Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan


BRONCHOPNEUMONIA
Periode Praktik 2 oktober s.d 4 oktober 2023

Disusun oleh:
Hazlina dewi
NPM : 202391084

Dosen Pembimbing :
Dwi Kartika,M.Kep

Program Studi Profesi Ners Jalur Umum/Khusus


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi
Tahun 2023
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).
Bronchopneumonia adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang
lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat
(Suzanne G. Bare, 1993).
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-
paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus,
jamur dan benda asing.
Anatomi dan Fisiologi
Sistem pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, sampai dengan
alveoli dan paru-paru. Hidung merupakan saluran pernafasan yang pertama, mempunyai dua
lubang. Didalam terdapat bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang
masuk dalam lubang hidung, hidung dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
(Syaifuddin, 1997) dalam (Gandi, 2011).
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan,
faring terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan
ruas tulang leher. faring dibagi atas tiga bagian yaitu sebelah atas yang sejajar dengan koana
yaitu nasofaring, bagian tengah dengan istimus fausium disebut orofaring, dan dibagian
bawah sekali dinamakan laringofaring.
Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (16-20cincin), panjang 9-
11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan lapisan
mukosa. Trakea dipisahkan oleh karina menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Bronkus merupakan lanjutan dari trakea yang membentuk bronkus utama kanan
dan kiri , bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri cabang bronkus
yang lebih kecil disebut bronkiolus yang pada ujung – ujung nya terdapat gelembung paru
atau gelembung alveoli.
Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung –
gelembung .paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan tiga lobus dan paru-paru kiri
dua lobus . Paru-paru terletak pada rongga dada yang diantaranya menghadap ke tengah
rongga dada / kavum mediastinum. Paru-paru mendapatkan darah dari arteri bronkialis yang
kaya akan darah dibandingkan dengan darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium
kiri.besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara. Hanya
sebagian kecil udara ini, kira-kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut . sedangkan
kapasitas paru-paru adalah volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru
yang dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung sebanyak kurang lebih 5 liter,
(Evelyn, 2006).
Pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen ke dalam tubuh ( inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung
karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh ( ekspirasi ) yang terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara rongga pleura dan paru-paru. Proses pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian
yaitu:
1. Ventilasi pulmoner.
Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses aktif dan pasif
yang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding dada sedikit ke
arah luar, akibatnya diafragma turun dan otot diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi
diafragma dan otot-otot interkosta eksterna relaksasi dengan demikian rongga dada menjadi
kecil kembali, maka udara terdorong keluar.
2. Difusi Gas.
Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3 atau partikel lain dari area yang bertekanan
tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi gas melalui membran pernafasan yang
dipengaruhi oleh factor ketebalan membran, luas permukaan membran, komposisi membran,
koefisien difusi O2 dan CO2 serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini
pernfasan yang berperan penting yaitu alveoli dan darah.
3. Transportasi gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke
paru dengan bantuan darah ( aliran darah ). Masuknya O2 kedalam sel darah yang bergabung
dengan hemoglobin yang kemudian membentuk oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3 %
yang ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel.

B. Prevalensi
Di dunia bronchopneumonia merupakan masalah kesehatan yang cukup tinggi
karena angka kematian yang relatif tinggi. Penyakit pernapasan atau peradangan pada paru –
paru ( bronchopneumonia ) ini paling sering terjadi. Di Amerika Serikat teredapat dua juta
sampai tiga juta kasus bronchopneumonia pertahun dengan jumlah kematian rata – rata 45.00
orang. Di Indonesia sendiri bronchopneumonia merupakan penyabab kematian ke tiga setelah
penyakit kardiovaskuler dan tuberculosis.

C. Penyebab dan faktor pedisposisi


1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus,
Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium
Tuberculosis.
2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides,
Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.
Aspirasi benda asing.
4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan
antibiotik yang tidak sempurna.

D. Tanda dan Gejala (Manifestasi klinis)


Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas. Penyakit ini umumnya
timbul mendadak, suhu meningkat 39-40o C disertai menggigil, napas sesak dan cepat, batuk-
batuk yang non produktif “napas bunyi” pemeriksaan paru saat perkusi redup, saat auskultasi
suara napas ronchi basah yang halus dan nyaring.
Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai dengan
infeksi saluran bagian atas, penderita batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia dan
kesulitan menelan.
E. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus
penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan
broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai
alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan
atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi.
Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai
pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan
atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan
peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis,
dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas.
F. Pathways Keperawatan
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat
di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4. Infeksi sitemik
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

G. Penatalaksanaan Medis dan Penatalaksanaan Keperawatan


1. Penatalaksanaan Medis
Penicilin 50000 ui/kgBB/hari ditambah dengan clorampenicol 50 -70 mg/kgBB/hari atau
diberikan antibiotik dengan spektrum luas seperti ampicilin, pengobatan ini diteruskan sampai
bebas demam 4 – 5 hari.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Menjaga kelancaran pernapasan.
b. Kebutuhan istirahat.
c. Mengotrol suhu tubuh.
d. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa aman dan nyaman.
Pemberian oksigen dan cairan intra vena, biasanya diperlukan campuran glukosa 5 % dan
Nacl 0.9 % dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan Kcl 10 Meq / 500 ml/ botol infus.
Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan
hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah arteri.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks: untuk melihat adanya infeksi di paru dan ststus pulmoner.
2. AGD: mengevaluasi status kardiopulmoner berhubungan dengan oksigenasi.
3. Hitung darah lengkap dan jenis: adanya anemia, infeksi, proses inflamasi.
4. Pewarnaan gram (darah): seleksi awal antimikroba.
5. Tes kulit untuk tuberkulin: mengesampingkan kemungkinan TB jika anak tidakberespon
terhadap pengobatan.
6. Jumlah leukosit: leukositosis pada pneumonia bakterial.
7. Tes fungsi paru: mengevaluasi fungsi paru, luas beratnya penyakit,mendiagnosis keadaan.
8. Spirometri statik: mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.
9. Kultur darah: menetapkan agen penyebab.
10. Kulturcairan pleura: menetapkan agen penyebab.
11. Bronkoskopi: melihat dan memanipulasi cabang-cabang utama pohon trakheobronkhial.

I. Pengkajian Fokus
A. Aktivitas / istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia Tanda : Letargi,
penurunan toleransi terhadap aktivitas
B. Sirkulasi Gejala : riwayat gagal jantung kronis Tanda : takikardi, penampilan
keperanan atau pucat
C. Integritas Ego Gejala : banyak stressor, masalah finansial
D. Makanan / Cairan Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan malnutrusi
E. Neurosensori Gejala : sakit kepala dengan frontal Tanda : perubahan mental
F. Nyeri / Kenyamanan 6 Gejala : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia,
atralgia
G. Pernafasan Gejala : riwayat PPOM, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal,
penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau
purulen Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural Bunyi
nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas Bronkial Framitus :
taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
H. Keamanan Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam Tanda : berkeringat,
menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus rubela / varisela
I. Penyuluhan Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

J. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :


1. Pola nafas tidak efektif b.d proses inflamasi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri.
3. Intoleransi aktivitas b.d proses inflamasi, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
4. Risiko tinggi infeksi b.d adanya organisme infektif.
5. Nyeri b.d proses inflamasi
6. Cemas b.d kesulitan bernafas, prosedur dan lingkungan yang tidak dikenal (rumah sakit).
7. Perubahan proses keluarga b.d penyakit dan atau hospitalisasi anak
Rencana Asuhan Keperawatan

No Tujuan Intervensi Rasional

1 Klien menunjukkan fungsi Beri posisi yang  Mengurangi stres


pernafasan normal. nyaman pada anak dan anak
Kriteria hasil: per-nafasan tetap Posisikan untuk dapat beristirahat
dalam batas normal, pernafasan ventilasi yang
 Untuk
tidak sulit, anak istirahat dan maksimum mempertahankan
tidur dengan tenang. (pertahankan terbuka jalan nafas.
NOC: Perpiratory: airways peninggian kepala
 Untuk menghindari
patency, respiratory status: sedikitnya 30 derajat) penekanan diafragma.
ventilasi. Status vital sign.  Periksa posisi anak  Pakaian yang ketat
NIC: Mechanical ventilatory dengan sering, untuk menghambat
weaning. memastikan bahwa perkembangan nafas.
anak tidak merosot.  Untuk meningkatkan
 Hindari pakaian atau keadekuatan oksigen.
gedong yang terlalu  Relaksasi dapat
ketat. mengurangi kecemasan.
 Tingkatkan istirahat
 Pendidikan kesehatan
dan tidur dengan dapat meningkatkan
penjadualan yang tepat. pengetahuan tentang
 Dorong teknik teknik meningkatkan
relaksasi. kepatenan jalan nafas.
 Ajarkan pada anak
dan keluarga tentang
tindakan yang
mempermudah upaya
pernafasan (misal:
pemberian posisi yang
tepat).

2 Klien dapat memper-tahankan Posisikan anak pada Memungkinkan


jalan nafas paten. kesejajaran tubuh yang ekspansi paru yang lebih
Kriteria hasil: jalan nafas tetap tepat. baik dan perbaikan
bersih, anak bernafas dengan Hisap sekresi jalan pertukaran gas, serta
mudah, pernafasan dalam batas nafas sesuai kebutuhan. mencegah aspirasi
normal.  Bantu anak dalam sekresi.
NOC: Status respirasi:mengeluarkan sputum.  Untuk
kepatenan jalan nafas.  Beri ekspektoran membersihkan jalan
NIC: airways suctioning sesuai ketentuan. nafas akibat
 Lakukan fisioterapi hipersekresi.
dada.  Sputum yang keluar
 Puasakan anak. akan mengurangi efek
 Berikan hambatan jalan nafas.
penatalaksanaan nyeri Ekspektoran obat
yang tepat. untuk mengencerkan
 Bantu anak dalam dahak sehingga sputum
menahan atau dapat dikeluarkan.
membebat area insisi Fisioterapi dada
atau cedera membantu
mengeluarkan sputum
 Untuk mencegah
aspirasi cairan (pada
dengan takipnea hebat).
 Pengurangan nyeri
mengurangi kebutuhan
oksigen.
 Untuk
memaksimalkan efek
batuk dan fisioterapi
dada.

3 Klien mempertahankan tingkat Kaji tingkat toleransi


 Tujuannya agar
energi yang adekuat. anak. aktivitas anak sesuai
Kriteria hasil: anak Bantu anak dalam dengan kemampuannya.
mentoleransi peningkatan aktivitas hidup sehari-  Agar tidak terjadi
aktivitas. hari yang mungkin penggunaan energi yang
NOC: endurance melebihi toleransi. berlebihan.
NIC: Menejemen energi.  Berikan aktivitas
 Untuk mencegah
pengalihan yang sesuai anak dari rasa bosan,
dengan usia, kondisi, dan untuk stimulasi
kemampuan, dan minat tumbuh kembang.
anak.  Untuk menjaga
 Beri periode istirahat keseimbangan
dan tidur yang sesuai oksigenasi dan
dengan usia dan mengurangi konsumsi
kondisi. oksigen yang
 Instruksikan anak berlebihan.
untuk beristirahat jika  Untuk mencegah
lelah. penggunaan oksigen
yang berlebihan.

4 Klien tidak menunjukkan Pertahankan  Mencegah terjadi


tanda-tanda infeksi sekunder. lingkungan aseptik, potensial komplikasi
Kriteria hasil: anak dengan menggunakan infeksi nosokomial.
menunjukkan bukti penurunan kateter penghisap steril Untuk mencegah
gejala infeksi. dan teknik mencuci penyebaran infeksi
NOC: Risk contol dan status tangan yang baik. nosokomial.
imun.  Isolasi anak sesuai  Untuk mencegah
NIC: Kontrol infeksi dan indikasi. atau mengatasi infeksi.
perlindungan infeksi.  Beri antibiotik
 Untuk mendukung
sesuai ketentuan. pertahanan tubuh alami.
 Berikan diit bergizi Membantu
sesuai kesukaan anak mengurangi sputum
dan kemauan untuk yang ada di dalam dada.
mengkonsumsi nutrisi.
 Ajarkan fisioterapi
dada yang baik.

5 Klien tidak mengalami nyeri Lakukan strategi


 Teknik-teknik seperti
atau penurunan nonfarmakologis untuk relaksasi, nafas dalam,
nyeri/ketidaknyamanan sampai membantu anak dan distraksi dapat
tingkat yang dapat diterima mengatasi nyeri. membuat nyeri dapat
oleh anak.  Rencanakan untuk lebih ditoleransi.
Kriteria hasil: anak tidak memberikan analgesik  Maksudnya agar efek
mengalami nyeri atau tingkat yang ditentukan puncaknya tepat dengan
nyeri dapat diterima dengan sebelum prosedur. kejadian nyeri.
baik.  Berikan analgesik Untuk menghindari
NOC: Level kenyamanan. dengan rute traumatik nyeri tambahan. Hindari
NIC: Conscious sedation. yang paling kecil jika injeksi i.m atau i.sc.
mungkin.  Untuk memudahkan
 Gunakan strategi pembelajaran anak dan
yang dikenal anak atau penggunaan strategi
gambarkan beberapa toleransi nyeri.
strategi dan biarkan  Karena orang tua
anak memilih salah adalah orang yang
satunya. paling mengetahui
 Libatkan rang tua anaknya.
dalam pemilihan  Karena pendekatan
strategi. ini tampak paling efektif
 Ajarkan anak untuk pada nyeri ringan.
menggunakan strategi  Karena pelatihan
nonfarmakologis mungkin diperlukan
khusus sebelum terjadi untuk membantu anak
nyeri atau sebelum berfokus pada tindakan
nyeri menjadi lebih yang diperlukan.
berat.
 Bantu atau minta
orangtua membantu
anak dengan
menggunakan stratei
selama nyeri aktual.

6 Klien mengalami penurunan Jelaskan prosedur  Dengan pendidikan


rasa cemas. Kriteria hasil: dan peralatan yang kesehatan , klien akan
Anak tidak menunjukkan tidak dikenal pada anak berkurang kecemasan
tanda-tanda disstres pernafasan dengan istilah yang dan disstres emosional,
atau ketidaknyamanan fisik. sesuai dengan tahap dan dapat meningkatkan
NOC: Kontrol kecemasan dan perkembangan. kemampuan koping.
koping.  Ciptakan hubungan  Memberi rasa aman
NIC: Penurunan kecemasan. anak dan orangtua. pada anak karena
 Tetap bersama anak orangtua adalah orang
selama prosedur. yang dikenal oleh anak.
 Gunakan cara yang  Menjadi suportif dan
tenang dan pendekatan untuk
meyakinkan. mendukung komunikasi.
 Beri kehadiran yang  Memberi rasa
sering selama fase akut percaya kepada anak
penyakit. dan menurunkan
 Beri tindakan kecemasan.
kenyamanan yang Dukungan dapat
diinginkan anak (misal: membantu anak
mengayun, membelai, mengurangi kecemasan.
musik).  Dapat meningkatkan
 Berikan objek kenyamanan anak.
kedekatan (misak: Objek kedekatan
mainan keluarga, memberikan rasa aman
selimut, boneka). pada anak.
 Anjurkan perawatan  Khadiran orangtua
yang berpusat pada memberikan rasa aman
keluarga dengan pada anak dan dapat
peningkatan kehadiran menurunkan kecemasan
orangtua dan bila anak.
mungkin, keterlibatan
orangtua

7 Klien (keluarga) mengalami Kenali kekuatiran Untuk membuat


pengurangan kecemasan dan dan kebutuhan orangtua rencana pendidikan
peningkatan kemampuan untuk untuk informasi dan kesehatan yang tepat
melakukan koping. dukungan. bagi orangtua.
Kriteria hasil: Orangtua
 Gali perasaan Untuk mengetahui
mengajukan pertanyaan yang orangtua dan “masalah” kecemasan orangtua.
tepat, mendiskusikan kondisi sekitar hospitalisasi dan Untuk mengurangi
dan perawatan anak dengan penyakit anak. kecemasan orangtua dan
tenang serta terlibat secara Jelaskan tentang meningkatkan
positif dalam perawatan terapi dan perilaku kemampuan koping
anak. NOC: Family anak. orangtua.
functioning.  Beri dukungan Dukungan dapat
NIC: family support, teaching: sesuai kebutuhan. mendorong
disease process  Anjurkan perawatan pembentukan koping
yang berpusat pada yang positif.
keluarga dan anjurkan Memberi rasa aman
anggota keluarga agar pada orangtua dan
terlibat dalam membantu orangtua
perawatan anak. membuat keputusan
tentang terapi anaknya.
DAFTAR PUSTAKA

Betz Cecily. (1997). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Gandi. (2011). Asuhan Keperawatan TB Paru. Diakses pada hari tanggal 18 Maret 2011
dari http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/05/askep-tb-paru.html

Greenberg, Cindy Smith. (1988). Nursing Care Planninng Guides For


Children. Baltimore: Williams & Wilkins

Mansjoer Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, ed-3. Jakarta: Media Auskulapius FK UI

McCloskey, et al. (1996). Nursing Intervention Classsification (NIC). Mosby: St. Louise.

NANDA. (2001). Nursing Diagnosis: Definition & Classification 2001-2002. Philadelphia : North
American Nursing Diagnosis Association

Price Sylvia A. (1995). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai