Anda di halaman 1dari 61

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang cukup makmur di mata dunia,
bukan karena kekayaan budaya saja indonesia juga di pandang mempunyai
kekayaan alam yang melimpah baik di daratan maupun di lautan. Seorang
anak merupakan cikal bakal dari suatu kemajuan bangsa,dengan kondisi
anak yang sehat fisik, psikis dan mental akan memunculkan suatu penurus
bangsa yang unggul. Dengan adanya perkembangan zaman dapat
mempengaruhi kesehatan pertumbuhan dan perkembangan anak baik itu
menjadi lebih baik ataupun menjadi kurang baik.
Anak merupakan individu yang berbeda dalam satu rentang
perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa
anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari
bayi (0-1 tahun), usia bermain/toodler (1-2,5 Tahun), Pra Sekolah (2,5-5
Tahun), Usia Sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). (Hidayat,
Alimul Aziz, 2005: p6)
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama
dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat
kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak
sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat
dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan
alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan
atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2009 :56).
Pada usia 5–14 tahun merupakan usia anak yang kurang
memperhatikan kebersihan diri dan kebiasaan jajan yang sembarangan
sehingga dapat menyebabkan tertular penyakit. pada anak usia 0–1 tahun
prevalensinya lebih rendah dibandingkan dengan kelompok usia lainnya
dikarenakan kelompok usia ini cenderung mengkonsumsi makanan yang
berasal dari rumah yang memiliki tingkat kebersihannya yang cukup baik
2

dibandingkan dengan yang dijual di warung pinggir jalan yang memiliki


kualitas yang kurang baik.
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar
tidak hanya di indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai
penyebabnya, bakteri juga tidak kalah pentingnya sebagai penyebab
penyakit infeksi. Penyakit infeksi ini juga merupakan penyebab kematian
didunia. Indonesia merupakan negara berkembang dengan angka kejadian
infeksi yang tinggi yang di dominasi oleh infeksi saluran nafas dan disusul
oleh infeksi saluran cerna.
Menurut data WHO pada tahun 2014 sekitar 21 juta kasus demam
typhoid 200.000 diantaranya meninggal dunia dengan persentase 80% di
Asia yang terjadi di Rumah sakit antara 0-13, 9%, dan prevalensi pada
anak-anak berkisar antara 0-14,8% (WHO, 2014). Sedangkan menurut
data Wordl Health Organization (WHO) tahun 2013 menyatakan angka
prevalensi demam thypoid pada anak-anak umur 5-15 tahun kematian
berkisar antara 0-14,8%. Menurut WHO memperkirakan angka insidensi
di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000 orang
meninggal karena penyakit demam typhoid (Widoyono dalam dalam
Nyimas Kuartianti, 2016:1).
Di Indonesia sendiri, penyakit thypoid bersifat endemic, menurut
WHO angka penderita demam typhoid di Indonesia mencapai 81% per
100.000. Pervalensi demam thypoid pada kelompok usia sekolah 5-19
taun) yaitu sebesar 1,9%, sedangkan usia 0-1 tahun menepati urutan
terendah yaitu sebesar 0.8%, selain itu ditemukan bahwa anak laki-laki
lebih banyak menderita demam thypoid di bandingkan dengan anak
perempuan. (Depkes RI dalam Perpustakaan Poltekes Malang, 2015: p1).
Di Indonesia kasus demam thypoid tersebar secara merata
diseluruh provinsi dengan insidensi di daerah pedesaan sebesar 358/10.000
penduduk/tahun, di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/tahun. Umur
penderia yang terkena dilaporkan antara 5-19 tahun pada 91% kasus.
Menurut hasil survey Nasional (sarkesnas) tahun 2014 jumlah klien rawat
3

inap demam typhoid menempati urutan ke-8 dari 10 macam penyakit


penyebab kematian umum di Indonesia sebesar 4,3%. Pada tahun 2015,
jumlah klien rawat inap demam typhoid yaitu 81.116 kasus dengan
persentase 3,15% dan menempati urutan ke-2 dari 10 macam penyakit
terbanyak di Rumah Sakit seluruh Indonesia (Kemenkes RI dalam Nyimas
Kuartianti, 2016 : 2).
Di Jawa Barat, demam typhoid berada pada urutan ke-5 dari 10
macam penyakit dengan persentase 8,92% di tahun 2012. Jenis penyakit
terbanyak ini terjadi pada golongan usia 5-11 tahun. Penyakit infeksi
memiliki persentase sebesar 28,14%. Lalu, penyakit non infeksi
persentasenya adalah 21,86%. Hal tersebut mengingindikasikan bahwa
permasalahan yang dominan adalah pola penyakit pada usia 5-11 tahun
yang masih berkaitan dengan perilaku dan lingkungan (Depkes JABAR
dalam Nyimas Kuartianti, 2016 : 2, 2016 : 2).
Demam thypoid merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan
penduduk,kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta
standar kebersihan industri pengolahan makanan yang masih
rendah.(Pawitro dalam Maranatha, 2011: p1).Penularan bakteri salmonella
typhi melalui berbagai cara, yaitu : food (makanan), fingers (jari tangan /
kuku), fomitus (muntah), fly (lalat) dan melalui feses(Padila dalam
Perpustakaan Poltekes Malang, 2015: p2). Sumber penularan utama
demam thypoid adalah penderita itu sendiri dan carrier yang dapat
menularkan berjuta-juta bakteri Salmonella typhi dalam tinja yang menjadi
sumber penularan. Debu yang berasal dari tanah mengering yang dapat
mencemari makanan yang dijual di pinggir jalan dan debu tersebut dapat
mengandung tinja atau urin dari penderita atau carrier demam thypoid
apabila makanan atau minuman tersebut dikonsumsi oleh orang sehat
terutama pada anak usia 7-12 tahun yang banyak jajan sembarangan maka
rawan untuk tertular demam thypoid.Infeksi demam tifoid juga dapat
tertular melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri yang
4

dibawa oleh lalat (Muliawan, dalam Perpustakaan Poltekes Malang, 2015:


p2)
Salah satu masalah yang timbul pada klien demam tifoid yaitu
hipertermia. Hipertermi adalah suatu Keadaan dimana seorang individu
mengalami peningkatan suhu tubuh di atas 37,8oC peroral atau 38,8oC
perrektal karena factor eksternal (Nurrofiq, 2012). Hipertermi
berhubungan ketika sistem kontrol suhu normal tubuh tidak dapat secara
efektif mengatur suhu internal. Biasanya, pada suhu tinggi tubuh akan
mendinginkan melalui penguapan keringat. Namun, dalam kondisi tertentu
(suhu udara di atas 95oC atau 35oC dan dengan kelembaban yang tinggi),
mekanisme pendinginan ini menjadi kurang efektif. Ketika kelembaban
udara tinggi, keringat tidak akan menguap dengan cepat, mencegah tubuh
dari melepaskan panas dengan cepat. Selanjutnya, tanpa asupan cairan
yang cukup kehilangan cairan yang berlebihan dan ketidakseimbangan
elektrolit juga dapat terjadi menyebabkan dehidrasi . Dalam kasus tersebut,
suhu tubuh seseorang meningkat cepat. Suhu tubuh yang sangat tinggi
dapat merusak otak dan organ vital lainnya. Kondisi lain yang dapat
membatasi kemampuan untuk mengatur suhu tubuh termasuk penyakit
demam tifoid (Librianty dalam Yayu Nur Hidayat, 2017:2).
Menjaga suhu tubuh agar tetap dalam batas normal merupakan
salah satu kebutuhan biologis yang menjadi salah satu kebutuhan dasar
manusia yang harus dipenuhi. Sistem tubuh yang berperan dalam menjaga
suhu tubuh tetap dalam batas norma adalah termoregulasi. Termoregulasi
adalah proses homeostatik yang berfungsi untuk mempertahankan suhu
tubuh untuk tetap dalam keadaan normal, yang dicapai dengan
menyeimbangkan panas yang ada dalam tubuh dan panas yang
dikeluarkan (Librianty dalam Yayu Nur Hidayat, 2017 :3). Termoregulasi
ini dapat dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu dengan cara
mengkompres di bagian axila dengan menggunakan air hangat (suam-
suam kuku).
5

Menurut penelitian Mahdiyah 2015 disimpulkan bahwa kompres


hangat basah efektif dalam penurunan suhu tubuh anak demam thypoid
yang di lakukan pengompresan pada area axila dalam selang waktu 20
menit. Hal ini dikarena pengompresan pada area axila yang tedapat
pembuluh-pembuluh darah besar dapat mempercepat proses vasodilatasi
pembuluh darah perifer diseluruh tubuh sehingga pengeluaran panas dari
tubuh melalui kulit lebih cepat. Teknik Kompres hangat basah ini lebih
cepat memberikan rangsangan atau sinyal ke hipotalamus melalui sumsum
tulang belakang. Penelitian ini di dukung oleh penelitian Mohamad,
Fatmawati bahwa kompres hangat dapat menurunkan demam pada klien
Typhoid Abdominalis.
Melihat dari berbgai data dan informasi di atas maka penulis
tertarik untuk mengambi judul “Aplikasi Pemberian Kompres Hangat
Basah pada Anak dengan Demam Thypoid”

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat ditarik suatu rumusan masalah
“Bagaimana Aplikasi Pemebrian Kompres Hangat Basah pada Anak
dengan Demam Thypoid?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
demam thypoid secara optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pada anak dengan demam
thypoid.
b. Mampu merumuskan diagnosa asuhan keperawatan pada anak
dengan demam thypoid.
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada anak dengan
demam thypoid.
6

d. Mampu melakukan implementasi asuhan keperawatan pada anak


dengan demam thypoid.
e. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada anak dengan
demam thypoid.
f. Mampu melakukan Aplikasi Pemberian Kompres Hangat Basah
pada anak dengan demam thypoid.
g. Mampu menganalisis hasil Pemberian Kompres Hangat Basah
pada anak dengan demam thypoid.

D. Manfaat
1. Teoritis
Memberikan informasi dan pemecahan masalah dalam keperawatan
Anak khusunya tentang asuhan keperawatan pada anak dengan demam
thypoid.
2. Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang
akan datang khusnya pada Keparawatn Anak.
b. Bagi Penulis
Menambah ilmu pengetahuan dan ketarampilan dalam penagnan
kasus anak dengan demam thpoid khusnya pemberian tindakan
kompres hangat basah.
c. Bagi Pembaca
Sebagai informasi dan pengetahuan bagi pembaca tentang penyakit
dan cara perawatan anak dengan demam thpoid khusunya
pemberian kompres hangat basah.
d. Bagi Klien dan keluarga
Termoregulasi anak menjadi efektif dan keluarga dapat melakukan
tindakan mandiri kompres hangat di rumah.
7

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Demam Typhoid
1. Definisi Typhoid
Demam typhoid (entric fever) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengeani saluran pencernaan dengan gejala demam yang
lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan
kesadaran. (Nursalam, 2008 : p152)
Demam typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat
akut yang disebabkan oleh samonella typh. Penyakit ini ditandai dengan
panas berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan
struktur endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus
multiplaksi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar
limfe usus dan payer’s patch dan dapat menular pada oranf lain melalui
makanan atau air yang terkontaminasi. (Sumarmo dalam Nuratif, 2015 :
p178)
Typhoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan
gejala demam satu minggu atau lebih yang disertai gangguan pada
saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rempengan
dalam wardah, 2015: p2).
Demam tifoid atau Typhoid Fever atau Typhus Abdominalis adalah
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii yang
merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang yang masuk melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi (Tapan dalam Mukhtar,
2014: p2).
Demam Tifoid adalah penyakit infeksi bakteri yang di sebabkan
oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut.
(Inawati dalam Prabawati, 2016: p2).
8

Definisi lain dari demam tifoid atau Typhus Abdominalis ialah


penyakit infeksi akut yang biasaya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah dalam Prabawati,
2016: p2).
Melihat dari berbagai pengertian diatas jadi dapat disimpulkan
bahwa demam typhoid/typhus Abdominalis/Entric Fever merupakan
suatau penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Sallmonella
Typhi yang menyerang sistem pencernaan dan penyebaran penyakitnya
melalui makanan.

2. Etiologi
Didalam Nursalam(2008) dijelaskan bahwa penyebab penyakit
typhoid ini yaitu Salmonella Typhosa, yang mempunyai ciri:
a. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar (flagella) dan
tidak berspora.
b. Mempunyai sekurang-kuranya 3 macam antigen yaitu antigen O
(somatik yang terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida), antigen
H(flagella antigen yang terdiri dari protein), dan antigen V1. Dalam
serum klienterdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam anti-
gen tersebut.

3. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,
yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari
tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.Feses
dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan
melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan
dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan
9

yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang


sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung,
sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian
lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke
aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi
darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa,
usus halus dan kandung empedu. (Suriadi, dalam Marious 2015: p6)
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid
disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian
eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan
penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada
patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus
halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya
merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang. (Suriadi, dalam Marious 2015: p6)
Basil kemudian masuk kedalam peredaran darah melalui pembuluh
limpe sampai di organ-organ terutama hati dan limpa. Basil yang masuk
ke peredaran darah akan mengeluarkan endotoksin sehingga
menimbulkan demam dan terjadi gangguan termoregulasi tubuh. Dari
demam tadi akan menimbulkan diaporesis sehingga terjadi proses
kehilangan cairan berlebih. Kehilangan cairan juga dapat meningkatkan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi peningkatan absorbsi usus dan
merangsang peningkatan motilitas usus. Basil yang tidak dihancurkan
juga akan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ
tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil
akan kembali masuk kedalam darah dan menyebar ke seluruh tubuh
terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak
berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyer, tukak tersebut dapat
mengakibatkan resiko komplikasi perdarahan, perforasi usus dan
10

nekrosis jaringan. Keadaan tersebut mengharuskan klien untuk bedrest


total sehingga ADL dibantu agar terpenuhi personal hygiene klien dan
gangguan aktivitas. Selain itu juga kondisi sakit akan menimbulkan
efek hospitalisasi dan mengakibatkan rasa cemas pada klien dan
keluarga. (Ngastiyah dalam Marious 2015: p6).
Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam
lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus yang melepaskan zat
pirogen dan menimbulkan infeksi. Infeksi ini bisa merangsang pusat
mual dan muntah di medulla oblongata dan akan mensekresi asam
lambung berlebih sehingga mengakibatkan mual dan timbul nafsu
makan berkurang. Apabila nafsu makan berkurang maka terjadi intake
nutrisi tidak adekuat dan terjadi perubahan nutrisi. Selain itu juga
kuman yang masih hidup akan masuk ke jaringan limfoid dan
berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke
peredaran darah (bakterimia primer), dan menuju sel-sel
retikuloendotelial, hati, limfa dan organ-organ lainnya (Suriadi, dalam
Marious 2015: p6).
Komplikasi infeksi dapat terjadi perforasi atau perdarahan. Kuman
salmonella typhi terutama menyerang jaringan tertentu, yaitu jaringan
atau organ limfoid seperti limpa yang membesar, juga jaringan limfoid
di usus kecil yaitu plak payer’s terserang dan membesar.
Membentuknya plak payer’s membuat jaringan ini menjadi rapuh dan
mudah rusak oleh gesekan makanan yang melaluinya. Inilah yang
menyebabkan klien tifus harus diberikan makanan lunak, yaitu
konsistensi bubur yang melaui liang usus tidaksampai merusak
permukaan plak payer’s ini. Bila tetap rusak maka dinding usus
setempat yang memang sudah tipis makin menipis, sehingga pembuluh
darah ikut rusak akibat timbul pendarahan yang kadang-kadang cukup
hebat. Bila berlangsung terus, ada kemungkinan dinding usus itu tidak
tahan dan pecah (perforasi), di ikuti peritonitis yang berakibat
fatal.(Mukhtar, 2014: p4)
11

4. Pathway
Bagan 2.1 Pathway Demam Typhoid
Salmonella Typhi Masuk ke Saluran Lolos dari asam
gastriointestinal lambung

Inflamasi Masuk ke Saluran Bakteri masuk ke


gastriointestinal usus halus

Maliase, nyeri
Pembuluh limfe Komplikasi intestinal: abdomen, perasaan
Pendarahan usus, tidak enan badan
perforasi usus, peritonitis

Peredaran darah Ronga usus pada


(bakteriamia primer) Empedu
limpoid halus

Masuk restikuloendotelial Masuk ke ailran


(RES) terutama hati dan darah (bakterimia Edotoksin
limpa Sekunder)

Terjadi kerusakan
Inflamasi pada Pembesaran sel
hati dan limpa Limpa

Merangsang, melepas
Splenomegali Hepatomegali zat epirogen oleh
leukosit
Mempengaruhi Pusat
Penurunan thermoregulator di
Nyeri hipotalamus
mortabilitas usus

Penurunan
peristaltik usus Konstipasi
Inflamasi pada Ketidakefektipan
hati dan limpa termoregulasi
kekurangan
volume cairan
Peningkatan asam Anoreksa, mual
lambung muntah

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
12

5. Manifestasi Klinis
a. Inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-13 hari.
b. Demam meninggu sampai akhir minggu pertama.
c. Demam turun pada minggu ke-4, kecuali demam tidak tertangani
akan menimbulkan syok, stupor dan koma
d. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
e. Nyeri kepala, nyeri perut.
f. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi.
g. Pusing, bradikardi, nyeri otot.
h. Batuk.
i. Epistaksis.
j. Lidah yang berselaput(kotor ditengah, tepian ujung merah serta
tremor.
k. Hepatomegali, splenomegali, meteroismus.
l. Gangguan mental berupa samnolen.
m. Delirium atau psikosis.
n. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi
muda sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan
hipotermia. (Sudoyo Aru dalam Nuratif, 2015 : p178)

6. Periode Infeksi Demam Typhoid


Periode infeksi demam typhoid yang d jelaskan dalam Nuratif 2015
(p178) adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Periode Infeksi Demam Typhoid.
Periode Keluhan Gejala Patologi
Panas berlangsung
insidious, tipe
panas stepladder Gangguan
Minggu ke-1 Bakterimia
yang mencapai saluran Cerna
39-400C, menggil,
nyeri Kepala.
Rash, nyeri Rose sport, Vaskulitis,
Minggu ke-2
abdomen, diare splenomegali, hiperplasi pada
13

atau konstipasi, hepatomegali. peyer’s


delirium. patches, nodul
tifoid pada hati
dan limpa.
Ulserasi pada
Komplikasi:
Melena, ilius, payer’s
pendarahan
Minggu ke-3 ketegangan patches, nodul
saluran cerna,
abdomen, koma. tifoid pada
perforasi, syok.
limpa dan hati.
Keluhan menurun,
Tampak sakit Kolelitiasis,
Minggu ke-4 relaps, penurunan
berat, kakeksia. carrier kronik.
Berat badan.

7. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah pada usus halus, namun hal
tersebut jarang terjadi. Apabila komplikasi ini di alami oleh seorang
anak, maka dapat berakibat fatal. Gangguan pada usus halus ini dapat
berupa:
a. Pendarahan usus
Apabila pendarahan ini hanya sedikit, maka penderahan ini
hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin.
Jika pendarahan banyak ditemukan maka dapat terjadi milena, yang
bisa disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan. Perforasi usus
biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada
bagian distal ileum.
b. Perforasi tanpa peritonitis
Perforasi tanpa peritonitis hanya dapat di temukan bila terdapat
udara di rongga peritonium, yaitu pekak hati menghilang dan
terdapat udara diantaranagati dan diafgrama pada foto rontagen yang
di buat dalam keadaan tegak.
14

c. Peritonitis
Biasanya menyetai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemuakn gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut
yang hebat, dinding abdomen tegang (defense muscular), dan nyeri
tekan.
d. Komplikasi di luar usus.
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia),
yaitu meningitis, kolesistisis, ensefelopati, dan lain-lain. Komplikasi
di luar usus ini terjadi karena infeksi sekunder, yaitu
bronkopneumonia. (Nursalam, 2008 : p153)

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Perifer lengkap
Dapat ditemukan leokopeni, dapat pula leukositosis atau kadar
leukosit normal. Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai
infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak
memerlukan penanganan khusus.
c. Pemeriksaan uji Widal
Uji widal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
bakteri salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita demam typhoid. Akibat
adanya infeksi oleh salmonella typhi, maka penderita membuat
antibodi (aglutinin).
d. Kultur
1) Kultur Darah :Bisa positif pada minggu pertama.
2) Kultur Urine :Bisa positif pada akhir minggu kedua.
3) Kultur Feses :Bisa positif dari minggu kedua hingga
minggu ketiga
15

e. Anti Salmonella Typhi IgM


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi
akut salmonella typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3
dan ke- terjadinya demam.(Nuratif, 2015: p179)

9. Pentalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan demam typhoid menurut Nuratif
2015 p179 yaitu diataranya:
a. Non Farmakologi
1) Bed Rest
2) Diet
Diet pada penderita demam typhoid yaitu dengan
memberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya
nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan klien. Diet yang diberikan
berupa makanan rendah serat.
b. Farmakologi
1) Kloramfenikol
Kloramfenikol ini merupakan obat anti mikroba yang dapat
menurunkan demam dengan cepat. Kloramfenikol deberikan
dengan dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali pemberian,
oral atau intravena selama 14 hari.
2) Ampisilin
Bila ada kontaraindikasi kloramfenikol bisa diberikan
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemberian intravena saat klien belum dapat minum obat selama
21 hari, atau dapat diberikan amoxilin dengan dosis 100
mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3-4 kali selama 21 hari.
Kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam
-3 kali pemberian oral selama 14 hari.
16

3) Seftriakson
Pada kasus berat dapat diberikan seftriakson dengan dosisi
50mg/kgBB/kali dan diberikan 2 kali sehari aatau 80
mg/kgBB/hari sekali sehari melalui intravena dan diberikan
selama 5-7 hari.

B. Asuhan Keperawatan Anak Demam Typhoid


1. Pengkajian
Pengkajian Adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental sosial dan lingkungan.
(Dermawan dalam Safitri Batty Cristian, 2014:p19)
Pengkajian pada anak dengan demam Typhoid (Typus Abdominalis)
yaitu diantaranya:
1. Identitas
Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku/bangsa,
agama, tanggal masuk ruma sakit, nomor register dan diagnosa
medik, Typhoid ini sering ditemukan pada anak berumur di atas
satu tahun. (Marious, Rudi 2015 :p11)
2. Keluhan Utama
Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,
pusing, dan kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang
(terutama selama masa inkubasi). (Nursalam,2008 :p154)
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya timbulnya demam typhoid ini khas, berlangsung
selama kurang lebih 3 minggu bersipat febris remiten dan suhunya
tidak tinggi sekali. Biasanya demamnya menurun pada pagi hari dan
meningkat pada sore dan malam hari. (Hidayat, 2008: p127)
17

4. Riwayat Kesehatan keluarga


Pada riwayat keswehatan keluarga ini di tanyakan apakah ada
anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit demam Typhoid
atau ditanyakan apakah keluarganya mempunya penyakit turunan
atau tidak seperti hipertensi, diabetes dan sebaginya. (Berna, 2015:
p15)
5. Riwayat keseatan Dahulu
Penyakit yang pernah diderita anak perlu diketahui sebelumnya,
karena mungkin ada kaitannya dengan penyakit sekarang. Riwayat
kesehatan menjelaskan tentang riwayat perawatan di RS, alergi,
penyakit kronis dan riwayat operasi. Selain itu juga menjelaskan
tentang riwayat penyakit yang pernah diderita klien yang ada
hubungannya dengan penyakit sekarang seperti riwayat panas,
batuk, filek, atau penyakit serupa pengobatan yang
dilakukan.(Berna, 2015: p15)
6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Merupakan informasi kesehatan anak dan ibu mulai dari pre natal,
natal, dan post natal.
a. Prenatal
Apakah ibu klien terdapat kelainan atau keluhan yang dapat
memperberat keadaan ibu dan anak saat proses persalinan, serta
jumlah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan ibu klien
b. Intra natal
Proses persalinan ditolong oleh siapa, apakah persalinan secara
normal atau memerlukan bantuan alat operasi dan bagaimana
keadaan bayi saat di lahirkan (langsung menangis atau tidak)
c. Post natal
Bagaimana keadaan saat setelah lahir, apakah mendapat ASI
sesuai kebutuhan atau PASI serta bagaimana refleks menghisap
atau menelan(Berna, 2015: p15)
18

7. Riwayat Imunisasi dan Pemberian Makan


a. Riwayat imunisasi
Pada usia 9 bulan imunisasi harus sudah lengkap meliputi BCG,
Hepatitis, Polio, DPT, Campak, Thypoid. Bila anak belum
mendapat imunisasi tanyakan dan catat imunisasi apa saja yang
sudah dan belum didapat serta tanyakan alasannya. (Berna,
2015: p16)
Tabel. 2.2 Jadwal imunisasi yang dianjurkan
Bulan Tahun
Jenis L 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 15 18 2 3 5 6 7 8 9 10 12 18
vaksin hr 4

BCG 1
Hepatiti 1 2 3
sB
Polio 0 1 2 3 4 6
DPT 1 2 3 4 5
Campa 1 2
k
Hib 1 2 3 4
PCV 1 2 3 4
Rotavir 1 2 3
us
Influen Diberikan setiap tahun
za
Varisel Di berikan1x
a
MMR 1 2
Thypoi Ulangan tiap 3 tahun
d
Hepatiti 2x, interval 6-12 bulan
sA
HPV 3x
b. Riwayat pemberian makan
Catat pada pertama kali anak dan pada umur berapa diberikan
makanan tambahan. Selain ASI, baik berupa jenis, porsi dan
frekuensi yang diberikan dan tanyakan makanan apa yang lebih
disukai oleh anak. (Berna, 2015: p17)
19

8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan


a. Riwayat Pertumbuhan
Pada pengkajian riwayat pertumbuhan ini meliputi pengkajian
berat badan dan tinggi badan anak saat di lahirkan, saat satu
bulan, saat satu tahun, saat sebelum sakit dan saat sesudah sakit.
b. Riwayat Perkembangan
Pengkajian perkembangan ini meliputi pengkajian personal
sosial, motorik halus, motorik kasar dan bahasa. (Berna, 2015:
p18)
9. Pola Aktifitas
a. Nutrisi
Pada Anak demam typhoid biasanya mengalami penurnan nafsu
makan karena adanya mual muntah saat makan sehingga makan
hanya sedikit bahkan bisa tidak makan sama sekali.
b. Eliminasi
Pada Anak demam typhoid biasanya mengalami konstipasi oleh
karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urin nya tidak
mengalami ganggua, hanya warna urine menjadi kuning keruh.
Anak dengan demam Typhoid terjadi peningkatan suhu tubuh
yan berakibat keringat banyak keluar dan merasa sering haus.
c. Aktivitas dan latihan
Aktivitas anak akan terganggu sehubungan harus tirah baring
total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan anak
di bantu.
d. Istirahat dan Tidur
Pola tidur dan istirahat anak terganggu sehubung dengan
peningkatan suhu tubuh. (Marious, 2015 :p12)
10. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Biasanya anak dengan demam typhoid tampak lemas.(Berna,
2015: p18)
20

b. Kesadaran
Umumnya kesadran klien menurun walaupun tidak berapa
dalam, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi stupor,
koma atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat
mendapat mendapat pengobatan. (Nursalam,2008 :p154)
c. Tanda-tanda Vital
1) Suhu : Terjadi peningkatan suhu
2) Nadi :Terjadi penurunan frekuensi nadi
(bradikardi)
3) Respirasi :Biasanya di temukan rata-rata terjadi
peningkatan ernapasan (Takipnea) dan
nafas cepat
4) Tekanan Darah :Terjadi penurunan tekanan darah
(Hipotensi). (Berna, 2015: p18)
d. Antropometri
Dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala,
lingkar lengan atas, lingkar dada dan lingkar perut guna untuk
menghitung status gizi anak. (Berna, 2015: p18)
e. Persistem
1) Sistem Neourologis
Adanya keluhan pusing, sakit kepala. Biasnya anak
menunjukan gejala rewel.
2) Sistem Pernafasan
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, dan nafas cepat.
3) Sistem Kardiovaskular
Terjadi penurunan TD, bradikardi relatif dan hemoglobin
rendah
4) Sitem Gastriointestinal
Bibir kering Pecah-pecah (regaden), mukosa mulut kering,
lidah kotor 9cated Tongue), mual, muntah anoreksa dan
konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak. Pada saat di
21

palpasi didapatkan pembesaran hati dan limpa dengan


konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada saat
di perkusi perut kembung serta pada saat auskultasi
peristaltik usus meningkat
5) Sistem Intaragumen
Kulit kering, turgor kulit >2 detik, muka tampak pucat dan
rambut agak kusam.
6) Sistem Muskuloskeletal
Klien tampak lemah tapi tidak ditemukan adanya kelainan.
(Marious, 2015 :p12)
11. Data Psikososial
Data psikososial menilai dampak-dampak hospitalisasi, termasuk
prosedur pada bayi/anak dan keluarga. Pada klien bayi/anak lebih
mudah cemas karena tindakan yang dilakukan, kemungkinan pada
bayi kehilangan kontrol terhadap dirinya. Serta ketakutan bayi/anak
terhadap perlukaan muncul karena bayi/anak menganggap tindakan
dan prosedurnya mengancapm intregritas tubuhnya. Oleh karena itu,
hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak,
menangis dengan kencang sambil berontak/berguling-guling dan
selalu ingin tetap di pangkuan ibunya.
12. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Perifer lengkap
Dapat ditemukan leokopeni, dapat pula leukositosis atau kadar
leukosit normal. Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa
disertai infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak
memerlukan penanganan khusus.
22

c. Pemeriksaan uji Widal


Uji widal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi
terhadap bakteri salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita demam
typhoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella typhi, maka
penderita membuat antibodi (aglutinin).
d. Kultur
Kultur Darah :Bisa positif pada minggu pertama.
Kultur Urine :Bisa positif pada akhir minggu kedua.
Kultur Feses :Bisa positif dari minggu kedua hingga
minggu ketiga
e. Anti Salmonella Typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi
akut salmonella typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari
ke-3 dan ke- terjadinya demam.(Nuratif, 2015: p179)

2. Analisa Data
Tabel 2.3 Analisa Data Demam Typhoid.

Data Etiologi Masalah

DS: Biasanya ibu Kuman Salmonella typhi Ketidakefektipan


mengeluh yang masuk ke saluran termoregulasi
anaknya panas. gastrointestinal
DO :
- Anak Tampak Lolos dari asam lambung
rewel.
- Takikardia Bakteri masuk ke usus
- Perubahan halus
tekanan darah
- Hipertermi (> Inflamasi
37,5 0C)
- Kulit teraba Pembuluh limfe
hangat
- Kulit tampak Peredaran darah
merah (bakterimia primer
23

terutama
muka. Masuk retikulo endothelial
- Takipnea (RES) terutama hati dan
limfa

Masuk aliran darah


(Bakterimia Sekunder)

Endotoksin

Terjadi kerusakan sel

Merangsang melepas zat


epirogen oleh leukosit

Mempengaruhi pusat
thermoregulator di
hipotalamus.

Ketidakefetifan
thermoregulasi.
DS: Biasanya Kuman Salmonella typhi Nyeri
anak mengeluh yang masuk ke saluran
Nyeri gastrointestinal
DO :
- Anak Tampak Lolos dari asam lambung
rewel.
- Anak tampak Bakteri masuk ke usus
sering halus
meringgis/
nangis Inflamasi
- Takikardia
- Perubahan Pembuluh limfe
tekanan darah
- Hipertermi (> Peredaran darah
37,5 0C) (bakterimia primer
- Takikardi
Masuk retikulo endothelial
(RES) terutama hati dan
24

limfa

Inflamasi pada hati dan


limfa

Pembearan limfa

splenomegali

Lase flak payer’s

Erosi

Nyeri
DS: Biasanya ibu Kuman Salmonella typhi Ketidakseimbangan
mengeluh nafsu yang masuk ke saluran nutrisi kurang dari
makan anknya gastrointestinal kebutuhan tubuh
berkurang.
DO : Lolos dari asam lambung
- Anak Tampak
lemas. Bakteri masuk ke usus
- Tampak pori halus
makannya
tidak habis. Inflamasi
- Berat badan
menurun Pembuluh limfe
- Mual
- Muntah Peredaran darah
(bakterimia primer

Masuk retikulo endothelial


(RES) terutama hati dan
limfa

Inflamasi pada hati dan


limfa

Pembearan limfa
25

splenomegali

Penurunan mobilitas usus

Penurunan peristaltik usus

Peningkatan Asam
Lambung

Anoreksa Mual Muntah

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh.
DS: Biasanya ibu Kuman Salmonella typhi kekurangan volume
mengeluh yang masuk ke saluran cairan
anaknnya bnyak gastrointestinal
berkeringat
DO : Lolos dari asam lambung
- Anak Tampak
lemas. Bakteri masuk ke usus
- Klien tampak halus
pucat.
- Peningkatan Inflamasi
keringat
berlebih Pembuluh limfe
- Peningkatan
produksi urin Peredaran darah
- Turgor kulit (bakterimia primer
>2 detik
- Mukosa bibir Masuk retikulo endothelial
kering dan (RES) terutama hati dan
pecah-pecah limfa
- Mual muntah
Inflamasi pada hati dan
limfa

Pembearan limfa
26

splenomegali

Penurunan mobilitas usus

Penurunan peristaltik usus

Peningkatan Asam
Lambung

Anoreksa Mual Muntah

Kekurangan Volume
cairan
DS: Biasanya ibu Kuman Salmonella typhi Konstipasi
mengeluh yang masuk ke saluran
anaknya belum gastrointestinal
BAB selama sakit
DO : Lolos dari asam lambung
- Nyeri tekan
abdomen Bakteri masuk ke usus
- Kembung halus
- Anoreksa
- Bising usus Inflamasi
meningkat/
hiperaktif Pembuluh limfe
- Mual muntah
Peredaran darah
(bakterimia primer

Masuk retikulo endothelial


(RES) terutama hati dan
limfa

Inflamasi pada hati dan


limfa

Pembearan limfa

splenomegali
27

Penurunan mobilitas usus

Penurunan peristaltik usus

Konstipasi

3. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul


a. DX. 1
Ketidakefektipan termoregulasi berhubungan dengan fluktuasi suhu
lingkungan, proses penyakit.
b. DX.2
Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan.
c. DX. 3
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
d. DX.4
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dan peningkatan suhu tubuh.
e. DX.5
Konstipasi berhubungan dengan mortilitas trakrus gastriointestinal
(Penurunan mortilitas usus). (Nuratif, 2015:p180)

4. Perencanaan Keperawatan
Tabel 2.4 Perencanaan Demam Typhoid.
Tujuan Intervensi
DX Rasional
(NOC) (NIC)
1 Setelah dilakukan 1) Observasi TTV 1) Peningkatan
tindakan 3X24 jam setiap 2-4 jam suhu tubuh
diharapkan suhu selama periode dapat terkontrol
tubuh anak dalam demam selama proses
kisaran normal (khususnya HR infeksi
(36,5-37,5 oC) dan Suhu). berlangsung.
28

2) Observasi 2) Penurunan
NOC: tingkat tingkat
 Hidration kesadaran klien. kesadaran dapat
 Adherence terjadi pada
behavior minggu II, apatis
 Immune status sampai
somnolen.
Kriteria Hasil:
 Keseimbangan 3) Berikan 3) Meningkatkan
antara produksi kompres hangat proses evaporasi
panas, panas pada daerah dalam upaya
yang diterima, axilla/lipat menurunkan
dan kehilangan paha. suhu tubuh.
panas.
 Suhu tubuh 4) Berikan pakaian 4) Meningkatkan
stabil 36,5- yang tipis dan proses konveksi
37,50C selama menyerap dalam upaya
proses infeksi keringat. menurunkan
berlangsung. suhu tubuh.

5) Kolaborasi 5) Antipiretik
untuk sebagai penurun
pemberian panas,
antipiretik dan Antibiotik
antibiotik. mengendalikan
perkembangbiak
an bakteri
sampai
mekanisme
pertahanan
tubuh penderita.
2 Setelah dilakukan 1) Observasi 1) Dapat
tindakan 3X24 jam keluhan nyeri, mengidentifikasi
diharapkan nyeri perhatikan terjadinya
berkurang/hilang. lokasi atau komplikasi dan
karakter dan untuk intervensi
NOC: intensitas skala selanjutnya.
 Pain Level nyeri (0-5)
 Pain Control
29

 Comfort Level 2) Ajarkan tehnik 2) Membantu klien


relaksasi untuk
Kriteria Hasil: progresif, nafas mengurangi
 Mampu dalam guided persepsi nyeri
mengontrol imagery. atau
nyeri (Tahu mangalihkan
penyebab nyeri, perhatian klien
mencari dari nyeri.
bantuan)
 Melaporkan 3) Berikan 3) Upaya dengan
bahwa nyeri tindakan distraksi dapat
berkurang kenyamanan : mengurangi rasa
dengan menggendong, nyeri
menggunakan suara halus,
manajemen ketenangan.
nyeri.
 Menyatakan 4) Kolaborasi: 4) Analgetik dapat
rasa nyaman Berikan obat Membantu
setelah nyeri analgetik sesuai mengurangi
berkurang. indikasi nyeri

3 Setelah dilakukan 1) Kaji keluhan 1) Menetapkan


tindakan 3X24 jam mual dan cara
diharapkan muntah. mengatasinya
kebutuhan nutrisi perubahan TD
klien terpenuhi. dan HR
indikator
NOC: dehidrasi.
 Nutritional
Status 2) Beri makanan 2) Asupan nutrisi
 Nutritional dalam porsi diperlukan
Status: food and kecil dengan untuk
Fluid Intake frekuensi sering meningkatkan
 Nutritional dan hidangkan daya tahan
Status: nutrien selagi hangat. tubuh,
Intake diperlukan
 Weigh Control untuk melawan
bakteri yang
menyerang dan
agar seimbang
30

Kriteria Hasil: dengan


 Adanya kebutuhan
peningkatan energi akibat
berat badan metabolisme
sesuai dengan yang
tujuan meningkat.
 Berat badan
ideal sesuai 3) Beri makanan 3) Makanan yang
dengan tinggi yang tidak merangsang
badan merangsang lambung dapat
 Mampu lambung. menimbulkan
mengidentifikas mual dan
i kebutuhan muntah.
nutrisi
 Tidak ada 4) Ciptakan 4) Menambah
tanda-tanda lingkungan selera makan
malnutrisi yang bersih dan klien.
 Tidak terjadi tidak bau.
penurunan berat
badan yang 5) Kolaborasi 5) Menghilangkan
berarti. untuk mual dan
pemberian: muntah serta
Obat-obatan: menambah
antiemetik, vit. nafsu makan.
Nutrisi Nutrisi
parenteral. parenteral
bermanfaat jika
intake peroral
sangat kurang.
4 Setelah dilakukan 1) Berikan 1) Mempermudah
tindakan 3X24 jam penjelasan pemberian
diharapkan tidak tentang cairan (minum)
terjadi kekurangan pentingnya pada klien.
volume cairan. kebutuhan
cairan pada
NOC: klien dan
 Fluid Balance keluarga.
 Hydration
2) Observasi 2) Mengetahui
intake dan keseimbangan
31

 Nutritional output cairan dalam


Status: food and tubuh.
Fluid Intake
3) Anjurkan klien 3) Dengan
Kriteria Hasil: untuk minum pemberian
 Mempertahanka 2,5 liter/24 jam. minum dapat
n urine output memenuhi
sesuai dengan kebutuhan
usia dan BB, BJ cairan yang
Urin Normal, hilang
HT Normal
 Tekanan darah, 4) Observasi 4) Memenuhi
Nadi dan suhu kelancaran kebutuhan
tubuh dalam tetesan infus cairan dan
batas normal mencegah
 Tidak ada adanya edema
tanda-tanda dan bekuan
dehidrasi, darah
elastisitas turgor
kulit baik, 5) Kolaborasi 5) Pemenuhan
membran dengan dokter kebutuhan
mukosa lembab untuk terapi cairan yang
dan tidak ada cairan (oral tidak terpenuhi
rasa haus yang //parenteral) (secara
berlebih. parenteral)
5 Setelah dilakukan 1) Observasi fese 1) Mendeteksi
tindakan 3X24 jam adanya darah
diharapkan dalam feses.
konstipasi
berkurang. 2) Monitor tanda- 2) Untuk
tanda perforasi mendeteksi
NOC: dan pendarahan intervensi medis
 Bowel segera mungkin
elimination dan melihat
 Hydration perkembangan
kesehatan
Keiteria Hasil:
 Mempertahanka 3) Cek dan cegah 3) Distensi yang
n bentuk feses terjadinya tidak membaik
distensi akan
32

lunak setiap1-3 abdomen memperburuk


hari perforasi pada
intestinal.
 Bebas dari
ketidaknyamana 4) Kolaborasi 4) Gliserin dapan
n dan konstipasi pemberian menghilangkan
 Mengidentifikas enema rendah distensi
i indikator atau gliserin abdomen.
untuk mencegah sesuai order dan
konstipasi jangan beri
 Feses lunak dan laktasif.
berbentuk

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik (lyer et.al, 1998).
Tahapan implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
di tujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. (Nursalam, 2013: p127)
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telag ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Perencanaan asuhan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik,
jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam
implementasi asuhan keperawatan. (Nursalam, 2013: p127)

6. Evaluasi Keperawatan
Menurut Griffith dan Christensen (1986),evaluasi sebagai sesuatu
yang direncanakan dan perbandingan yang sistematis pada suatu
kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam
mencapai suatu tujuan maka perawat dapat menentukan efektivitas
Asuhan Keperawatan. (Nursalam, 2013: p135)
33

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam


mencapai tujuan. Al ini dapat dilakukan dengan melihat respon klien
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat
mengambil keputusan. (lyer et.al dalam Nursalam, 2013: p135)

C. Thermoregulasi
1. Definisi
Thermoregulasi adalah suatu mekanisme mahluk hidup untuk
mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat
ditolerir. (Campbell dalam Safitri, 2014: p 21)
Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus
anterior terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem
pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan
saraf eferen serta termoregulasi (Swenson dalam Agustina, 2015: p2).
Termoregulasi adalah suatu mekanisme mahluk hidup untuk
memepertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang
dapat di tolelir. Mekanisme termoregulasi terjadi dengan mengataur
keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas.
(Campbell dalam Agustina, 2015: p2).

2. Mekanisme Pengaturan Suhu Manusia


Termoregulasi adalah proses fisiologis yang merupakan kegiatan
integrasi dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk
mempertahankan suhu inti tubuh melawan perubahan suhu dingin atau
hangat (Myers, dalam Agustina, 2015: p6). Pusat pengaturan tubuh
manusia ada di Hipotalamus, oleh karena itu jika hipotalamus
terganggu maka mekanisme pengaturan suhu tubuh juga akan
terganggu dan mempengaruhi thermostat tubuh manusia. Mekanisme
pengaturan suhu tubuh manusia erat kaitannya antara kerja sama system
syaraf baik otonom, somatic dan endokrin. Sehingga ketika membahas
mengenai pengaturan suhu oleh system persyarafan maka tidak lepas
34

pula kaitannya dengan kerja system endokrin terhadap mekanisme


pengaturan suhu tubuh seperti TSH dan TRH. (Agustina, 2015: p6)
Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh
adalah hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus
anterior (AH/POA) berperanan meningkatkan hilangnya panas,
vasodilatasi dan menimbulkan keringat. Hipotalamus posterior (PH/
POA) berfungsi meningkatkan penyimpanan panas, menurunkan aliran
darah, piloerektil, menggigil, meningkatnya produksi panas,
meningkatkan sekresi hormon tiroid dan mensekresi epinephrine dan
norepinephrine serta meningkatkan basal metabolisme rate (Hasan, R.,
dalam Agustina, 2015: p2).
Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi
mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui
mekanisme feed back negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke
arah normal (Tortora, dalam Agustina, 2015: p6). Thermoreseptor di
kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic dan
pusat peningkata panas di hipotalamus, serta sel neurosekretory
hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH (Thyrotropin releasing
hormon) sebagai tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls syaraf
dan mensekresi TRH, yang sebaliknya merangsang Thyrotroph di
kelenjar pituitary anterior untuk melepaskan TSH (Thyroid stimulating
hormon). Impuls syaraf dihipotalamus dan TSH kemudian
mengaktifkan beberapa organ efektor. (Agustina, 2015: p6)
Menurut Myers (2006)Dalam Agustina, 2015 p2mengatakan
keseimbangan termoregulasi dicapai dengan diikuti oleh mekanisme di
dalam regio anterior hipotalamus/ preoptic area yang termosensitif.
Neuron-neuron yang sensitive terhadap dingin terlebih dahulu
mengintegrasikan input sensori dan kemudian memicu efektor untuk
memproduksi metabolisme panas, vasokonstriksi, menggigil dan respon
lainnya. Di sisi lain, untuk mengaktifkan kehilangan panas, neuron-
neuron yang sensitif terhadap panas merangsang efektor untuk
35

mengalami dilatasi, bernapas pendek dan cepat, berkurangnya


metabolisme rate, dan mengambat efektor untuk penghasil panas.
Walaupun temperature sirkulasi darah dalam hipotalamus berpartisipasi
dalam mekanisme control umpan balik terhadap system sensor-efektor,
reseptor di kulit memberikan tanda kritis termal melalui serabut afferent
ke AP/POA (Ronald, B. Dalam Agustina, 2015: p2)
Terdapat 2 Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh berubah menurur
Silverthorn dalam Sartika (2013; p5)yang diantaranya:
a. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat.
1) Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada
semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan
dari pusat simpatik pada hipotalamus posterior yang
menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang
kuat pada kulit yang memungkinkan percepatan pemindahan
panas dar tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
2) Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek
peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37oC.
Peningkatan suhu tubuh sebesar 1oC akan menyebabkan
pengeluaran keringat cukup banyak sehingga mampu
membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal
10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salah satu
mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang
kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran implus
di area preoptok interior hipotalamus elalui jaras saraf simpatik
keseluru kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada
saraf kolnergik kelenjar keringat. Yang merangsang produksi
keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat
karena rangsangan dari epineprin dan norepineprin.
36

3) Penurunan pembentukan panas


Berbagai mekanisme pembentukan panas seperti
termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat
b. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun.
1) Vasokontriksi klit seluruh tubuh
Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat
simpatis hipotalamus posterior.
2) Piloereksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang
melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak
penting pada manusia tetapi pada binatang tingkat rendah,
verdirinya bulu ini akan berfungsi sebgai isolator panas terhadap
lingkungan.
3) Peningkatan pembentukan panas.
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat
melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat
rangsangan simoatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.

3. Reseptor Suhu
Stimulus dapat datang dari lingkungan luas salinitas,suhu udara,
kelembapan, caha. Alat penerima rangsang reseptor, sedangkan alat
penghasil tanggapan disebut efektor. Reseptor saraf yang paling
sederhana hanya berupa ujung dendrit dari suatu sel syaraf (neuron),
tidak meliputi selubung/selaput myelin dan dapat di temukan pada
reseptor rasa nyeri (free nerve ending) atau nociressetor. Berdasarkan
lokasi Sumber rangsang reseptor dapat di bagikan kedalam beberapa
jenis yang diantaranya:
a. Interesptor
Reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang dari dalam
tubuh.
37

b. Khemoreseptor
Reseptor yang berfungsi memantau pH, kadar gula dalam darah dan
kadar kalsium dalam cairan tubuh atau tubuh.
c. Elekstrireseptor
Reseptor yang berfungsi menerima rangsang dari lingkungan diluar
tubuh reseptor penerima gelombang suara (pada alat pendengaran)
dan cahaya(dalam alat penglihatan)
d. Hubungan antar Reseptor dan Efektor
Dalam sistem syaraf, reseptor biasanya berhubungan dengan syaraf
sensorik (AFFERENT) sedang efektor erat dengan syaraf motorik
(EFERENT). Reseptor berfungsi sebagai pengubah energi,
mengubah bentuk suatu energi menjadi energi tertentu dan didalam
reseptor semua energi di ubah menjadi energi listrik dan selanjutnya
akan membawa ke dalam perubahan elektrolit sehingga timbul
potensial aksi.Sartika (2013; p...)

4. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Suhu


Setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai factor yaitu :
a. Exercise
Semakin beratnya exercise maka suhunya akan meningkat 15 x,
sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari basal
ratenya.
b. Hormon
Thyroid (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur
pengatur utama basal metabolisme rate. Hormon lain adalah
testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan dapat meningkatkan
metabolisme rate 5-15%.
c. Sistem syaraf
Selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari
system syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik
38

melepaskan norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan


hormon epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh medulla
adrenal sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.
d. Suhu tubuh
Meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate,
setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan
kecepatan reaksi biokimia 10 %.
e. Asupan makanan
Makanan dapat meningkatkan 10 – 20% metabolisme rate terutama
intake tinggi protein.
f. Faktor Lain
Seperti gender, Iklim dan malnutrisi.(Guyton, A.C. Agustina, 2015:
p2)
g. Usia
Pada saat lahir mekanisme kontrol suhu masih atur, produksi panas
meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki masa
kanak-kanak. Regulasi suhu akan normal setelah anak mencapai
pubertas. Lansia sensitif terhadap suhu yang ekstream akibat
turunnya mekanisme kontrol suhu (terutama kontrol vasomotor),
penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar
keringat, dan penurunan metabolisme.
h. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan penimgkatan suplai darah dan
metabolisme lemak dan karbohidrat.
i. Kadar Hormon
Suhu tubuh perempuan lebih fluktuatif di bandingkan laki-laki.
j. Irama Sirkardian Suhu Tubuh
Irama sirkardian suhu tubuh berubah secara normal 0,5-1 derajat
celsius selama periode 24 jam. Suhu tubuh rendah antara pukul
01:00 dan 04:00 dini hari.
39

k. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persyarapan.
l. Lingkungan
Mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suhu sekitar.
Walaupun terjadi perubahan sushu, tetapi tubuh mempunyai
mekanisme homeostatis yang dapat dipertahankan dalam rentang
normal. Suhu tubuh manusia mengalami fluktuasi sebesar 0,5-0,7oC
suhu terendah pada malam hari dan suhu tertinggi pada siang hari.
Panas yang diproduksikan harus sesuai dengan panas yang hilang.
m. Demam
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan
metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu
10oC.Sartika (2013; p31)

D. Termodinamika
1. Definisi
Termodinamika merupakan suatu bentuk dinamika dari energi
termal yang dipindahkan dari benda yang memiliki suhu lebih tinggi
kepada benda yang memiliki suhu lebih rendah. Perpindahan kalor
antara sistem dengan lingkungan sekitar dapat terjadi bila sistem
tersebut tersebut terbuka. Sebaliknya bila sistem tersebut tertutup,
maka kalor tidak dapat dipindahkan.( Sartika 2013:p18)
Termodinamika adalah kajian tentang kalor (panas) yang
berpindah. Dalam termodinamika kamu akan banyak membahas
tentang sistem dan lingkungan. Kumpulan benda-benda yang sedang
ditinjau disebut sistem, sedangkan semua yang berada di sekeliling (di
luar) sistem disebut lingkungan. (Beka. 2014:p1)
40

2. Konsep termodinamika
Keseimbangan termodinamika tercapai bila parameter fisik suatu
sistem (T, P & V) adalah konstan sepanjang waktu. Sedangkan
keseimbangan termal tercapai bila dua sistem terbuka yang saling
kontak termal tidak terjadi aliran kalor antara keduanya karena suhu
(T) sama dan Q=0. Q(+) berarti sistem memperoleh kalor dan (T) suhu
akhir > (T) suhu awal. Q(-) berarti sistem melepaskan kalor dan (t)
suhu akhir < (t) suhu awal.
Pengaruh kalor yang di pindahkan pada sebuah benda dalam fase
yang sama menyebabkan benda tersebut mengalami perubahan suhu.
Hal ini dinyatakan dalam sebuah persamaan berikut:
Q = m.c. T
T adalah perubahan suhu yang dimaksud.
Pada suatu ketika kalor yang dipindahkan tidak merubah suhu
benda melainkan merubah fase benda, misalnya: air menjadi es atau air
menjadi uap. Perubhan fase benda terjadi bila suhu sistem
termodinamika telah mencapai titik perubahan fase, misalnya titik
beku air 0o celcius dan titik uap air 100o celcius. Perubahan fase ini
sangat bergantung pada kalor beku atau kalor uap pada tiap zat.
Q = m.L
L disini adalah konstanta kalor lebur, kalor beku atau kalor uap tiap zat.
Pemahaman mengenai keseimbangan termodinamika dapat
diaplikasikan pada upaya mengukur besar energi termal di dalam
tubuh manusia. Bila tubuh manusia yang berada di dalam ruangan
tertutup diibaratkan sebuah benda di dalam sistem tertutup. Kalor
dipindahkan dari tubuh zat alir di dalam sistem tertutup, dan tidak
dipindahkan keluar. Hal ini akan merubah tekanan (P), volume (V) dan
suhu (T) zat alir yang dapat diamati. Secara tidak langsung besar kalor
yang dimiliki tubuh dapat di ketahui dari besar kalor yang diterima zat
alir melalui perubahan tekanan (P), volume (V) dan suhu (T) .(Sartika
2013:p18)
41

3. Mekanisme Termodinamika
Menurut Sartika (2013:p18) perpindahan energi termal (Kalor) terjadi
melalui beberpa mekanisme diantranya:
a. Konveksi
Merupakan transfer memakai media zat alir (fluida) gas maupun
cair. Contohnya seperti darah dan udara respirasi. Infeksi tertentu
akan menghasilkan pirogen yang mempengaruhi thermostat di
hipotalamus. Suhu inti tubuh naik dan tubuh berupaya untuk
memindahkan panas kelua melalui aliran darah dan udara respirasi,
sehingga terjadilah demam.
b. Konduksi
Konduksi ini memakai media padat, harus ada kontak antara
molekul. Contohnya yaitu Tindakan mengompres adalah upaya
untuk menurunkan demam melaui konduksi. Bahan yang
digunakan untuk mengkompres harus lebih dingin dari suhu tubuh.
c. Radiasi
Radiasi ini memanfaatkan media gelombang elektromagnet dalam
mentransfer energi termal. Setiap benda di dalam sebuah ruangan
memancarkan radiasi, termasuk tubuh manusia. Transfer kalor
melalui radiasi dapat diamati saat bermain api unggun atau siang
hari saat matahari bersinar terang.
d. Evaporasi
Merupakan perubahan air menjadi uap, disaat inilah terjadi
pelepasan kalor. Tubuh yang berkeringat tidak mengalami
penurunan suhu sebelum keringat tersebut kering. Evaporasi sangat
bergantung kelembapan udara: semakin lembab udara, semakin
tinggi kandungan air maka semakin sulit evaporasi bekerja.
42

E. Kompres Hangat Basah


Menurut penelitian Mahdiyah, Rahman, Lestari (2015)
disimpulkan bahwa kompres hangat basah efektif dalam penurunan suhu
tubuh anak demam thypoid yang di lakukan pengompresan pada area axila
dalam selang waktu 20 menit. Hal ini dikareana pengompresan pada area
axila yang tedapat pembuluh-pembuluh darah besar sehingga akan
mempercepat proses vasodilatasi pembuluh darah perifer diseluruh tubuh
sehingga pengeluaran panas dari tubuh melalui kulit lebih cepat. Teknik
Kompres hangat basah ini lebih cepat memberikan rangsangan atau sinyal
ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang.
1. Definisi
Kompres adalah metode penangan demam secara fisik yang
memungkinkan tubuh kehilangan panas secara konveksi yaitu
pelepasan panas melalui penguapan dari kulit. (Djuwariyah dalam
Safitri, 2014: p 22)
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau
dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.(Shinta, 2007;p1)
Kompres basah merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memebrikan kompres hangat pada klien yang bertujuan untuk
menurunkan suhu tubuh, menurunkan/meredakan rasa nyeri,
mengurangi perdarahan dan membatasi peradangan. (Hidayah, 2016:p
138)
Jadi dapat disimpulkan bahwa kompres merupakn suatu tindakan
keperawatan yang digunakan untuk menurunkan suhu tubuh,
menurunkan/meredakan rasa nyeri, mengurangi serta membatasi
peradangan.
43

2. Tujuan
a. Menurunkan Suhu tubuh
b. Memperlancar Sirkulasi Tubuh
c. Mengurangi nyeri
d. Memberikan rasa hangat nyaman dan tenang.
e. Memperlancar pengeluaran eksudat
f. Merangsang peristaltik usus. (Djuwariyah dalam Safitri, 2014: p 23)

3. Manfaat
Adapun Manfaat dari kompres hangat adalah dapat memberikan rasa
nyaman dan menurunkan suhu tubuh dalan menangani kasus klien yang
mengalami pireksia (Wahit, 2015: p..)

4. Teknik Kompres
Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya
menurunkan suhu tubuh abtara lain:
a. Kompres Hangat Basah
b. Kompres Hangat kering (Buli-buli)
c. Kompres dingin basah
d. Kompres dingin kering (Kirbat Es)
e. Bantal
f. Selimut Listrik
g. Lampu Penyinaran
h. Busur Panas (Djuwariyah dalam Safitri, 2014: p 23)

5. Standar Operasional Prosedure (SOP)


a. Pemeriksaan Suhu
Pemeriksaan suhu badan klien dilakukan dengan menggunakan
termometer, bertujuan untuk mengetahui suhu tubuh serta keadaan
umum klien. Pemeriksaan suhu dapat dilakukan melalui oral, axila
dan rektal.
44

1) Persiapan alat untuk pemeriksaan suhu axila


a) Termometer
b) Buku catatan
c) Larutan sabun/desinfektan dan air bersih dalam tempatnya
d) Sarung tangan
e) Tisu
f) Bengkok
2) Cara Pelaksanaan
a) Cuci tangan
b) Jelaskan/beritahu prosedur yang akan dilakukan
c) Atur posisi klien
d) Gunakan sarung tangan

e) Lakukan pengukuran dengan meletakkan termometer di


bawah lengan beserta ujungnya di bagian tengah aksila dan
dekatkan dengan kulit, anjurkan klien menjepitkannya
selama 3-5 menit
f) Setelah selesai, keluarkan termometer dengan hati-hati
g) Keringkan/lap termometer dengan tisu, setelah itu buang tisu
ke dalam bengkok
h) Lihat hasil pengukuran
i) Bersihkan termometer dengan tisu kemudian cuci dengan air
sabun, desinfektan, air bersih, dan keringkan
j) Lepaskan sarung tangan
k) Catat hasil
l) Cuci tangan (Hidayat, 2016 :p136)
45

b. Kompres Basah
Kompres dingin basah merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan kompres dingin pada klien yang bertujuan untuk
menurunkan suhu tubuh, menurunkan/meredakan rasa nyeri,
mengurangi perdarahan, dan membatasi peradangan.
1) Alat dan bahan:
a) Bengkok
b) Kom Berisi Air Hangat
c) Perlak/Pengalas
d) Waslap
e) Selimut
2) Cara pelaksanaan:
a) Cuci tangan
b) Jelaskan/beritahu prosedur yang akan dilakukan
c) Atur posisi klien
d) Gunakan sarung tangan
e) Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dikompres
f) Masukkan waslap ke dalam air biasa lalu diperas hingga
lembap
g) Letakkan waslap padadaerah yang akan dikompres
h) Ganti waslap atauulang no.6 jika waslap
sudahtidakbasah/dingin
i) Lakukan pengulangan hingga suhu turun
j) Catat hasil
k) Cuci tangan (Hidayah, 2016 :p138)
46

F. Konsep Anak
1. Definisi
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya
multipikasi (bertambah banyak)sel-sel tubuh dan juga karena
bertambahnya besaran sel. (Nursalam, 2008:p32)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan
struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur,
dan dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses
diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-orang, dan sistemnya yang
terorganisasi (IDAI dalam Nursalam, 2008:p33).
Usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya
sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak
dianggap mula bertanggung jawab atas perilakunya sendiridalam
hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan oranglainnya.
Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-
dasarpengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan dewasA dan memperoleh keterampilan tertentu.(Wong
dalam Rehata, 2014:p2)

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah


Selama usia sekolah, pertumbuhan dan perkembangan anak
relative stabil dibandingkan masa bayi atau remaja yang sedang
mengalami pertumbuhan cepat. Pertambahan berat badan setiap tahun
rata-rata sekitar 7 pounds (3-3,5 kg) dan pertambahan tinggi badan
setiap tahun rata-rata sekitar 2,5 inches (6 cm) (Brown,dalam Rehata,
2014:p2).
Kecepatan pertumbuhan anak wanita dan laki-laki hamper sama
pada usia 9 tahun. Selanjutnya, antara usia 10-12 tahun, pertumbuhan
anak wanita mengalami percepatan lebih dulu karena tubuhnya
memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi. Sementara anak
47

laki-laki bar dapat menyusul dua tahunn kemudian. (Arisman, dalam


Rehata, 2014:p2)).
Pertumbuhan fisik anak usia Sekolah Dasar (SD) cenderung
stabil, tetapi perkembangan kognitif, emosional dan social
berkembang sangat pesat. Anak usia 6-12 tahun mulai berhubungan
tidak hanya dengan keluarga, tetapi juga dengan teman, guru, pelatih,
pengasuh dan lain sebagainya. Orang di luar keluarga tersebut turut
memengaruhi konsumsi makan anak. (Brown, dalam Rehata,
2014:p2)).
Pada usia “early childhood” terjadi peningkatan persen lemak
tubuh minimal sebesar 16% pada wanita dan 13% pada laki-laki.
Peningkatan persen lemak tubuh ini digunakan sebagai persiapan
untuk menghadapi “growth spurt” pada usia remaja. Peningkatan
persen lemak tubuh terjadi bersamaan dengan pubertas awal dan lebih
tinggi pada wanita menyebabkan mereka memiliki potensi untuk
mengalami obesitas. Oleh karena itu, dibutuhkan kepedulian orang tua
untuk meyakinkan anak bahwa peningkatan lemak tubuh tersebut
merupakan proses dari pertumbuhan dan perkembangan normal dan
hanya bersifat sementara (Brown, dalam Rehata, 2014:p3).
Perkembangan normal anak meliputi perkembangan motoric
kasar, motoric halus, bahasa kognitif dan social. Motoric kasar
digunakan untuk duduk, berdiri, menjaga keseimbangan fisik, berlari
serta mengubah posisi.
Perkembangan fisiologi seperti koordinasi motorik, kekuatan
otot dan stamina akan mengalami peningkatan secara progresif. Anak
mulai memiliki kemampuan untuk mengikuti aktivitas fisik seperti
menari dan olahraga. Meningkatkan koordinasi motorik akan
meningkatan perkembangan keterampilan makan pada anak. Anak
mulai dapat menggunakan peralatan makan sendiri, menyiapkan
sendiri makanannya, dan membantu mengatur meja makan. Kegiatan
48

tersebut membuat anak mulai belajar untuk berperan terhadap


keluarga (Brown, dalam Rehata, 2014:p3).
Masalah gizi banyak dialami oleh golongan rawann gizi, salah
satunya adalah remaja. Kelompok remaja menunjukkan fase
pertumbuhan pesat ‘adolescence growth spurt’ sehingga memerlukan
zat-zat gizi relative banyak (Moehji, 2003). Anak sekolah biasanya
mempunyai banyak perhatian dan aktivitas di luar rumah, sehingga
sering melupakan waktu makan (RSCM & PERSAGI,dalam Rehata,
2014:p3).
Tujuan utama dari perkembangan pada usia “middle childhood”
adalah “self-efficacy”, yaitu berhubungan dengan apa yang diketahui
anak dan bagaimana cara mereka untuk melakukannya. Pada usia
sekolah, anak mengalami tahap perubahan perkembangan dari
“preoperational” ke “concrete operation” yang ditandai oleh
kemampuan lebih focus terhadap sesuatu hal; kemampuan untuk
memberikan alas an yang lebih rasional untuk suatu masalah;
kemampuan untuk mengelompokkan dan menggeneralisasi sesuatu
hal; dan penurunan sifat mau menang sendiri sehingga anak mulai
dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Pada tahap ini
anak juga mulai mengembangkan kepribadiannya, meningkatkan
kemandirian, dan belajar tentang perannya dalam keluarga, sekolah
dan masyarakat. Hubungan dengan teman sebaya menjadi sangat
penting dan mulai memisahkan diri dari keluarga. Mereka lebih
senang untuk menghabiskan waktu bersama dengan teman atau
melakukan aktivitas lain yang disukainya, seperti menonton televise
atau bermain video games (Brown, dalam Rehata, 2014:p3).

3. Kebutuhan Dasar untuk Tumbuh Kembang


Tumbuh kembang seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh
hasil interaksi antara faktor genetis, herediter dan konstitusi dengan
faktor lingkungan. Agar faktor lingkungan memeberi pengaruh yang
49

positif bagi tumbuh kembang anak, maka diperlukan pemenuhuan atas


kebutuhan dasar tertentu. Menurut Seotjiningsih (2000) dalam
Nursalam 2008:p41), kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu diantarany:
a. Asuh (Kebutuhan Fisik-Biomedis)
Yang termasuk kebutuhan asuh adalah:
1) Nutrisi yang mencukupi dan seimbang
Pemberian nutrisi secara mencukupi pada anak harus sudah
simulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi
yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus
diupayakan pemberian ASI secara ekslusif, yaitu pemberian Asi
saja sampai 4-6 bulan. Sejak berumur enam bulan, sudah
waktunya anak diberikan makanan tambahan atau makanan
pendamping ASI. Pemberian makanan tambahan ini penting
untuk melatih kebiasaan makan yang baik dan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada masa bayi dan
prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi adalah sangat pesat, terutama
pertumbuhan otak.
2) Perawatan Kesehaatan dasar
Untuk mencapai keadaan kesehtan anak yang optimal
diperlukan beberapa upaya, misalnya imunisasi, kontrol ke
puskesmas/posyandu sevara berkala diperiksakan segera bila
sakit. Dengan upaya tersebut, keadaan kesehatan anakdapat
dipanatu secara dini, sehingga bila ada kelainan maka anak
segera mendapatkan penangan yang benar.
3) Pakaian
Anak perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman
dipakai. Karena aktivitas anak lebih banyak. Hendaknya pakaian
terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat.
50

4) Perumahan
Dengan memberikan tempat tinggal yang layak maka hal
tersebut akan membantu anak untuk bertumbuh dan berkembang
secara optimal. Tempat tinggal yang layak tidak berarti rumah
yang berukuran besar, tetapi bagaimana upaya kita untuk
mengatur rumah menjadi sehat, cukup ventilasi serta terjaga
kebersihan dan kerapihannya, tanpa memperdulikan berapapun
ukurannya.
5) Higine diri dan lingkungan
Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti
sudah mengurangi resiko tertularnya berbagai penyakit infeksi.
Selain itu, lingkungan yang bersih akan memberikan
kesempatan kepada anak untuk melakukan aktivitas bermain
secara aman.
6) Kesegaran jasmani(olahraga dan rekreasi)
Aktivitas olahraga dan rekreasi digunakan untuk melatih
kekuatan otot-otot tubuh dan membuang sisa metabolisme,
selain itu juga membantu meningkatkan motorik anak, dan
aspek perkrmbangan lainnya. Aktivitas olah raga dan rekreasi
bagi anak balita merupakan aktivitas bermain yang
menyenangkan.
b. Asih (Kebutuhan Emosi dan Kasih Sayang)
Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang dpat dimulai
sedini mungkin. Bahkan, sejak anak berada dalam kandungan,
perlu diupayakan kontak psikologi antara ibu dan anak, misalnya
dengan mengajak berbicara/mengelusnya. Setelah lahir, upaya
tersebut dapat dilakukan dengan mendekapkan bayi ke dada ibu
sebera setelah lahir. Ikatan emosi dan kasih sayang yang erat antara
ibu/orang tua dengan anak sangatlah penting, karena berguna
menentukan prilaku anak di kemudian hari, merangsang
51

perkembangan otak anak, serta merangsang perhatian anak


terhadap dunia luar. Olah karena itu, kebutuhan asih ini meliputi:
1) Kasih sayang orang tua
Orang tua yang harmonis akan mendidik dan membimbing
anak dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang tidak berarti
memanjakan atau tidak pernah memarahi, tetapi bagaimana
orang tua menciptakan hubungan yang hangat dengan anak,
sehingga anak merasa aman dan tenang.
2) Rasa Aman
Adanya interaksi yang harmonis antara orang tua dan ank
akan memberikan rasa aman bagi anak untuk melakukan
aktivitas sehari-harinya.
3) Harga diri
Setiap anak ingin diakui keberadaanya dan keinginan.
Apabila anak diacuhkan, maka hal ini dapat menyebabkan
frustasi.
4) Dukungan/Dorongan
Dalam melakukan aktivitas, anak perlu memperoleh
dukungan dari lingkungannya. Apabila orang tua sering
melarang aktivitas yang akan dilakukan, maka hal tersebut dapat
menyebabkan anak ragu-ragu dalam melakukan setiap
aktivitasnya. Selain itu, orang tua perlu memberikan dukungan
agar anak dapat mengatasi stressor atau masalah yang dihadapi.
5) Mandiri
Agar anak menjadi pribadi yang mandiri, maka sejak awal
anak harus dilatih untuk tidak selalu tergantung pada
lingkungannya. Dalam melatih anak untuk mendiri tentunya
harus menyesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan
anak.
52

6) Rasa Memiliki
Anak perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki
terhadap barang-barang yang dipunyainya, sehingga anak
tersebut akanmempunyai rasa tanggung jawab untuk
memelihara barangnya.
7) Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan dan
pengalaman.
Anak perlu diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai
dengan kemampuan dan sifat-sifat bawaanya. Tidak pada
tempatnya jika orang tua memaksakan keinginan untuk
dilakukan oleh anak tanpa memperhatikan kemauan anak.
c. Asah (Kebutuhan Stimulasi)
Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental
psikososial anak yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan
pelatihan. Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan
luar anak, yang berupa latihan atau bermain. Stimulasi merupakan
kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi
yang terarah akan cepat berkembang di bandingkan dengan anak
yang kurang mendapat stimulasi.
53

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Pada penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah deskriptip
kualitatif. Desain kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data
deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku
yang dapat diamati. Penelitian kualitatif juga merupakan suatu pendekatan
induktif untuk penyusunan pengetahuan yang menggunakan riset dan
menekankan subjektifitas serata arti pengalaman bagi individu.(Breackopp
dalam Lubis 2012: p2)
Creswell dalam Herdiansyah 2010 halaman 76 menyatakan bahwa studi
kasus (Case Study) adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi
dari suatu “sistem yang terbatas” (Bounded system) pada suatu atau
beberapa kasus mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam
yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks. Studi
kasus adalah suatu model penelitian kualitatif yang terperinci tentang
individu atau suatu unit sosial selama kurun waktu tertentu. Secara lebih
dalam, studi kasus merupakan model yang bersifat komprehensif, intens,
terperinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya untuik
menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer
(berbatas waktu). Study kasus ini akan dilakukan pada anak demam typhoid
dengan peningkatan suhu tubuh yang akan diberikan tindakan kompres
basah.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat
Penelitian ini akan peneliti lakukan di RSUD Cianjur.
54

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini diawali dengan pengajuan judul penyususnan tepatnya
bulan oktober sampai dengan penyerahan laporan penelitian.

C. Seting Penelitian
Seting Penelitian ini menggambarkan klien/Sample yang akan dilakukan
tindakan kompres basah di rungan anak tepatnya di ruangan samolo di
RSUD Cianjur.

D. Subjek Penelitian
Dalam subjek penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik Non-
probality Sampling. Teknik ini merupakan metode sampling yang setiap
individu atau unit populasi tidak memilki kemungkinan (Non-Probality)
yang sama untuk terpilih. Ada pertimbangan tertentu yang mendasari
pemilihan sample. Metode non-random sampling dispesifikasikan menjadi:
Accidental Sample, Qouta sampling dan Purposeful Sampling. Adapun
teknik sampling Non-Probality yang akan peneliti gunakan saitu Purposeful
Sampling.
Purfoseful Sampling merupakan teknik dalam non-probality sampling
yang berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih
karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akn
dilakukan.dalam purposeful sampling, peneliti memilih subjek penelitian
dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk mempelajari atau untuk
memahami permasalahan pokok yang akan diteliti. Subjek penelitian dan
lokasi penelitian yang dipilih dengan teknik ini biasanya disesuaikan dengan
tujuan penelitian.
Subjek yang akan peneliti lakukan tindakan kompres basah adalah 2
orang klien/anak dengan masalah kperawatan dan diagnosa medis yang
sama. Kriteria dari Sample yang akan peneliti lakukan kompres hangat yaitu
diantranya: anak usia sekolah (5-12 tahun) yang menderita demam typhoid,
dengan peningkatan suhu tubuh yaitu lebih dari 37,5oC, dan belum pernah
55

dilakukan tindakan kompres/tepid sponge serta yang berada di RSUD


Cianjur.

E. Metode Pengumpulan Data


Metode Pengumpulan data yh nang akan peneliti lakukann pada
penelitian ini diantaranya:
1. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan datadengan cara
mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini
memberikan hasil secara langsung. Metode dapat dilakukan apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam serta
jumlah resonden sedikit. Dalam metode ini dapat digunakan intrumen
berupa pedoman wawancara kemudian daftar periksa atau Checklist.
(Hidayat, 2010:p100)
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang yang salah
satunya bertujuan untuk mengali dan mendapatkan informasi untuk
suatu tujuan tertentu. (Gorden dalam Herdiansyah 2010:p118)
Dalam penelitian kualitatif wawancara menjadi metode
pengumpulan data yang utama. Sebagian besar data di peroleh melalui
wawancara. Satu hal yang perlu diperhatiakan oleh peneliti pada saat
melalukan wawancara, jangan sampai subjek merasa seperti sedang di
introgasi oleh peneliti. Jika subjek merasa dirinya diintrogasi, maka
subjek akan merasa tidak nyaman dan merasa terancam karena dalam
introgasi terkandung unsur tekanan dari salah satu pihaknya. Jika hal itu
terjadi, maka kejujuran dan keterbukaan subjek akan terganggu yang
nantinya akan mempengaruhi validasi data yang diperoleh
(Herdiansyah, 2010:p118). Pada umumnya, wawancara dalam
penelitian kualitatif ataupun wawancara lainya terdiri atas tiga bentuk,
yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur dan
wawancara tidak-terstruktur.
56

Pada pengumpulan data dengan metode wawancara peneliti akan


melakukan wawancara dengan bentuk semi-terstruktur karena
wawancara semi terstruktur ini lebih tepat jka dilakukan pada penelitian
kualitatif.
Adapun beberapa ciri dari wawancara semi-terstruktur diantaranya:
a. Pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan.
b. Kecepatan wawancara dapat diprediksi
c. Fleksibel, tetapi terkontrol (dalam pertanyaan atau jawaban)
d. Ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur,
urutan, dan penggunaan kata.
e. Tujuan wawancara adalah untu memahami suatu penomena.
(Herdiansyah, 2010:p123)
2. Observasi
Observasi merupakan suatu proses melihat, mengamati, dan
mencermati serta “merekam” prilaku secara sistemastis untuk tujuan
tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat
digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau
diagnosis.(Herdiansyah, 2010:p131)
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk
mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam observasi ini,
intrumen yang dapat digunakan, antara lain: lembar observasi, panduan
pengamatan (observasi) atau lembar checklist. (Hidayat, 2010:p99)
Adapun kelebihan metode observasi ini yaitu: (Herdiansyah,
2010:p132)
a. Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai
keandalan yang lebih tinggi.
b. Dapat melihat langsung apa yang sedang dilakukan /dikerjakan
oleh subjek hingga hal mendetail.
c. Dapat menggambarkan lingkungan fisik dengan lebih detail
57

d. Dapay mengukur tingkat pekerjaan, dalam waktu yang dibutuhkan


untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan tertentu.
Disamping kelebihan metode observasi ini memiliki kelemahan yaitu
sebagai berikut: (Herdiansyah, 2010:p133)
a. Pada umunya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak
nyaman, sehingga akan melakukan pekerjaannya dengan tidak
semestinya. Atau karena diamati, prilakunya tidak alamiah, bisa
saja di lebih-lebihkan (faking good) atau dikurang-kurangi (faking
bad).
b. Suatu prilaku yang dimunculakn pada saat dilakukan observasi
terkadang tidak mempresentasikan prilaku dan kondisi yang
sebenarnya. Bahkan, prilaku yang dituju tidak muncul pada saat di
observasi.
c. Generousity effect, yaitu kencenderungan dari peneliti atau
observer untuk memberikan penilaian yang baik atau buruk ketika
kondisi atau keadaanya meragukan.
d. Orientasi peneliti
3. Dokumen
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut
dapat berupa gambar, tabel atau daftar periksa, dan film dokumenter.
(Hidayat, 2010:p100)
Studi dokumen adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang
dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Studi
dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti
kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandangan objek
melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang di tulis atau
dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan. (Herdiansyah,
2010:p143)
58

F. Metode Uji Keabsahan Data


Dalam penelitian ilmiah, khusunya berkaitan dengan alat ukur,
reliabilitas, dan validitas menjadi hal mutlak yang harus dicapai. Terutama
dalam penelitian kuantitatif, konsep reliabilitas dan validitas merupakan
syarat utama yang menentukan hasil penelitian. Sebaik apapun hasil yang
diperoleh atau betapapun spektakulernya temuan penelitian, tetapi jika
reliabilitas dan validitasnya rendah, hasil tersebut seakan tidak ada harganya
dan masih menyimpan banyak keraguan. (Herdiansyah. 2014 p:184)
Istilah trianggulasi sudah sering kita dengar baik dalam penelitian
kuantitatif maupun penelitian kualitatif. Terlebih dalam penelitian kualitatif,
konsep trianggulasi terkadang mutlak digunakan walaupun mungkin kita
tidak sadar jika kita menggunakannya. Secara definisi, trianggulasi adalah
penggunaan dua atau lebih sumber untuk mendapatkan gambaran yang
menyeluruh tentang suatu fenomena yang akan diteliti. Intinya adalah
penggunaan lebih dari satu “sumber”, di mana jika dijabarkan lebih dalam,
“sumber” yang dimaksud dapat berarti banyak hal, seperti perspektif,
metodologi, teknik pengumpulan data, dan lain sebagainya. (Herdiansyah.
2014 p:201)
1. Trianggulasi Metode
Yaitu penggunaan multimetode untuk mempelajari topik
tunggal/kasus tunggal. Multimetode yang dimaksudkan misalnya
menggabungkan antara metode kualitatif dengan metode kuantitatif
dalam kasus tunggal. Hal ini sering disebut juga dengan metode
gabungan.
2. Sumber Data
Data trianggulasi, yaitu penggunaan lebih dari satu metode
pengumpulan data dalam kasus tunggal. Metode pengumpulan data yang
ada pada umumnya dilakukan dalam penelitian kualitatif, yaitu
wawancara, observasi, FGD, dokumentasi, dan lain sebagainya.
59

G. Metode Analisa Data


Analisa data yang akan peneliti gunakan yaitu anaisa PICOT.
Format PICOT adalah suatu pendekatan yang sangat membantu dalam
meringkas pertanyaan penelitian yang mengungkap efek dari terapi (Riva,
Keshena, Stephen, Andrea dan Jason, 2012:1)Adapun analisa PICOT nya
yaitu diantaranya:
P :Problem/Patient.Menjelaskan seperti apa karakteristik klien kita/poin-
poin pentingnya saja, hal-hal yang berhubungan dan relevan. Problem
atau masalah dari penelitian yang akan peneliti ambil yaitu “Demam
Typhoid”. Patient/Klien yang akan peneliti lakukan tindakan kompres
basah yaitu anak usia sekolah (5-12 tahun) dengan peningkatan suhu
tubuh (lebih dari 37,5oC), dan belum pernah dilakukan tindakan
kompres/tepid sponge.
I :Intervensi. merujuk pada penanganan yang akan diberikan kepada
subjek yang telah diikutsertakan dalam studi penelitian. Intervensi atau
tindakan yang akan peneliti lakukan pada klien dengan Demam Typhoid
yang mengalami peningktan suhu yaitu dengan diberikan tindakan
Kompres Basah pada daerah axila.
C :Comparison. comparison (pembanding/hal yang dapat menjadi
alternative intervensi yang digunakan / pembanding tindakan yang lain/
korelasi hubungan dari intervensi) kapan berapa lama. Pada comparison
ini peneliti akan melakukan perbandingan antara klien 1 dengan klien 2
tetapi dilakukan tindakan yang sma yaitu pemberian kompres basah
pada axila selama 20 menit dengan frekuensi 1x pengompresan.
O :Outcome.merepresentasikan hasil apa yang peneliti rencanakan dalam
pengukuran untuk memeriksa keefektifan intervensi peneliti.
Hasil/harapan dari tindakan kompres basah ini yaitu Keseimbangan
antara produksi panas, panas yang diterima, dan kehilangan panas serta
suhu tubuh stabil 36,5-37,50C.
60

T :Timing timing (waktu) berdasarkan teori dari waktu ke waktu.


Pemeberian kompres basah pada axila dilakukan selama 2 hari Sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahdiyah, Rahman, Lestari
pada tahun 2015.

H. Etik Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat permohonan
untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian di Puskesmas. Setelah ada
persetujuan berulah penelitian ini dilakukan dengan menekankan pada
masalah kesehatan yang meliputi:
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan Responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,
maka peneliti harus menghormati hak klien. Beberapa informasi yang
harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi klien,
tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,
prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat,
kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lail-lain. (Hidayat.
2010 p:93)
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Anonimity (tanpa nama) merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama Responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan. (Hidayat. 2010 p:94)
61

3. Kerahasian (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset. (Hidayat. 2010 p:95)

Anda mungkin juga menyukai