Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS KMB

LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKULOSIS PARU

OLEH:

Pajrin Zainudin Deu, S.Kep


NPM : 1490102136

SEKOLH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2022

1
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKULOSIS PARU

A. Definisi
Sistem pernafasan terutama berfungsi untuk pengambilan oksigen oleh
darah dan pembuangan karbondioksida. Paru dihubungkan dengan lingkungan
luarnya melalui serangkaian saluran, berturut-turut hidung, farings, larings,
trakea dan bronki. Saluran-saluran itu relatif kaku dan tetap tebuka dan
keseluruhannya merupakan bagian konduksi dari sistem pernafasan
(Tambayong, 2001).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang menular yang
terutama menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberkulosis (Brunner dan Suddarth, 2002).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman tersebut
biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) kedalam
paru-paru, kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ yang
lain melalui peredaran darah, yaitu : kelenjar limfe, saluran pernapasan atau
penyebaran langsung ke organ tubuh lain.

B. Etiologi
Sebagian besar pasien menunjukkan demam tinngkat rendah, keletihan,
anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam hari, nyeri dada dan
batuk menetap. Pada awalnya mungkin batuk bersifat nonproduktif, tetapi
dapat berkembang ke arah pembentukan sountum mukopurulen dengan
hemoptisis. (Brunner dan Suddarth, 2002 ).
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Kuman lain
yang dapat menyebabkan TBC adalah Mycobacterium Bovis dan M. Africanus
(www.tempointeraktif.com). Kuman Mycobacterium tuberculosis adalah
kuman berbentuk batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan
sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet (Smeltzer, 2001)

2
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membentuk kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup dalam udara kering
maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es).
Hal ini teradi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini
kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif lagi
Sifat lain kuman ini adalah aerob, sifat ini menunjukkan bahwa kuman
lebih menyenangi jaringan yang lebih tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal
ini tekanan oksigen pada daerah apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian
lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat prediksi penyakit
tuberkulosis.
Kuman TBC menyebar melalui udara (batuk, tertawa, dan bersin) dan
melepaskan droplet. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman, akan
tetapi kuman dapat hidup beberapa jam dalam keadaan gelap
(www.tempointeraktif.com).

C. Anatomi Dan Fisiologis

Sistem pernafasan terutama berfungsi untuk pengambilan oksigen (O2)


oleh darah dan pembuangan karbondioksida (CO2). Paru dihubungkan dengan
lingkungan luarnya melalui serangkaian saluran, berturut-turut hidung, farings,
larings, trakea dan bronki. Saluran –saluran itu relatif kaku dan tetap terbuka

3
dan keseluruhannya meerupakan bagian konduksi dari sistem pernafasan.
(Tambayong, 2001)
Hidung merupakan saluran pernafasan yang pertama, mempunyai dua
lubang/cavum nasi. Didalam terdapat bulu yang berguna untuk menyaring
udara, debu dan kotoran yang masuk dalam lubang hidung. hidung dapat
menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan
jalan makanan, faring terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga
hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Faring dibagi atas tiga
bagian yaitu sebelah atas yang sejajar dengan koana yaitu nasofaring, bagian
tengah dengan istimus fausium disebut orofaring, dan dibagian bawah sekali
dinamakan laringofaring
Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (16-
20cincin), panjang 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang
dilapisi oleh otot polos dan lapisan mukosa. trakea dipisahkan oleh karina
menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea yang membentuk bronkus
utama kanan dan kiri, bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada
bronkus kiri cabang bronkus yang lebih kecil disebut bronkiolus yang pada
ujung–ujung nya terdapat gelembung paru atau gelembung alveoli.
Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung–gelembung. Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan
tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Paru-paru terletak pada rongga dada
yang diantaranya menghadap ke tengah rongga dada/ kavum mediastinum.
Paru-paru mendapatkan darah dari arteri bronkialis yang kaya akan darah
dibandingkan dengan darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium
kiri.besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara.
Hanya sebagian kecil udara ini, kira-kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara
pasang surut. sedangkan kapasitas paru-paru adalah volume udara yang dapat
di capai masuk dan keluar paru-paru yang dalam keadaan normal kedua paru-
paru dapat menampung sebanyak kurang lebih 5 liter

4
TB Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang terutama
menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh kuman Micobacterium
tuberkulosis. (Brunner dan Suddarth, 2002 ).

Pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang


mengandung oksigen ke dalam tubuh ( inspirasi) serta mengeluarkan udara
yang mengandung karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh (ekspirasi ) yang

5
terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-
paru .proses pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. Ventilasi pulmoner.
Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan
proses aktif dan pasif yang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi
dan mendorong dinding dada sedikit ke arah luar, akibatnya diafragma
turun dan otot diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-
otot interkosta eksterna relaksasi dengan demikian rongga dada menjadi
kecil kembali, maka udara terdorong keluar.
2. Difusi Gas
Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3 atau partikel lain
dari area yang bertekanan tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi
gas melalui membran pernafasan yang dipengaruhi oleh factor ketebalan
membran, luas permukaan membran, komposisi membran, koefisien difusi
O2 dan CO2 serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini
pernfasan yang berperan penting yaitu alveoli dan darah.
3. Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan
dari jaringan ke paru dengan bantuan darah ( aliran darah ). Masuknya O2
kedalam sel darah yang bergabung dengan hemoglobin yang kemudian
membentuk oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3 % yang
ditransportasikan ke dalam cairan plasma dalam sel.

D. Patofisiologi
1 Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis primer ialah penyakit TB yang timbul dalam lima
tahun pertama setelah terjadi infeksi basil TB untuk pertama kalinya
(infeksi primer) (STYBLO,1978 dikutip oleh Danusantoso,2000:102).
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet dalam udara. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1- 2 jam. Dalam suasana lembab dan
gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel

6
infeksi ini dapat terhisap oleh orang sehat ia akan menempel pada jalan
napas atau paru-paru. Bila menetap di jarigan paru, akan tumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di
jaringan paru-paru akan membentuk sarang tuberkulosa pneumonia kecil
dan disebut sarang primer atau afek primer dan dapat terjadi di semua
bagian jaringan paru.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar
getah bening hilus (limfangitis regional) yang menyebabkan terjadinya
kompleks primer.
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :
a. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (kerusakan jaringan paru).
c. Berkomplikasi dan menyebar secara :
1) Per kontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya.
2) Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus.
3) Secara linfogen, ke organ tubuh lainnya.
4) Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya

2 Tuberkulosis Post-Primer (Sekunder)


Adalah kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan
muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi
tuberkulosis dewasa (tuberkulosis post-primer). Hal ini dipengaruhi
penurunan daya tahan tubuh atau status gizi yang buruk. Tuberkulosis
pasca primer ditandai dengan adanya kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas atau efusi pleura. Tuberkulosis post-primer ini dimulai
dengan sarang dini di regio atas paru-paru. Sarang dini ini awalnya juga
berbentuk sarang pneumonia kecil. Tergantung dari jenis kuman,
virulensinya dan imunitas penderita, sarang dini ini dapat menjadi :
a. Diresorbsi kembali tanpa menimbulkan cacat

7
b. Sarang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dengan sembuhan
jaringan fibrosis
c. Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang
menghancurkan jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami
nekrosis dan menjadi lembek membentuk jaringan keju
d. Bila tidak mendapat pengobatan yang tepat penyakit ini dapat
berkembang biak dan merusak jaringan paru lain atau menyebar ke
organ tubuh lain

8
E. PATHWAYS TUBERKULOSIS

Faktor tosik Terpapar Lingkungan Social ekonomi Gizi Daya tahan


(rokok, alcohol) penderita TBC yang buruk rendah buruk tubuh rendah

Mycobacterium Tuberculosis
aktif menjadi kuman patogen

panas Infeksi paru-paru Menghasilkan sekret


(tuberculosis paru)

Tidak bisa batuk efektif

Kurang pengetahuan Pembentukan tuberkel


tentang perawatan oleh makrofag Penumpukan secret >>
dan penularan TBC (sarang primer)

Sarang primer + limfangitis local + Inefektif bersihan


Resti penularan TBC limfadenitis regional jalan nafas

Kompleks primer

Sembuh total Sembuh dengan Penyebaran ke organ lain


sarang gohn

pleura jantung tulang otak Saluran pencernaan


Infeksi endogen oleh
kuman dormant
pleuritis perikarditis TB tulang meningitis lambung

Infeksi post primer Nyeri pada TIK HCL


tulang
Diresorbsi Sarang meluas Sembuh dengan Nyeri
kembali/sembuh jaringan fibrotik Mual,
kepala
muntah,
Membentuk kavitas anorexia

Ganggaun rasa
Menembus pleura Memadat dan Bersih & sembuh nyaman Gangguan
(efusi pleura) membungkus diri pemenuhan
(tuberkuloma) nutrisi kurang
dari kebutuhan
Anerisma arteri
pulmonalis Mengganggu perfusi
dan difusi O2

Hemaptoe
Suplai O2

Perdarahan >>

Sesak nafas hipoksia


Resiko syok
hipovolemik
Gangguan Kelelahan 9
pertukaran
gas
Intoleransi aktivitas
F. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang sering ditemui pada tuberkulosis adalah batuk
yang tidak spesifik tetapi progresif. Biasanya tiga minggu atau lebih dan tidak
ada dahak. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sifat batuk
dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum). Selain gejala batuk disertai dengan
gejala dan tanda lain seperti tersebut di bawah ini :
1. Demam. Terjadi lebih dari sebulan, biasanya pada pagi hari.
2. Hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan.
3. Keringat malam hari tanpa kegiatan.
4. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah berlanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
5. Nyeri dada. Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis. Gejala ii jarang ditemukan.
6. Kelelahan.
7. Batuk darah atau dahak bercampur darah

G. Klisifikasi Tuberkulosis
Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah :
1. TB paru : sputum BTA (+)
2. TB paru tersangka : sputum BTA (-) dengan klinis dan radiologis (+)
3. Bekas TB paru : riwayat obat anti tuberkulosis (OAT) adekuat dengan sputum
(-), klinis (-), radiologis menetap. Klasifikasi TB paru yaitu :
1. TB paru
2. Bekas TB paru

10
3. TB tersangka, yang terbagi dalam :
a. TB paru tersangka yang diobati : sputum BTA (-), tapi tanda-tanda lain
(+)
b. TB paru tersangka yang tidak diobati : sputum BTA (-) dan tanda-
tanda lain juga meragukan.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi tuberkulosis. Pada awal penyakit dimana lesi masih
merupakan sarang-sarang pneumonia gambaran radiologis adalah berupa
bercak-bercak seperti awan dengan batas yang tidak tegas. Bila telah
berlanjut, bercak-bercak awan jadi lebih padat dan batasnya jadi lebih
jelas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat akan terlihat bulatan dengan
batas yang tegas. Lesi ini dikenal dengan nema tuberkuloma.
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacam-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosa lebih lanjut) seperti infiltrat + garis-garis
fibrotik + klasifikasi + kavitas (sklerotik/nonsklerotik). Tuberkulosis
sering memberikan gambaran yang aneh-aneh, sehingga dikatakan
”tuberkulosis is the greatest imitator”
Pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan gambarang yang
bermacam-macam dan tidak dapat dijadikan gambaran diagnostik yang
absolut dari tuberkulosis.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah
Pada pemeriksaan darah yang diperiksa adalah jumlah leukosit
dan limfosit yang meningkat pada saat tuberkulosis mulai (aktif). Pada
pemeriksaan Laju Endap Darah mengalami peningkatan, tapi Laju
Endap Daanh yang normal bukan berarti menyingkirkan adanya proses
tuberkulosis. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit mulai
normal dan jumlah limfosit masih tetap tinggi dan Laju Endap Darah
mulai turun ke arah normal lagi.

11
b. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan
ditemukannya kuman BTA diagnosis tuberkulosis sudah bisa
dipastikan. Penemuan adanya BTA pada dahak, bilasan bronkus,
bilasan lambung cairan pleura atau jaringan paru adalah sangat penting
untuk mendiagnosa TBC paru.
Pemeriksaan dahak dilakukan tiga kali yaitu : dahak sewaktu
datang, dahak pagi dan dahak sewaktu berkunjung hari kedua. Bila
didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA
positif. Bila satu pisitif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu
diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali
positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif, sedangkan bila tiga
kali negatif dikatakan mikroskopik BTA negatif. Untuk memastikan
jenis kuman yang menginfeksi perlu diakukan pemeriksaan
biakan/kultur kuman atau biakan yang diambil.
c. Tes Tuberkulin
Biasanya dipakai cara mantoux yakni dengan menyuntikkan
0,1cc tuberkulin PPD (Purified Protein Derivate) intra cutan. Setelah
48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan
antara antibody dan antigen tuberkulin.
Hasil tes mentoux dibagi dalam :
1) Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative
2) Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan
3) Indurasi 10-15 mm : hasil mantoux positive
4) Indurasi lebih dari 16 mm : hasil mantoux positif kuat
Biasanya hampir seluruh penderita memberikan reaksi mantoux
yamg positif (99,8%) Kelemahan tes ini juga dapat positif palsu yakni
pemberian BCG atau terinfeksi dengan Mycobacterium lain. Negatif
palsu lebih banyak ditemukan daripada positif palsu (Bahar,1996:721).

I. Penatalaksanaan

12
1. Pengobatan TBC paru
Tujuan pemberian obat pada penderita tuberkulosis paru yaitu; untuk
menyembuhkan, mencegah kematian dan kekambuhan
(www.kompas.kom). Obat yang sekarang digunakan adalah Fix Drugs
Combination (FDC) 4 obat ini merupakan obat baru yang memiliki
kandungan sama dengan obat lama yaitu; Rivampisin,Isoniazid (INH),
Etambutol, dan Pyrazinamid. Dengan adanya obat FDC 4 ini penderita
hanya cukup satu butir saja. Menurut Endang Nuraini (2002), dengan
model pengobatan lama, yaitu dengan banyaknya obat yang harus
dikonsumsi, tingkat kegagalan penyembuhan sangat tinggi. Sebab, banyak
obat yang dikonsumsi menimbulkan beberapa efek samping yaitu; mual,
pusing, diare. Akibatnya, banyak penderita yang menghentikan konsumsi
obat. Prinsip di dalam penyembuhan penyakit TBC adalah kerajinan
minum obat (www.depkes.com).
Dalam pembarian obat ada beberapa macam cara pengobatan :
(a). Pengobatan untuk penderita aktif selama 6 bualan, dilakukan dua
tahap yaitu:
1). Tahap awal : obat diminum tiap hari, lama pengobatan 2 atau 3
bulan tergantung berat ringannya penyakit.
2). Obat lanjutan : diminum 3 kali seminggu lama pengobatan 4
atau 5 bulan tergantung berat ringannya penyakit.
(b). Pengobatan untuk penderita kambuhan atau gagal pada pengobatan
pertama yang dilakukan selama 8 bulan, yaitu :
1). Obat diminum setiap hari selama 3 bulan
2). Suntikan Streptomicyn setiap hari selama 2 bulan
3). Obat diminum 3 kali seminggu selama 5 bulan
(Depkes RI, 2001).
Untuk keberhasilan pengobatan, oleh badan kesehatan dunia (WHO)
dilakukan strategi DOTS (Dyrecly Observed Treatment Shortcourse).
Strategi ini merupakan yang paling efektif untuk mengontrol pengobatan
tuberkulosis (www.sinarharapan.com).

13
Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua kalangan,
semua orang yang batuk dalam tiga minggu harus diperiksa dahaknya,
harus ada obat yang disiapkan oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau
selama enam bulan oleh Pengawas Minum Obat dan ada sistem
pencatatan/pelaporan.
2. Perawatan bagi penderita TBC
Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberkulosis adalah :
a. Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang
terdekat penderita yaitu keluarga.
b. Mengetahui adanya gejala samping obat dan rujuk bila diperlukan.
c. Mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang penderita.
d. Istirahat teratur minimal 8 jam perhari.
e. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua,
kelima, dan keenam.
f. Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan
yang baik (Pepkes RI,1998)
3. Pencegahan penularan TBC
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
a. Menutup mulut bila batuk.
b. Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada
wadah tertutup yang diberi lysol 5% atau kaleng yang berisi pasir 1/3
dan diberi lysol.
c. Makan makanan bergizi.
d. Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita.
e. Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik.
f. Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI,1998).

14
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
i. Identitas klien: selain nama klien, asal kota dan daerah,
jumlah keluarga.
ii. Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
iii. Riwayat penyakit sekarang:
iv. Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada
tempat- tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub
mandibula.
v. Riwayat penyakit dahulu
vi. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
1) Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
2) Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan dan tidak dapat berkomunikasi dengan bebas,
menarik diri.
3) Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk
sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak.Tidak
bersemangat dan putus harapan.
4) Lingkungan
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat,
ventilasi rumah yang kurang sehingga pertukaran udara kurang,
daerah di dalam rumah lembab, tidak cukup sinar matahari, jumlah
anggota keluarga yang banyak.
vii. Pola fungsi kesehatan.
1) Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Kurang menerapkan PHBS yang baik, rumah kumuh, jumlah
anggota keluarga banyak, lingkungan dalam rumah lembab,
jendela jarang dibuka sehingga sinar matahari tidak dapat masuk,
ventilasi minim menybabkan pertukaran udara kurang, sejak kecil

15
anggita keluarga tidak dibiasakan imunisasi.
2) Pola nutrisi - metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek,
kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit
menelan.
3) Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran
kanan atas danhepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas
dan splenomegali.
4) Pola aktifitas – latihan
Pola aktivitas pada pasien TB Paru mengalami penurunan karena
sesak nafas, mudah lelah, tachicardia, jika melakukan aktifitas
berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
5) Pola tidur dan istirahat
sulit tidur, frekwensi tidur berkurang dari biasanya, sering
berkeringat pada malam hari.
6) Pola kognitif – perceptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum,
sedangkan dalam hal daya panca indera (perciuman, perabaan,
rasa, penglihatan dan pendengaran) jarang ditemukan adanya
gangguan.
7) Pola persepsi diri
Pasien tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah, selain itu
Ketakutan dan kecemasan akan muncul pada penderita TB paru
dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang pernyakitnya yang
akhirnya membuat kondisi penderita menjadi perasaan tak
berbedanya dan tak ada harapan
8) Pola peran – hubungan
Penderita dengan TB paru akan mengalami gangguan
dalam hal hubungan dan peran yang dikarenakan adanya isolasi
untuk menghindari penularan terhadap anggota keluarga yang
lain.

16
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan
berubah karena kelemahan dan nyeri dada.
10) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan
penolakan terhadap pengobatan.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan
terganggunya aktifitas ibadah klien.
viii.  Pemeriksaan fisik
ix. Berdasarkan sistem – sistem tubuh
1) Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
2) Sistem pernapasan
3) Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai

  inspeksi :  adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma,


pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.
  Palpasi   : Fremitus suara meningkat.
  Perkusi      : Suara ketok redup.
  Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah,
kasar dan yang nyaring.
4) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan

5) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
6) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
7) Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan
keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.
8) Sistem neurologis

17
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
9) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
sekret kental atau sekret darah
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveoler-kapiler
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
d. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
e. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi

3. RENCANA KEPERAWATAN
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
defisiensi pengetahuan teratasi.
Kriteria hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis, dan program pengobatan
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat
Intervensi ( NIC ) :
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik
2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi fisiologi, dengan cara yang tepat
3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
4) Gambarkan proses penyakit

18
5) Identifikasi kemungkinan penyebab
6) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisinya

b. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan masalah hipertermi teratasi
Kriteria hasil :
1) Suhu 360-370C
2) Tidak ada keluhan demam
3) Turgor kulit kembali > 2 detik
4) Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi:
1) Monitor tanda-tanda vita terutama suhu
2) Monitor intake dan output setiap 8jam
3) Berikan kompres hangat
4) Anjurkan banyak minum
5) Anjurkan memakai pakaian tipis
6) Kolaborasi pemberian cairan intravena dan antipiretik

c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, bersihan
jalan napas kembali normal.
Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips).
2) Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama dan frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada suara
napas abnormal).

19
3) Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan napas.
Intervensi (NIC) :

1) Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw


trust bila perlu

2) Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan napas


buatan

3) Lakukan fisioterapi dada jika perlu

4) Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction

5) Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan


d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru,
hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis
laktat dan penurunan curah jantung.
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
gangguan pertukaran gas teratasi
Kriteria hasil:
1) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan O2
2) Bebas dari gejala dan distress pernapasan
Intervensi:
1) Kaji tipe pernapasan pasien
2) Evaluasi tingkat kesadaran, adanya sianosis, dan perubahan warna
kulit
3) Tingkatkan istirahat dan batasi aktivitas
4) Kolaborasi medis dalam pemberian oksigen
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
Kriteria hasil
1) Adanya peningkatan berat badan

20
2) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
3) Tidak ada tanda malnutrisi
4) Tidak ada penurunan berat badan yang berarti
Intervensi
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
3) Anjurkan untuk meningkatkan intake zat besi
4) Anjurkan pasien untuk meningkatan protein dan vitamin C
5) Berikan substansi gula

21

Anda mungkin juga menyukai