TUBERKULOSIS PARU
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
KELOMPOK : J’17
( ) ( )
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian TB Paru
TB paru akan mati, 25% sehat dengan pertahanan tubuh yang baik dan 25%
menjadi kronik dan infeksius (Jusuf, 2010). Namun ODHA (orang dengan HIV/AIDS)
dengan TB paru aktif yang tidak diobati lebih mungkin meninggal dalam waktu yang
lebih singkat (Green, 2006)
Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam pada
pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis sehingga
disebut sebagai basil tahan asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis cepat mati
dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan
lembab. Kuman dapat dormant atau tertidur sampai beberapa tahun dalam jaringan
tubuh.
Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis BTA positif pada waktu
batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada
suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut
terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman tuberkulosis masuk ke dalam
tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar
dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang
penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin
tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.
Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi tuberkulosis ditentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Secara klinis, tuberkulosis dapat terjadi melalui infeksi primer dan pasca
primer. Infeksi primer terjadi saat seseorang terkena kuman tuberkulosis untuk
pertama kalinya. Setelah terjadi infeksi melalui saluran pernafasan, di dalam alveoli
(gelembung paru) terjadi peradangan. Hal ini disebabkan oleh kuman tuberkulosis
yang berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru. Waktu terjadinya
infeksi hingga pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-6 minggu.
E. Patofisiologi
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara maka secara tidak
sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai atau tempat lainnya. Akibat
terkena sinar matahari dan suhu udara yang panas,droplet nuklei tadi menguap.
Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan
membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke
udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi
terkena infeksi bakteri tuberkulosis. Penularan bakteri lewat udara disebut dengan
istilah air-borne infection.
1. Percabangan bronkus
Penyebaran infeksi lewat percabangan bromkus dapat mengenai area paru atau
melalui sputu menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi faring), maupun ke
saluran pencernaan.
2. Sistem saluran limfe
Penyebaran lewat saluran limfe menyebabkan adanya regional limfadenopati atau
akhirnya secara tak langsung mengakibatkan penyebaran lewat darah melalui
duktus limfatikus dan menimbulkan tuberkulosis milier.
3. Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat membawa atau mengangkut
material yang mengandung bakteri tuberkulosis dan bakteri ini dapat mencapai
berbagai organ melalui aliran darah yaitu : tylang, ginjal, kelenjar adrenal, otak dan
meningen.
4. Reaktivasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
Jika pertahanan tubuh inang kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh
dan bakteri tuberkulosis tak dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi
dorman atau tidur ketika suatu saat kondisi inang melemah akibat sakit lama/keras
atau memakai obat yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka
bakteri tuberkulosis yang dorman dapat aktif kembali. Inilah yang disebut
resaktivasi infeksi primer atau infeksi pasca primer. Infeksi ini dapat terjadi
bertahun-tahun setelah infeksi primer terjadi. Selain itu, infeksi pasca primer juga
dapat diakibatkan oleh bakteri tuberkulosis yang baru masuk ke tubuh (infeksi
baru), bukan bakteri dorman yang aktif kembali. Biasanya organ paru tempat
timbulnya infeksi pasca primer terutama berada di daerah apeks paru.
F. WOC
G. Manifestasi klinis
. Menurut Crofton (2002), gejala yang dirasakan oleh penderita TB paru dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Permulaan Sakit
Tergantung dari daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi basil, serangan kedua bisa
terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan seterusnya. Dikatakan sebagai multiplikasi 3
bulan. Serangan kedua akan bertahan lebih lama dari yang pertama sebelum orang sakit
”sembuh” kembali. Pada serangan ketiga serangan sakit akan lebih lama dibandingkan
serangan kedua. Sebaliknya masa ”tidak sakit” menjadi lebih pendek dari masa antara
serangan pertama dan kedua. Seterusnya masa aktif ”influenzae” makin lama makin
panjang, sedangkan masa ”bebas influenzae” makin pendek. Salah satu keluhan pertama
penderita TB paru adalah sering mendapatkan serangan ”influenzae”. Setiap kali mendapat
serangan dengan suhu bisa mencapai 40ºC-41ºC.
2. Malaise
Peradangan ini bersifat sangat kronik akan di ikuti tanda-tanda malaise: anoreksia,
badan makin kurus, sakit kepala, badan terasa pegal-pegal, demam subfebril yang diikuti
oleh berkeringat malam dan sebagainya.
3. Batuk
Batuk darah akan terjadi bila ada pembuluh darah yang terkena dan kemudian pecah.
Tergantung dari besarnya pembuluh darah yang pecah maka akan terjadi batuk darah
ringan, sedang, atau berat tergantung dari berbagai faktor. Satu hal yang harus diingat
adalah tidak semua batuk darah dengan disertai gambaran lesi di paru secara radiologis
adalah TB paru. Batuk darah juga terjadi pada berbagai penyakit paru lain seperti penyakit
yang namanya bronkiektesi, kanker paru dan lain-lain.
6. Keringat Malam
7. Demam
Tidak semua penderita TB paru punya semua gejala diatas, kadang-kadang hanya
satu atau 2 gejala saja. Berat ringannya masing-masing gejala juga sangat bervariasi
(Aditama, 2006).
Gejala-gejala tersebut diatas di jumpai pula pada penyakit paru selain TB paru. Oleh
karena itu setiap orang yang datang ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) dengan gejala
tersebut diatas, harus di anggap ”suspek tuberculosis” atau tersangka penderita TB paru dan
perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Aditama, 2002).
H. Komplikasi
1. Batuk darah (Haemoptoe)
Pada dasarnya proses TB paru adalah proses nekrotis dan jaringan yang mengalami
nekrotis terdapat pada pembuluh darah. Jumlah darah yang dibatukkan keluar
bervariasi mulai dari sangat sedikit sampai banyak sekali, tergantung pada
pembuluh darahyang terkena.
2. Hematogen
Penyebaran hematogen terjadi bilamana proses nekrotis mengenai pembuluh darah.
Bahan-bahan nekrotis yang penuh basil-basil TB akan tertumpah dalam aliran
darah. Basil-basil ini kemudian akan bersarang di organ-organ tubuh. Tetapi ada
dua organ tubuh yang memang secara alamiah tidak dapat diserang TB, yaitu otot
sekiet dan otot jantung.
3. TB Larings
Karena tiap kali dahak yang mengandung basil TB dikeluarkan melalui larings,
maka basil yang tersangkut di larings, maka basil yang tersangkut di larings akan
menimbulkan proses TB di larings. Maka terjadilah TB larings.
4. Pneumotoraks
Apabila proses riekrotis dekat dengan pleura maka pleura akan bocor. Sehingga
terjadilah penumathorules (pecahnya dinding kavitas yang berdekatan dengan
pleura).
5. Abses paru
Infeksi sekunder dapat pula mengenai jaringan nekrotis itu langsung, sehingga
terjadi abses paru.
I. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan (4-7 bulan ). Paduan obat yang digunakanterdiri atas obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, isoniazid, pirazinamid, streptomisin, dan etambutol (Depkes RI, 2004).
J. Pemeriksaan penunjang
1. Anamnesis pada pemeriksaan fisik
2. Laboratorium darah rutin ( LED normal atau meningkat, limfositosis)
3. Foto thoraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB,
yaitu :
a. Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus
bawah.
b. Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular).
c. Adanya kavitas, tunggal atau ganda.
d. Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru.
e. Adanya klasifikasi.
f. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
g. Bayangan milier.
4. Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan ini
tidak sensitif karena hanya 30-70 persen pasien TB yang dapat didiagnosis
berdasarkan pemeriksaan ini.
5. Tes PAP (Peroksidase anti peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen imunoperoksidase
staning untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
6. Tes mantoux/tuberkulin.
7. Teknik polymerase chain reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui aplikasi dalam berbagai tahap sehingga
dapat mendeteksi meskipun hanya ada satu mikroorganisme dalam spesimen. Juga
dapat mendeteksi adanya retensi.
8. Becton dickinson diagnostik instrumen system (BACTEC)
Deteksi grouth index berdasarkan CO2 yang di hasilkan dari metabolisme asam
lemak oleh M. Tuberkulosis.
9. Enzyme linked immuno sorbent assay
Deteksi respon humoral memakai antigen-antibody yang terjadi. Pelaksanaannya
rumit dan antibody dapat menetap dalam waktu lama sehingga menimbulkan
masalah.
10. Mycodot
Deteksi antibody memakai antogen lipoarabinomanan yang di rekat pada suatu alat
berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam serum pasien. Bila
terdapat antibody spesifik dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama lengkap :
Jenis kelamin :
Umur :
Status perkawinan :
Pekerjaan :
Tanggal masuk RS :
B. Riwayat kesehatan
Biasanya klien dengan TB paru datang kerumah sakit dengan keluhan batuk
yang dialami lebih dari satu minggu disertai dengan peningkatan suhu tubuh,
penurunan nafsu makan dan kelemahan tubuh. Batuk yang dialami klien juga disertai
dengan darah (Haemoptoe).
C. Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran umum
1. Kesadaran penderita : apatis, spoor, koma, composmentis tergantung pada
keadaan klien
2. Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat
3. Tanda-tanda vital pada kasus TB paru memungkinkan terjadinya peningkatan
suhu tubuh, frekuensi pernapasan dan denyut nadi.
b. Secara sistemik dari kepala sampai kaki
1. Kepala
Tidak ada gangguan yaitu: nomo cephalic, simetris, tidak ada penonjolan, tidak
ada nyeri kepala
2. Leher
Tidak ada gangguan yaitu: simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada
3. Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun
bentuk. Tidak ada lesi, simetris dan tidak ada edema
4. Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva anemis
5. Telinga
Tes weber dan tes bisik masih dalam keadaan normal, tidak ada lesi atau myeri
tekan
6. Hidung
Ada pernapasan cuping hidung
7. Mulut dan faring
Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut
tampak pucat
8. Paru
Inspeksi: adanya tanda-tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan nafas
yang tertinggal, suara nafas tambahan
Palpasi : fermitus suara meningkat
Perkusi : suara ketok redup
Auskultasi: suara nafas bronchial dengan atau tanpa ronchi basah, kasar, dan
nyaring
9. Jantung
Inspeksi : tidak tampak iktus jantung
Palpasi: nadi meningkat, iktus tidak teraba
Auskultasi : suara S1 S2 tunggal, tidak ada mur-mur
10. Abdomen
Inspeksi : bentuk datar, simetris, tidak ada acites
Palpasi: turgor kulit baik, hepar tidak teraba
Perkusi: suara tympani
Aukultasi: ada bising usu
11. Genitalia – anus
Tidak ada hernia, pembesaran lymphe dan tidak ada gangguan pada genitalia
12. Ektremitas
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur, dan keadaan
sehari-hari yang kurang menyenangkan
D. Pola Fungsional Gordon
1) Persepsi dan Manajemen
Pada klie dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak-desakan, kurang
cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek.
2) Nutrisi – Metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh nafsu makan menurun (anoreksia)
3) Eliminasi
Klien dengan TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi
maupun defekasi
4) Aktivitas dan Latihan
Dengan adanya batuk, sesak nafas, dan nyeri dada akan mengganggu aktivitas klien
sehari-harinya.
5) Kognitif dan sensori
Daya panca indera (penciuman, peraba, penglihatan, pendengaran dan rasa) tidak
mengalami gangguan
6) Istirahat dan Tidur
Klien dengan TB paru akan mengalami kesulitan saat tidur dan istirahatnya
diakibatkan karena adanya batuk yang dialaminya pada malam hari.
7) Persepsi dan Konsep Diri
Karena nyeri dada dan sesak nafas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
khawatir klien tentang penyakitnya
8) Peran dan Hubungan
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan diisolasi atau terasingkan karena
penyakit TB yang menular.
9) Reproduksi dan Seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual nya akan mengalami
perubahan karena kelemahan dan nyeri dada yang dirasakan klien
10) Koping dan Toleransi Stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama akan mengakibatkan stress pada
penderita yang bisa mengakibatkan penolakan terhadap pengobatan yang dijalani
11) Nilai dan Keyakinan
Kegiatan ibadah klien dengan TB terganggu akibat sesak nafas, nyeri dada, dan
batuk yang dirasakan klien
E. Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d meningkatan secret di saluran pernapasan
Gangguan pertukaran gas b.d atelektasis, kerusakan membrane alveolar, edema
bronchial
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Resiko infeksi b.d organisme purulen
Deficit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi, ketidaktahuan menemukan
sumber informasi
Hipertermi b.d proses inflamasi