OLEH:
Ns. Ratika Yuzallia, S.Kep
NIP. 199407272019032001
PADANG
2017
LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS PARU
3. Patofisiologi
Individu rentan ynag menghirup basil tuberculosis dan menjadi
terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat
mereka berkumpul dan mulai memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan
melalui sistem limfe dan aliran darah kebagian tubuh lainnya (ginjal, tulang,
dan Korteks serebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas). Sistem imun
tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi, fagosit (neutrofil dan
makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit spesifik tuberkulosis melisis
(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini
mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan
bronkopneumonia.
Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajanan.
Massa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan
basil yang masih hidup dan yang sudah mati dikelilingi oleh makrofag yang
membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan
fibrosa. Bagian (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa
seperti keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi membentuk skar
kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit
aktif karena gangguan atau respon sistem imun. Penyakit aktif juga dapat
terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini
tuberkel ghon memecah menyembuh, membentuk jaringan parut. Paru yang
terinfeksi menjadi lebih bengkak, mengakibatkan terjadinya
bronkopneumonia lebih lanjut, pembentukan tuberkel dan selanjutnya.
Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat
mengarah kebawah kehilum paru-paru dan kemudian meluas kelobus yang
berdekatan.
Proses infeksi umumnya secara laten tidak menunjukkan gejala
sepanjang hidup, sekitar 10% individu yang awalnya terinfeksi mengalami
penyakit aktif dan menjadi sakit TB. Dengan integritas kekebalan yang
menurun karena malnutrisi, infeksi HIV, supresi kekebalan immunoterapi,
atau bertambahnya usia.
4. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara
klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit
untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
a. Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:
• Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
• Penurunan nafsu makan dan berat badan.
• Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
• Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b. Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:
• Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
• Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
• Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
• Pada anak-anak dapat mengenai meningen (lapisan pembungkus
otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak),
gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan
kejang-kejang.
5. Cara Penularan
Penyakit tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi
melalui udara. Individu terinfeksi, melalui:
a. Berbicara
b. Batuk
c. Bersin
d. Tertawa
e. Menyanyi
6. Pencegahan
a. Pencegahan primer
Berikan tuberkulosis skin test kepada orang yang mengalami tanda dan
gejala atau pemeriksaan hasil laboratorium abnormalitas yang diduga
secara klinis tuberkulosis aktif, orang yang kontak dengan penderita TB
atau diduga TBC aktif sebara klinis, orang yang beresiko tinggi, hasil
rontgen abnormal.
b. Pencegahan sekunder
• Ajarkan klien dengan TB untuk kontrol mencegah organisme
dengan memakai masker, menutup mulut bila batuk dan membuang
sputum dengan benar.
• Evaluasi seseorang yang skin test TB positif tetapi tidak aktif
menderita untuk terapi pencegahan dengan obat isoniazid.
c. Pencegahan tersier
• Klien harus menjalankan terapi pengobatan dengan obat anti
tuberkulosis secara tuntas dan lengkap.
• Mengubah, mencegah dan menangani tingkah laku seseorang yang
mengalami perawatan TB.
8. Komplikasi
TBC paru bila tidak ditangani dengan benar dan baik akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi terdiri atas:
a. Komplikasi dini
• Pleuritis.
• Efusi pleura.
• Empiema.
• Laringitis.
• Menjalar ke organ lain (otak, tulang, ginjal, kulit dan usus).
b. Komplikasi lanjut
• Obstruksi jalan nafas (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis).
• Kerusakan parenkim berat (SOPT/Fibrosis Paru, Kor Pulmonal).
• Amiloidosis.
• Karsinoma paru.
• Sindrom Gagal Nafas Dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB
milier dan kavitas TB.
9. Penatalaksanaan
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kemoterapi (agens
antituberkulosis) periode 6-12 bulan.
Lima garis depan digunakan adalah:
Isoniazid (INH): 5 mg/Kg/hr (IM/PO)
Rifamfisin (RIF): 10 mg/Kg/hr (PO)
Etambutol (EMB): 15-25 mg/Kg/hr (PO)
Streptomisin (SM): 15 mg/Kg/Hr (IM)
Pirazinamid (PZA): 15 – 30 mg/Kg/hr (PO)
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien TB paru meliputi pemeriksaan fisik umum
per sistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital,
B1 (breathing), B2 (blood), B3 (brain), B4 (bowel), dan B6 (bone), serta
pemeriksaan fisik fokus pada B1 dengan pemeriksaan yang menyeluruh
pada sistem pernafasan.
❖ Tanda-tanda Vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB paru
biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan,
frekuensi nafas meningkat apabila disertai dengan sesak nafas, denyut
nadi meningkat seiring peningkatan suhu tubuh dan frekuensi
pernafasan, dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya
penyakit penyulit seperti hipertensi.
Palpasi
Palpasi trakea
Pada TB paru dapat disertai adanya efusi pleura masif dan
pneumothoraks akan mendorong posisi trakea ke arah berlawanan dari
sisi sakit.
Perkusi
Pada klien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan
didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada
klien dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura
akan didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai
banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura. Apabila disertai
pneumothoraks, akan didaptkan bunyi hiperresonan.
Auskultas
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi nafas tambahan (ronkhi)
pada sisi yang sakit. Bunyi yang terdengar melalui stetoskop ketika
klien berbicara disebut sebagai resonan vokal. Klien dengan TB paru
yang disertai komplikasi seperti efusi pleura dan pneumothoraks akan
didapatkan penurunan resonan vokal pada sisi yang sakit.
2. Perumusan Diagnosa (NANDA), Penentuan Kriteria Hasil (NOC), dan Perumusan Intervensi Keperawatan (NIC)
4. Peningkatan batuk
Definisi: pengambilan nafas dalam oleh pasien dengan yang menderita
tekanan intratorak yang tinggi dan mengompres parenchyma paru-paru
untuk mengeluarkan air.
Tindakan :
• Memeriksa hasil tes fungsi paru-paru, bagian dari kapasitas vital,
kekuatan inspirasi maksimal, kekuatan volume ekspirasi dalam 1
detik (fev1), dan fev1/fvc2, dengan tepat.
• Membantu memposisikan pasien pada posisi duduk dengan kepala
agak sedikit fleksi, lengan reflex, dan lutut fleksi.
• Membantu pasien mengambil beberapa kali nafas dalam.
• Membantu pasien mengambil nafas dalam, selam 2 detik, dan
membatukan 2 atau 3 kali berturut-turut.
• Menginstruksikan pasien untuk menghirup nafas dalam,
melengkung sedikit ke depan, melakukannya tiga atau empat
kegusaran (glottis buka lagi).
• Menginstruksikan pasien untuk mengambil beberapa kali nafas
dalam, menghembuskannya perlahan-lahan, dan membatukkan
pada terakhir hembusan.
• Memulai teknik penurunan dinding dada lateral/rusuk selama tahap
ekspirasi batuk.
• Menginstruksikan pasien untuk batuk yang dimulai dengan
penghirupan nafas secara maksimal.
2. Gangguan Status pernapasan Manajemen jalan nafas
pertukaran gas b.d Indikator : aktifitas :
ketidakseimbangan • Jumlah pernapasan diharapkan normal • posisikan klien pada posisi yang memudahkan untuk bernafas
perfusi ventilasi • Ritme pernapasan diharapkan normal dengan ventilasi yang besar
• Kedalaman pernapasan diharapkan • keluarkan sekresi melalui batuk yang efektif atau pengisapan
normal • mendorong bernafas dalam dan batuk yang efektif untuk
mengeluarkan spuctum
• Klien diharapkan tidak mengalami sesak • instruksikan bagaimana batuk yang efektif untuk mengeluarkan
nafas saat istirahat spuctum
• klien diharapkan tidak mengalami batuk • ajarkan klien bagaimana menarik nafas yang seharusnya (tehnik
lagi nafas dalam)
• Sianosis sudah tidak ada • posisikan klien untuk mengurangi sesak nafas
• Klien diharapkan tidak merasakan lelah • monitor status pernafasan dan oksigenasi
• mengajarkan cara batuk efektif dengan bantuan pembebatan.
Status pernafasan : Pertukaran Gas • Pemberian mukolitik dan hidrasi
Indikator :
• Kebutuhan jumlah oksigen terpenuhi Monitor respirasi
• Keseimbangan pertukaran jaringan aktifitas :
• Klien diharapkan tidak mengalami sesak • monitor jumlah, ritme dan usaha untuk bernafas.
nafas saat istirahat • Catat pergerakan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan otot bantu
• Tidak gelisah saat beristirahat nafas dan reaksi otot supraklavikula dan interkosta
• Tidak terjadi sianosis • Monitor bunyi nafas
• Tidak somnolence • Catat jenis batuk
• Tidak mengalami kerusakan kognitif • Auskultasi bunyi paru
• Pemasangan WSD untuk mengurangi akumulasi udara di kavum
pleura
3. Ketidakseimbangan 1. Status Nutrisi : Intake Makanan Dan 1. Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari Cairan Defenisi: Membantu dan mengatur keseimbangan intake makanan dan
kebutuhan tubuh b.d Definisi: tingkat nutrisi yang dapat cairan
malaise dan memenuhi kebutuhan metabolik Tindakan:
anoreksia Indikator : • Menanyakan apakah pasien mempunyai alergi terhadap makanan
• Intake nutrisi klien dalam keadaan • Menetukan makanan pilihan pasien
normal • Menentukan jumlah kalori dan jenis zat makanan yang diperlukan
• Intake makanan dan cairan klien dalam untuk memenuhi nutrisi, ketika berkolaborasi dengan ahli
keadaan normal makanan, jika diperlukan
• Energi klien dalam keadaan baik • Tunjukkan intake kalori yang tepat sesuai tipe tubuh dan gaya
• Berat badan klien dalam keadaan normal hidup
• Anjurkan menambah intake zat besi makanan, jika diperlukan
2. Status Nutrisi : Intake makanan dan • Memberi makanan yang sehat, bersih, dan lunak, jika diperlukan
Cairan • Memberi pasien makanan dan minuman tinggi protein, tinggi
Definisi : jumlah makanan yang masuk ke kalori, dan bernutrisi yang siap dikonsumsi, jika diperlukan
dalam tubuh lebih dari 24 jam • Menimbang berat badan pasien pad jarak waktu yang tepat
Indikator :
• Intake makanan yang masuk melalui 2. Mengontrol Nutrisi
mulut klien dalam keadaan normal Defenisi: Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mencegah atau memperkecil malnutrisi.
• Intake cairan yang masuk melalui mulut Tindakan:
klien dalam keadaan normal • Menimbang berat badan pasien pada jarak yang ditentukan
• Intake cairan klien dalam keadaan normal • Memantau gejala kekuranagan dan penambahan berat badan
• Mengontrol turgor kulit, jika diperlukan
3. Status Nutrisi : Intake Nutrisi • Memantau kekeringan, tipisnya rambut sehingga mudah rontok
Indikator : • Memantau gusi saat menelan, karang gigi, dan penambahan luka
• Intake kalori klien dalam keadaan normal • Mengontrol mual dan muntah
• Intake protein klien dalam keadaan • Memantau pengukuran lapisan kulit: lapisan kulit trisep, lingkar
normal otot lengan, dan lingkar lengan
• Intake lemak klien dalam keadaan normal • Mengontrol albumin, jumlah protein, hemoglobin, dan tingkat
• Intake karbohidrat klien dalam keadaan hematocrit
normal • Mengontrol jumlah limfosit dan elektrolit
• Intake vitamin klien dalam keadaan
normal 3. Mengontrol Berat Badan
• Intake besi klien dalam keadaan normal Defenisi: Membantu memelihara penambahan berat tubuh dengan
• Intake kalsium klien dalam keadaan optimal
normal Tindakan:
• Bicarakan dengan pasien hubungan antara intake makanan, latihan,
penambahan berat badan, dan kekurangan berat badan
4. Pengontrolan Berat Badan • Bicarakan dengan pasien kondisi medis yang dapat mempengaruhi
Definisi : hasil tindakan seseorang dalam berat badan
mencapai dan memelihara berat badan • Memberitahu resiko kelebihan dan kekurangan berat badan
optimum untuk kesehatan • Memberi motivasi pada pasien untuk merubah kebiasaan makan
Indikator : • Menentukan ideal berat tubuh pasien
• Klien mampu memantau berat badan
dengan benar
• Klien menjaga intake kalori optimal
harian
• Klien mampu menjaga keseimbanagan
cairan
• Klien mampu mencapai berat badan
optimum
• Klien mampu memelihara berat badan
optimum
LAPORAN KASUS
3.1 DATA KLINIS
✓ Nama : Ny. S
✓ No. MR : 95.54.41
✓ Usia : 59 Th
✓ LILA : 25 cm
✓ Suhu : 37ºC
3.2 Pengkajian
Pasien masuk rumah sakit melalui poli klinik setelah tiba di RSUD Tapan
pasien mengeluh sesak nafas.
Pada saat pengkajian, pasien mengeluh batuk dan sesak nafas sejak 3
minggu yang lalu.. Pasien mengatakan badan terasa lemah.. Pasien
mengatakan saat ini mengalami penurunan nafsu makan. Makanan yang
diberikan dari rumah sakit hanya habis ¼ porsi. Pasien mengatakan
mengalami penurunan berat badan kira-kira 3kg. Pasien mengatakan BAK
hanya keluar sedikit-sedikit berwarna kuning pekat dan BAB tidak ada
keluhan.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
PENGGUNAAN:
Tembakau : ( √ ) tidak
Alkohol : ( √ ) tidak
makan pagi : nasi + lauk pauk + sayur (1/4 dari porsi makan)
makan siang : nasi + lauk pauk + sayur (1/4 dari porsi makan)
makan malam : nasi + lauk pauk + sayur (1/4 dari porsi makan)
3. POLA ELIMINASI
0 1 2 3 4
Makan/ minum √
Mandi
Berpakaian/ berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat √
tidur
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
Kekuatan otot :
555 555
555 555
Keluhan saat beraktivitas : lemah, lelah dan letih serta sesak nafas saat
beraktivitas
Masalah : (√ ) terbangun
6. POLA KOGNITIF – PERSEPSI
Bicara : (√ ) normal
Kemampuan berkomunikasi (√ ) ya
Kemampuan memahami (√ ) ya
Pendengaran : DBN
Vertigo : -
7. POLA HUBUNGAN
tinggal berjauhan
Hal yang dilakukan saat ada masalah : pasien selalu berdiskusi dan
melibatkan anaknya dalam pengambilan keputusan.
Agama : ( √ ) Islam
Pemeriksaan diagnostik :
GAMBARAN
N : 88 x /I P : 32 x / i
Dada
A: irama teratur
Pe: Timpani
A: BU (+)
Analisa Data
DO :
- RR : 32 x/menit
4 DS : Intoleransi aktivitas
DO :
- TD : 130/90 mmHg
✓ Kedalaman memaksimalkan
✓ Sediakan peralatan
oksigen, system
humidifikasi
✓ Pantau kemampuan
pasien mentoleransi
pemindahan oksigen
sambil makan
✓ Monitor kecemasan
pasien terhadap
oksigenasi.
✓ Anjurkan bedrest
✓ Lakukan ROM
aktif/pasif
✓ Monitor respon
oksigenasi pasien
- Pantau aliran O2
4. Menganjurkan bedrest
A: malasah intoleransi
5. Melakukan ROM aktif dan
aktivitas belum teratasi
pasif
P : Intervensi dilanjutkan
- Pantau kardiorespirasi
- Bedrest
Brunner, Suddarth. 2013. Buku Ajar Kperewatan Medikal Bedah, edisi 8 vol.3.
Jakarta: EGC.
Bullechek,Gloria M.2004.Nursing Interventions Classification.USA:EGC
Jhonson, Marion., Meridean Maas. 2012. Nursing Outcomes Classification (NOC).
St. Louis: Mosby
Johnson, M., Maas, M., and Moorhead, Sue. 2000. Nursing Outcomes
Classification. USA : EGC.
McCloskey, Joanne C., Bullechek, Gloria M. 2012. Nursing Interventions
Classification (NIC). St. Loui: Mosby.
NANDA. 2010. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2005-2006.
Philadelphia: NANDA International.
Nurarif, Amir dan Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Media dan Nanda NIC-NOC. Jilid 2. Yogyakarta:
Medication Publishing.
Price and Wilson. 2005. Patofisiologi, Konsep Klinis Prose-proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
Sjamsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Wiley-Blackwell.2009. Nanda Internasional, Nursing Diagnosis. UK : EGC