PNEUMONIA
Oleh :
C2221107
2020/2021
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA)
dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan agens infeksius seperti : virus
bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang
disertai eksudasi dan konsolidasi. (Nurarif & Kusuma, 2015).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratori, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul Dahlan, 2014)
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agens infeksius. Pneumonia merupakan infeksi akut parenkim paru yang biasanya
menyebabkan gangguan pertukaran udara. Prognosis biasanya baik untuk pasien yang
memiliki paru-paru normal dan pertahanan tubuh yang mencakup sebelum mulai terjadinya
pneumonia, meskipun demikian pneumonia merupakan peringkat ke-6 penyebab kematian
tersering di Amerika Serikat. (Robinson & Saputra, 2014).
Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa pneumonia adalah
Suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru yang di
sebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) maupun benda asing.
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Sistem Pernafasan
Paru-paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada.
Terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh
darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum. Paru-paru
adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit
lebih tinggi daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas
landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang
menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampak paru-paru, sisi belakang
yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan
jantung.
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat
menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem
pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat
dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin. Anatomi sistem pernafasan antara Lain :
a. Saluran pernafasan bagian atas :
1) Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara
terus menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan
bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi
sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang
dihirup ke dalam paruparu.
2) Faring
Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke
laring. Faring dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan
laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus
respiratoriun dan digestif.
3) Laring
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dengan
trachea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi.
Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batuk.
b. Saluran pernafasan bagian bawah :
1) Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi
bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak
saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika
dirangsang.
2) Bronkus
Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih pendek
dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal.
Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari
trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronchus kanan dan kiri
bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus segmentaliis. Bronkus
dan bronkiolus dilapisi oleh sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut
pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda
asing menjauhi paru menuju laring.
3) Bronkiolus.
Membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai
kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus
respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan
jalan udara pertukaran gas.
4) Alveoli.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel alveolar, sel
alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar
tipe II sel-sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid
yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel
alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel–sel fagositosis yang besar
yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.
5) Alveoulus.
Struktur anatomi yang memiliki bentuk yang berongga. Terdapat pada parenkim
paru-paru, yang merupakan ujung dari pernapasan, dimana kedua sisi
merupakan tempat pertukaran darah.
2. Fisiologi Sistem Pernafasan
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
pernafasan melalui par-paru atau pernafasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung
dan mulut pada waktu bernafas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke
alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Proses
fisiologi pernapasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam jaringan, dan
karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi 3 stadium. Stadium
pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-
paru. Stadium kedua adalah transportasi, yang terdiri dari beberapa aspek :
a. Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara
darah sistemik dan sel-sel jaringan.
b. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar.
c. Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah
Stadium terakhir adalah respirasi sel atau respirasi interna, yaitu pada saat
metabolik dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan CO2 terbentuk sebagai sampah
proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru. Jumlah udara yang diinspirasi
atau diekspirasi pada setiap kali bernapas disebut volume tidal yaitu sekitar 500 ml.
Kapasitas vital paru-paru, yaitu jumlah udara maksimal yang dapat diekspirasi sesudah
inspirasi maksimal sekitar 4500 ml. Volume residu, yaitu jumlah udara yang tertinggal
dalam paru-paru sesudah ekspirasi maksimal sekitar 1500 ml.
C. Etiologi
Menurut(LeMone. Atai (2016), pneumonia didapatkan oleh 2 penyebab antara lain :
infeksius dan noninfeksius. Penyebab infeksius yaitu bakteri, virus, jamur, protozoa dan
mikroba. Sedangkan penyebab noninfeksius anatara lain adalah aspirasi isi lambung dan
inhalasi gas beracun atau gas yang mengiritasi. Pneumonia infeksius sering kali
diklasifikasikan sebagai infeksi yang didapat komunitas, infeksi nosokpomial (didapat
dirumah sakit), atau oportunistik (Imun menurun). Berikut tabel umum penyebab pneumonia
pada orang dewasa :
Didapat Komunitas Didapat Rumah Sakit Oportunistiik
Streptococcus pneumonia Staphylococcus aureus Pneumocystis carinii
Mycoplasma pneumonia Pseudomonas aeruginosa Mycobacterium tuberculosis
Haemophilus influenza Klebsiella pneumonia Cytomegalovirus (CMV)
Influenza virus Eschericia coli. Mikobakteria atipikal
Chlamydia pneumonia Jamur
Legionella pneumophila
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptoccus
pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian
ventilator oleh p.aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan
keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan
antibiotik yang tidak tepat (Nurarif & Kusuma, 2015).
D. Manisfestasi Klinis
Tanda dan gejala yang biasanya dijumpai pada pneumonia adalah demam atau panas
tinggi disertai batuk berdahak yang produktif, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit),
selain itu pasien akan merasa nyeri dada seperti ditusuk pisau atau sesak, sakit kepala, gelisah
dan nafsu makan berkurang (Rikesdas, 2013). Pneumonia bacterial (pneumokokus) secara
khas diawali dengan awitan menggil, demam yang timbul dengan cepat (39,5 o sampai 40,5
o ), dan nyeri dada yang tersa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk. Pasien
sangat sakit dengan takipnea sangat jelas disertai dengan pernapasan mendengkur,
pernapasan cuping hidung, dan penggunaan otot-otot aksesori pernapasan. Pneumonia
atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung pada organism penyebab.
Banyak pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas (kongestinasal, sakit
tenggorokan), dan awitan gejala pneumonianya bertahap. Gejala yang menonjol adalah sakit
kepala, demam tingkat rendah, nyeri pleuritis mialgia, ruam, dan faringitis. Nadi cepat dan
berkesenambungan. Nadi biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk kenaikan satu
derajat celcius. Pada banyak kasus pneumonia, pipi berwarna kemerahan, warna mata
menjadi lebih terang, dan bibir serta bidang kuku sianotik.
Tanda-tanda lain terjadi pada pasien dengan kondisi lain seperti kanker, atau pada
mereka yang menjalani pengobatan dengan imunosupresan, yang menurunkan daya tahan
terhadap infeksi dan terhadaporganisme yang sebelumnya tidak dianggap pathogen serius.
Tanda-tanda klinis utama pneumonia menurut Nurarif & Kusuma (2015), meliputi hal-hal
sebagai berikut :
1. Batuk
2. Dispnea
3. Takipea
4. Pucat, tampilan kehitaman, atau sianosis (biasanya tanda lanjut).
5. Melemah atau kehilangan suara nafas.
6. Retaksi dinding thorak : interkostal, substernal, diafragma, atau Nafas cuping hidung.
7. Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi didekatnya).
8. Napas cepat dan dangkal.
9. Penurunan saturasi oksigen dengan alat oksimetri denyut (pulse oximetry reading).
10. Ronki dan melemahnya bunyi nafas.
E. Patofiologi
Gambaran patologis tertentu dapat ditunjukkan oleh beberapa bakteri tertentu bila
dibandingkan dengan bakteri lain. Infeksi Streptococcus pneumonia biasanya bermanisfestasi
sebagai bercak-bercak konsolidasi merata di seluruh lapangan paru (bronkopneumonia), dan
pada remaja dapat berupa konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris). Pneumotokel atau
abses-abses kecil sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus pada neonates, karena
Staphylococcus aureus menghasilkan berbagai toksin dan enzim seperti hemolisin, lekosidin,
stafilokinase, dan koagulase. Toksin dan enzim ini menyebabkan nekrosis pendarahan, dan
kavitasi. Koagulase berinteraksi dengan faktor plasma dan menghasilkan bahan aktif yang
mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin, sehingga terjadi eksudat fibrinopurulen. Terdapat
korelasi antara produksi koagulase dan virulensi kuman. Staphylococcus yang tidak
menghasilkan koagulase jarang menimbulkan penyakit yang serius. Pneumotokel dapat
menetap hingga berbulan- bulan, tetapi biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut
(Robinson & Saputra, 2014).
Sedangkan Pneumonia bacterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu
reaksi-reaksi infalamsi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan
menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi okisegen serta karbon dioksida.
Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi
ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup
karena sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial bronki atau
alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang
memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri
jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi
kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya
mengakibatkan hipoksemia arterial (Zul Dahlan, 2014)
F. Patway
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Zul Dahlan, (2014) Pneumonia didiagnosis berdasarkan tanda klinik dan gejala,
hasil pemeriksaan laboratorium dan mikrobiologis, evaluasi foto x-ray dada. Berikut untuk
pemeriksaan penunjang pada pneumonia :
1. Pemeriksaan Radiologi.
Foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrate sampai konsolidasi dengan air
broncogram, penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambar kaviti. Gambar adanya
infiltrate dari foto x-ray merupakan standar yang memastikan diagnosis (IDAI, 2009).
Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya
merupakan petunjuk kearah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris
tersering disebabkanoleh Steptococcus pneumonia, pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrate bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan klebsiela
pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan
meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
2. Pemeriksaan Laboratorium.
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari
10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etilogi
diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah positif pada 20-
25% penderita yang tidak diobati, analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan
hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), kepada penderita yang penyakitnya tidak
berat, bisa diberikan antibiotic per-oral, dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih
tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru lainnya,
harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infuse. Mungkin perlu diberikan oksigen
tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2
minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain :
a. Memberikan posisi semi fowler pada pasien saat mengalami sesak
b. Oksigen 1-2 L/menit
c. IVFD dekstrose 10 % , NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan
d. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi
e. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip
f. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transport mukosilier
g. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
2. Penatalaksanaan Medis
Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan tampak pada
rontgen dada mencakup area berbercak atau keseluruhan lobus (pneumonia lobaris).
Pada pemeriksaan fisik, temuan tersebut dapat mencakup bunyi napas bronkovesikular
atau bronchial, krekles, peningkatan fremitus, egofani, dan pekak pada perkusi.
Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai seperti yang
ditetapkan oleh hasil pewarnaan gram. Selain itu untuk pengobatan pneumonia yaitu
eritromisin, derivat tetrasiklin, amantadine, rimantadine, trimetoprim-sulfametoksazol,
dapsone, pentamidin, ketokonazol.
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sitematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan
ditunjukan pada respon klien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan
kebutuhan dasar manusia (Muttaqin, 2010).
1. Identitas Klien.
a. Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah, pendidikan
terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, TB/BB, alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Gejala saat ini dan durasinya : adanya sesak nafas atau kesulitan bernafas, nyeri
dada dan kaitan nyeri dengan pernapasan: batuk, produktif atau tidak produktif,
warna, konsistensi sputum,: gejala lain: kesakitan pernapasan atas saat ini atau
kesakitan akut lain, penyakit kronik seperti DM, PPOK, atau penyakit jantung;
medikasi saat ini; alergi obat.
b. Riwayat kesehatan dahulu.
Dengan riwayat penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan penyakit
saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau memengaruhi
penyakit yang diderita klien saat ini.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya penyakit
keturunan,kecenderungan alergi dalam satu keluarga,penyakit yang menular
akibat kontak langsung antara anggota keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dengan pendekatan persistem dimulai dari kepala Sampai ujung
kaki dapat lebih mudah. Dalam melakukan pemeriksaan fisik perlu dibekali
kemampuan dalam melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis dan rasional. Teknik
pemeriksaan fisik perlu modalitas dasar yang digunakan meliputi: inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi (Mutaqqin, 2010).
a. Penampilan umum
Yaitu penampilan klien dimulai pada saat mempersiapkan klien untuk
pemeriksaan.
b. Kesadaran
Status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian yaitu kualitatif dan kuantitatif,
secara kualitatif dapat dinilai antara lain yaitu composmentis mempunyai arti
mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respon yang cukup terhadap
stimulus yang diberikan, apatis yaitu mengalami acuh tak acuh terhadap
lingkungan sekitarnya, samnolen yaitu mengalami kesadaran yang lebih rendah
dengan ditandai tampak mengantuk bahwa untuk, sopor mempunyai arti bahwa
klien memberikan respon dengan rangsangan yang kuat dan refleks pupil terhadap
cahaya tidak ada. sedangkan penilaian kesadaran terhadap kuantitatif dapat
diukur melalui penilaian (GCS) Glasgow Coma Scale dengan aspek membuka
mata yaitu, 4 respon verbal yaitu 5 dan respons motorik yaitu nilai 6.
c. Tanda-Tanda Vital
Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang rutin dilakukan dalam
berbagai kondisi klien. Pengukuran yang paling sering dilakukan adalah
pengukuran suhu, dan frekuensi pernafasan. Pada pasien pneumonia biasanya
mengalami demam suhu diatas 370c, pernapasan cepat
d. Kepala
Kulit kepala tampak bersih, tidak ada luka, ketombe tidak ada, pertumbuhan
rambut jarang, warna rambut hitam, kekuatan rambut: mudah dicabu atau tidak,
dan tidak ada pembengkakan atau tidak ada nyeri tekan.
e. Mata
Kebersihan mata: mata tanpak bersih, gangguan pada mata: mata berfungsi dengan
baik, pemeriksaan konjungtiva: anemis atau ananemis, sclera biasanya putih,
pupil: isokor atau anisokor dan kesimetrisan mata: mata simetris kiri dan
kanan dan ada atau tidaknya massa atau nyeri tekan pada mata.
f. Telinga
Fungsi pendengaran: biasanya berfungsi dengan baik, bentuk telinga simetris
kiri dan kanan, kebersihan telinga.
g. Hidung
Kesimetrisan hidung: biasnya simetris, kebersihan hidung, nyeri sinus, polip, fungsi
pembauan dan apakah menggunakan otot bantu pernapasan.
h. Mulut dan Gigi
Kemampuan bicara, adanya batuk atau tidak, adanya sputum saat batuk atau
tidak, keadaan bibir, keadaan platum, kelengkapan gigi, dan kebersihan gigi.
i. Leher
Biasanya simetris kiri dan kanan, gerakan leher; terbatas atau tidak, ada atau tidak
pembesaran kelenjer thyroid, ada atau tidaknya pembesaran vena juguralis
dan kelenjer getah bening.
j. Thorax
1) Paru-paru
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan gerakan dada, frekuensi napas cepat,
irama, kedalamannya pernapasan cuping hidung,
Palpasi : Adanya nyeri tekan, fremitus traktil bergetar kiri dan kanan.
Auskultasi : Suara napas ronchi (nada rendah dan sangat kasar terdengar baik
saat inspirasi maupun saat ekspirasi).
Perkusi : Terdengar bunyi redup (Dullnes) adanya jaringan yang lebih
padat atau konsolidasi paru- paru seperti pneumonia.
2) Jantung
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan dada, Ictus cordis tampak atau tidak.
Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak ada massa (pembengkakan) dan ada
atau tidaknya nyeri tekan.
Perkusi : Perkusi jantung pekak (adanya suara perkusi jaringan yang
padat seperti pada daerah jantung).
Auskultasi : Terdengan Suara jantung I dan suara jantung II (terdengar bunyi
lub dub lub dub) dalam rentang normal.
3) Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen, kesimetrisan abdomen, ada atau tidaknya
lesi, ada atau tidaknya stretch mark.
Auskultasi : Mendengarkan bising usus (normal 5- 30 x/ menit).
Perkusi : Terdengar suara tympany (suara berisi cairan).
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pemberasan hepar.
k. Ekstremitas
Atas yaitu terpasang infuse, apa ada kelemahan atau tidak pada ekstremitas atas.
Bawah yaitu ada atau tidaknya gangguna terhadap ekstremitas
bawah seperti kelemahan. Penilaian Kekuatan Otot mempunyai skala ukur yang
umumnya dipakai untuk memeriksa penderita yang mengalami kelumpuhan
selain mendiagnosa status kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada
kemajuan yang diperoleh selama menjalani perawatan atau sebaliknya apakah
terjadi perburukan pada penderita.
l. Genetalia
Terpasang kateter atau tidak, kebersihan genetalia juga dikaji
m. Integument
Turgor kulit baik atau tidak, kulit kering.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang ditulis tanggal pemeriksaan, jenis pemeriksaan, hasil dan
satuanya. Pemeriksaan penunjang diantaranya: pemeriksaan laboratorium, foto
rotgen, rekam kardiografi, dan lain-lain (Rohman & Walid, 2010).
5. Terapi
Pada therapy tulis nama obat lengkap, dosis, frekuensi pemberian dan cara pemberian,
secara oral, parental dan lain-lain.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah : pernyataan yang jelas singkat dan pasti tentang masalah
pasien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.
Kemungkinan Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas: spasme
jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi
darah.
6. Resiko kekurangan volume cairan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu,
- Lingkungan.
- Obstruksi jalan nafas. - Fisiologis
2 Gangguan pertukaran gas berhubungan Respiratory Status: Gas exchange. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
dengan gangguan kapasitas pembawa Keseimbangan asam basa, elektroda. ventilasi.
oksigen darah. Respiratory Status: Ventilation. Vital Sign Pasang mayo bila perlu.
Status.
Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
Batasan karakteristik : -
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Keluarkan secret dengan batuk atau
Diaphoresis.
selam 3 x 24 jam diharapkan gangguan suction.
Dispnea
pertukaran gas teratasi dengan kriteria Auskultasi suara nafas, catat adanya
Gangguan penglihatan.
hasil: suara tambahan.
Gas darah arteri abnormal.
Mendemontrasikan peningkatan Atur intake untuk cairan
Gelisah
ventilasi dan oksigenasi yang mengoptimalkan keseimbangan.
Hiperkapnia. adekuat. Monitor respirasi dan status O2.
Hipoksemia. Memelihara kebersihan paruparu Catat pergerakan dada, amati
Hipoksia. dan bebas dari tanda-tanda distress kesimetrisan, penggunaan otot
Iritabilitas. pernafasan. tambahan, retraksi otot supraclavicular
Napas cuping hidung. Mendemonstrasikan batuk efektif dan intercostals.
Penurunan karbon dioksida. dan suara nafas yang bersih, tidak Monitor suara nafas, seperti dengkur.
Pola pernapasan abnormal (mis., ada sianosis dan dyspneu (mampu Monitor pola nafas : bradipena,
kecepatan, irama, kedalaman). mengeluarkan sputum, mampu takipenia, kussmaul, hiperventilasi.
Sakit kepala saat bangun. bernafas dengan mudah, tidak ada Monitor TTV, AGD, elektrolit dan
Warna kulit abnormal (mis., pursed lips). status mental.
pucat, kehitaman). Observasi sianosis khususnya membrane
mukosa.
Factor yang berhubungan
Ketidakseimbangan ventilas
perfusi
Perubahan membrane alveolar-
kapiler
3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Energy consevation Airway tolerance Activity Therapy.
isolasi respiratory: tirah baring atau Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitas
imobilisasi, kelemahan menyeluruh, ketidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan medik dalam merencanakan program
seimbangan suplai O2 dengan kebutuhan. selama 3 x 24 jam diharapkan intoleransi terapi yang tepat
aktivitas teratasi dengan kriteria hasil:
Bantu klien untuk mengindentifikasi
Batasan karakteristik : Berpatisipasi dalam aktifitas fisik
aktivitas yang mampu dilakukan
Dispnea setelah beraktivitas. tanpa disertai peningkatan tekanan
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
Keletihan. darah, nadi dan RR.
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
Ketidaknyamanan setelah Mampu melakukan aktifitas sehari
psikologi dan sosial
beraktivitas. (ADLs) secara mandiri
Bantu untuk mengindentifikasi dan
Perubahan EKG (mis; aritmia, Tanda tanda vital normal
mendapatkan sumber yang diperlukan
abnormalitas konduksi, iskemia). Energy psikomotor untuk aktivitas yang diinginkan
Respons frekuensi jantung Level kelemahan Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
abnormal terhadap aktivitas. Mampu berpindah: dengan atau aktivitas seperti kursi roda, krek
Respons tekanan darah abnormal tanpa bantuan alat Bantu untuk mengidentifikasikan
terhadap aktivitas. Status kardiopulmunari adekuat aktivitas yang sesuai
Sirkulasi status baik Status -Bantu klien untuk membuat jadwal
Factor yang berhubungan :
respirasi: pertukaran gas dan latihan diwaktu luang
Gaya hidup kurang gerak. ventilasi adekuat Bantu pasien/keluarga untuk
Imobilitas
mengidentifikasi kekurangan dalam
Ketidakseimbangan antara suplai
beraktivitas
dan kebutuhan oksigen.
Sediakan penguatan positif bagi yang
Tirah baring lama.
aktif
Monitor respon fisik, emosi, social dan
spiritual
4 Nutritional status : food and fluid Intake
Nutritional status : nutrient intake Weight
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh kontrol.
berhubungan dengan anoreksia, akibat toksin Nutrition management
bakteri dan rasa sputum. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 Kaji adanya alergi makanan
x 24 jam diharapakan ketidak seimbangan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Batasan karakteristik : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Berat badan 20 % atau lebih di teratasi dengan kriteria hasil :
yang di butuhkan pasien
bawah ideal. Adanya peningkatan berat badan
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Dilaporkan adanya intake makanan sesuai dengan tujuan
intake
yang kurang dari RDA (Recomended Berat badan ideal dengan tinggi
Yakinkan diet yang dimakan
Daily Allowance) badan
mengandung
Membran mukosa dan konjungtiva Mampu mengidentifikasi
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
pucat. - Kelemahan otot yang kebutuhan nutrisi
Berikan makanan yang terpilih (sudah di
digunakan untuk menelan/ Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
konsultasikan dengan ahli gizi)
mengunyah Tidak terjadi penurunan berat
Ajarkan pasien bagaiamna membuat
Luka, inflamasi pada rongga mulut. badan yang berarti
catatan makanan harian
Mudah merasa kenyang, sesaat
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
setelah mengunyah makanan.
kalori
Dilaporkan atau fakta adanya
Berikan informasi tentang kebutuhan
kekurangan makanan
nutrisi
Dilaporkan adanya perubahan sensasi
Kaji kemampuan pasien untuk
rasa.
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Perasaan ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan.
Kehilangan BB dengan makanan
cukup
Keengganan untuk makan.
5 Kram pada abdomen.
Tonus otot jelek.
Thermoregulation
Nyeri abdominal dengan atau tanpa
patologi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3
Kurang berminat terhadap makanan. x 24 jam diharapkan hipertermia teratasi
Diare dan atau steatorrhea. dengan kriteri hasil :
Hipertermi berhubungan dengan proses Suhu tubuh dalam rentang normal.
infeksi. Nadi dan RR dalam rentang
Fever treatment.
normal.
Batasan karakteristik : Monitor suhu sesering mungkin.
Tidak ada perubahan warna kulit
Akrosianosis - Bradikardia. dan tidak ada pusing. Monitor tekanan darah, nadi dan RR.
Dasar kuku sianotik. Monitor intake dan out put.
Hipertensi. Berikan anti piretik.
Hipoglikemia. Kompres pasien pada lipatan paha dan
Hipoksia. aksila.
Kulit dingin. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
Menggigil. hipotermi.
Pengisian ulang kapiler lambat. Tingkat kan intake cairan dan nutrisi
Peningkatan komsumsi oksigen.
Peningkatan laju meta bolik.
Penurunan kadar glukosa darah.
Penurunan ventilasi.
Piloereksi.
Takikardia.
Vasokonstriksi perifer.
E. Evaluasi
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada
status kesehatan klien. Evaluasi adalah proses penilaian, pencapaian, tujuan serta
pengkajian ulang rencana keperawatan (Muttaqin, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
LeMone, P., Burke, M.K., dan Bauldoff. G. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Vol 4. Ed Ke-5. Jakarta: EGC.
Muttaqin ,Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinik. Jakarta:
Salemba Medika
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Dianosa Medis &
Nanda NIC-NOC. Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI Tahun 2013. Diakses di
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesda s%20.2013.pdf.
Robinson & Saputra. 2014. Buku Ajar Visual Nursing (Medica-Bedah). Jilid 1. Jakarta:
Binarupa Aksara Publisher.
Zul, Dahlan. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Ed ke-VI. Jakarta: EGC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN
Oleh :
C2221107
2020/2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
BINA USADA BALI
SK MENDIKNAS RI. NOMOR 122/D/O/2007
TERAKREDITASI BAN PT.NOMOR 351/SK/BAN-PT/ Akred/ PT/IV/2015
Kompleks Kampus MAPINDO Jl. Padang Luwih, Tegal Jaya Dalung - Badung
Telp. (0361) 9072036,Email: binausada@yahoo.com Web: binausadabali.ac.id
I. PENGKAJIAN
A. Tanggal Masuk : 25 April 2021
B. Tanggal Pengkajian : 26 April 2021
C. Jam Pengkajian : 10:00
D. CM : 06.41.04
E. Sumber Data : Pasien dan Keluarga
F. Identitas
1. Identitas klien
Nama : Tn. M
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Br. Dinas Menanga Kangin
Status Pernikahan : Menikah
2. Penanggung Jawab Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 39 tahun
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
G. Riwayat Kesehatan
1. Alasan Utama Masuk Rumah Sakit dan Perjalanan Penyakit Saat Ini
a. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Sesak Nafas
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Sesak Nafas
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Bali Mandara diantar keluarga pada tanggal 25 april
2021 dengan keluhan sesak, sesak dirasakan dari tgl 23 April 2021 memberat pada
saat pasien mengalami batuk. Pasien juga mengeluh batuk berdahak, dahak kental
terkadang susah untuk dikeluarkan. Demam, mual (-), muntah (-), nafsu makan
menurun. Saat dilakukan pengkajian di IGD pada tgl 25 April 2021 didapatkan pasien
tampak lemas, kesadaran composmentis GCS : E4V5M6. TD : 112/70 mmHg, Nadi :
86 x/mnt, R : 26 x/mnt, Suhu : 38,1 °C, SpO2 : 95% dengan NRM 15lpm, AEWS : 6.
Di IGD pasien dipasang infus dengan IVFD NaCl 0,9% 20tpm, diberikan nebul
combivent 2 resp + pulmicor 2 resp, pemberian terapi Levofloxacin 750mg IV. Pasien
juga dilakukan pemeriksaan rontgen, laboratorium serta dilakukan swab PCR. Setelah
kondisi pasien sudah stabil pasien selanjutnya dipindahkan ke ruang KASUARI. Saat
di ruang KASUARI pasien dipasang monitor dan didapatkan pengkajian pasien
mengeluh sesak, batuk (+), dahak (+), TD : 130/78 mmHg, Nadi : 78 x/mnt, Suhu :
37,6 °C, R : 28x/mnt, SpO2 : 96 % dengan NRM 15lpm.
Keterangan Genorgam
: Perempuan : Menikah
: Keturunan
: Laki-laki
: Laki-laki Meninggal : Tinggal satu rumah
I. Pemeriksaan Fisik
1. Vital Sign
TD : 131/63 mmHg
Suhu : 38 °C
Nadi : 80 x/mnt
RR : 28 x/mnt
SpO2 : 95 %
2. Kesadaran : composmentis
GCS ; 15
Eye :4
Motorik :6
Verbal :5
3. Keadaan Umum:
a. Sakit/ nyeri : Ringan Sedang Berat
Skala nyeri : 0
Lokasi nyeri : -
b. Status gizi : Gemuk Normal Kurus
BB: 50kg TB: 158cm
c. Sikap : Tenang Gelisah Menahan nyeri
d. Personal hygiene : Bersih Kotor
Lain-lain :……………………………………………………
e. Orientasi waktu/ tempat/ orang : Baik Terganggu
4. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala
Bentuk : Mesochepale Mikrochepale
Hidrochepale
Lain-lain :……………………………………………………
Lesi/luka : Hematome Perdarahan Luka sobek
Lain-lain :……………………………………………………
b. Rambut
Warna : Rambut hitam dan sudah terdapat uban
Distribusi rambut : Rambut tebal pendek, tidak terdpat kerontokan
Kelainan : Tidak ada
c. Mata
Penglihatan : Normal Kaca Mata/ Lensa
Lain-Lain :…………………………………………………….
Sklera : Ikterik Tidak ikterik
Konjungtiva : Anemis Tidak Anemis
Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Katarak
Kelainan : Tidak ada
Data tambahan : ………………………………………………………...
……………………………………………………………………….……
d. Hidung
Penghidu : Normal Ada gangguan…………
Secret/darah/polip: Tidak tampak adanya secret maupun darah
Tarikan cuping hidung : Ya Tidak
Lain-lain:…………………………………………….………………..
e. Telinga
Pendarahan : Normal Kerusakan
Tuli kanan/kiri Tinnitus
4. Lain-lain:………………………………………
I : Tampak simetris kiri dan kanan, Ichtus cordis tampak jelas, tidak
terdapat lesi.
P : Tidak ada nyeri tekan, ichtus cordis teraba.
P : Terdengar bunyi pekak
A : Terdengar bunyi jantung 1 dan 2 (dup dan lup)
Paru-paru : 1. Frekuensi nafas : Teratur Tidak
2. Kualitas : Normal Dalam Dangkal
Wheezing
4. Batuk : Ya Tidak
Darah Ludah
i. Abdomen
Peristaltik usus : Ada : 8.x/menit Tidak ada
Hiperperistaltik Lain-lain:……………
Kembung : Ya Tidak
Nyeri tekan : Tidak Ya,dikuadran…….../bagian……...
Ascites : Ada Tidak ada
I : Tampak tampak simetris kiri dan kanan, perut klien tampak datar,
tidak tampak ada lesi, tidak ada pembengkakan pada abdomen, warna kulit
abdomen sama dengan kulit yang lain.
A : Bising usus 8 x/mnt
P : Terdengar suara timpani
P : Hepar tidak teraba, tidak ada nyeri tekan.
j. Genetalia
Pimosis : Ya Tidak
Alat bantu : Ya Tidak
Kelainan : Tidak Ya, berupa………………………
k. Kulit
Turgor : Elastis Kering Lain-lain………………
Laserasi : Luka Memar Lain-lain di daerah…….
Warna kulit : Normal(putih/sawo matang/hitam) Pucat
Sianosis Ikterik Lain-lain…………
l. Ekstrimitas
Kekuatan otot : 555 555
555 555
Rontgen
Kesan :
Pneumonia dengan nobs. hiperinflasi paru
Besar jantung normal
Lain-lain
Hasil swab PCR : Negatif SARS-CoV2
o. Terapi Medik
Tanggal : 26 April 2021
Cara
No Terapi Dosis Fungsi Terapi
Pemakaian
1 IVFD NaCl 0,9% 20 tpm Untuk menggantikan cairan IVFD
tubuh yang hilang dan
menjaga tubuh agar tetap
terhidrasi dengan baik.
Mempermudah dalam
pemberian obat injeksi
lainnya.
2 Levofloxacin 1x750mg Obat antibiotic yang IV
berfungsi untuk membantu
mengobati penyakit akibat
infeksi bakteri
3 Metilprednisolon 3x40mf Obat untuk mengatasi IV
penyakit yang menyebabkan
peradangan
4 Pantoprazol 2x40mg Obat untuk meredakan IV
keluhan dan gejala akibat
peningkatan asam lambung
serta digunakan untuk
melindungi lapisan lambung.
5 Combivent 4x1resp Untuk meredakan dan Nebul
mencegah munculnya gejala
akibat penyempitan saluran
pernafasan dan mampu
mengencerkan dahak
6 Pulmicort 4x1resp Untuk meredakan dan Nebul
mencegah gejala seperti
sesak serta mampu untuk
mengencerkan dahak.
7 Ondancentron 3x4mg Digunakan untuk mencegah IV
(K/P) serta mengobati mual muntah
yang disebabkan oleh efek
samping obat.
8 Paracetamol 3x1gr Digunakan untuk mengobati IV
(K/P) demam.
9 Zinc 1x10mg Digunakan untuk PO
memperkuat sistem
kekebalan tubuh.
10 Mekobalamin 3x1amp Untuk mengatasi kekurangan IV
B12 dan membantu
memenuhui nutrisi tubuh
yang kurang
DS : Hipertermia
DS : Ketidakefektifan
26 April pola nafas
3 Pasien mengatakan sesak
2021 Infeksi saluran
nafas pernafasan
Pasien mengeluh batuk
DO :
Dilatasi pembuluh
Tampak adanya retraksi darah
otot dada saat bernafas
Pola Nafas tampak dangkal
dan cepat Eksudat masuk ke
NRM 15lpm
TTV
TD : 131/63 mmHg Edema alveoli
Suhu : 38 °C
Nadi : 80 x/mnt
Tekanan dinding paru
RR : 28 x/mnt
meningkat
SpO2 : 95 %
Pemenuhan paru
menurun
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No.
Dx Tgl Tgl
Diagnosa Keperawatan Paraf
Muncul Teratasi
Kep
TGL Dx
I,II
DS : pasien mengatakan
Memberikan posisi semi
09:50 fowler nyaman dengan posisi
yang diberikan, sesak (+)
DO : pasien tampak
nyaman
II,
DS : pasien mengtakan
III Mengukur TTV pasien
11:00 sesak (+)
DS : px mengatakan
Memberika kompres merasa nyaman diberikan
III
11.20 hangat kompres
DO : px tampak nyaman
DS : px mengatakan
I melakukan kolaborasi nyaman, batuk (+)
12:00
dalam pemberian
nebulizer DO : pasien tampak
batuk, obat nebul sudah
diberikan
DS : pasien mengatakan
I Melakukan fisioterapi
batuk (+)
12:30
dada
DO : pasien tampak
batuk dan berusaha
mengeluarkan dahak
DS : pasien mengatakan
I
paham tentang batuk
13:00 efektif
II DS : pasien mengatakan
mengerti dan akan
13:40
Mengajarkan teknik nafas melakukan tiap merasa
dalam sesak
DO : px tampak mau
mengikuti teknik nafas
dalam yang diajarkan
DS : px mengatakan
I, II sesak (+)
DO : px tampak batuk
Melakukan kolaborasi
dan berusaha
dalam pemberian
mengeluarkan dahak
nebulizer
DS : px mengatakan
I dahak mau keluar
DO : px tampak mampu
18:45 batuk secara benar dan
mampu mengeluarkan
Mengajarkan batuk efektif
dahak
DS : px mengatakan
II sesak berkurang, batuk
III (+)
19:10
DO : TD : 130/73
mmHg, Nadi : 77 x/mnt.
Mengukur TTV pasien
R : 24 x/mnt, Suhu 37°C,
Spo2 : 98%
DS : px tampak nyaman,
sesak berkurang, batuk
I, II
Kamis 21:00 (+)
29
DS : px mengatakan
April
sesak (+), batuk (+)
2021
Memberika posisi semi
II, DO : TD : 130/78
21:30 fowler
III mmHg, N : 80x/mnt, R :
24x/mnt, Suhu 36,8°C,
Mengukur TTV pasien Spo2 : 98x/mnt
DS : px mengatakan
I, II nyaman
21:40
DO : pasien terpasang
SM 8lpm
DS : px mengatakan
Melakukan kolaborasi
sesak (+), batuk (+)
dalam pemberian oksigen
I dahak mau keluar
22:00 DO : px tampak batuk,
dahak (+)
Melakukan kolaborasi
dalam pemberian terapi DS : px mengatakan
I
nebulizer dahak mau keluar
22:30
DO : px tampak batuk
dan dahak keluar
DO : px tampak minum
III 22:40
±250cc
DS : px tampak nyaman
DO : px tampak batuk,
I
06:00 dahak (+) mau keluar
DS : px tampak nyaman
Melakukan kolaborasi
I, II
07:15 dalam pemberian DO : pasien tampak
nebulizer nyaman
II Memberikan posisi semi DS : px mengatakan
fowler merasa nyaman, sesak
07:30
berkurang
DO : px tampak nyaman
dalam teknik nafas dalam
Mengajarkan teknik nafas
dalam
VI. EVALUASI
P : lanjutkan intervensi
S : px mengatakan sesak (+) berkurang, batuk (+)
Jumat,
30 April O : Tampak adanya retraksi otot dada saat
2 II 08:00
2021 bernafas, Pola Nafas tampak dangkal dan
cepat, Pasien tampak terpasang SM 8llpm
TD : 128/70 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
R : 24 x/mnt
S : 36,7°C
SpO2 : 97%
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi