Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN


TUBERKULOSIS PARU DI RS IMC BINTARO RUANGAN SAKURA

DISUSUN OLEH:

Ruth Tiar Nauli Sihombing


NIM : 201841019

PROGRAM PROFESI NERS STIKES IMC BINTARO


Kompleks RS IMC Jl. Raya Jombang No. 56 Ciputat-
Tangerang Selatan 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tuberculosis paru adalah penykit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) yang sebagian besar kuman
Tuberkulosis menyerang paru-paru namun dapat juga menyerang organ tubuh
lainnya. Kuman tersebut berbentuk batang yang mempunyai sifat khusus yaitu
tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu, disebut juga sebagai Basil
Tahan Asam (BTA) dan cepat mati jika terpapar sinar matahari langsung namun
dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab (Muttaqin,
2017). Tuberculosis (TBC) adalah infeksius kronik yang biasanya mengenai
paruparu yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini
ditularkan oleh droplet nucleus, droplet yang ditularkan melalui udara dihasilkan
ketika orang terinfeksi batuk, bersin, berbicara atau bernyanyi (Priscilla, 2017).
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit tuberculosis
paru
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mengetahui pengkajian keperawatan pasien pada penyakit
tuberkulosis.
b. Mahasiswa mengetahui Analisa data asuhan keperawatan pasien pada
penyakit tuberculosis paru.
c. Mahasiswa mengetahui rumusan masalah asuhan keperawatan pasien
penyakit tuberculosis paru.
d. Mahasiswa mengetahui perencanaan asuhan keperawatan pasien dengan
penyakit tuberculosis paru.
e. Mahasiswa mengetahui implementasi asuhan keperawatan pasien dengan
penyakit tuberculosis paru.
f. Mahasiswa mengetahui kriteria hasil evaluasi asuhan keperawatan pasien
penyakit tuberkulosis.
BAB 2
PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Anatomi Paru-paru


1. Definisi
Paru merupakan salah satu organ vital yang memiliki fungsi utama sebagai
alat respirasi dalam tubuh manusia, paru secara spesifik memiliki peran untuk
terjadinya pertukaran oksigen (O2) dengan karbon dioksida (CO2). Pertukaran
ini terjadi pada alveolus – alveolus di paru melalui sistem kapiler (Wherdhani,
2017).
Paru terdiri atas 3 lobus pada paru sebelah kanan, dan 2 lobus pada paru
sebelah kiri. Pada paru kanan lobus – lobusnya antara lain yakni lobus
superior, lobus medius dan lobus inferior. Sementara pada paru kiri hanya
terdapat lobus superior dan lobus inferior. Namun pada paru kiri terdapat satu
bagian di lobus superior paru kiri yang analog dengan lobus medius paru
kanan, yakni disebut sebagai lingula pulmonis. Di antara lobus – lobus paru
kanan terdapat dua fissura, yakni fissura horizontalis dan fissura obliqua,
sementara di antara lobus superior dan lobus inferior paru kiri terdapat fissura
obliqua (Mukty, 2017).
Paru sendiri memiliki kemampuan recoil, yakni kemampuan untuk
mengembang dan mengempis dengan sendirinya. Elastisitas paru untuk
mengembang dan mengempis ini di sebabkan karena adanya surfactan yang
dihasilkan oleh sel alveolar tipe 2. Namun selain itu mengembang dan
mengempisnya paru juga sangat dibantu oleh otot – otot dinding thoraks dan
otot pernafasan lainnya, serta tekanan negatif yang teradapat di dalam cavum
pleura. Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm.
Pembentukan paru di mulai dari sebuah Groove yang berasal dari Foregut.
Selanjutnya pada Groove ini terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu
jaringan yang disebut Primary Lung Bud. Bagian proksimal foregut membagi
diri menjadi 2 yaitu esophagus dan trakea . Pada perkembangan selanjutnya
trakea akan bergabung dengan primary lung bud. Primary lung bud merupakan
cikal bakal bronchi dancabang-cabangnya. Bronchial-tree terbentuk setelah
embrio berumur 16 minggu, sedangkan alveoli baru berkembang setelah bayi
lahir dan jumlahnya terus meningkat hingga anak berumur 8 tahun. Ukuran
alveol bertambah besar sesuai dengan perkembangan dinding toraks. Jadi,
pertumbuhan dan perkembangan paru berjalan terus menerus tanpa terputus
sampai pertumbuhan somatic berhenti (John B.west, 2016). Saluran pernafasan
terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, dan paru.
Laring membagi saluran pernafasan menjadi 2 bagian, yakni saluran
pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Pada pernafasan melalui paru-
paru atau pernafasan external, oksigen di pungut melalui hidung dan mulut.
Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke
alveoli dan dapat erat hubungan dengan darah didalam kapiler pulmunaris
(John B.West,2015). Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli,
memisahkan oksigen dan darah oksigen menembus membran ini dan dipungut
oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa
didalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada
tekanan oksigen 100 mm hg dan tingkat ini hemoglobinnya 95%. Di dalam
paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan. Metabolisme menembus
membran alveoli, kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa
bronchial, trakea, dinafaskan keluar melalui hidung dan mulut ( Wartonah &
dkk,2016).

2. Patofisiologi
Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara langsung dari
penderita penyakit tuberculosis kepada orang lain. Dengan demikian,
penularan penyakit tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat antara
penderita dan orang yang tertular (terinfeksi), misalnya berada di dalam
ruangan tidur atau ruang kerja yang sama. Penyebaran penyakit tuberculosis
sering tidak mengetahui bahwa ia menderita sakit tuberculosis. Droplet yang
mengandung basil tuberculosis yang 11 dihasilkan dari batuk dapat melayang
di udara sehingga kurang lebih 1 - 2 jam tergantung ada atau tidaknya sinar
matahari serta kualitas ventilasi ruangan dan kelembaban. Dalam suasana yang
gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahkan berbulan-
bulan. Jika droplet terhirup oleh orang lain yang sehat, maka droplet akan
masuk ke system pernapasan dan terdampar pada dinding system pernapasan.
Droplet besar akan terdampar pada saluran pernapasan bagian atas, sedangkan
droplet kecil akan masuk ke dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada
predileksi lokasi terdamparnya droplet kecil. Pada tempat terdamparnya, basil
tuberculosis akan membentuk suatu focus infeksi primer berupa tempat
pembiakan basil tuberculosis tersebut dan tubuh penderita akan memberikan
reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut akan menyebar melalui sirkulasi,
yang pertama terangsang adalah limfokinase yaitu akan dibentuk lebih banyak
untuk merangsang macrofage, sehingga berkurang atau tidaknya jumlah
kuman tergantung pada jumlah macrophage. Karena fungsi dari macrofage
adalah membunuh kuman atau basil apabila prosesini berhasil dan macrofage
lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan
meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya menurun pada saat itu maka kuman
tersebut akan bersarang di dalam jaringan paruparu dengan membentuk
tuberkel (biji-biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel lama-kelamaan akan
bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama akan timbul
perkejuan di tempat tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis tersebut
dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah,
maka klien akan batuk darah (hemaptoe). (Djojodibroto, 2018).

1. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada TB paru yaitu batuk >3 minggu, nyeri dada,
malaise, sesak nafas, batuk darah, demam. Tanda dan gejala pada TB paru
dibagi menjadi 2 bagian yaitu gejala sistemik dan respiratorik (Padila,2016).
1. Gejala sistemik yaitu :
a. Demam Adanya proses peradangan akibat dari infeksi bakteri sehingga
timbul gejala demam. Ketika mycobacterium tuberculosis terhirup oleh udara
ke paru dan menempel pada bronkus atau alveolus untuk memperbanyak diri,
maka terjadi 8 peradangan (inflamasi) ,dan metabolisme meningkat sehingga
suhu tubuh meningkat dan terjadilah demam.
b. Malaise Malaise adalah rasa tidak enak badan, penurunan nafsu makan,
pegal-pegal, penurunan berat badan dan mudah lelah.
2. Gejala respiratorik yaitu :
a. Batuk Batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian muncul
peradangan menjadi produktif atau menghasilkan sputum yang terjadi lebih
dari 3 minggu (Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
b. Batuk darah Batuk darah atau hemoptisis merupakan batuk yang terjadi
akibat dari pecahnya pembuluh darah. Darah yang dikeluarkan bisa bervariasi,
berupa garis atau bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah
yang banyak. (Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
c. Sesak nafas Pada awal TB sesak nafas tidak ditemukan. Sesak nafas
ditemukan jika penyakit berkelanjutan dengan kerusakan paru yang meluas
atau karena adanya hal lain seperti efusi pleura, pneumothorax dan lain-lain
(Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013). d. Nyeri dada 9 Gejala nyeri dada dapat
bersifat bersifat lokal apabila yang dirasakan berada pada tempat patologi yang
terjadi, tapi dapat beralih ke tempat lain seperti leher,abdomen dan punggung.
Bersifat pluritik apabila nyeri yang dirasakan akibat iritasi pleura parietalis
yang terasa tajam seperti ditusuk-tusuk pisau (Smeltzer & Bare,2017).

1. Pathway TB

2. Patofisiologi

Menurut Darliana (2011), Individu terinfeksi melalui droplet nuclei dari pasien TB
paru ketika pasien batuk, bersin, tertawa. Droplet nuclei ini mengandung basil
TB dan ukurannya kurang dari 5 mikron dan akan melayang-layang di udara.
Droplet nuclei ini mengandung basil TB. Saat Mikrobacterium Tuberkulosa
berhasil menginfeksi paruparu maka dengan segera akan tumbuh koloni
bakteri yang berbentuk globular. Biasanya melalui serangkaian reaksi
imunologis, bakteri TB paru ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan
dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan
dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri
TB paru akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Sistem
imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelanbanyakbakteri; limpospesifik-
tuberkulosis melisis (menghancurkan) 12 basil dan jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, yang
menyebabkan bronkopneumonia dan infeksi awal terjadi dalam 2-10 minggu
setelah pemajanan. Massa jaringan paru yang disebut granulomas merupakan
gumpalan basil yang masih hidup. Granulomas diubah menjadi massa jaringan
-jaringan fibrosa, bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel ghon
dan menjadi nekrotik membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat
mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman,
tanpa perkembangan penyakit aktif. Setelah pemajaman dan infeksi awal,
individu dapat mengalami penyakit aktif karna gangguan atau respon yang
inadekuat dari respon sistem imun. Penyakit dapat juga aktif dengan infeksi
ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah
melepaskan bahan seperti keju dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi
tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel
yang menyerang membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih
membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.

3. Klasifikasi
1. TB Paru BTA positif
Apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (sewaktu
pagi sewaktu) hasilnya positif, disertai pemeriksaan radiologi paru
meninjukkan TB aktif.
2. TB Paru BTA negatif
Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif .

4. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Kemenkes (2016) pemeriksaan pada penderita TB paru yang perlu


diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
a. Untuk diagnosis dilakukan pemeriksaan dahak mikroskopis langsung, penderita
TB diperiksa contoh uji dahak SPS (sewaktupagi-sewaktu).
b. Ditetapkan sebagai penderita TB apabila minimal satu dari pemeriksaan
hasilnya BTA positif.
2. Pemeriksaan dahak
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung Pemeriksaan dilakukan dengan cara
mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari
kunjungan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) : S (sewaktu) : Dahak
ditampung saat pasien TB datang berkunjung pertama kali ke pelayanan
kesehatan. Saat pulang pasien membawa sebuah pot dahak untuk menampung
dahak pagi pada hari kedua. 15 P (pagi) : Dahak ditampung pasien pada hari
kedua,setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan kepada petugas
pelayanan kesehatan. S (sewaktu) : Dahak ditampung pada hari kedua setelah
saat menyerahkan dahak pagi.
b. Pemeriksaan biakan Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi
mycbacterium tuberculosis.
3. Pemeriksaan uji kepekaan obat Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan
ada tidaknya resistensi mycobacterium tuberculosis terhadap OAT.
Pemeriksaan uji kepekaan obat harus dilakukan oleh laboratorium yang telah
lulus uji pemantapan mutu atau quality assurance. (Kemenkes,2014).
4. Sedangkan menurut Nurafif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada TB
paru meliputi :
a. Laboratorium darah rutin LED normal/meningkat, limfositosis
b. Pemeriksaan sputum BTA Untuk memastikan diagnostik paru, pemeriksaan ini
spesifikasi karena klien dapat didiagnosis TB paru berdasarkan pemeriksaan
ini.
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase) 16 Yaitu uji serologi
imunosperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya
IgG spesifik terhadap basil TB.
d. Tes Mantoux/Tuberkulin Yaitu uji serologi imunosperoksidase memakai alat
histogen staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
e. Teknik Polymerase Chain Reaction Deteksi DNA kuman melalui amplifikasi
dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam spesimen dapat mendeteksi
adanya resistensi.
f. Becton Dikinson Diagnostic Instrument Sintem (BACTEC) Deteksi Growth
Indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh
kuman TB.
g. Pemeriksaan Radiologi Gambaran foto thorak yang menunjang didiagnostis TB
paru yaitu :
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas satu segmen apical lobus bawah.
2) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak nodular.
3) Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru.
4) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
5) Bayangan millie

5. Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2016), komplikasi yang muncul pada TB paru yaitu :
1. Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
2. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) di paru.
3. Penyebaran infeksi keorgan lainnya seperti otak,tulang, persendian, ginjal dan
sebagainya.
4. Insufisiensi kardiopulmonal (Chardio Pulmonary Insufficiency).
5. Hemoptisis berat (pendarahan pada saluran nafas bawah) yang mengakibatkan
kematian karena terjadinya syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
pernafasan.
6. Penatalaksanaa medis
a. Promotif , terbagi antara lain :

1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC

2. Pemberitahuan baik melalui spanduk atau iklan tentang bahaya TBC,

cara penularan, cara pencegahan, dan faktor resiko.

3. Mensosialisasikan BCG dimasyarakat

b. Preventif, terbagi antara lain:

1. Vaksinasi BCG

2. Menggunakan Isoniazid

3. Membersihkan lingkungan dari tempat kotor dan lembab.

4. Bila ada gejala TBC segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit

c. Penatalaksanaan Medis

1. Dalam pengobatan TB Paru dibagi 2 bagian:

a. Jangka pendek

2. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1-3

bulan

b. Jangka panjang

Tata cara pengobatan : setiap 2x seminggu, selama 13-18 bulan,

tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Terapi

TB Paru dapat dilakukan dengan meminum obat : INH,

Rivampicin, Etambutol.

c. Dengan menggunakan obat program TB Paru Combipack bila

ditemukan pada pemeriksaan sputum BTA positif dengan

kombinasi obat :

1. Rifampicin

2. Isoniazid
3. Ethambutol

4. Pyridoxi

LAPORAN KASUS ASUHAN


ASUHUAN KEPERAWATAN
PADA TN.K DENGAN
TUBERKULOSIS PARU DI RS
IMC BINTARO

DI SUSUN OLEH :

RUTH TIAR NAULI SIHOMBING


NIM : 201841019

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES IMC BINTARO
PENGKAJIAN DATA DASAR

Nama : Ruth
Tiar Nauli Tempat Praktik :
RS IMC Bintaro
Tanggal Pengkajian : Senin, 25 Juli 2022

A. Identitas Diri Klien


Nama : TN.K Tanggal masuk RS : 24 Juli
22 Tempat/Tgl Lahir : Medan, 07/06/1971 Sumber informasi : Anak
Umur : 50 th Agama : Islam
Jenis kelamin : Lk Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMA Suku
: Wiraswasta Lama Bekerja
: Jl. Langgar X RT.007/07 Bintaro

Keluarga terdekat yg dapat dihubungi (orang tua, wali,suami,istri dan lain-

lain) : Anak Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SMA


Alamat : Jl. Raya Basmol, Jakarta Utara

B. Status Kesehatan Saat Ini


1) Keluhan Utama Saat Ini :kaji secara terperinci keluhan pasien
Pasien masuk dengan batuk, sesak nafas, badan lemas sejak 5 hari sebelum
masuk RS. Keadaan umum pasien lemah, pasien mengeluh pusing, pasien tidak
dapat tidur. Tanda
– tanda vital pasien TD 124/70 mmHg, N 90 x/mnt, Rr 32 x/mnt, Sh 36°C,
Spo2 96%. Pasien tampak cemas dengan penyakitnya.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien datang ke IGD pada tanggal 6 November 2021 pukul 01.00 malam
diantar dengan keluarganya, dengan keluhan sesak nafas kurang lebih dari
5 bulan lalu. Saat masuk RS batuk (+), pada saat di kaji tanggal 08
November di dapatkan bahwa pasien mengatakan sesak nafas semakin
parah sejak 1 minggu kebelakang, pasien mengeluh batuk disertakan
dahak. Pasien keadaan umumnya lemah, kesadarannya composmentis,
akral dingin, pasien tampak cemas. Pasien mengatakan tidak bisa tidur
dan istirahat
karena sesak dan batuk. Hasil ttv TD 132/75 mmHg, N 92 x/mnt, Rr 26 x/mnt, Sh
36,3°C, Spo2 95%.

C. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


1. Penyakit Yang Pernah Dialami
Klien mengatakan tidak pernah memiliki penyakit seperti ini sebelumnya. Klien
pernah kontak dengan orang yang memiliki Riwayat TB.

2. Kebiasaan Pasien Sebelum Sakit


a) Pola Nutrisi: Pasien makan 2x sehari
b) Pola Eliminasi: Pasien BAK normal, BAB 2x sehari
c) Pola Aktivitas: Aktivitas sebagian dibantu keluarga jika sesak kambuh
d) Pola Istirahat Tidur: Terganggu jika sesak timbul
e) Pekerjaan: Sudah tidak bekerja lagi
f) Seksualits: Sudah tidak produktif

D. Riwayat Keluarga
Genogram :

E. Kondisi Lingkungan
Klien mengatakan rumahnya dekat dengan jalan raya, bising kendaraan dan ventilasi
udara kurang. Di rumahnya tidak ada yang merokok kecuali klien. Di rumah sakit klien
mengatakan lingkungannya nyaman dan pencahayaan ruangan cukup, hanya saja tidak
dapat tidur karena sesak nafas dan batuk serta cemas akan penyakitnya.

F. Aspek Psikososial, Mekanisme Koping Dan Aspek Spiritual


Hubungan dengan keluarga, tetangga dan lingkungan tempat tinggalnya baik.
Klien tampak cemas dan merasa khawatir dengan penyakitnya.
Ibadah jarang semenjak sakit.

G. Pengkajian fisik
1. Kesadaran: CM kualitatif: Lemah GCS: E5M5V4

2. Tanda-tanda vital:
 TD : 132/75 mmHg
 Nadi : 92 x/mnt
 Suhu : 36,3°C
 RR : 26 x/mnt

3. Kepala dan leher: Kepala bulat, tidak ada lesi, tidak ada benjolan di daerah leher.

4. Rambut: Beruban, ikal, tidak ada kebotakan, tidak ada rambut rontok.

5. Mata: Sklera iklerik, konjuntiva anemis

6. Muka: Wajah simetris, tidak ada kelemahan pada otot wajah

7. Telinga, Hidung, Tenggorokan


 Telinga: Bentuk simetris, pendengaran baik, sedikit ada serumen
 Hidung: Simetris, tidak ada epistasis, penciuman normal.
 Tenggorokan: Bentuk simetris, vena jugularis teraba, mampu menelan namun
sedikit nyeri.
 Gigi dan mulut: terdapat gigi yang berlubang, dan mulut tampak kotor

8. Dada
a) Sistem Kardiovaskuler
 Inspeksi: tidak tampak lesi dan iktus kordis
 Palpasi: teraba kuat, dan irama teratur
 Perkusi: terdapat suara pekak
 Auskulasi: terdengar suara BJ1 dan BJ2 dengan irama reguler

b) Sistem Pernapasan
 Inspeksi: terdapat usaha bantu nafas, terpasang O2 nasal kanul 5 lpm
 Palpasi: Ekspansi paru simetris, teraba taktil premitus
 Perkusi: terdapat suara redup
 Auskultasi: terdengar saura ronkhi dan wheezing
c) Aksila
 Palpasi: tidak ada benjolan, denyut teraba, ekspansi paru tidak simetris

d) Abdomen
 Inspeksi: bentuk buncit, tidak ada lesi, tidak ada asites, warna coklat
 Auskultasi: bising usus (+) : 20 x/mnt
 Palpasi: tidak ada benjolan/massa, tidak ada nyeri tekan, teraba hepar
 Perkusi: terdapat bunyi tympani

e) Genitalia
 Inspeksi: tidak ada masalah
 Palpasi: -

f) Ekstremitas
 Inspeksi: terdapat Riwayat fraktur dekstra di kaki kiri, asimetris, warna sawo
matang
55
 Palpasi: kekuatan otot :
54

H. Data Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Hemoglobin 15,3 g/dL 13,0 – 16,0
Leukosit 8,0 10^3/ul 5,0 – 10,0
Hematrokit 44,5 % 45 – 55
Trombosit 327 10^3/ul 150 – 400
Eritrosit 5,0 10^6/ul 4,5 – 5,5
Laju Endap Darah
Basofil 0,4 % 0,0 – 1,0
Eusinofil 2,9 % 1,0 – 3,0
Neutrofil 50,3 % 50,0 – 70,0
Limfosit 28,9 % 20,0 – 40,0
Monosit 17,2 % 2,0 – 8,0
Elektrolit
Natrium (Na) 135 mmol/dL 135 – 145
Kalium (K) 4,71 mmol/dL 3,5 – 5,5
Klorida (Cl) 106 mmol/dL 100 – 106
Analisa Gas Darah (arteri)
PH 7,52 - 7,38 – 7,42
PO2 90,7 mmHg 80 – 100
PCO2 29,1 mmHg 35 – 45
HCO3 24,3 mEq/L 22 – 26
BE 1,3 - -2 s/d +2
Saturasi 94 % > 95

I. Hasil Pemeriksaan Diagnostik Lain


- Rontgen thorax : terdapat bercak lunak di kedua lapang paru

- TCM : MTB (+)


- EKG
J. Pengobatan
Nama Obat Dosis Golongann/Fungsi Efek Samping
Ceftriaxone 1 x 2 gr Antibiotik Nyeri perut, mual, muntah, diare, pusing,
mengantuk, sakit kepala, bengkak dan
iritasi pada area suntikan, muncul keringat
berlebihan
Isoniazid 4 mg Anti tuberculosis Rasa panas di kaki, influenza, sakit perut,
syok, gagal ginjal, purpura, trombositopeni,
urin kemerahan, mual, muntah, ikterus
Rimfapisin 10 mg Anti tuberculosis Rasa panas di kaki, influenza, sakit perut,
syok, gagal ginjal, purpura, trombositopeni,
urin kemerahan, mual, muntah, ikterus
Pirazinamid 20 mg Anti tuberculosis Sakit perut, kelelahan, nyeri otot atau
sendi, mual dan muntah, kambuhnya
penyakit asam urat, kulit lebih sensitif
terhadap
paparan sinar matahari
Streptomisin 15 mg Antibiotik gol. Mual, muntah, pusing, sakit perut
Aminoglikosida Tidak nafsu makan, nyeri, iritasi,
kemerahan di tempat suntikan
Etambutol 12 mg Anti tuberculosis Mual, muntah, pusing, sakit perut, nyeri
sendi, sakit kepala, ehilangan nafsu makan
ANALISA DATA

Nama Klien : Tn. K Tanggal Masuk : 24 Juli 2022


Ruangan : Edelweis Tanggal Pengkajian : 24 Juli 2022
Dx. Medis : TB Paru

MASALAH
DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF ETIOLOGI
KEPERAWATAN
 Pasien mengeluh  Pasien tampak Bersihan jalan nafas Akumulasi secret
sesak nafas semakin sesak nafas dan tidak efektif yang berlebih
parah seminggu di bantu alat
kebelakang ini pernapasan
 Pasien mengeluh  Pasien tampak
batuk berdahak batuk berdahak
 Terdengar suara
ronkhi
 Adanya sputum
Pasien mengatakan  Rr 26 x per menit Pola nafas tidak Penurunan
sesak sejak satu  Pasien terpasang efektif ekspansi paru
minggu yang lalu O2 5 lpm
 SpO2 92%
 Pasien tampak
sesak
 Pasien mengatakan  Pasien tampak Gangguan pola tidur Kurangnya kontrol
tidak dapat tidur cemas dan tidur (akibat sesak
dengan pulas karena gelisah nafas dan batuk)
selalu memikirkan  Pasien tampak
penyakitnya kantuk saat siang
 Pasien mengeluh hari
masih merasa sesak
Didadanya
 Pasien mengatakan  Pasien tampak Nyeri akut Agen Pencedera
nyeri saat batuk meringis fisiologis
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Akumulasi secret


yang berlebih
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Penurunan ekspansi paruH P
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya control tidur

4. Defisit Resiko terjadinya penularan b.d kurang pengetahuan keluarga tentang cara
penularan tb paru.
RENCANA PERAWATAN

Nama Pasien : Tn. K Ruangan : Edelweis


Usia : 50 th

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Latihan batuk efektif
tidak efektif tindakankeperawatan Observasi :
berhubungan dengan selama 2x24 jam 1. Observasi ttv pasien
Akumulasi secret diharapkan bersihan 2. Identifikasi kemampuan
yang berlebih jalan napas tidak batuk
efektif dapat teratasi 3. Monitor adanya retensi
dengan kriteria hasil : sputum
1. Batuk efektif
meningkat Terapeutik :
2. Frekuensi napas 1. Atur posisi semi fowler
normal 2. Pasang perlak dipangkuan
3. Suara napas normal pasien
3. Buang secret pada tempat
sputum

Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
2. Anjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu(dibulatkan)
selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi tarik
napas dalam hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke 3

Kolaborasi :
1. kolaborasi dengan dokter
pemberian terapi OAT
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Pengaturan posisi
efektif berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan Penurunan selama 2 x 24 jam - Monitor status oksigen
ekspansi paru masalah pola nafas tidak sebelum dan sesudah
efektif teratasi dengan mengubah posisi
kriteria hasil :
- Pola nafas teratur Terapeutik
- Tidak adanya - Atur posisi untuk
penggunaan otot mengurangi sesak nafas
bantu nafas (semi fowler)
- Tidak adanya
cuping hidung Edukasi
- Frekuensi nafas - Informasikan saat akan
normal dilakukan perubahan posisi
- Kedalaman nafas - Ajarkan cara menggunakan
normal postur tubuh yang baik
selama melakukan
perubahan posisi

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
premedikasi sebelum
mengubah posisi

Pemantauan Respirasi
Observasi
- Monitor frekuensi, irama,
kedalamab, dan upaya nafas
- Monitor pola nafas
- Monitor adanya produksi
sputum berlebih
- Monitor adanya sumbatan
jalan nafas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen

Terapeutik
- Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan 1. Batasi aktivitas pasien yang
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2 x berat diluar latihan
kurangnya kontrol 24 jam di harapkan pergerakan (ROM)
tidur kebutuhan istirahat dan 2. Latih dan anjurkan pasien
tidur terpenuhi dengan untuk relaksasi (posisi tidur
keriteria hasil : terlentang)
- Pasien mengatakan 3. Ciptakan lingkungan yang
tidur nya puas nyaman dan tenang
- Jumlah jam tidur menjelang dan selama pasien
pasien normal 6-7 tidur
jam
- Pasien tidak
mengeluh sesak dan
Batuk
4. Defisit pengetahuan Tingkat pengetahuan Edukasi Kesehatan
Definisi : kecukupan Definisi : mengajarkan
informasi kognitif yang mengelola factor risiko
berkaitan dengan topik penyakit dan perilaku hidup
tertentu. bersih dan sehat.
Setelah dilakukan Observasi :
Tindakan keperawatan - Identifikasi kesiapan dan
2x24 jam diharpakan kemampuan informasi
nyeri dapat berkurang - Identifikasi factor-faktor
dengan hasil : perilaku hidup bersih dan
- Perilaku sesuai sehat
enjuran meningkat Terapeutik :
- Verbalisasi minat - Sediakan materi dan media
dalam belajar Pendidikan
meningkat - Jadwalkan Pendidikan
- Kemampuan Kesehatan sesuai
menjelaskan kesepakatan
pengetahuan tentang - Berikan kesempatan untuk
suatu topik bertanya
meningkat Edukasi :
- Kemampuan - Jelaskan factor risiko yang
menggambarkan dapat mempengaruhi
pengalaman Kesehatan
sebelumnya yang - Ajarkan perilaku hidup
sesuai topik bersih sehat
meningkat - Ajarkan strategi yang dapat
- Perilaku sesuai digunakan untuk
dengan pengetahuan meningkatan perilaku hidup
- Pertanyaan tentang bersih dan sehat.
masalah yang di -
hadapi menurun
- Persepsi yang keliru
terhadap masalah
menurun
- Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat menurun
- Perilaku membaik
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Dx Kep Implementasi Evaluasi


Bersihan jalan nafas Latihan Batuk Efektif Senin 25 Juli 22 J 07.00
tidak efektif Observasi :
berhubungan 1. Mengobservasi TTV pasien S:
dengan Akumulasi 2. Mengidentifikasi kemampuan - Pasien mengatakan masih
secret yang berlebih batuk sulit mengeluarkan dahak
3. Memonitor adanya retensi dan masih merasakan
sputum sesak nafas
- Pasien merasa nyaman
Terapeutik : dengan posisi yang
1. Mengatur posisi semi fowler diberikan
2. Memasang perlak dipangkuan
pasien O:
3. Membuang secret pada tempat - TTV
sputum TD : 132/75 mmHg
N : 92 x/menit
Edukasi : RR : 26 x/menit
1. Menjelaskan tujuan dan S : 36,3 oC
prosedur batuk efektif SpO2 : 97%
2. Menganjurkan tarik napas - Pasien tampak belum
dalam melalui hidung selama 4 mampu melakukan
detik, ditahan selama 2 detik, baktuk efektif
kemudian keluarkan dari - Suara nafas Ronkhi dan
mulut dengan bibir wheezing
mencucu(dibulatkan) selama 8 - Pasien tampak nyaman
detik dengan posisinya saat ini
3. Menganjurkan mengulangi
tarik napas dalam hingga 3 A : Masalah keperawatan
kali belum teratasi
4. Menganjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik P : Intervensi dilanjutkan
napas dalam yang ke 3
Selasa/ 9 Nov 2021
Kolaborasi : Jam 09.00
1. Mengkolaborasi dengan dokter
pemberian terapi OAT tahap S : Pasien mengatakan sudah
lanjutan Rifampisin 1x300mg mampu mengeluarkan dahak
dan Isoniazid 1x150mg dengan mudah dan sesak nafas
berkurang

O:
- TTV
TD : 119/78 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,1 oC
SpO2 : 98%
- Pasien tampak mampu
melakukan baktuk efektif
- Suara nafas Ronkhi
berkurang

A : Masalah keperawatan
teratasi sebagian

P : Intervensi dipertahankan

Pola nafas tidak Pengaturan posisi Selasa 26 Juli 22


efektif berhubungan Observasi
dengan Penurunan - Memonitor status oksigen S :
ekspansi paru sebelum dan sesudah - Pasien mengatakan
mengubah posisi nyaman dengan posisi
setengah duduk
Terapeutik - Pasien mengatakan nafas
- Mengatur posisi untuk masih terasa sesak
mengurangi sesak nafas (semi
fowler) O:
- TTV
Edukasi TD : 132/75 mmHg
- Menginformasikan saat akan N : 92 x/menit
dilakukan perubahan posisi RR : 26 x/menit
- Mengajarkan cara S : 36,3 oC
menggunakan postur tubuh SpO2 : 97%
yang baik selama melakukan - Terdapat suara nafas
perubahan posisi ronkhi dan mengi
- Terdapat penggunaan otot
Kolaborasi bantu nafas
- Berkolaborasi pemberian - Pasien terpasang O2 5
premedikasi sebelum lpm
mengubah posisi - Masih terdapat sputum
yang berlebih
Pemantauan Respirasi
Observasi
- Memonitor frekuensi, irama, A : Masalah keperawatan
kedalamab, dan upaya nafas belum teratasi
- Memonitor pola nafas
- Memonitor adanya produksi P : Intervensi dilanjutkan
sputum berlebih
- Memonitor adanya sumbatan Rabu 27 Juli 22 J : 08.00
jalan nafas
- Mempalpasi kesimetrisan S : Pasien mengatakan sesak
ekspansi paru nafas berkurang
- Mengauskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen O:
- TTV
Terapeutik TD : 119/78 mmHg
- Mendokumentasikan hasil N : 88 x/menit
pemantauan RR : 22 x/menit
S : 36,1 oC
Edukasi SpO2 : 98%
- Menjelaskan tujuan dan - Pasien tampak rileks
prosedur pemantauan dengan posisi yang
- Menginformasikan hasil diberikan
pemantauan, jika perlu - Pasien tidak tampak
penggunaan otot bantu
nafas
- Produksi sputum
berkurang
- Masih terdengar suara
ronkhi

A : Masalah keperawatan
teratasi Sebagian

P : Intervensi dipertahankan

Gangguan pola 1. Membatasi aktivitas pasien Rabu 27 Juli 22 09.00


tidur berhubungan yang berat diluar latihan
dengan kurangnya pergerakan (ROM) S:
kontrol tidur 2. Melatih dan anjurkan pasien - Pasien mengatakan
untuk relaksasi (posisi tidur lingkungan di rumahsakit
semifowler) nyaman namun pasien
3. Menciptakan lingkungan yang masih merasakan sesak
nyaman dan tenang menjelang
dan selama pasien tidur
dan batuk yang
mengganggu tidur pasien
- Pasien mengatakan masih
belum bisa tidur dengan
puas

O:
- Pasien tampak lemas
dan Lelah
- Jam tidur pasien selama
sehari masih kurang dari
normal
- Pasien tampak kantuk

A : Masalah keperawatan
belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Kamis 28 Juli 22 J: 19.00

S:
- Pasien mengatakan
sudah mulai bisa tidur
karena sesak dan batuk
sudah berkurang
- Pasien mengatakan jam
tidur nya bertambah

O:
- Pasien tampak lemas
- Pasien tampak bisa tidur
nyenyak saat siang dan
malam hari
- Jumlah jam tidur pasien
meningkat

A : Masalah keperawatan
teratasi sebagian

P : Intervensi dipertahankan
Defisit pengetahuan - Mengkaji pengetahuan keluarga S :
tentang cara penularan dan - Keluarga pasien
pencegahan penyakit TB paru. mengatakan takut
- Memberikan leaflef tentang TB kaluarga anggota yang
paru. lain tertular
- Mendiskusikan dengan - Pasien khawatir dengan
keluarga dengan menggunakan penyakit yang diderita
leaflet tentang proses penularan O:
penyakit TB - TTV : 120/80 n: 100 S:
- Mendiskusikan dengan 36 RR: 25 SpO2 : 97%
keluarga tentang cara - Keluarga pasien
pencegahan penyakit TB. mengerti denga napa
yang dijelaskan tentang
penyakit dan apa
akibatnya pada keluarga
yang lain.
- Keluarga tampak
memahami
A:
- Masalah resiko
terjadinya penularan
teratasi Sebagian
P:
- Intervasi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai