A. DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi
pada anak. (Corwin, Elizabeth J. 2011)
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh
bakteri;merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang
paling seringmenyebabkan kematian pada anak dan anak balita .(Sudigdiodi dan
Imam Supardi, 2012)
B. ANATOMI FISIOLOGI
patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan
mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi
humoral setempat.
lain:
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien
yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam
2011)
C. PATOFISIOLOGI
aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman
infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan
pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita
bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam,
nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan
otot aksesorius dan bisa timbul sianosis (Manurung, Santa dkk. 2008).
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi
konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat (Manurung, Santa dkk. 2008).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa. (Tambayong,Jan.2011)
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgen Thoraks
F. KOMPLIKASI
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang. Terjadi apabila
penumpukan sekret akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi.
Penumpukan sekret ini akan menyebabkan obstruksi bronchus intrinsik. Obstruksi ini
akan menyebabkan atelektasis obstruksi dimana terjadi penyumbatan saluran udara
yang menghambat masuknya udara ke dalam alveolus.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. Ini disebabkan apabila
terjadi penyebaran virus hemofilus influenza melalui hematogen ke sistem saraf
sentral. Penyebaran juga bisa dimulai saat terjadi infeksisaluranpernapasan.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klienbronkopneumonia
adalah:
1. Menjaga kelancaran pernapasan
2. Kebutuhan istirahat
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan
4. Mengontrol suhu tubuh
5. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
A. PENGKAJIAN
1. Fokus Pengkajian
Usia bronkopneumoni sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering terjadi
pada anak berusia dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi
berusia kurang dari 2 bulan, tetapi pada usia dewasa juga masih sering mengalami
bronkopneumonia.
2. Keluhan Utama : sesak nafas
3. Riwayat Penyakit
a. Pneumonia Virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk renitis (alergi) dan
batuk, serta suhu badan lebih rendah daripada pneumonia bakteri.
b. Pneumonia Stafilokokus (bakteri)
c. Didahului oleh infeksi saluran pernapasan akut atau bawah dalam beberapa
hari hingga seminggu, kondisi suhu tubuh tinggi, batuk mengalami kesulitan
pernapasan.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas riwayat penyakit
fertusis yaitu penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap panjang dan
lama yang disertai wheezing (pada Bronchopneumonia).
5. Pengkajian Fisik
a. Aktivitas/istirahat.
Gejala:Kelemahan, kelelahan, tidak bisa tidur.
Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya gagal jantung kronik.
Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.
c. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Tanda:Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
buruk, penampilan kaheksia (mal nutrisi).
d. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influensa).
Tanda : Perubahan mental (bingung somnolen).
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada meningkat saat batuk, mialgia, atralgia.
Tanda : Melindungi area yang sakit.
f. Pernafasan
Gejala : Riwayat PPOM, takipnea, dipsnea, pernafasan dangkal, pelebaran
nasal.
Tanda : Sputum (merah muda, purulen), perkusi (pekak diatas area yang
konsolidasi), fremitus (traktil dan vocal bertahap meningkat dengan
konsolidasi), bunyi nafas (menurun atau tidak ada), warna (pucat atau cyanosis
bibir/kuku).
g. Keamanan
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, demam.
Tanda : Berkeringat, menggigil, gemetar, kemerahan.
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat penyakit ISPA.
i. Tanda : Gelisah, bertanya-tanya.
2. DiagnosaKeperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya scret mucus
2) Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi eksudat
3) Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, proses inflamasi
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan pemasukan
b.d faktor biologis.
5) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan
tachipnea.
3. RencanaKeperawatan
Airway Suction
Tentukan kebutuhan suction melalui
oral atau tracheal
Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suction
Informasikan pada keluarga tentang
suction
Masukan selang jalan afas melalui
hidung untuk memudahkan suction
Bila menggunakan oksigen tinggi
(100% O2) gunakan ventilator atau
rescution manual.
Gunakan peralatan steril, sekali pakai
untuk melakukan prosedur tracheal
suction.
Monitor status O2 pasien dan status
hemodinamik sebelum, selama, san
sesudah suction.
Suction oropharing setelah dilakukan
suction trachea.
Bersihkan daerah atau area stoma
trachea setelah dilakukan suction
trachea.
Hentikan tracheal suction dan berikan
O2 jika pasien bradicardia.
Catat type dan jumlah sekresi dengan
segera
Managemen nutrisi
1. Kaji pola makan klien
2. Kaji kebiasaan makan klien dan
4 Ketidakseimbangan setelah dilakukan makanan kesukaannya
nutrisi kurang dari askep … jam 3. Anjurkan pada keluarga untuk
kebutuhan tubuh terjadi meningkatkan intake nutrisi dan cairan
b/d ketidak peningkatan 4. kelaborasi dengan ahli gizi tentang
mampuan status nutrisi dg kebutuhan kalori dan tipe makanan
pemasukan b.d KH: yang dibutuhkan
faktor biologis. Mengkonsumsi 5. tingkatkan intake protein, zat besi
nutrisi yang dan vit c
adekuat. 6. monitor intake nutrisi dan kalori
Identifikasi 7. Monitor pemberian masukan cairan
kebutuhan nutrisi. lewat parenteral.
Nutritional terapi
1.kaji kebutuhan untuk pemasangan
NGT
2. berikan makanan melalui NGT k/p
3. berikan lingkungan yang nyaman
dan tenang untuk mendukung makan
monitor penurunan dan peningkatan
BB
4. monitor intake kalori dan gizi
Manajemen cairan
Aktivitas :
setelah dilakukan 1. Timbang BB tiap hari
5 Risiko kekurangan askep … jam 2. Hitung haluaran
volume cairan tidak terjadi
berhubungan kekurangan 3. Pertahankan intake yang adekuat
dengan demam, volume cairan 4. Monitor status hidrasi
menurunnya intake dengan criteria 5. Monitor TTV
dan tachipnea. hasil : 6. Berikan terapi IV
Hidrasi, Terapi Intra vena
Membran mucus Aktifitas :
yang basah, Nafas 1. Atur pemberian IV sesuai resp dan
pendek tidak pantau hasilnya
ditemukan, Mata 2. Pantau jumlah tetes dan tempat
cekung tidak infuse IV
ditemukan, Bunyi 3. Periksa IV secara teratur
napas tambahan 4. Pantau TTV
tidak ditemukan 5. Catat intake dan output
6. Pantau tanda dan gejala yang
berhungan dengan infusion flebitis
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Esther. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC
Manurung, Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien denganGangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:
Salemba Medika
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem Pernapasan. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika
Price,Sylvia Anderson.2010.Patofisiologi.Jakarta:EGC
Brunner dan Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 1. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.