Anda di halaman 1dari 35

PENYAKIT TUBERCLOSIS

(TBC)

Nama Anggota :
KELOMPOK 3
Ain Rahmawati (02026001)
Aira Nazais P (02026002)
Fidiyah Hair (02026007)
Isrotul Mufarrohah (02026010)
Itmam Maulidi (02026011)
Anatomi Fisiologi
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian bersar kuman tuberculosis
menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes,
2008).

Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru
dan organ di luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta
ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012).
1. Hidung

Hidung merupakan saluran udara yang pertam, mempunyai 2 lubang ( kavum nasi) dipisahkan
oleh sekat hidung (septum nasi 89) didalamnya tedapat bulu bulu yang berguna sebagai
menyaring udara debu dan kotor kotaran yang masuk kedalam hidung.
a) Bagian luar dinding terdiri dari kulitt

b) Lapisan tengah terdiri dari otot otot otot dan lubang rawan

c) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat lipat yang dinamakan karang hidung
(konka nasalis ) yang berjumlah 3 buah :

1) Konka nasalis inferior

2) Konka nasalis media


2. Tekak (faring)

1. Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat
dibawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung dan mulut , sebelah depan ruas tulang
leher. Hubungan faring dengan organ organ lain : keatas berhubungan dengan rongga hidung
, dengan perantara lubang hidung dengan perantara lubang lubang yang bernama koana.
Dapat berhubungan dengan rongga mulut, tempat ubungan ini istmus fausim, rongga tekak
dibagi dalam 3 bagian :
a) Bagian setelah atas yg sama tingginya dengan koara yang disebut nasofaring

b) Bagian tengah yg sama tingginya dengan istmus fausim disebut orofaring

c) Bagian bawah dinamakan laringofaring


3. Pangkal tenggorok (laring)

Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara, terletak didepan bagian
faring sampai ketinggian pangkal tenggorokan itu dapat dituup oleh. Lempeng tenggorok yang
disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang tulang rawan yang berfungsi pada waktu kata menelan
makanan menutupi laring.
 
4. Batang tenggorok (trakea)

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk 16 sd 20 cicin yang terdiri dari tulang tulang
rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf c) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang
berbulugetar disebut sel ersilia, hanya bergerak kearah luar panjang trakea 9 – 11 cm dan
dibelakang terdiri dari jaringan ika yang dilapisi oleh otot polos sedangkan tebalnya 2,5 cm
5. Cabang tenggorokan (bronkus)

Merupakan lanjutan dari trakea ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke IV dan ke
V mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama bronkus kiri lebih panjang
dan lebih ramping dari yang kanan, cang yang lebih kecil disbut bronkiolus. Pada bronkioli tak terdapat
cicin lagi dan ujung bronkioli teradapat gelembung paru / gelembung hawa atau alveoli
6. Paru paru

Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri Dari gelembung gelembung. Gelembung
gelembung alveoli ini terdiri dari sel sel epitel dan endotel.

Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara , O2 masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan
Dari darah. Pada paru paru kana terdiri dari 3 lobus sedangkan yang kiri terdiri dari 2 lobus,
letak paru paru pada rongga dada datarnya menghadap ke tengah rongga dada karum
mediastinum
Definisi Tuberclosis (TBC)
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit. Basil tuberkel ini berukuran
0,3x2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil daripada sel darah merah
(Sylvia&Mary,2005).

Tuberculosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang


parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit
ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang,
dan nodus limpe. (Sumantri, 2007)
Etiologi Tuberclosis
●Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robet Koch pada tahun 1882.
Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering,
tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600 C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil
tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan
asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.
(FKUI,2005)


● Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar
matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium tuberculosis yaitu
tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita
mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di
udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi
TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui
udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem pencernaan manusia melalui
benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat
menimbulkan asam lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi lambung.
(Wim de Jong, 2005)
Tanda dan Gejala Tuberclosis

●Tanda dan gejala tuberkulosis paru Gambaran klinik TBC paru dapat dibagai menjadi 2
golongan yaitu gejala respiratorik dan gejala sistemik:

● a. Gejala respiratorik

●1) Batuk Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
mebuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif)
kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum) ini terjadi lebih
dari 3 minggu. Keadaan yang lanjut adalah batuk darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh
darah yang pecah (Wahid & Suprapto, 2013).


● 2) Batuk darah Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa
garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk
darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. Ciri-ciri batuk darah
yaitu darah yang dibatukkan dengan rasa panas ditenggorokan, darah berbuih bercampur
udara, darah segar berwarna merah muda, darah bersifat alkalis, anemia kadang-kadang
terjadi, benzidin test negatif (Wahid & Suprapto, 2013).

● 3) Sesak nafas Sesak nafas atau dispnea adalah gejala umum pada banyak kelainan
pulmonal dan jantung, terutama jika terdapat peningkatan kekakuan paru dan tahanan
jalan nafas (Smeltzer & Bare, 2013). Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru
sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks,
anemia dan lain-lain (Wahid & Suprapto, 2013).
4) Nyeri dada Nyeri dada pada tuberkulosis paru timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura,
sehingga menimbulkan pleuritis (Somantri, 2012). Bagian dari paru-paru yang paling peka
terhadap rasa nyeri adalah pada lapisan pleura parietalis.Nyeri timbul pada tempat peradangan,
sifatnya menusuk dan akan bertambah hebat bila disertai batuk, bersin, serta nafas dalam
(Baradah & Jauhar, 2013). Nyeri dada yang berkaitan dengan kondisi pulmonari mungkin
terasa tajam, menusuk, dan intermiten atau mungkin pekak, sakit dan persisten (Smeltzer &
Bare, 2013).
b. Gangguan sistemik

1. Demam Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tapi kadang-kadang panas bahkan
dapat mencapai 40-41oC. Keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat
ringannya infeksi kuman TBC yang masuk. Demam biasanya timbul pada sore dan malam hari,
hilang timbul (Wahid & Suprapto, 2013).
2. Gejala sistemik lain Gejala sistemik lain adalah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta
malaise. Gejala malaise sering ditemukan berupa tidak nafsu makan, sakit kepala, meriang nyeri otot, dll.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk,
panas, sesak nafas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia (Wahid & Suprapto,
2013)

Intervensi dan Gejala Tuberclosis


Penemuan penderita TB dilakukan secara pasif artinya penjaringan suspek penderita dilaksanakan pada
mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung
dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan
cakupan penemuan tersangka penderita. Cara ini biasa dikenal dengan sebutan passive promotive case finding
(penemuan penderita secara pasif dengan promosi yang aktif) (Depkes, 2002)
Diagnosis TB dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisis,pemeriksaan
bakteriologis, radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya. Pada pemeriksaan fisis, kelainan
paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen
posterior, serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan antara lain
suara nafas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
diafragma, dan mediastinum (PDPI, 2011). Pada TB paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas
sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan
menarik isi mediastinum atau paru lainnya (Amin dan Bahar, 2009). Pada pemeriksaan radiologi,
gambaran yang dicurigai sebagai lesi TB aktif adalah :

1. Bayangan berawan atau nodular disegmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah.
2. Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular.
3. Bayangan bercak milier. Universitas Sumatera Utara
4. Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang) (PDPI, 2011).

Ada beberapa cara pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis TB yaitu dengan cara
konvensional dan tidak konvensional.

Cara konvensional terdiri dari pemeriksaan mikroskopik, biakan kuman, uji kepekaan
terhadap obat, dan identifikasi keberadaan kuman isolat serta pemeriksaan histopatologis
(Kusuma, 2007). Pemeriksaan sputum merupakan hal yang penting karena dengan ditemukannya
kuman BTA, diagnosis TB sudah bisa ditegakkan.
Dikatakan BTA (+) jika ditemukan dua atau lebih dahak BTA (+) atau 1 BTA (+) disertai
dengan hasil radiologi yang menunjukkan TB aktif (PDPI, 2011). Semua suspek TB diperiksa 3
spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS).
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubngan dengan sekresi mukus yang kental,
hemoptisis, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema trakheal/faringeal.
2. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan menurunya ekspansi paru
sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura.
3. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.

4. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan keletihan,
anoreksia, dipsnea, peningkatan metabolisme tubuh.
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur yang berhubungan dengan adanya batuk, sesak napas,
dan nyeri dada.
6. Ketidakmampuan melakukan atktivitas sehari – hari (ADL) yang berhubungan dengan
keletihan (keadaan fisik yang lemah).
7. Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan
(ketidakmampuan bernapas) dan prognosis penyakit yang belum jelas.
8. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan yang berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perwatan dirumah.
9. Risiko terhadap transmisi infeksi yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
risiko patogen
Patofisiologi Tuberculosis
Penularan Tuberkulosis Paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi
droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila
partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru paru.
Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari LimaMikromilimeter (Handayani et
al, 2009).

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
Efektornya adalah Makrofag sedangkan Limfosit (biasanya sel T) adalah Imunoresponsifnya.
Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan Makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi
oleh limposit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi Hipersensitifitas (lambat). Basil
tuberkel yang mencapai permukaan Alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang terdiri dari 1-
3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan dihidung dan cabang bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada diruang Alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas
Paru-Paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Leukosit Polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan memfagosit bakteria 20 namun
tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama Leukosit akan digantikan oleh
makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia
akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses
akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil
juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari (Handayani
et al, 2009).
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut
nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya
yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan
granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk
suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru dinamakan fokus ghon dan gabungan
terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon
lain yang dapat terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam
bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan
masuk kedalan percabangan Trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain
atau terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan
parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapat dekat dengan 21 perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh
dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas.
Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan brokus sehingga menjadi peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah
bening atau pembuluh darah.

Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah
kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut Limfo
Hematogen yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan
fenomena akut yang dapat menyebabkan Tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem vaskuler dan
tersebar keorgan-organ lainnya (Handayani et al, 2009).
Skema Patofisiologi Penyakit TB Paru
 
Prognosisi Tuberklosis

Prognosis tuberkulosis (TB) tergantung pada diagnosis dini dan pengobatan.  Tuberkulosis extra-


pulmonary membawa prognosis yang lebih buruk.Seorang yang terinfeksi kuman TB memiliki 10% risiko
dalam hidupnya jatuh sakit karena TB.  Namun penderita gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti orang yang
terkena HIV, malnutrisi, diabetes, atau perokok, memiliki risiko lebih tinggi jatuh sakit karena TB.

Rekurensi pengidap TB yang mendapat terapi DOT (Directly Observed Treatment) berkisar 0-14%.Di
negara-negara dengan angka TB yang tinggi, rekurensi biasanya terjadi setelah pengobatan tuntas, hal ini
cenderung dikarenakan oleh reinfeksi daripada relaps.Prognosis buruk terdapat pada penderita TB extra
pulmonary, gangguan kekebalan tubuh, lanjut usia, dan riwayat terkena TB sebelumnya.  Prognosis baik bila
diagnosis dan pengobatannya dilakukan sedini mungkin.
Rekurensi pengidap TB yang mendapat terapi DOT (Directly Observed Treatment) berkisar 0-14%.Di
negara-negara dengan angka TB yang tinggi, rekurensi biasanya terjadi setelah pengobatan tuntas, hal ini
cenderung dikarenakan oleh reinfeksi daripada relaps.Prognosis buruk terdapat pada penderita TB extra
pulmonary, gangguan kekebalan tubuh, lanjut usia, dan riwayat terkena TB sebelumnya.  Prognosis baik bila
diagnosis dan pengobatannya dilakukan sedini mungkin.

Apabila pasien sudah terkena TB MDR, maka pengobatan akan menjadi sulit karena isoniazid dan
rifampicin adalah regimen yang paling kuat melawan Mycobacterium tuberculosis. Periode tatalaksana yang
lebih panjang juga menurunkan kualitas kepatuhan pasien dibandingkan dengan pasien tuberkulosis yang
masih sensitif terapi lini pertama.Komplikasi yang paling sering mengancam pada kasus TB MDR ini adalah
gagal napas. Pengobatan dengan panduan banyak obat dapat menimbulkan efek samping yang berat yaitu
gangguan ginjal, hipotiroid, gangguan ion kalium yang dapat menimbulkan aritmia jantung serta kerusakan
jaringan hati yang ditandai dengan peningkatan enzim hati.
Cara Penularan Tuberculosis
Mereka yang paling berisiko terpajan dengan basil adalah mereka yang
tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif. Kelompok ini antara lain
tunawisma yang tinggal di tempat penampungan yang terdapat kasus
tuberculosis, serta anggota keluarga pasien. Anak-anak merupakan kelompok
yang sangat rentan. Tenaga kesehatan yang merawat pasien tuberculosis, dan
mereka yang menggunakan fasilitas klinik perawatan atau rumah sakit yang
juga digunakan oleh penderita tuberculosis juga berisiko terpajan dan terjangkit
penyakit TB. Di antara mereka yang terpajan basil, individu yang sistem
imunnya tidak adekuat, seperti mereka yang kekurangan gizi, individu lanjut
usia atau bayi dan anak-anak, individu yang mendapat obat imunosupresan, dan
mereka yang mengidap virus imunodefisiensi manusia (HIV) kemungkinan
besar akan terinfeksi..
Komplikasi Penyakit Tuberculosis

1. Penyakit TB paru apabila tidak ditangani dengan benar, akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi
menjadi komplikasi dini dan komplikasi lanjut.

1) Komplikasi dini

a. Pleuritis

1. Yaitu terjadinya inflamasi pada kedua lapisan pleura


b. Efusi pleura

Memecahnya kavitas TB dan keluarnya udara atau cairan yang masuk kedalam antara paru
dan dinding dada

c. Emfisema

Pengumpulan cairan puluren (pus) dalam kavitas pleura, cairan yang dibentuk akibat
penyakit paru pada orang dengan usia lebih lanjut

d. Laringitis

Terjadinya inflamasi pada laring yang disebabkan melalui peredaran darah

e. Terjadinya penyebaran infeksi ke organ lain seperti usus, tulang dan otak
2) Komplikasi lanjut

a. Hemoptisis (perdarahan dari saluran nafas dalam) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial

c. Bronkiectasis dan fibrosis pada paru yang disebabkan oleh karena tekanan balik akibat
kerusakan paru

d. Pneumotoraks spontan karena adanya kerusakan pada jaringan paru

e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya

f. Insufisiensi kardio pulmoner


Pencegahan Tuberclosis

Cara terbaik untuk mencegah TB adalah dengan pengobatan terhadap pasien yang
mengalami infeksi TB sehingga rantai penularan terputus. Tiga topik dibawah ini merupakan
topik yang penting untuk pencegahan TB :

1. Proteksi terhadap paparan TB Diagnosis dan tatalaksana dini merupakan cara terbaik untuk
menurunkan paparan terhadap TB. Risiko paparan terbesar terdapat di bangsal TB dan ruang
rawat, dimana staf medis dan pasien lain mendapat paparan berulang dari pasien yang terkena
TB.
a. Cara batuk Cara ini merupakan cara yang sederhana, murah, dan efektif dalam mencegah
penularan TB dalam ruangan. Pasien harus menggunakan sapu tangan untuk menutupi mulut dan
hidung, sehingga saat batuk atau bersin tidak terjadi penularan melalui udara.

b. Menurunkan konsentrasi bakteri - Sinar Matahari dan Ventilasi Sinar matahari dapat
membunuh kuman TB dan ventilasi yang baik dapat mencegah transmisi kuman TB dalam
ruangan. - Filtrasi Penyaringan udara tergantung dari fasilitas dan sumber daya yang tersedia.
Universitas Sumatera Utara- Radiasi UV bakterisidal M.tuberculosis sangat sensitif terhadap
radiasi UV bakterisidal. Metode radiasi ini sebaiknya digunakan di ruangan yang dihuni pasien
TB yang infeksius dan ruangan dimana dilakukan tindakan induksi sputum ataupun bronkoskopi.
c. Masker Penggunaan masker secara rutin akan menurunkan penyebaran kuman lewat udara.
Jika memungkinkan, pasien TB dengan batuk tidak terkontrol disarankan menggunakan masker
setiap saat. Staf medis juga disarankan menggunakan masker ketika paparan terhadap sekret
saluran nafas tidak dapat dihindari.

d. Rekomendasi NTP (National TB Prevention) terhadap paparan TB.

2. Vaksinasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) BCG merupakan vaksin hidup yang berasal
dari M.bovis. Fungsi BCG adalah melindungi anak terhadap TB diseminata dan TB ekstra paru
berat (TB meningitis dan TB milier). BCG tidak memiliki efek menurunkan kasus TB paru pada
dewasa. BCG diberikan secara intradermal kepada populasi yang belum terinfeksi. Tes
Tuberkulin Neonatus dan bayi hingga berusia 3 bulan tanpa adanya riwayat kontak dengan TB,
dapat diberikan vaksinasi BCG tanpa tes tuberkulin sebelumnya.
Kesimpulan
Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang menyerang parenkim paru-
paru yang disebabkan oleh Myobacterium Tuberculosis. . Kuman batang aerobik dan tahan
asam ini, dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Basil tuberkel ini berukuran
0,3x2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil daripada sel darah merah. . Penyakit ini juga dapat
menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limpe. Gejalanya
dimulai dengan demam rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, keringat malam,
nyeri dada, dan batuk menetap, batuk non-produktif pada awalnya, dapat berlanjut sampai
sputum mukopuluren dengan hemoptisis. Pencegahan penyakit tuberculosis paru yaitu dengan
pemeriksaan terhadap individu yang berdekatan erat dengan penderita tuberculosis paru BTA
positif. Pemeriksaan meliputi test tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila test tuberkulin positif,
maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih
negatif diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil test tuberkulin dan
diberikan kemoprofilaksis.
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai