
- Turgor kulit (bakterimia primer
>2 detik
- Mukosa bibir Masuk retikulo endothelial
kering dan (RES) terutama hati dan
pecah-pecah limfa
- Mual muntah
Inflamasi pada hati dan
limfa
Pembearan limfa
26
splenomegali
Peningkatan Asam
Lambung
Kekurangan Volume
cairan
DS: Biasanya ibu Kuman Salmonella typhi Konstipasi
mengeluh yang masuk ke saluran
anaknya belum gastrointestinal
BAB selama sakit
DO : Lolos dari asam lambung
- Nyeri tekan
abdomen Bakteri masuk ke usus
- Kembung halus
- Anoreksa
- Bising usus Inflamasi
meningkat/
hiperaktif Pembuluh limfe
- Mual muntah
Peredaran darah
(bakterimia primer
Pembearan limfa
splenomegali
27
Konstipasi
4. Perencanaan Keperawatan
Tabel 2.4 Perencanaan Demam Typhoid.
Tujuan Intervensi
DX Rasional
(NOC) (NIC)
1 Setelah dilakukan 1) Observasi TTV 1) Peningkatan
tindakan 3X24 jam setiap 2-4 jam suhu tubuh
diharapkan suhu selama periode dapat terkontrol
tubuh anak dalam demam selama proses
kisaran normal (khususnya HR infeksi
(36,5-37,5 oC) dan Suhu). berlangsung.
28
2) Observasi 2) Penurunan
NOC: tingkat tingkat
Hidration kesadaran klien. kesadaran dapat
Adherence terjadi pada
behavior minggu II, apatis
Immune status sampai
somnolen.
Kriteria Hasil:
Keseimbangan 3) Berikan 3) Meningkatkan
antara produksi kompres hangat proses evaporasi
panas, panas pada daerah dalam upaya
yang diterima, axilla/lipat menurunkan
dan kehilangan paha. suhu tubuh.
panas.
Suhu tubuh 4) Berikan pakaian 4) Meningkatkan
stabil 36,5- yang tipis dan proses konveksi
37,50C selama menyerap dalam upaya
proses infeksi keringat. menurunkan
berlangsung. suhu tubuh.
5) Kolaborasi 5) Antipiretik
untuk sebagai penurun
pemberian panas,
antipiretik dan Antibiotik
antibiotik. mengendalikan
perkembangbiak
an bakteri
sampai
mekanisme
pertahanan
tubuh penderita.
2 Setelah dilakukan 1) Observasi 1) Dapat
tindakan 3X24 jam keluhan nyeri, mengidentifikasi
diharapkan nyeri perhatikan terjadinya
berkurang/hilang. lokasi atau komplikasi dan
karakter dan untuk intervensi
NOC: intensitas skala selanjutnya.
Pain Level nyeri (0-5)
Pain Control
29
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik (lyer et.al, 1998).
Tahapan implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
di tujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. (Nursalam, 2013: p127)
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telag ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Perencanaan asuhan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik,
jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam
implementasi asuhan keperawatan. (Nursalam, 2013: p127)
6. Evaluasi Keperawatan
Menurut Griffith dan Christensen (1986),evaluasi sebagai sesuatu
yang direncanakan dan perbandingan yang sistematis pada suatu
kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam
mencapai suatu tujuan maka perawat dapat menentukan efektivitas
Asuhan Keperawatan. (Nursalam, 2013: p135)
33
C. Thermoregulasi
1. Definisi
Thermoregulasi adalah suatu mekanisme mahluk hidup untuk
mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat
ditolerir. (Campbell dalam Safitri, 2014: p 21)
Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus
anterior terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem
pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan
saraf eferen serta termoregulasi (Swenson dalam Agustina, 2015: p2).
Termoregulasi adalah suatu mekanisme mahluk hidup untuk
memepertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang
dapat di tolelir. Mekanisme termoregulasi terjadi dengan mengataur
keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas.
(Campbell dalam Agustina, 2015: p2).
3. Reseptor Suhu
Stimulus dapat datang dari lingkungan luas salinitas,suhu udara,
kelembapan, caha. Alat penerima rangsang reseptor, sedangkan alat
penghasil tanggapan disebut efektor. Reseptor saraf yang paling
sederhana hanya berupa ujung dendrit dari suatu sel syaraf (neuron),
tidak meliputi selubung/selaput myelin dan dapat di temukan pada
reseptor rasa nyeri (free nerve ending) atau nociressetor. Berdasarkan
lokasi Sumber rangsang reseptor dapat di bagikan kedalam beberapa
jenis yang diantaranya:
a. Interesptor
Reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang dari dalam
tubuh.
37
b. Khemoreseptor
Reseptor yang berfungsi memantau pH, kadar gula dalam darah dan
kadar kalsium dalam cairan tubuh atau tubuh.
c. Elekstrireseptor
Reseptor yang berfungsi menerima rangsang dari lingkungan diluar
tubuh reseptor penerima gelombang suara (pada alat pendengaran)
dan cahaya(dalam alat penglihatan)
d. Hubungan antar Reseptor dan Efektor
Dalam sistem syaraf, reseptor biasanya berhubungan dengan syaraf
sensorik (AFFERENT) sedang efektor erat dengan syaraf motorik
(EFERENT). Reseptor berfungsi sebagai pengubah energi,
mengubah bentuk suatu energi menjadi energi tertentu dan didalam
reseptor semua energi di ubah menjadi energi listrik dan selanjutnya
akan membawa ke dalam perubahan elektrolit sehingga timbul
potensial aksi.Sartika (2013; p...)
k. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persyarapan.
l. Lingkungan
Mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suhu sekitar.
Walaupun terjadi perubahan sushu, tetapi tubuh mempunyai
mekanisme homeostatis yang dapat dipertahankan dalam rentang
normal. Suhu tubuh manusia mengalami fluktuasi sebesar 0,5-0,7oC
suhu terendah pada malam hari dan suhu tertinggi pada siang hari.
Panas yang diproduksikan harus sesuai dengan panas yang hilang.
m. Demam
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan
metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu
10oC.Sartika (2013; p31)
D. Termodinamika
1. Definisi
Termodinamika merupakan suatu bentuk dinamika dari energi
termal yang dipindahkan dari benda yang memiliki suhu lebih tinggi
kepada benda yang memiliki suhu lebih rendah. Perpindahan kalor
antara sistem dengan lingkungan sekitar dapat terjadi bila sistem
tersebut tersebut terbuka. Sebaliknya bila sistem tersebut tertutup,
maka kalor tidak dapat dipindahkan.( Sartika 2013:p18)
Termodinamika adalah kajian tentang kalor (panas) yang
berpindah. Dalam termodinamika kamu akan banyak membahas
tentang sistem dan lingkungan. Kumpulan benda-benda yang sedang
ditinjau disebut sistem, sedangkan semua yang berada di sekeliling (di
luar) sistem disebut lingkungan. (Beka. 2014:p1)
40
2. Konsep termodinamika
Keseimbangan termodinamika tercapai bila parameter fisik suatu
sistem (T, P & V) adalah konstan sepanjang waktu. Sedangkan
keseimbangan termal tercapai bila dua sistem terbuka yang saling
kontak termal tidak terjadi aliran kalor antara keduanya karena suhu
(T) sama dan Q=0. Q(+) berarti sistem memperoleh kalor dan (T) suhu
akhir > (T) suhu awal. Q(-) berarti sistem melepaskan kalor dan (t)
suhu akhir < (t) suhu awal.
Pengaruh kalor yang di pindahkan pada sebuah benda dalam fase
yang sama menyebabkan benda tersebut mengalami perubahan suhu.
Hal ini dinyatakan dalam sebuah persamaan berikut:
Q = m.c. T
T adalah perubahan suhu yang dimaksud.
Pada suatu ketika kalor yang dipindahkan tidak merubah suhu
benda melainkan merubah fase benda, misalnya: air menjadi es atau air
menjadi uap. Perubhan fase benda terjadi bila suhu sistem
termodinamika telah mencapai titik perubahan fase, misalnya titik
beku air 0o celcius dan titik uap air 100o celcius. Perubahan fase ini
sangat bergantung pada kalor beku atau kalor uap pada tiap zat.
Q = m.L
L disini adalah konstanta kalor lebur, kalor beku atau kalor uap tiap zat.
Pemahaman mengenai keseimbangan termodinamika dapat
diaplikasikan pada upaya mengukur besar energi termal di dalam
tubuh manusia. Bila tubuh manusia yang berada di dalam ruangan
tertutup diibaratkan sebuah benda di dalam sistem tertutup. Kalor
dipindahkan dari tubuh zat alir di dalam sistem tertutup, dan tidak
dipindahkan keluar. Hal ini akan merubah tekanan (P), volume (V) dan
suhu (T) zat alir yang dapat diamati. Secara tidak langsung besar kalor
yang dimiliki tubuh dapat di ketahui dari besar kalor yang diterima zat
alir melalui perubahan tekanan (P), volume (V) dan suhu (T) .(Sartika
2013:p18)
41
3. Mekanisme Termodinamika
Menurut Sartika (2013:p18) perpindahan energi termal (Kalor) terjadi
melalui beberpa mekanisme diantranya:
a. Konveksi
Merupakan transfer memakai media zat alir (fluida) gas maupun
cair. Contohnya seperti darah dan udara respirasi. Infeksi tertentu
akan menghasilkan pirogen yang mempengaruhi thermostat di
hipotalamus. Suhu inti tubuh naik dan tubuh berupaya untuk
memindahkan panas kelua melalui aliran darah dan udara respirasi,
sehingga terjadilah demam.
b. Konduksi
Konduksi ini memakai media padat, harus ada kontak antara
molekul. Contohnya yaitu Tindakan mengompres adalah upaya
untuk menurunkan demam melaui konduksi. Bahan yang
digunakan untuk mengkompres harus lebih dingin dari suhu tubuh.
c. Radiasi
Radiasi ini memanfaatkan media gelombang elektromagnet dalam
mentransfer energi termal. Setiap benda di dalam sebuah ruangan
memancarkan radiasi, termasuk tubuh manusia. Transfer kalor
melalui radiasi dapat diamati saat bermain api unggun atau siang
hari saat matahari bersinar terang.
d. Evaporasi
Merupakan perubahan air menjadi uap, disaat inilah terjadi
pelepasan kalor. Tubuh yang berkeringat tidak mengalami
penurunan suhu sebelum keringat tersebut kering. Evaporasi sangat
bergantung kelembapan udara: semakin lembab udara, semakin
tinggi kandungan air maka semakin sulit evaporasi bekerja.
42
2. Tujuan
a. Menurunkan Suhu tubuh
b. Memperlancar Sirkulasi Tubuh
c. Mengurangi nyeri
d. Memberikan rasa hangat nyaman dan tenang.
e. Memperlancar pengeluaran eksudat
f. Merangsang peristaltik usus. (Djuwariyah dalam Safitri, 2014: p 23)
3. Manfaat
Adapun Manfaat dari kompres hangat adalah dapat memberikan rasa
nyaman dan menurunkan suhu tubuh dalan menangani kasus klien yang
mengalami pireksia (Wahit, 2015: p..)
4. Teknik Kompres
Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya
menurunkan suhu tubuh abtara lain:
a. Kompres Hangat Basah
b. Kompres Hangat kering (Buli-buli)
c. Kompres dingin basah
d. Kompres dingin kering (Kirbat Es)
e. Bantal
f. Selimut Listrik
g. Lampu Penyinaran
h. Busur Panas (Djuwariyah dalam Safitri, 2014: p 23)
b. Kompres Basah
Kompres dingin basah merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan kompres dingin pada klien yang bertujuan untuk
menurunkan suhu tubuh, menurunkan/meredakan rasa nyeri,
mengurangi perdarahan, dan membatasi peradangan.
1) Alat dan bahan:
a) Bengkok
b) Kom Berisi Air Hangat
c) Perlak/Pengalas
d) Waslap
e) Selimut
2) Cara pelaksanaan:
a) Cuci tangan
b) Jelaskan/beritahu prosedur yang akan dilakukan
c) Atur posisi klien
d) Gunakan sarung tangan
e) Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dikompres
f) Masukkan waslap ke dalam air biasa lalu diperas hingga
lembap
g) Letakkan waslap padadaerah yang akan dikompres
h) Ganti waslap atauulang no.6 jika waslap
sudahtidakbasah/dingin
i) Lakukan pengulangan hingga suhu turun
j) Catat hasil
k) Cuci tangan (Hidayah, 2016 :p138)
46
F. Konsep Anak
1. Definisi
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya
multipikasi (bertambah banyak)sel-sel tubuh dan juga karena
bertambahnya besaran sel. (Nursalam, 2008:p32)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan
struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur,
dan dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses
diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-orang, dan sistemnya yang
terorganisasi (IDAI dalam Nursalam, 2008:p33).
Usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya
sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak
dianggap mula bertanggung jawab atas perilakunya sendiridalam
hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan oranglainnya.
Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-
dasarpengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan dewasA dan memperoleh keterampilan tertentu.(Wong
dalam Rehata, 2014:p2)
4) Perumahan
Dengan memberikan tempat tinggal yang layak maka hal
tersebut akan membantu anak untuk bertumbuh dan berkembang
secara optimal. Tempat tinggal yang layak tidak berarti rumah
yang berukuran besar, tetapi bagaimana upaya kita untuk
mengatur rumah menjadi sehat, cukup ventilasi serta terjaga
kebersihan dan kerapihannya, tanpa memperdulikan berapapun
ukurannya.
5) Higine diri dan lingkungan
Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti
sudah mengurangi resiko tertularnya berbagai penyakit infeksi.
Selain itu, lingkungan yang bersih akan memberikan
kesempatan kepada anak untuk melakukan aktivitas bermain
secara aman.
6) Kesegaran jasmani(olahraga dan rekreasi)
Aktivitas olahraga dan rekreasi digunakan untuk melatih
kekuatan otot-otot tubuh dan membuang sisa metabolisme,
selain itu juga membantu meningkatkan motorik anak, dan
aspek perkrmbangan lainnya. Aktivitas olah raga dan rekreasi
bagi anak balita merupakan aktivitas bermain yang
menyenangkan.
b. Asih (Kebutuhan Emosi dan Kasih Sayang)
Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang dpat dimulai
sedini mungkin. Bahkan, sejak anak berada dalam kandungan,
perlu diupayakan kontak psikologi antara ibu dan anak, misalnya
dengan mengajak berbicara/mengelusnya. Setelah lahir, upaya
tersebut dapat dilakukan dengan mendekapkan bayi ke dada ibu
sebera setelah lahir. Ikatan emosi dan kasih sayang yang erat antara
ibu/orang tua dengan anak sangatlah penting, karena berguna
menentukan prilaku anak di kemudian hari, merangsang
51
6) Rasa Memiliki
Anak perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki
terhadap barang-barang yang dipunyainya, sehingga anak
tersebut akanmempunyai rasa tanggung jawab untuk
memelihara barangnya.
7) Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan dan
pengalaman.
Anak perlu diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai
dengan kemampuan dan sifat-sifat bawaanya. Tidak pada
tempatnya jika orang tua memaksakan keinginan untuk
dilakukan oleh anak tanpa memperhatikan kemauan anak.
c. Asah (Kebutuhan Stimulasi)
Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental
psikososial anak yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan
pelatihan. Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan
luar anak, yang berupa latihan atau bermain. Stimulasi merupakan
kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi
yang terarah akan cepat berkembang di bandingkan dengan anak
yang kurang mendapat stimulasi.
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pada penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah deskriptip
kualitatif. Desain kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data
deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku
yang dapat diamati. Penelitian kualitatif juga merupakan suatu pendekatan
induktif untuk penyusunan pengetahuan yang menggunakan riset dan
menekankan subjektifitas serata arti pengalaman bagi individu.(Breackopp
dalam Lubis 2012: p2)
Creswell dalam Herdiansyah 2010 halaman 76 menyatakan bahwa studi
kasus (Case Study) adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi
dari suatu “sistem yang terbatas” (Bounded system) pada suatu atau
beberapa kasus mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam
yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks. Studi
kasus adalah suatu model penelitian kualitatif yang terperinci tentang
individu atau suatu unit sosial selama kurun waktu tertentu. Secara lebih
dalam, studi kasus merupakan model yang bersifat komprehensif, intens,
terperinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya untuik
menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer
(berbatas waktu). Study kasus ini akan dilakukan pada anak demam typhoid
dengan peningkatan suhu tubuh yang akan diberikan tindakan kompres
basah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini diawali dengan pengajuan judul penyususnan tepatnya
bulan oktober sampai dengan penyerahan laporan penelitian.
C. Seting Penelitian
Seting Penelitian ini menggambarkan klien/Sample yang akan dilakukan
tindakan kompres basah di rungan anak tepatnya di ruangan samolo di
RSUD Cianjur.
D. Subjek Penelitian
Dalam subjek penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik Non-
probality Sampling. Teknik ini merupakan metode sampling yang setiap
individu atau unit populasi tidak memilki kemungkinan (Non-Probality)
yang sama untuk terpilih. Ada pertimbangan tertentu yang mendasari
pemilihan sample. Metode non-random sampling dispesifikasikan menjadi:
Accidental Sample, Qouta sampling dan Purposeful Sampling. Adapun
teknik sampling Non-Probality yang akan peneliti gunakan saitu Purposeful
Sampling.
Purfoseful Sampling merupakan teknik dalam non-probality sampling
yang berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih
karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akn
dilakukan.dalam purposeful sampling, peneliti memilih subjek penelitian
dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk mempelajari atau untuk
memahami permasalahan pokok yang akan diteliti. Subjek penelitian dan
lokasi penelitian yang dipilih dengan teknik ini biasanya disesuaikan dengan
tujuan penelitian.
Subjek yang akan peneliti lakukan tindakan kompres basah adalah 2
orang klien/anak dengan masalah kperawatan dan diagnosa medis yang
sama. Kriteria dari Sample yang akan peneliti lakukan kompres hangat yaitu
diantranya: anak usia sekolah (5-12 tahun) yang menderita demam typhoid,
dengan peningkatan suhu tubuh yaitu lebih dari 37,5oC, dan belum pernah
55
H. Etik Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat permohonan
untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian di Puskesmas. Setelah ada
persetujuan berulah penelitian ini dilakukan dengan menekankan pada
masalah kesehatan yang meliputi:
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan Responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,
maka peneliti harus menghormati hak klien. Beberapa informasi yang
harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi klien,
tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,
prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat,
kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lail-lain. (Hidayat.
2010 p:93)
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Anonimity (tanpa nama) merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama Responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan. (Hidayat. 2010 p:94)
61
3. Kerahasian (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset. (Hidayat. 2010 p:95)