Disusun Oleh:
RUTH TIAR NAULI SIHOMBING
201841019
Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan
kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang
bersifat fatal (Ilmu Penyakit Dalam,2013).
Kolik abdomen merupakan nyeri yan dapat terlokalisasi dan dirasakan seperti
perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial
ataupun total baik organ tubuh berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi
peristaltik. Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
traktus intestinal (Nettina,2013). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang
menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal
(reeves,2013).
Kolik abdomen merupakan salah satu keadaan darurat non trauma, dimana
seorang penderita oleh karena keadaan kesehatannya memerlukan pertolongan
secepatnya untuk dapat mencegah memburuknya keadaan penderita (Nettina, 2012).
Kolik abdomen adalah suatu keadaan yang sangat membutuhkan pertolongan
secepatnya tetapi tidak begitu berbahaya, karena kondisi penderita yang sangat lemah
jadi penderita sangat memerlukan pertolongan dengan segera (Bare, 2012).
2. Anatomi Fisiologi
3
Gambar 2.1 Anatomi system pencernaan
(Tortora dan Derrickson, 2014)
3. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal
dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk
untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam
bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian- bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai sadar dan berlanjut secara otomatis.
( Sloane, 2012).
4. Tenggorokan (Faring)
4
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang, Keatas bagian depan
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang
disebut ismus fausium. (Peate and Nair, 2012).
5. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu
dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi
menjadi tiga bagian(Peate and Nair, 2012).:
a) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
b) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
c) Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
6. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu: Kardia, Fundus, Antrum. Makanan masuk ke
dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa
membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya
kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang
makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting Lendir,
Asam klorida (HCl), Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)(Peate and
Nair, 2012).
7. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. (Peate and Nair, 2012).
a. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,
dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
5
b. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus
antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
c. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
8. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri
dari: (Peate and Nair, 2012).
a. Kolon asendens (kanan)
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri)
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
9. Usus Buntu (Sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa
jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan
karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya
digantikan oleh umbai cacing. (Peate and Nair, 2012).
10. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi
pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah
dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen
atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). (Peate and Nair, 2012).
6
11. Rektum dan Anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di
anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering
kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi. (Peate and Nair, 2012).
12. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan
duodenum (usus dua belas jari). (Peate and Nair, 2012).
13. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa
fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah
medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari
kata Yunani untuk hati, hepar. (Martini et al., 2012)
14. Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah
pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan
berwarna hijau gelap — bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna
cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua
belas jari melalui saluran empedu.(Martini et al., 2012)
7
15. Etiologi
Menurut Reeves ( 2013) Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :
1. Secara mekanis :
a. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena radang)
b. Karsinoma
c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam usus)
d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
e. Polip (perubahan pada mukosa hidung)
2. Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak dapat
bergerak)
b. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas)
c. Enteritis regional
d. Ketidak seimbangan elektrolit
e. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal
tidak bekerja secara efektif) (Reeves, 2013).
3. Klasifikasi
Kolik abdomen visceral adalah berasal dari organ dalam, visceral dimana
intervasi berasal dari saraf memiliki respon terutama terhadap distensi dan kontraksi
otot, bukan karena iritasi lokal, robekan atau luka karakteristik nyeri visceral
diantaranya sulit terlokalisir, tumpul, samar, dan cenderung beralih ke area dengan
struktur embrional yang sama. Pada garis besarnya sakit perut dapat dibagi menurut
datangnya serangan dan lamanya serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang
kemudian dibagi lagi atas kasus bedah dan non bedah (pediatrik). Selanjutnya dapat
dibagi lagi berdasarkan umur penderita, yang di bawah 2 tahun dan di atas 2 tahun,
yang masing-masing dapat dikelompokkan menjadi penyebab gastrointestinal dan luar
gastrointestinal.
Konsep yang klasik membagi sakit perut berulang ke dalam 2 golongan:
organik (fungsional) dan psikogenik (psikosomatik). Biasanya harus dicari dulu
penyebab organik, bila tidak ditemukan bisa dipikirkan kemungkinan penyebab
psikogenik . Cara pendekatan seperti ini tentu akan banyak memakan waktu dan
8
biayaPada umumnya batu empedu dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
a. Tipe kolesterol.
b. Tipe pigmen empedu.
c. Tipe campuran.
Batu kolesterol terjadi akibat gangguan hati yang mengekskresikan kolesterol
berlebihan hingga kadarnya diatas nilai kritis ke larutan kolesterol dalam empedu.
Tipe pigmen biasanya akibat proses hemolitik atau investasi E. Coli ke dalam empedu
yang dapat mengubah bilirubin diglukuronida menjadi bilirubin bebas yang mungkin
dapat menjadi Kristal kalsium bilirubin. (Boeriarso,2013).
4. Manifestasi Klinis
5. Patofisiologi
Colic abdome adalah gangguan pada aliran normal usus seoanjang traktus
9
intestinal. Rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber dari organ
yang terdapat dalam abdomen. Hal yang mendasari adalah infeksi dalam organ perut
(diare, radang kandung empedu, radang kandung kemih). Sumbatan dari organ perut
(batu empedu, batu ginjal). Akut abdomen yaitu suatu kegawatan abdomen yang
dapat terjadi karena masalah nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung
kurang daari 24 jam. Colic abdomen terkait pada nyeri perut serta gejala seperti
muntah, konstipasi, diare, dan gejala gastrointestinal yang spesifik. Pada kolik
abdomen nyeri dapat berasal dari organ dalam abdomen, termasuk nyeri viseral. Dari
otot lapisan dinding perut. Lokasi nyeri perut abdomen biasanya mengarah pada
lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walupun sebagian nyeri yang
dirasakan merupakan perjalanan dari tempat lain. Oleh karena itu, nyeri yang
dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder dari tempat lain.
(Leslie, 2014)
10
6. Pathway (Leslie, 2014)
hipotalamus
Peningkatan
suhu tubuh
Mediator
Nyeri
11
kandung empedu, saluran empedu dan pankreas diawali oleh infeksi pada organ-
organ tersebut.
5. Sepsis
Sepsis adalah menyebarnya agen infeksi (misalnya bakteri) ke seluruh tubuh
melalui peredaran darah. Sepsis berat dapat menimbulkan syok, dimana tekanan
darah turun.
6. Fistula
Fistula adalah saluran abnormal yang terbentuk antara dua organ. Batu empedu
mengerosi dinding kandung empedu atau salurang empedu, menimbulkan saluran
baru ke lambung, usus dan rongga perut.
7. Peritonitis
Peritonitis adalah radang rongga perut, disebabkan karena rongga perut yang steril
terkontaminasi oleh cairan empedu melalui suatu fistula ke rongga perut.
8. Ileus
Ilues dapat terjadi karena batu menyumbat isi usus. Dapat terjadi bila batu
berukuran cukup besar.
12
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama :Ny. R
Umur : 55 Th
Jenis Kelamin :P
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Jenis Pekerjaan : IRT
Gol. Darah :-
Alamat : Pondok Ungu
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Umur : 66 Thn
Jenis Kelamin :L
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Alama : Pondok Ungu
Hub dengan pasien: Suami
13
bawah kanan kiri, susah BAB 3 hari dan sudah BAK.
II. Keluhan Utama Saat Pengkajian (PQRSTUV)
P: nyeri dirasakan ketika beraktivitas
Q: nyeri dirasakan seperti ditusuk - tusuk
R: nyeri dirasakan di bagian perut tidak menyebar , nyeri dirasakan bagian perut bawah kanan
- kiri
S: skala nyeri 6
T: selama 20 menit , nyeri bertambah parah ketika melakukan aktivitas
U: -
V: klien mengatakan nyeri nya berkurang saat dikasih obat oleh pihak RS
14
keturunan
BAB :
15
2. Riwayat Psikologi
a. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien? Senang
Tingkah laku yang menonjol ? sedih
Suasana yang membahagiakan klien ? jika di temani suami
Stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman ? ingin cepet kembali kerumah
b. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara ( ya ), Apakah pola komunikasinya
(spontan ), Apakah klien menolak untuk diajak komunikasi ( tdk ), Apakah komunikasi
klien jelas ( ya ), Apakah klien menggunakan bahasa isyarat ( tdk ).
Apakah tipe kepribadian klien ( terbuka )
c. Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasi masalahnya? Berdiskusi dengan
suami
d. Dampak di Rumah Sakit
Apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis selama klien di rawat di RS ? klien
mengatakan ada perubahan semenjak di RS karna di tangani oleh dokter dan perawat.
3. Riwayat Sosial
Bagaimana Pola Interaksi klien :Kepada siapa klien berspon? Siapa orang yang dekat dan
dipercaya klien ? anak dan suami
Bagaimanakah klien dalam berinteraksi ( aktif / pasif )? Kegiatan sosial apa yang selama ini
diikuti oleh klien ? ikut pengajian di daerah rumahnya.
16
4. Riwayat Spriritual
Kebutuhan untuk beribadah ( terpenuhi )Masalah- masalah dalam pemenuhan kebutuhan
spiritual ? karna terbaling lemah maka pasien mengatakan tidak bisa beribadah. Upaya untuk
mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan spiritual ? pasien mengatak di dalam hati nya
membaca-baca surat pendek.
V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umun
Keadaan secara umum yang tampak dari fisik klien ketika perawat melakukan
pengkajian misalnya, pasien tampak lemah dan rambutnya kusut, bajunya 2 hari
belum di ganti.
Suhu :36.2C
Spo2: 99 %
C. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Mata simteris , tidak ada luka atau udem , sklera tidak ikterik , konjungtiva an anemis
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi tidak ada pembengkakan. Amati meatus : perdarahan ( + / - ∕ ),
Kotoran ( + / - ∕ ), Pembengkakan ( + / -∕ ), pembesaran / polip ( + / - ∕)
c. Mulut
Tidak ada kelainan , bibirnya pecah – pecah dan kering .
d. Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk simetris Ukuran sama kanan dan kiri Warna sesuai
17
warna kulit badannya lesi ( + / -∕ ), nyeri tekan ( + / -∕ ), peradangan ( + / - ∕),
penumpukan serumen ( + / - ∕ ).
E. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. Pemeriksaan Paru
INSPEKSI
-Bentuk torak (Normal chest),
-Bentuk dada (simetris),
-Keadaan kulit : bagus
-Retrasksi otot bantu pernafasan : tidak ada
-Pola nafas : normal
-Amati : cianosis ( + / - ∕), batuk tidakada.
PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba
(sama ).
PERKUSI
Area paru : ( sonor )
AUSKULTASI
-Suara nafas Area Vesikuler : ( bersih) , Area Bronchial : ( bersih) Area
Bronkovesikuler ( bersih)
-Suara Ucapan Terdengar : Egophoni ( + / -∕ ), Pectoriloqui ( + / -∕ )
-Suara tambahan Terdengar : Rales ( + / - ∕ ), Ronchi ( + / -∕ ), bunyi
tambahan lain tidak ada
-Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : tidak ada
18
b. Pemeriksaan Jantung
INSPEKSI
Ictus cordis ( + / -∕ ), pelebarancm
PALPASI
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Kuat )
PERKUSI
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas ( N = ICS II )
Batas bawah ( N = ICS V)
Batas Kiri ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
AUSKULTASI
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + /-∕), Gallop Rhythm (+ /
-∕), Murmur (+ / -∕) Keluhan lain terkait
dengan jantung : tidak ada
F. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Bentuk abdomen : (cembung), Massa/Benjolan (+/- ∕), Kesimetrisan ( +∕ / - ),
Bayangan pembuluh darah vena (+∕ /-)
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus 30 x/menit ( N = 5 — 35 x/menit.
PALPASI
Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan ( + / - ∕ ), pembesaran ( + / - ∕),
perabaan (lunak), permukaan (halus /), . ( N = hepar tidak teraba).
Palpasi Lien : Gambarkan garis bayangan Schuffner dan
pembesarannya tidak ada
Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc.
Burney. nyeri tekan ( + / - ∕), nyeri lepas ( + / -∕ ), nyeri menjalar kontralateral
( + / -∕ ).
Palpasi Ginjal : Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( + / -∕ ), pembesaran ( + / -
∕). (N =ginjal tidak teraba).
PERKUSI
19
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani. Keluhan lain yang
dirasakan terkait dengan Px. Abdomen : tidak ada
G. Pemeriksaan Ekstremitas/Muskulosketal
Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (+ / -∕), fraktur (+ /-∕) lokasi
fraktu dan , jenis fraktu tidak ada kebersihan luka tidak ada, terpasang Gib
( + / - ∕), Traksi ( + / -∕)
Palpasi
Udema : tidak ada
H. Analisa Data
20
N TGL/JAM SYMTOM ETIOLOGI PROBLEM
DO:
-pasien tampak meringis, kesakitan dan
tangan berada di perut sebeleh kiri untuk
melindungi rasa nyerinya
-pasien sering terbangun dimalam hari
karena nyeri pada perut sebelah kiri
-pasien sulit tidur di malam hari
TD :130/80mmHg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36,4C
RR : 20x/menit
SPO2: 99%
2 08 Agustus DS : Distensi Nausea
-Pasien mengatakan muntah 4x
2022 Lambung
-Pasien mengatakan mual
14.00 -Pasien mengatakan nasfu makan
berkurang hanya menghabiskan
½ porsi
-Pasienmengatakan cepat kenyang
setelah makan
DO :
-Pasien minum 1-2 botol aqua (1500ml)
sehari.
21
-Makan habis ½ porsi
-Turgor kulit kering
Bibir kering dan pecah – pecah
-Mata nampak sembab
-Bentuk mata cekung
-Sering meludah
-BB : 52 kg, TB:158cm,
F. Diagnosis Keperawatan
N TGL/JAM DIAGNOSA PRIORITAS
O
08 Agustus Nyeri Akut berhubungan dengan agen
1 2022 pencedera fisiologis I
14.00 (Sdki , dpp,ppni 2017 kode D.0077)
08 Agustus Nausea berhubungan dengan distensi
2 2022 lambung(Sdki , dpp,ppni 2017 kode D. II
14.00 0076 )
3 08 Agustus Gangguang pola tidur berhubungan dengan III
2022 kurang kontrol tidur (kolik) (Sdki ,
22
14.00 dpp,ppni 2017 kode D.0055)
G. Rencana Keperawatan
N
O DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN KEPERAWATAN DAN
RENCANA TINDAKAN SIKI
D SDKI KRITERIA HASIL SLKI
X
1 Nyeri Akut berhubungan dengan Setelah dilakukan Asuhan Terapi relaksasi
keperawatan selama 3x4 jam Observasi :
agen pencedera fisiologis
diharapkan tingkat nyeri teratasi 1. Identifikasi teknik
(Sdki , dpp,ppni 2017 kode dengan kriteria hasil : ( Slki 2019 , relaksasi yang pernah
dpp, ppni Kode L.08066) efektif digunakan
D.0077)
2. Periksa tegangan otot,
-Meringis menurun (skor 1) frekuensi nadi, TD dan
-Keluhan nyeri menurun (skor 1) suhu sebelum dan
-Gelisah menurun (skor 1) sesudah latihan
-Kesulitan tidur menurun (skor 1) 3. Monitor respons
-Pola nafas, tekanan darah membaik terhadap terapi relaksasi
(skor 5) Terapeutik :
Setelah dilakukan Asuhan 1. Ciptakan lingkungan
keperawatan selama 3x4 jam yang tenang dan tanpa
diharapkan kontrol nyeri teratasi gangguan dengan
dengan kriteria hasil : pencahayaan dan suhu
-Melaporkan nyeri terkontrol ruang nyaman
menurun (skor 1) 2. Gunakan nada suara
-Kemampuan mengenali onset nyeri lembut dengan irama
menurun (skor 1) lambat dan berirama
-Kemampuan menggunakan teknik 3. Gunakan relaksasi
Non farmakologi meningkat (skor sebagai strategi
5) penunjang dengan
-Keluhan nyeri menurun (skor 1) analgetik atau tindakan
medis lain
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan dan jenis
relaksasi yang tersedia
(misal: musik, meditasi,
nafas dalam, relaksasi
otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
3. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
23
5. Demonstrasikan dan latih
relaksasi (misal: nafas
dalam, peregangan atau
imajinasi terbimbing).
Manajemen Nyeri
Observasi :
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi reaksi non
verbal Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(terapi musik,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing)
2. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarakan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
anti nyeri
Pemberian analgesik
Mnajemen nyeri ( Siki 2018 ,
dpp, ppni Kode I. 08238)
Observasi:
1. Identifikasi karakteristik
nyeri
2. Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
3. Identifikasi kesesuaian
jenis analgetik dengan
tingkat keparahan nyeri
24
Terapeutik :
1. Diskusikan analgetik
yang digunakan agar
sesuai dengan kebutuhan
pasien
2. Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik
dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi :
1. Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgetik
2 Nausea berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Mual ( Siki
keperawatan selama 3x24 jam 2018 , dpp, ppni Kode
lambung distensi(Sdki ,
nausea teratasi dengan kriteria hasil: I.03117)
dpp,ppni 2017 kode D. 0076 ) ( Slki 2019 , dpp, ppni Kode
L.08065) Obersevasi:
1. Identifikasi pengalaman
-Nafsu makan meningkat (skor 5) mual’
-Keluhan mual menurun (skor 5) 2. Identifikasi dampak mual
-Perasaan ingin muntah menurun terhadap kualitas hidup
(skor 5) (misal: nafsu makan,
-Pucat menurun ( skor 1) aktivitas, dan tidur)
3. Identifikasi faktor
Setelah dilakukan Asuhan penyebab mual
keperawatan selama 3x4 jam 4. Monitor mual
diharapkan kontrol mual atau 5. Monitor asupan nutrsi
muntah teratasi dengan kriteria hasil dan kalori
: Terapeutik :
-Kemampuan melakukan tindakan 1. Berikan makanan dalam
untuk mengontrol mual/muntah jumlah kecil dan
meningkat (skor 5) menarik
-Melaporkan mual/muntah 2. Berikan makanan dingin,
terkontrol cairan bening, tidak
berbau dan tidak berasa
Edukasi :
1. Ajarkan istirahat dan
tidur yang cukup
2. Anjurkan makan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak
3. Ajarkan teknik
pengunaan
nonfarmakologi untuk
mengatasi mual
(misal:relaksasi,terapi
musik akupresur)
25
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
antiemetik
Manajemen Muntah
Observasi:
1. Identifikasi karakteristik
muntah
2. Periksa volume muntah
3. Monitor keseimbangan
cairaan dan elektrolit
Terapeutik :
1. Kontrol faktor
lingkungan penyebab
muntah (misal bau tidak
sedap
2. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab
muntah
3. Atur posisi untuk
mencegah aspirasi
Edukasi :
1. Ajarkan membawa
kantong plastik untuk
menampung muntah
2. Anjurkan memperbaiki
istirahat
3. Ajarkan pengunaan
teknik nonfarmakologi
untuk mengatasi mual
(misal: relaksasi, terapi
musik akupresur)
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
antiemetik
3 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Asuhan Dukungan Tidur ( Siki 2018,
keperawatan selama 3x4 jam dpp, ppni Kode I.05174)
berhubungan dengan kurang
diharapkan pola tidur teratasi Observasi:
kontrol tidur (kolik) (Sdki , dengan kriteria hasil: ( Slki 2019,
dpp, ppni Kode L.05045) 1. Identifikasi pola aktivitas
dpp,ppni 2017 kode D.0055) dan tidur
-keluhan sulit tidur menurun (skor
1) 2. Identifikasi faktor
-keluhan tidak puas tidur menurun penganggu tidur
(skor 1) (fiik/psikologis)
-keluhan istirahat tidak cukup 3. Identifikasi makanan dan
menjadi menurun (skor 1) minuman yang
Setelah dilakukan Asuhan menganggu tidur (misal;
keperawatan selama 3x4 jam kopi, teh, alkohol)
diharapkan status kenyamanan Terapeutik :
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Modifikasi
-Keluhan tidak nyaman menurun
26
(skor 5) lingkungan
-Keluhan sulit tidur menurun (skor (pencahayaan,
5) kebisingan, suhu,
-Gelisah, Merintih menangis tempat tidur)
menurun (skor 5) 2. Tetapkan jadwal
-Pola tidur membaik (skor 5) rutin tidur
3. Lakukan prosedur
untuk
meningkatkan
kenyamanan
(misal: pijat,
pengsturan posisi,
terapi akupresur)
Edukasi :
1. Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit
2. Ajarkan relaksasi
otot autogenik
atau cara
nonfarmakologi
lainnya
Terapi Musik
Observasi:
1. Identifikasi
perubahan
perilaku atau
fisiologi yang
akan dicapai
(misal:
relaksasi,stimulasi
, konsentrasi)
2. Identifikasi minat
terhadap musik
3. Identifikasi musik
yang disukai
Terapeutik :
1. Pilih musik yang
disukai
2. Posisikan dalam
posisi yang
nyaman
3. Sediakan peralatan
terapi musik
4. Atur volume suara
yang disukai
27
5. Berikan terapi
musik sesuai
indikasi
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
terapi musik
2. Anjurkan rileks
selama
mendengarkan
musik.
28
relaksasi nafas dalam sesuai
yang diajarkan oleh perawat
17.00 1,2 Mengukur TTV dan S:pasien mengatakan nyeri
keadaan umum pasien perut berkurang,mual dan
muntah 2x
Kolaborasi pemberian -pasien mengatakan mual
injeksi ketorolac -Pasien mengatakan nasfu
30mg, injeksi makan berkurang hanya
metoclopramide menghabiskan ½ porsi
10mg, injeksi ranitidin -Pasien mengatakan cepat
100mg kenyang setelah makan
-Pasien mengatakan tidak
ada riwayat alergi makanan
O:
-Pasienmakan habis ½
porsi
-Pasien tampak tidak nafsu
makan
-TD :130/80mmHg
-Nadi : 86x/menit
-Suhu : 36,2C
-RR : 20x/menit
-SPO2: 99%
-Kesadaran : Compos
Mentis
-Memberikan injeksi
ketorolac 30mg, injeksi
metoclopramide 10mg,
injeksi ranitidin 100mg
18.00 1,3 Mengingatkan pasien S: Pasien menyatakan nyeri
untuk relaksasi napas perut kiri berkurang
dalam Pasien mengatakan untuk
menghindari nyeri dengan
Memberikan terapi mencari posisi tidur yang
musik klasiktreligi nyaman sambil
sesuai dengan pilihan mendengarkan musik klasik
pasien selama 5 menit
P: nyeri dirasakan
ketika beraktivitas
Q: nyeri dirasakan
seperti ditusuk -
tusuk
R: nyeri dirasakan di
bagian perut tidak
menyebar , nyeri
29
dirasakan bagian
perut bawah kanan -
kiri
S: skala nyeri 6
T: selama 20 menit , nyeri
bertambah parah ketika
melakukan aktivitas
O:
Pasien tampak mengerti dan
dapat mempraktikan
relaksasi nafas dalam sesuai
yang diajarkan oleh perawat
Pasien dapat relaks dengan
mendengarkan musik klasik
dengan durasi 30 menit
30
yang diajarkan oleh perawat
17.12 1,2 Mengukur TTV dan S:pasien mengatakan nyeri
keadaan umum pasien perut berkurang,mual dan
- muntah 2x
-pasien mengatakan mual
Kolaborasi pemberian -Pasien mengatakan nasfu
injeksi ketorolac makan berkurang hanya
30mg, injeksi menghabiskan ½ porsi
metoclopramide -Pasien mengatakan cepat
10mg, injeksi ranitidin kenyang setelah makan
100mg -Pasien mengatakan tidak
ada riwayat alergi makanan
O:
-Pasienmakan habis ½
porsi
-Pasien tampak tidak nafsu
makan
-TD :120/80mmHg
-Nadi : 88x/menit
-Suhu : 36,4C
-RR : 20x/menit
-SPO2: 99%
-Kesadaran : Compos
Mentis
-Memberikan injeksi
ketorolac 30mg, injeksi
metoclopramide 10mg,
injeksi ranitidin 100mg
18.23 1,3 Mengingatkan pasien S: Pasien menyatakan nyeri
untuk relaksasi napas perut kiri berkurang
dalam Pasien mengatakan untuk
menghindari nyeri dengan
Memberika terapi mencari posisi tidur yang
musik klasiktreligi nyaman sambil
sesuai dengan pilihan mendengarkan musik klasik
pasien selama 5 menit
P: nyeri dirasakan
ketika beraktivitas
Q: nyeri dirasakan
seperti ditusuk -
tusuk
R: nyeri dirasakan di
bagian perut tidak
menyebar , nyeri
dirasakan bagian
31
perut bawah kanan –
kiri
S: skala nyeri 3
T: selama 12 menit hilang
timbul
O:
Pasien tampak mengerti dan
dapat mempraktikan
relaksasi nafas dalam sesuai
yang diajarkan oleh perawat
Pasien dapat relaks dengan
mendengarkan musik klasik
dengan durasi 30 menit
32
-Suhu : 36,2C
-RR : 20x/menit
-SPO2: 99%
-Kesadaran : Compos
Mentis
-Memberikan injeksi
ketorolac 30mg, injeksi
metoclopramide 10mg,
injeksi ranitidin 100mg
18.45 1,3 Mengingatkan pasien S: Pasien menyatakan nyeri
untuk relaksasi napas perut kiri tidak ada
dalam Pasien mengatakan sudag
bisa tidur sambil
Memberikan terapi mendengarkan musik
musik klasiktreligi
sesuai dengan pilihan O:
pasien Pasien tampak mengerti dan
Mengganti linen dapat mempraktikan
pasien relaksasi nafas dalam sesuai
- yang diajarkan oleh perawat
Pasien dapat relaks dengan
- mendengarkan musik klasik
dengan durasi 30 menit
F. Evaluasi Keperawatan
G.Tanggal DX Evaluasi Ttd
Keperawatan
1 08 S: Pasien mengatakan nyeri
Agustus 1 perut sebelah kiri dan kanan
2022 P: nyeri dirasakan
14.58-
ketika beraktivitas
18.00
Q: nyeri dirasakan
seperti ditusuk –
tusuk
R: nyeri dirasakan di
bagian perut tidak
menyebar , nyeri
dirasakan bagian
33
perut bawah kanan -
kiri
S: skala nyeri 6
T: selama 20 menit , nyeri
bertambah parah ketika
melakukan aktivitas
O:
Pasien tampak mengerti dan
memperhatikan relaksasi
nafas dalam sesuai yang
diajarkan oleh perawat
A: nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
Mengkaji nyeri pasien
Mengjarkan teknik relaksasi
nafas dalam pada saat perut
terasa nyeri
2 08 2 S: Pasien mengatakan nyeri
Agustus perut berkurang, mual dan
2022 muntah 2x
14.58- -pasien mengatakan mual
18.00 - pasien mengatakan nafsu
makab berkurang, hanya
menghabiskan ½ porsi
- Pasien mengatakan cepat
kenyang setelah makan
- Pasien mengatakan tidak
ada riwayat alergi makanan
O:
-pasien makan habis ½
porsi
-pasien tampak tidak nafsu
makan
-TD : 130/80mmHg
-Nadi : 86x/menit
-Suhu : 36,20C
-RR : 20x/menit
-SPO2 : 99%
-Kesadaran : Compos
Mentis
A: Nausea belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
Mengukur TTV dan
keadaan umum pasien
Kolaborasi oemberian
injeksi ketorolac 30mg.
34
Injeksi Metoclopramide
10mg, injeksi ranitidin
100mg
S: Pasien mengatakan nyeri
perut kiri berkurang
-Pasien mengatakan untuk
menghindari nyeri dengan
mencari posisi tidur yang
nyaman sambil
mendengarkan musik klasik
selama 5 menit.
P: nyeri dirasakan
ketika beraktivitas
Q: nyeri dirasakan
seperti ditusuk -
tusuk
R: nyeri dirasakan di
bagian perut tidak
menyebar , nyeri
dirasakan bagian
08
perut bawah kanan -
Agustus
3 2022 3 kiri
14.58-
S: skala nyeri 6
18.00
T: selama 20 menit , nyeri
bertambah parah ketika
melakukan aktivitasO:
-Pasien tampak mengerti
dan dapat mempraktikan
relaksasi nafas dalam sesuai
yang diajarkan oleh perawat
-Pasien dapat relaks dengan
mendengarkan musik klasik
dlzcrt religi dengan durasi
30 menit
A: gangguan pola tidur
belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
Mengkaji nyeri pasien
Mengjarkan teknik relaksasi
nafas dalam
35
S:Pasien mengatakan nyeri
perut sedikit berkurang
Pasien mengatakan untuk
mehindari nyeri dengan
mencari posisi tidur yang
nyaman dan bila nyeri
timbul nafas dalam dan
mendengarkan musik klasik
P: nyeri dirasakan
ketika beraktivitas
Q: nyeri dirasakan
seperti ditusuk -
tusuk
R: nyeri dirasakan di
bagian perut tidak
menyebar , nyeri
dirasakan bagian
09 perut bawah kanan -
Agustus
4 2022 1,3 kiri
14.59- S: skala nyeri 3
21.00
T: selama 12menit , nyeri
bertambah parah ketika
melakukan aktivitas
O:
Pasien tampak mengerti dan
dapat mempraktikan
relaksasi nafas dalam sesuai
yang diajarkan oleh perawat
saat nyeri perut timbul dan
mengdengarkan musik
klasik
A: nyeri akut dan gangguan
pola tidur belum tertatasi
P: Lanjutkan Intervensi
Mengkaji nyeri pasien
Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
Memberikan musik klasik
religi untuk pengantar
tidur dan nyeri perut
berkurang
5 09 2,4 S: Pasien mengatakan mual
Agustus sudah berkurang dan sudah
2022
36
tidak muntah
-Pasien mengatakan nasfu
makan sudah mulai
bertambah tetapi hanya
menghabiskan 3/4 porsi dan
makan 1 buah apel
-Pasien mengatakan tidak
ada riwayat alergi makanan
O:
Pasien makan habis 3/4
porsi
Pasien tampak nafsu makan
mulai bertambah
-TD :120/80mmHg
-Nadi : 88x/menit
-Suhu : 36,4C
-RR : 20x/menit
-SPO2 : 99%
Kesadaran : Compos Mentis
14.59-
Monitor tetesan infus RL 20
21.00
tpm Sudah habis 800 cc air
putih
Nausea dan resiko perfusi
miokard tidak efektif
P: Lanjutkan Intervensi
-Mengukur TTV dan
keadaan umum pasien
-Monitor makan dan minum
air putih sedikit demi sedikit
tapi sering
-Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
-Kolaborasi pemberian
antiemetik sebelum makan
(Memberikan sulcrafat sirup
15cc dan injeksi
metoclopramide 10 mg
untuk melapisi lambung
agar mengurangi mual dan
muntah)
6 10 1,3 S: Pasien mengatakan sudah
Agustus tidak nyeri perut dan
2022 semalam bisa tisur dengan
14.00- nyaman
18.00
O: pasien tampak baik, dan
mobilisasi sudah aktif, tidur
pasien sudah 6 jam
A: nyeri akut dan gangguan
pola tidur tertatasi P:
37
Hentikan Intervensi
S: Pasien mengatakan sudah
tidak mual
-Pasien mengatakan nasfu
makan sudah bertambah dan
menghabiskan 1 porsi dan
10 makan roti
Agustus
-Pasien mengatakan tidak
7 2022 2
14.00- ada riwayat alergi makanan
18.00
O: Pasien makan habis 1
porsi dan pasien tampak
nafsu makan bertambah
A: Nausea tertatasi
P: Hentikan Intervensi
38