Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH PADA NY. R DENGAN DIAGNOSA


COLIC ABDOMEN DI RUANG BOUGENVIL

Disusun Oleh:
RUTH TIAR NAULI SIHOMBING
201841019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes IMC BINTARO
2022
1. Definisi

Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan
kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang
bersifat fatal (Ilmu Penyakit Dalam,2013).
Kolik abdomen merupakan nyeri yan dapat terlokalisasi dan dirasakan seperti
perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial
ataupun total baik organ tubuh berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi
peristaltik. Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
traktus intestinal (Nettina,2013). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang
menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal
(reeves,2013).
Kolik abdomen merupakan salah satu keadaan darurat non trauma, dimana
seorang penderita oleh karena keadaan kesehatannya memerlukan pertolongan
secepatnya untuk dapat mencegah memburuknya keadaan penderita (Nettina, 2012).
Kolik abdomen adalah suatu keadaan yang sangat membutuhkan pertolongan
secepatnya tetapi tidak begitu berbahaya, karena kondisi penderita yang sangat lemah
jadi penderita sangat memerlukan pertolongan dengan segera (Bare, 2012).

2. Anatomi Fisiologi

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai


anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu
pankreas, hati dan kandung empedu. (Anderson, 2012; Syaifuddin, 2012).

3
Gambar 2.1 Anatomi system pencernaan
(Tortora dan Derrickson, 2014)
3. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal
dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk
untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam
bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian- bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai sadar dan berlanjut secara otomatis.
( Sloane, 2012).
4. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari


bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang

4
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang, Keatas bagian depan
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang
disebut ismus fausium. (Peate and Nair, 2012).
5. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu
dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi
menjadi tiga bagian(Peate and Nair, 2012).:
a) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
b) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
c) Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
6. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu: Kardia, Fundus, Antrum. Makanan masuk ke
dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa
membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya
kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang
makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting Lendir,
Asam klorida (HCl), Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)(Peate and
Nair, 2012).
7. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. (Peate and Nair, 2012).
a. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,
dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.

5
b. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus
antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
c. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
8. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri
dari: (Peate and Nair, 2012).
a. Kolon asendens (kanan)
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri)
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
9. Usus Buntu (Sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa
jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan
karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya
digantikan oleh umbai cacing. (Peate and Nair, 2012).
10. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi
pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah
dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen
atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). (Peate and Nair, 2012).

6
11. Rektum dan Anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di
anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering
kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi. (Peate and Nair, 2012).
12. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan
duodenum (usus dua belas jari). (Peate and Nair, 2012).
13. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa
fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah
medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari
kata Yunani untuk hati, hepar. (Martini et al., 2012)
14. Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah
pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan
berwarna hijau gelap — bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna
cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua
belas jari melalui saluran empedu.(Martini et al., 2012)

7
15. Etiologi

Menurut Reeves ( 2013) Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :
1. Secara mekanis :
a. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena radang)
b. Karsinoma
c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam usus)
d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
e. Polip (perubahan pada mukosa hidung)
2. Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak dapat
bergerak)
b. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas)
c. Enteritis regional
d. Ketidak seimbangan elektrolit
e. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal
tidak bekerja secara efektif) (Reeves, 2013).

3. Klasifikasi

Kolik abdomen visceral adalah berasal dari organ dalam, visceral dimana
intervasi berasal dari saraf memiliki respon terutama terhadap distensi dan kontraksi
otot, bukan karena iritasi lokal, robekan atau luka karakteristik nyeri visceral
diantaranya sulit terlokalisir, tumpul, samar, dan cenderung beralih ke area dengan
struktur embrional yang sama. Pada garis besarnya sakit perut dapat dibagi menurut
datangnya serangan dan lamanya serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang
kemudian dibagi lagi atas kasus bedah dan non bedah (pediatrik). Selanjutnya dapat
dibagi lagi berdasarkan umur penderita, yang di bawah 2 tahun dan di atas 2 tahun,
yang masing-masing dapat dikelompokkan menjadi penyebab gastrointestinal dan luar
gastrointestinal.
Konsep yang klasik membagi sakit perut berulang ke dalam 2 golongan:
organik (fungsional) dan psikogenik (psikosomatik). Biasanya harus dicari dulu
penyebab organik, bila tidak ditemukan bisa dipikirkan kemungkinan penyebab
psikogenik . Cara pendekatan seperti ini tentu akan banyak memakan waktu dan

8
biayaPada umumnya batu empedu dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
a. Tipe kolesterol.
b. Tipe pigmen empedu.
c. Tipe campuran.
Batu kolesterol terjadi akibat gangguan hati yang mengekskresikan kolesterol
berlebihan hingga kadarnya diatas nilai kritis ke larutan kolesterol dalam empedu.
Tipe pigmen biasanya akibat proses hemolitik atau investasi E. Coli ke dalam empedu
yang dapat mengubah bilirubin diglukuronida menjadi bilirubin bebas yang mungkin
dapat menjadi Kristal kalsium bilirubin. (Boeriarso,2013).

4. Manifestasi Klinis

Menurut Sunaryo (2014) Manifetasi Klinis pada Colic Abdomen Adalah:


1. Mekanika sederhana — usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu
awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada
interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana — usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah — sedikit atau tidak
ada kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri
tekan difus minimal.
3. Mekanika sederhana — kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian
terjadmuntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram
nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir;
distensi sedang; b muntah persisten; biasanya bising usus menurun dan nyeri
tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah
atau mengandung darah samar.

5. Patofisiologi

Colic abdome adalah gangguan pada aliran normal usus seoanjang traktus

9
intestinal. Rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber dari organ
yang terdapat dalam abdomen. Hal yang mendasari adalah infeksi dalam organ perut
(diare, radang kandung empedu, radang kandung kemih). Sumbatan dari organ perut
(batu empedu, batu ginjal). Akut abdomen yaitu suatu kegawatan abdomen yang
dapat terjadi karena masalah nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung
kurang daari 24 jam. Colic abdomen terkait pada nyeri perut serta gejala seperti
muntah, konstipasi, diare, dan gejala gastrointestinal yang spesifik. Pada kolik
abdomen nyeri dapat berasal dari organ dalam abdomen, termasuk nyeri viseral. Dari
otot lapisan dinding perut. Lokasi nyeri perut abdomen biasanya mengarah pada
lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walupun sebagian nyeri yang
dirasakan merupakan perjalanan dari tempat lain. Oleh karena itu, nyeri yang
dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder dari tempat lain.
(Leslie, 2014)

10
6. Pathway (Leslie, 2014)

Obstruksi Akumulasi gas Kehilangan


usus cairan Distensi
H2O
didalam lumen
sebelah proksimal dan elektrolit
dari letak
absorpsi

Pelepasan bakteri dan toksin Kehilangan Tekanan


cairan menuju infralumen
dari
ruang
usus yang nekotrik ke dalam
peritoneum dan sirkulasi
sistemik

Syok hipovolemik Gangguan


kebutuhan
istirahat, tidur Peradangan

hipotalamus
Peningkatan
suhu tubuh
Mediator
Nyeri

Nyeri akut Mual,


Anoreksia muntah

7. Komplikasi (Pratiwi dkk, 2018).

1. Kolik ureter (tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus).


2. Kolik biliaris
3. Kolik intestinal (obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang)
4. Gangren
Gangren adalah borok yang disebabkan karena kematian sel/jaringan. Gangren

11
kandung empedu, saluran empedu dan pankreas diawali oleh infeksi pada organ-
organ tersebut.
5. Sepsis
Sepsis adalah menyebarnya agen infeksi (misalnya bakteri) ke seluruh tubuh
melalui peredaran darah. Sepsis berat dapat menimbulkan syok, dimana tekanan
darah turun.
6. Fistula
Fistula adalah saluran abnormal yang terbentuk antara dua organ. Batu empedu
mengerosi dinding kandung empedu atau salurang empedu, menimbulkan saluran
baru ke lambung, usus dan rongga perut.
7. Peritonitis
Peritonitis adalah radang rongga perut, disebabkan karena rongga perut yang steril
terkontaminasi oleh cairan empedu melalui suatu fistula ke rongga perut.
8. Ileus
Ilues dapat terjadi karena batu menyumbat isi usus. Dapat terjadi bila batu
berukuran cukup besar.

8. Penatalaksanaan (Sumaprdja, 2015).

1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit


2. Terapi Na+, K+, komponen darah
3. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
4. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
5. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
6. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
7. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus
paralitik atau infeksi.
8. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
9. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
10. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus
dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.

12
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tgl & Jam Pengkajian : 08/08/2022 No Register : 06.49.51


Tanggal Masuk RS : 08/08/2022 Sumber Informasi : Keluarga & Pasien
Ruang Kelas : Bougenvil Diagnose Medic : Colic Abdomen

I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama :Ny. R
Umur : 55 Th
Jenis Kelamin :P
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Jenis Pekerjaan : IRT
Gol. Darah :-
Alamat : Pondok Ungu
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Umur : 66 Thn
Jenis Kelamin :L
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Alama : Pondok Ungu
Hub dengan pasien: Suami

II. KELUHAN UTAMA


I. Keluhan Utama Saat MRS : Klien mengatakan tidak bisa duduk, merasa nyeri di bagian perut

13
bawah kanan kiri, susah BAB 3 hari dan sudah BAK.
II. Keluhan Utama Saat Pengkajian (PQRSTUV)
P: nyeri dirasakan ketika beraktivitas
Q: nyeri dirasakan seperti ditusuk - tusuk
R: nyeri dirasakan di bagian perut tidak menyebar , nyeri dirasakan bagian perut bawah kanan
- kiri
S: skala nyeri 6
T: selama 20 menit , nyeri bertambah parah ketika melakukan aktivitas
U: -
V: klien mengatakan nyeri nya berkurang saat dikasih obat oleh pihak RS

III. RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat Penyakit Sekarang:
a. Alasan kunjungan/keluhan utama : merasakan nyeri dibagian diperut kanan dan
kiri , susah BAK dan BAB sudah 3 hari sebelum ke rumah sakit, nyeri dirasakan
tiba –tibadan seperti ditusuk – tusuk , nyeri semakin sakit ketika beraktivitas ,
klien mengatakan mual dan muntah 2x , dan nafsu makan berkurang .
b. Faktor Pencetus : DM
c. Lamanya Keluhan : 1 Tahun
d. Timbulnya Keluhan : Mendadak
e. Faktor yang memperberat : Dm
f. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya sendiri : dirumah minum madu hitam .
Oleh Orang Lain : Tidak Ada
g. Diagnosa Medic : Colic Abdomen
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu:
1) Penyakit yang pernah dialami:
a. Kanak – kanak : Tidak Ada
b. Kecelakaan : Tidak Ada
c. Pernah dirawat : Tidak Ada
d. Penyakit :-
e. Waktu :-
f. Operasi :-
2) Alergi : Tipe Reaksi Tindakan
- - -
3) Imunisasi : -
4) Riwayat Kesehatan Keluarga : pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit

14
keturunan

IV. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN


1. Pola Aktifitas Sehari – hari (ADL)

 Gangguan Tidur :-  Gangguan Tidur : -

ADL  Upaya Mengatasi


Di Rumah  Upaya
Di Rumah Sakit Mengatasi
gangguan tidur :- gangguan tidur :-
 Hal-hal yang  Hal-hal yang
Pola pemenuhan kebutuhan Makan / Minum Makan / Minum
nutrisi dan cairan (Makan dan mempermudah tidur :- mempermudah tidur :-
Minum ) Jumlah :3x Hal-hal
sehari yang  : 3x
Jumlah Hal-hal
sehariyang
mempermudah bangun: mempermudah bangun:-
Jenis :Jenis :
saat BAK

- Nasi : 1/4 - Nasi : 1/3


 Frekuensi mandi :2x  Frekuensi mandi : 2x
- Lauk : ayam.daging,ikan
sehari - Lauk : ayam
sehari dilap.
 Frekuensi Mencuci  Frekuensi Mencuci
- Sayur : labu,kangkung - Sayur : wortel
rambut: 1x seminggu rambut: 1x seminggu
Pola Kebersihan Diri (PH)
- Minum: air
Frekuensi Gosok gigi : 2x - Minum
putih 5 gelas  Frekuensi Gosok gigi :
: 2 botol kecil
sehari 1x sehari
Pantangan
 : Keadaan
- kuku: bersih dan Pantangan :-
 Keadaan kuku: bersih
pendek dan pendek
Kesulitan Makan / Minum : tidak Kesulitan Makan / Minum : -
ada
Usaha Mengatasi kesulitan :-

Usaha Mengatasi kesulitan :-

Pola Eliminasi Jumlah 1500, Warna normal,Jumlah 600, Warna keruh,


Bau (+) , Masalah (-), CaraBau (+), Masalah( -), Cara Mengatasi :
BAK :
minum air putihMengatasi:minum air putih

BAB :
15

Pola Istirahat Tidur - Jumlah/Waktu : 8jam - Jumlah/Waktu : 6 jam


Aktivitas apa yang dilakukan Aktivitas apa yang dilakukan
klien untuk mengisi waktu klien untuk mengisi waktu
luang ? mengobrol dengan luang ?
tetangga dan mengikuti pengajian Mengobrol dengan anak/suami.
Aktivitas Lain di lingkungan sekitar rumahnya Jika sudah merasa lelah
langsung istirahat.

2. Riwayat Psikologi
a. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien? Senang
Tingkah laku yang menonjol ? sedih
Suasana yang membahagiakan klien ? jika di temani suami
Stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman ? ingin cepet kembali kerumah

b. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara ( ya ), Apakah pola komunikasinya
(spontan ), Apakah klien menolak untuk diajak komunikasi ( tdk ), Apakah komunikasi
klien jelas ( ya ), Apakah klien menggunakan bahasa isyarat ( tdk ).
Apakah tipe kepribadian klien ( terbuka )
c. Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasi masalahnya? Berdiskusi dengan
suami
d. Dampak di Rumah Sakit
Apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis selama klien di rawat di RS ? klien
mengatakan ada perubahan semenjak di RS karna di tangani oleh dokter dan perawat.

3. Riwayat Sosial
Bagaimana Pola Interaksi klien :Kepada siapa klien berspon? Siapa orang yang dekat dan
dipercaya klien ? anak dan suami
Bagaimanakah klien dalam berinteraksi ( aktif / pasif )? Kegiatan sosial apa yang selama ini
diikuti oleh klien ? ikut pengajian di daerah rumahnya.

16
4. Riwayat Spriritual
Kebutuhan untuk beribadah ( terpenuhi )Masalah- masalah dalam pemenuhan kebutuhan
spiritual ? karna terbaling lemah maka pasien mengatakan tidak bisa beribadah. Upaya untuk
mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan spiritual ? pasien mengatak di dalam hati nya
membaca-baca surat pendek.

V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umun
Keadaan secara umum yang tampak dari fisik klien ketika perawat melakukan
pengkajian misalnya, pasien tampak lemah dan rambutnya kusut, bajunya 2 hari
belum di ganti.

B. Pemeriksaan Tanda – tanda Vital

 Tekanan Darah (TD) :130/80mmHg

 Heart Rate: 86x/menit

 Suhu :36.2C

 Respiratory Rate (RR) :20x/menit

 Spo2: 99 %

C. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Mata simteris , tidak ada luka atau udem , sklera tidak ikterik , konjungtiva an anemis
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi tidak ada pembengkakan. Amati meatus : perdarahan ( + / - ∕ ),
Kotoran ( + / - ∕ ), Pembengkakan ( + / -∕ ), pembesaran / polip ( + / - ∕)
c. Mulut
Tidak ada kelainan , bibirnya pecah – pecah dan kering .
d. Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk simetris Ukuran sama kanan dan kiri Warna sesuai

17
warna kulit badannya lesi ( + / -∕ ), nyeri tekan ( + / -∕ ), peradangan ( + / - ∕),
penumpukan serumen ( + / - ∕ ).

D. Pemeriksaan Kepala & Leher


a. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala (Brakhiocephalus/ bulat), kesimetrisan (+∕/- ). Hidrochepalus (
+ / - ∕), Luka ( + / - ∕), darah ( +/-∕), Trepanasi ( + / -∕ ). Palpasi : Nyeri tekan ( + / - ∕).
b. Leher
Inspeksi : Bentuk leher (simetris), peradangan ( + / - ∕), jaringan parut ( + / - ∕),
perubahan warna ( + / - ∕), massa ( + / - ∕) Palpasi : pembesaran kelenjar limfe ( + / - ∕),
pembesaran kelenjar tiroid ( + / - ∕).

E. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. Pemeriksaan Paru
 INSPEKSI
-Bentuk torak (Normal chest),
-Bentuk dada (simetris),
-Keadaan kulit : bagus
-Retrasksi otot bantu pernafasan : tidak ada
-Pola nafas : normal
-Amati : cianosis ( + / - ∕), batuk tidakada.
 PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba
(sama ).
 PERKUSI
Area paru : ( sonor )
 AUSKULTASI
-Suara nafas Area Vesikuler : ( bersih) , Area Bronchial : ( bersih) Area
Bronkovesikuler ( bersih)
-Suara Ucapan Terdengar : Egophoni ( + / -∕ ), Pectoriloqui ( + / -∕ )
-Suara tambahan Terdengar : Rales ( + / - ∕ ), Ronchi ( + / -∕ ), bunyi
tambahan lain tidak ada
-Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : tidak ada

18
b. Pemeriksaan Jantung
 INSPEKSI
Ictus cordis ( + / -∕ ), pelebarancm
 PALPASI
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Kuat )
 PERKUSI
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas ( N = ICS II )
Batas bawah ( N = ICS V)
Batas Kiri ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
 AUSKULTASI
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + /-∕), Gallop Rhythm (+ /
-∕), Murmur (+ / -∕) Keluhan lain terkait
dengan jantung : tidak ada

F. Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi
Bentuk abdomen : (cembung), Massa/Benjolan (+/- ∕), Kesimetrisan ( +∕ / - ),
Bayangan pembuluh darah vena (+∕ /-)
 AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus 30 x/menit ( N = 5 — 35 x/menit.
 PALPASI
Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan ( + / - ∕ ), pembesaran ( + / - ∕),
perabaan (lunak), permukaan (halus /), . ( N = hepar tidak teraba).
 Palpasi Lien : Gambarkan garis bayangan Schuffner dan
pembesarannya tidak ada
 Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc.
Burney. nyeri tekan ( + / - ∕), nyeri lepas ( + / -∕ ), nyeri menjalar kontralateral
( + / -∕ ).
 Palpasi Ginjal : Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( + / -∕ ), pembesaran ( + / -
∕). (N =ginjal tidak teraba).
 PERKUSI

19
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani. Keluhan lain yang
dirasakan terkait dengan Px. Abdomen : tidak ada

G. Pemeriksaan Ekstremitas/Muskulosketal
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (+ / -∕), fraktur (+ /-∕) lokasi
fraktu dan , jenis fraktu tidak ada kebersihan luka tidak ada, terpasang Gib
( + / - ∕), Traksi ( + / -∕)
 Palpasi
Udema : tidak ada

H. Pemeriksaan Fungsi Neurologis : GCS : : E4 M5 V6 : 15

I. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medik


 Darah Lengkap
Leukosit : 5-10 ( N : 3.500 — 10.000 / µL )
Eritrosit :20-40 ( N : 1.2 juta — 1.5 juta µL )
Trombosit : 172.000( N : 150.000 — 350.000 / µL )
Haemoglobin :10.2 ( N : 11.0 — 16.3 gr/dl ) Haematokrit : 37.0-( N : 35.0 —
50 gr / dl)
F. Pemeriksaan Radiologi : Terlampir
G. Tindakan dan terapi
- Pasang Iufd RL 20 TPM
- Keterolac 30 mg
- Metoclopramide 10 mg
- Panto prazole 1gr
- Ranitidine inj
- Sulcrafat syr

H. Analisa Data

20
N TGL/JAM SYMTOM ETIOLOGI PROBLEM

1 08 Agustus DS : Agen Pencedera Nyeri Akut


2022 -Pasien mengatakan nyeri perut sebelah Fisiologis
kiri sudah 2 hari
14.00 -Pasien mengatakan untuk mehindari nyeri
dengan mencari posisi tidur yang nyaman
- P: nyeri dirasakan ketika
beraktivitas
Q: nyeri dirasakan seperti ditusuk -
tusuk
R: nyeri dirasakan di bagian perut
tidak menyebar , nyeri dirasakan
bagian perut bawah kanan - kiri
S: skala nyeri 6
T: selama 20 menit , nyeri
bertambah parah ketika
melakukan aktivitas

DO:
-pasien tampak meringis, kesakitan dan
tangan berada di perut sebeleh kiri untuk
melindungi rasa nyerinya
-pasien sering terbangun dimalam hari
karena nyeri pada perut sebelah kiri
-pasien sulit tidur di malam hari
TD :130/80mmHg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36,4C
RR : 20x/menit
SPO2: 99%
2 08 Agustus DS : Distensi Nausea
-Pasien mengatakan muntah 4x
2022 Lambung
-Pasien mengatakan mual
14.00 -Pasien mengatakan nasfu makan
berkurang hanya menghabiskan
½ porsi
-Pasienmengatakan cepat kenyang
setelah makan
DO :
-Pasien minum 1-2 botol aqua (1500ml)
sehari.

21
-Makan habis ½ porsi
-Turgor kulit kering
Bibir kering dan pecah – pecah
-Mata nampak sembab
-Bentuk mata cekung
-Sering meludah
-BB : 52 kg, TB:158cm,

3 08 Agustus DS : Kurang Tidur Gangguan Pola


-Pasien mengatakan sulit tidur, karena
2022 Tidur
nyeri pada perut kirinya
14.00 -Pasien mengatakan tidak puas tidur, tidur
hanya 4 jam
-Pasien mengeluh pola tidur berubah
sebelum sakit dan sesudah sakit
-Pasien mengatakan istirahat tidak
cukup/kurang
DO:
-Pasien mengatakan kemampuan
beraktivitas menurun
-pasien tampakmeringis, kesakitan dan
tangan berada di
perut sebeleh kiri untuk
melindungi rasa nyerinya
-pasien sering terbangun dimalam hari
karena nyeri pada perut sebelah kiri
-pasien sulit tidur di malam hari
TD :130/80mmHg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36,4C
RR : 20x/menit
SPO2: 99%

F. Diagnosis Keperawatan
N TGL/JAM DIAGNOSA PRIORITAS
O
08 Agustus Nyeri Akut berhubungan dengan agen
1 2022 pencedera fisiologis I
14.00 (Sdki , dpp,ppni 2017 kode D.0077)
08 Agustus Nausea berhubungan dengan distensi
2 2022 lambung(Sdki , dpp,ppni 2017 kode D. II
14.00 0076 )
3 08 Agustus Gangguang pola tidur berhubungan dengan III
2022 kurang kontrol tidur (kolik) (Sdki ,

22
14.00 dpp,ppni 2017 kode D.0055)

G. Rencana Keperawatan
N
O DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN KEPERAWATAN DAN
RENCANA TINDAKAN SIKI
D SDKI KRITERIA HASIL SLKI
X
1 Nyeri Akut berhubungan dengan Setelah dilakukan Asuhan Terapi relaksasi
keperawatan selama 3x4 jam Observasi :
agen pencedera fisiologis
diharapkan tingkat nyeri teratasi 1. Identifikasi teknik
(Sdki , dpp,ppni 2017 kode dengan kriteria hasil : ( Slki 2019 , relaksasi yang pernah
dpp, ppni Kode L.08066) efektif digunakan
D.0077)
2. Periksa tegangan otot,
-Meringis menurun (skor 1) frekuensi nadi, TD dan
-Keluhan nyeri menurun (skor 1) suhu sebelum dan
-Gelisah menurun (skor 1) sesudah latihan
-Kesulitan tidur menurun (skor 1) 3. Monitor respons
-Pola nafas, tekanan darah membaik terhadap terapi relaksasi
(skor 5) Terapeutik :
Setelah dilakukan Asuhan 1. Ciptakan lingkungan
keperawatan selama 3x4 jam yang tenang dan tanpa
diharapkan kontrol nyeri teratasi gangguan dengan
dengan kriteria hasil : pencahayaan dan suhu
-Melaporkan nyeri terkontrol ruang nyaman
menurun (skor 1) 2. Gunakan nada suara
-Kemampuan mengenali onset nyeri lembut dengan irama
menurun (skor 1) lambat dan berirama
-Kemampuan menggunakan teknik 3. Gunakan relaksasi
Non farmakologi meningkat (skor sebagai strategi
5) penunjang dengan
-Keluhan nyeri menurun (skor 1) analgetik atau tindakan
medis lain
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan dan jenis
relaksasi yang tersedia
(misal: musik, meditasi,
nafas dalam, relaksasi
otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
3. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi

23
5. Demonstrasikan dan latih
relaksasi (misal: nafas
dalam, peregangan atau
imajinasi terbimbing).
Manajemen Nyeri
Observasi :
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi reaksi non
verbal Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(terapi musik,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing)
2. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarakan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
anti nyeri
Pemberian analgesik
Mnajemen nyeri ( Siki 2018 ,
dpp, ppni Kode I. 08238)

Observasi:
1. Identifikasi karakteristik
nyeri
2. Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
3. Identifikasi kesesuaian
jenis analgetik dengan
tingkat keparahan nyeri

24
Terapeutik :
1. Diskusikan analgetik
yang digunakan agar
sesuai dengan kebutuhan
pasien
2. Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik
dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi :
1. Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgetik
2 Nausea berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Mual ( Siki
keperawatan selama 3x24 jam 2018 , dpp, ppni Kode
lambung distensi(Sdki ,
nausea teratasi dengan kriteria hasil: I.03117)
dpp,ppni 2017 kode D. 0076 ) ( Slki 2019 , dpp, ppni Kode
L.08065) Obersevasi:
1. Identifikasi pengalaman
-Nafsu makan meningkat (skor 5) mual’
-Keluhan mual menurun (skor 5) 2. Identifikasi dampak mual
-Perasaan ingin muntah menurun terhadap kualitas hidup
(skor 5) (misal: nafsu makan,
-Pucat menurun ( skor 1) aktivitas, dan tidur)
3. Identifikasi faktor
Setelah dilakukan Asuhan penyebab mual
keperawatan selama 3x4 jam 4. Monitor mual
diharapkan kontrol mual atau 5. Monitor asupan nutrsi
muntah teratasi dengan kriteria hasil dan kalori
: Terapeutik :
-Kemampuan melakukan tindakan 1. Berikan makanan dalam
untuk mengontrol mual/muntah jumlah kecil dan
meningkat (skor 5) menarik
-Melaporkan mual/muntah 2. Berikan makanan dingin,
terkontrol cairan bening, tidak
berbau dan tidak berasa
Edukasi :
1. Ajarkan istirahat dan
tidur yang cukup
2. Anjurkan makan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak
3. Ajarkan teknik
pengunaan
nonfarmakologi untuk
mengatasi mual
(misal:relaksasi,terapi
musik akupresur)

25
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
antiemetik
Manajemen Muntah
Observasi:
1. Identifikasi karakteristik
muntah
2. Periksa volume muntah
3. Monitor keseimbangan
cairaan dan elektrolit
Terapeutik :
1. Kontrol faktor
lingkungan penyebab
muntah (misal bau tidak
sedap
2. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab
muntah
3. Atur posisi untuk
mencegah aspirasi
Edukasi :
1. Ajarkan membawa
kantong plastik untuk
menampung muntah
2. Anjurkan memperbaiki
istirahat
3. Ajarkan pengunaan
teknik nonfarmakologi
untuk mengatasi mual
(misal: relaksasi, terapi
musik akupresur)
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
antiemetik
3 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Asuhan Dukungan Tidur ( Siki 2018,
keperawatan selama 3x4 jam dpp, ppni Kode I.05174)
berhubungan dengan kurang
diharapkan pola tidur teratasi Observasi:
kontrol tidur (kolik) (Sdki , dengan kriteria hasil: ( Slki 2019,
dpp, ppni Kode L.05045) 1. Identifikasi pola aktivitas
dpp,ppni 2017 kode D.0055) dan tidur
-keluhan sulit tidur menurun (skor
1) 2. Identifikasi faktor
-keluhan tidak puas tidur menurun penganggu tidur
(skor 1) (fiik/psikologis)
-keluhan istirahat tidak cukup 3. Identifikasi makanan dan
menjadi menurun (skor 1) minuman yang
Setelah dilakukan Asuhan menganggu tidur (misal;
keperawatan selama 3x4 jam kopi, teh, alkohol)
diharapkan status kenyamanan Terapeutik :
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Modifikasi
-Keluhan tidak nyaman menurun

26
(skor 5) lingkungan
-Keluhan sulit tidur menurun (skor (pencahayaan,
5) kebisingan, suhu,
-Gelisah, Merintih menangis tempat tidur)
menurun (skor 5) 2. Tetapkan jadwal
-Pola tidur membaik (skor 5) rutin tidur
3. Lakukan prosedur
untuk
meningkatkan
kenyamanan
(misal: pijat,
pengsturan posisi,
terapi akupresur)
Edukasi :
1. Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit
2. Ajarkan relaksasi
otot autogenik
atau cara
nonfarmakologi
lainnya
Terapi Musik
Observasi:
1. Identifikasi
perubahan
perilaku atau
fisiologi yang
akan dicapai
(misal:
relaksasi,stimulasi
, konsentrasi)
2. Identifikasi minat
terhadap musik
3. Identifikasi musik
yang disukai
Terapeutik :
1. Pilih musik yang
disukai
2. Posisikan dalam
posisi yang
nyaman
3. Sediakan peralatan
terapi musik
4. Atur volume suara
yang disukai

27
5. Berikan terapi
musik sesuai
indikasi
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
terapi musik
2. Anjurkan rileks
selama
mendengarkan
musik.

H. Implementasi Asuhan Keperawatan


I. NO IMPLEMENTASI RESPON PASIEN PARAF
DX

Rabu 08 1 - Mlakukan S: Pasien mengatakan nyeri


Agustus pengkajian mengkaji perut sebelah kiri
2022 keluhan pasien P: nyeri dirasakan
Jam 14.00 -mengkajimnyeri
ketika beraktivitas
pasien
- mengidentifikasi Q: nyeri dirasakan
skala nyeri
seperti ditusuk -
-Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam tusuk
pada saat perut terasa
R: nyeri dirasakan di
nyeri
bagian perut tidak
menyebar , nyeri
dirasakan bagian
perut bawah kanan -
kiri
S: skala nyeri 6
T: selama 20 menit , nyeri
bertambah parah ketika
melakukan aktivitas
O:Pasien tampak mengerti
dan dapat mempraktikan

28
relaksasi nafas dalam sesuai
yang diajarkan oleh perawat
17.00 1,2 Mengukur TTV dan S:pasien mengatakan nyeri
keadaan umum pasien perut berkurang,mual dan
muntah 2x
Kolaborasi pemberian -pasien mengatakan mual
injeksi ketorolac -Pasien mengatakan nasfu
30mg, injeksi makan berkurang hanya
metoclopramide menghabiskan ½ porsi
10mg, injeksi ranitidin -Pasien mengatakan cepat
100mg kenyang setelah makan
-Pasien mengatakan tidak
ada riwayat alergi makanan
O:
-Pasienmakan habis ½
porsi
-Pasien tampak tidak nafsu
makan
-TD :130/80mmHg
-Nadi : 86x/menit
-Suhu : 36,2C
-RR : 20x/menit
-SPO2: 99%
-Kesadaran : Compos
Mentis
-Memberikan injeksi
ketorolac 30mg, injeksi
metoclopramide 10mg,
injeksi ranitidin 100mg
18.00 1,3 Mengingatkan pasien S: Pasien menyatakan nyeri
untuk relaksasi napas perut kiri berkurang
dalam Pasien mengatakan untuk
menghindari nyeri dengan
Memberikan terapi mencari posisi tidur yang
musik klasiktreligi nyaman sambil
sesuai dengan pilihan mendengarkan musik klasik
pasien selama 5 menit
P: nyeri dirasakan
ketika beraktivitas
Q: nyeri dirasakan
seperti ditusuk -
tusuk
R: nyeri dirasakan di
bagian perut tidak
menyebar , nyeri

29
dirasakan bagian
perut bawah kanan -
kiri
S: skala nyeri 6
T: selama 20 menit , nyeri
bertambah parah ketika
melakukan aktivitas
O:
Pasien tampak mengerti dan
dapat mempraktikan
relaksasi nafas dalam sesuai
yang diajarkan oleh perawat
Pasien dapat relaks dengan
mendengarkan musik klasik
dengan durasi 30 menit

F. Implementasi Asuhan Keperawatan


G.NO IMPLEMENTASI RESPON PASIEN PARAF
DX

09 Agustus 1 - mengkaji keluhan S: Pasien mengatakan nyeri


2022 pasien perut sebelah kiri
Jam 15.30 -mengkaji nyeri P: nyeri dirasakan
pasien
ketika beraktivitas
- mengidentifikasi
skala nyeri Q: nyeri dirasakan
-Mengajarkan teknik
seperti ditusuk -
relaksasi nafas dalam
pada saat perut terasa tusuk
nyeri
R: nyeri dirasakan di
-Meng identifikasi
lokasi nyeri , bagian perut tidak
karateristik nyeri ,
menyebar , nyeri
frekuensi , kualitas
dan intensitas dirasakan bagian
nyerinya
perut bawah kanan -
kiri
S: skala nyeri 3
T: selama 12menit hilang
timbul
O:Pasien tampak mengerti
dan dapat mempraktikan
relaksasi nafas dalam sesuai

30
yang diajarkan oleh perawat
17.12 1,2 Mengukur TTV dan S:pasien mengatakan nyeri
keadaan umum pasien perut berkurang,mual dan
- muntah 2x
-pasien mengatakan mual
Kolaborasi pemberian -Pasien mengatakan nasfu
injeksi ketorolac makan berkurang hanya
30mg, injeksi menghabiskan ½ porsi
metoclopramide -Pasien mengatakan cepat
10mg, injeksi ranitidin kenyang setelah makan
100mg -Pasien mengatakan tidak
ada riwayat alergi makanan
O:
-Pasienmakan habis ½
porsi
-Pasien tampak tidak nafsu
makan
-TD :120/80mmHg
-Nadi : 88x/menit
-Suhu : 36,4C
-RR : 20x/menit
-SPO2: 99%
-Kesadaran : Compos
Mentis
-Memberikan injeksi
ketorolac 30mg, injeksi
metoclopramide 10mg,
injeksi ranitidin 100mg
18.23 1,3 Mengingatkan pasien S: Pasien menyatakan nyeri
untuk relaksasi napas perut kiri berkurang
dalam Pasien mengatakan untuk
menghindari nyeri dengan
Memberika terapi mencari posisi tidur yang
musik klasiktreligi nyaman sambil
sesuai dengan pilihan mendengarkan musik klasik
pasien selama 5 menit
P: nyeri dirasakan
ketika beraktivitas
Q: nyeri dirasakan
seperti ditusuk -
tusuk
R: nyeri dirasakan di
bagian perut tidak
menyebar , nyeri
dirasakan bagian

31
perut bawah kanan –
kiri
S: skala nyeri 3
T: selama 12 menit hilang
timbul
O:
Pasien tampak mengerti dan
dapat mempraktikan
relaksasi nafas dalam sesuai
yang diajarkan oleh perawat
Pasien dapat relaks dengan
mendengarkan musik klasik
dengan durasi 30 menit

F. Implementasi Asuhan Keperawatan


G.NO IMPLEMENTASI RESPON PASIEN PARAF
DX

10 Agustus 1 - mengkaji keluhan S: Pasien mengatakan nyeri


2022 pasien perut sebelah kiri dan
Jam 15.58 -mengkajimnyeri kanan sudah tidak ada
pasien O:Pasien tampak mengerti
- mengidentifikasi dan dapat mempraktikan
skala nyeri relaksasi nafas dalam sesuai
-Mengajarkan teknik yang diajarkan oleh perawat
relaksasi nafas dalam
pada saat perut terasa
nyeri
- mengganti cairan
infus

17.00 1,2 Mengukur TTV dan S:pasien mengatakan nyeri


keadaan umum pasien perut tidak ada,mual dan
muntah tidak ada
Kolaborasi pemberian -pasien mengatakan mual
injeksi ketorolac -Pasien mengatakan nasfu
30mg, injeksi makan sudah normal dan
pantoprazole 10mg, sudah menghabiskan 1 porsi
makan
-Pasien mengatakan tidak
ada riwayat alergi makanan
O:
-Pasienmakan habis 1 porsi
-Pasien tampak tidak nafsu
makan
-TD :120/80mmHg
-Nadi : 87x/menit

32
-Suhu : 36,2C
-RR : 20x/menit
-SPO2: 99%
-Kesadaran : Compos
Mentis
-Memberikan injeksi
ketorolac 30mg, injeksi
metoclopramide 10mg,
injeksi ranitidin 100mg
18.45 1,3 Mengingatkan pasien S: Pasien menyatakan nyeri
untuk relaksasi napas perut kiri tidak ada
dalam Pasien mengatakan sudag
bisa tidur sambil
Memberikan terapi mendengarkan musik
musik klasiktreligi
sesuai dengan pilihan O:
pasien Pasien tampak mengerti dan
Mengganti linen dapat mempraktikan
pasien relaksasi nafas dalam sesuai
- yang diajarkan oleh perawat
Pasien dapat relaks dengan
- mendengarkan musik klasik
dengan durasi 30 menit

F. Evaluasi Keperawatan
G.Tanggal DX Evaluasi Ttd
Keperawatan
1 08 S: Pasien mengatakan nyeri
Agustus 1 perut sebelah kiri dan kanan
2022 P: nyeri dirasakan
14.58-
ketika beraktivitas
18.00
Q: nyeri dirasakan
seperti ditusuk –
tusuk
R: nyeri dirasakan di
bagian perut tidak
menyebar , nyeri
dirasakan bagian

33
perut bawah kanan -
kiri
S: skala nyeri 6
T: selama 20 menit , nyeri
bertambah parah ketika
melakukan aktivitas

O:
Pasien tampak mengerti dan
memperhatikan relaksasi
nafas dalam sesuai yang
diajarkan oleh perawat
A: nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
Mengkaji nyeri pasien
Mengjarkan teknik relaksasi
nafas dalam pada saat perut
terasa nyeri
2 08 2 S: Pasien mengatakan nyeri
Agustus perut berkurang, mual dan
2022 muntah 2x
14.58- -pasien mengatakan mual
18.00 - pasien mengatakan nafsu
makab berkurang, hanya
menghabiskan ½ porsi
- Pasien mengatakan cepat
kenyang setelah makan
- Pasien mengatakan tidak
ada riwayat alergi makanan
O:
-pasien makan habis ½
porsi
-pasien tampak tidak nafsu
makan
-TD : 130/80mmHg
-Nadi : 86x/menit
-Suhu : 36,20C
-RR : 20x/menit
-SPO2 : 99%
-Kesadaran : Compos
Mentis
A: Nausea belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
Mengukur TTV dan
keadaan umum pasien
Kolaborasi oemberian
injeksi ketorolac 30mg.

34
Injeksi Metoclopramide
10mg, injeksi ranitidin
100mg
S: Pasien mengatakan nyeri
perut kiri berkurang
-Pasien mengatakan untuk
menghindari nyeri dengan
mencari posisi tidur yang
nyaman sambil
mendengarkan musik klasik
selama 5 menit.
P: nyeri dirasakan
ketika beraktivitas
Q: nyeri dirasakan
seperti ditusuk -
tusuk
R: nyeri dirasakan di
bagian perut tidak
menyebar , nyeri
dirasakan bagian
08
perut bawah kanan -
Agustus
3 2022 3 kiri
14.58-
S: skala nyeri 6
18.00
T: selama 20 menit , nyeri
bertambah parah ketika
melakukan aktivitasO:
-Pasien tampak mengerti
dan dapat mempraktikan
relaksasi nafas dalam sesuai
yang diajarkan oleh perawat
-Pasien dapat relaks dengan
mendengarkan musik klasik
dlzcrt religi dengan durasi
30 menit
A: gangguan pola tidur
belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
Mengkaji nyeri pasien
Mengjarkan teknik relaksasi
nafas dalam

Memberikan musik kalsik


untuk pengantar tidur dan
nyeri perut berkurang

35
S:Pasien mengatakan nyeri
perut sedikit berkurang
Pasien mengatakan untuk
mehindari nyeri dengan
mencari posisi tidur yang
nyaman dan bila nyeri
timbul nafas dalam dan
mendengarkan musik klasik
P: nyeri dirasakan
ketika beraktivitas
Q: nyeri dirasakan
seperti ditusuk -
tusuk
R: nyeri dirasakan di
bagian perut tidak
menyebar , nyeri
dirasakan bagian
09 perut bawah kanan -
Agustus
4 2022 1,3 kiri
14.59- S: skala nyeri 3
21.00
T: selama 12menit , nyeri
bertambah parah ketika
melakukan aktivitas
O:
Pasien tampak mengerti dan
dapat mempraktikan
relaksasi nafas dalam sesuai
yang diajarkan oleh perawat
saat nyeri perut timbul dan
mengdengarkan musik
klasik
A: nyeri akut dan gangguan
pola tidur belum tertatasi
P: Lanjutkan Intervensi
Mengkaji nyeri pasien
Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
Memberikan musik klasik
religi untuk pengantar
tidur dan nyeri perut
berkurang
5 09 2,4 S: Pasien mengatakan mual
Agustus sudah berkurang dan sudah
2022
36
tidak muntah
-Pasien mengatakan nasfu
makan sudah mulai
bertambah tetapi hanya
menghabiskan 3/4 porsi dan
makan 1 buah apel
-Pasien mengatakan tidak
ada riwayat alergi makanan

O:
Pasien makan habis 3/4
porsi
Pasien tampak nafsu makan
mulai bertambah
-TD :120/80mmHg
-Nadi : 88x/menit
-Suhu : 36,4C
-RR : 20x/menit
-SPO2 : 99%
Kesadaran : Compos Mentis
14.59-
Monitor tetesan infus RL 20
21.00
tpm Sudah habis 800 cc air
putih
Nausea dan resiko perfusi
miokard tidak efektif
P: Lanjutkan Intervensi
-Mengukur TTV dan
keadaan umum pasien
-Monitor makan dan minum
air putih sedikit demi sedikit
tapi sering
-Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
-Kolaborasi pemberian
antiemetik sebelum makan
(Memberikan sulcrafat sirup
15cc dan injeksi
metoclopramide 10 mg
untuk melapisi lambung
agar mengurangi mual dan
muntah)
6 10 1,3 S: Pasien mengatakan sudah
Agustus tidak nyeri perut dan
2022 semalam bisa tisur dengan
14.00- nyaman
18.00
O: pasien tampak baik, dan
mobilisasi sudah aktif, tidur
pasien sudah 6 jam
A: nyeri akut dan gangguan
pola tidur tertatasi P:

37
Hentikan Intervensi
S: Pasien mengatakan sudah
tidak mual
-Pasien mengatakan nasfu
makan sudah bertambah dan
menghabiskan 1 porsi dan
10 makan roti
Agustus
-Pasien mengatakan tidak
7 2022 2
14.00- ada riwayat alergi makanan
18.00
O: Pasien makan habis 1
porsi dan pasien tampak
nafsu makan bertambah
A: Nausea tertatasi
P: Hentikan Intervensi

38

Anda mungkin juga menyukai