Anda di halaman 1dari 26

TUGAS UJIAN AKHIR PRAKTEK ASUHAN KEPERAWATAN

PADA SISTEM PERNAPASAN DENGAN


GANGGUAN BRONKHITIS

Askep Ini Disusun Untuk Melengkapi Program Perkuliahan


Di Program Studi Keperawatan Program Diploma III
Institut Delihusada Deli Tua

OLEH:

CRISTIANA BR SEMBIRING
NPM: 17.16.003

PENGUJI 2 : NS. HERRI NOVITA BR TARIGAN, M.KEP.

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA


FAKULTAS KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III
TAHUN 2020
1. DEFINISI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PERNAPASAN DENGAN


GANGGUAN BRONKHITIS

A. Anatomi Saluran Pernafasan

Nares anterior adalah saluran saluran didalam lubang hidung.

Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang di kenal sebagai

vestibulum (rongga) hidung. Vestibulum ini dilapisi epitelium bergaris

yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat sejumlah

kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar – kelenjar itu

bermuara ke dalam rongga hidung. Rongga hidung dilapisi selaput lendir

yang sangat kaya akan pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring

dan selaput lendir semua pernafasan dilapisi epitelium silinder dan sel

epitel berambut yang mengandung sel cangkir atau sel lendir.

Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar

tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian

tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang hidung (nasofaring), di

belakang mulut dan dibelakang laring. Laring (tenggorok) terletak di

depan bagian terendah faring yang memisahkannya dari kolumna vertebra,

berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke

dalam trakea di bawahnya. Trakea atau batang tenggorok kira-kira

sembilan sentimeter panjangnya. Trakea berjalan dari laring sampai kira-

kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan di tempat ini bercabang


menjadi dua bronkus. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh

lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh

jaringan fibrosa dan yang melengkapi lngkaran di sebelah belakang trakea.

Paru – paru ada dua, merupakan aat pernafasan utama. Paru-paru

mengisi rongga dada. Terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah

dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur

lainnya yang terletak di dalam mediastinum. Paru-paru adalah organ yang

berbentuk kerucut dengan apeks di atas dan muncul sedikit lebih tinggi

daripada klavikula di dalam dasar leher. Lobus paru-paru (belahan paru-

paru) dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru

kanan Setiap lobus tersusun atas lobula. Pleura, setiap paru-paru dilapisi

mebran serosa rangkap dua, yaitu pleura. Pleura viseralis erat melapisi

paru-paru, masuk ke dalam fisura dan dengan demikian memisahkan lobus

satu dari yang lain. Membran ini kemudian dilipat kembali di sebelah

tampuk paru-paru dan membentuk pleura parietaslis dan melapisi bagian

dalam dinding dada.

B. Fisiologi Pernapasan

Fungsi paru –paru ialah pertukaran gas oksigen dan

karbondioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan

eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu

bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkilal ke alveoli, dan

dapat berhubungan erat dengan darah di dalam darah diadalam kapiler

pulmonari. Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler yang


memisahkan oksigen dengan dari darah. Oksigen menembus membran ini

dan dpungut oleh hemoglobin sel darah. Oksigen menembus membran ini

dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari

sini dipompa di dakam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan

paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg. Dan pada tingkat ini

hemoglobinnya 95% persen jenuh oksigen. Di dalam paru-paru,karbon

dioksida, ialah salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran

alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa

bronkial dan trakea, dipanaskan keluar melalui hidung dan mulut.

Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau

pernapasan eksterna :

1.    Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam

Alveoli  dengan udara luar.

2.    Arus darah melalui paru-paru.

3.    Distribusi arus udara dan arus darah sede,ikian sehingga dalam jumlah tepat

dapat mencapai semua bagian tubuh.

4.    Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2

Lebih mudah berdifusi daripada oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang

meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2 pada waktu

gerak badan, lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu

banyak CO2 dan terlampaui sedikit O2 jumlah CO2 itu tidak dapat 
dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam otak untuk memperbesar

kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini

mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.

C. Pengertian Bronkhitis

Pengertian bronchitis menurut para ahli :

Secara harfiah bronchitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh

inflamasi bronkus. Secara klinis para ahli mengartikan bronchitis sebagai

suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala

yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronchitis bukan penyakit

yang terdiri bahwa bronchitis bukan penyakit yang berdiri sendiri

melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronchitis ikut memegang peran

(Ngastiyah, 1997). Bronchitis berarti infeksi bronkus. Bronchitis dapat

dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari

infeksi saluran pernafasanatas atau bersamaan dengan penyakit saluran

pernafsan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis

pada asma dengan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994).

Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis

yang berulang-ulang minimal 3 bulan pertahun atau paling sedikit 2 tahun

berturut-turut pada pasient yang diketahui tidak terdapat penyebab lain.

(marilynn E.Doenges, 1999). Jadi bisa di simpulkan bahwa bronchitis

adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi pada

pembuluh darah bronchus, trakea dan bronchial. Inflamasi menyebabkan


bengkak pada permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan

menimbulkan sekresi dan cairan inflamasi.

D. Etiologi

Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhui timbulnya bronchitis yaitu rokok,

infeksi dari populasi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan

dan status social.

a.       Rokok

Menurut buku Report of the WHO expert Comite on smoking control, roko adalah

penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat  antara

meroko dan penurunan VEP(penurunan ekspirasi paks) 1 detik. Secara patologis

roko berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia

skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.

b.      Infeksi

Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang

disebabkan infeksi sekunder bakteri.

c.       Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila

ditambah meroko resiko akan lebih tinggi. Zat-zat mengoksida seperti N2O,

hidrokarbon, aldehid, ozon.

d.      Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali

pada penderita defisiensi alfa -1- antritripsin yang merupakan suatu problem,

dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif.

e.       Faktor sosial ekonomi

Kematian bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan ekonomi sosial

ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih

jelek.

E.   Patofisiologi

Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari klenjar

mukosa bronkus dan peningkatan sejumlah sel golet disertai dengan

infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk

produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus

tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil-kecil sedemikian rupa

sampai brounchiolus rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama

adalah meroko dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah

industri.

Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel sel penghasil

mukus di brounkhus. Selain itu silia yang melapisi bronkus mengalami


kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Sel-sel penghasil mucus

di bronkus. Selain itu, silia yang mengalami kelumpuhan atau

disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel

penghasil mucus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem escalator

mukosilaris dan menyebabkan penumpukan mucus dalam jumlah besar

yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.

F. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala bronchitis dibagai menjadi 2, yaitu :

A.    Gejala batuk akut yaitu sebagai berikut :

1.    Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah.

2.    Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak.

3.    Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis.

B.     Untuk penyakit bronchitis kronis gejalanya :

1.      Batuk yang memburuk di pagi hari dan dalam cuaca lembab,

2.      Sering menderita infeksi saluran pernafasan (seperti pilek atau flu) dengan

batuk yang produktif dan memburuk.

3.      Anoreksia sehingga berat badan klien sukur naik.

G.    Manisfestasi klinis

Batuk mulai dengan batuk batuk pagi hari , dan makin lama batuk

makin berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu 
tidurnya. Dahak, spurtum putih/mukoid. Bila ada infeksi, spurtum menjadi

purulen atau mukopurulen atau kental. Sesak bila timbul infeksi, sesak

nafas akan bertambah, kadang kadang disertai tanda-tanda payah jantung

kanan, lama kelamaan akan timbul korpumonal yang menetap.

H. Pemeriksaan diagnostik.

a.    Pemeriksaan radiologis

     Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang pararel, keluar

dari  hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang

menebal.

b.    Pemeriksaan fungsi paru

c.    Analisis gas darah

1)   Pa O2 : rendah (normal 80-100 mmHg)

2)   Pa CO2 : tinggi (normal 35-45 mmHg)

3)   Saturasi hemoglobin menurun

4)   Eritropoesis bertambah

d.   Tes fungsi paru : untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi,

memperkirakan derajat disfungsi.

1)   TLC : meningkat

2)   Volume residu : meningkat

3)   FEV1/FVC : rasio volume meningkat


e.       Bronchogram : menunjukkan  dilatasi silinder brounchus saat inspirasi,

pembesaran duktus mukosa.

f.       Sputum : kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi

patogen.

g.      EKG : distritmia atrial, peninggian gelombang p pada lead II,III,AVF.

I. Penatalaksanaan

a.    Tindakan suportif

Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang :

1.    Menghindari meroko

2.    Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup

3.    Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan.

4.    Nutrisi yang baik

5.    Hidrasi yang adekuat

b.    Terapi khusus (pengobatan)

1.    Bronchidalator : salbutamol, aminophilin

2.    Antimikroba : amoxillin

3.    Kortikosteroid : dexametason, prednisone

4.    Terapi pernafasan
5.    Terapi aerosol : bricasma inhaler

6.    Terapi oksigen

7.    Latihan relaksasi

8.    Meditasi

9.    Rehabillitas

Penatalaksanaan bronchitis kronis juga dapat dilakukan secara berkesinambungan

untuk mencegah timbulnya penyulit, meliputi :

a.    Edukasi yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali

gejala dan faktor-faktor pencetus kekambuhan bronchitis kronik.

b.    Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.

c.    Rehabilitasi medic untuk mengoptimalkan fungsi pernafasan dan mencegah

kekambuhan, diantaranya dengan olahraga sesuai usia dan kemampuan, istirahat

dalam jumlah yang cukup, makan-makanan yang bergizi.

d.   Oksigenisasi atau terapi oksigen.

e.    Obat-obatan bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan.

J. Komplikasi

Komplikasi nya yaitu :

a.    Bronkhitis akut yang tidak ditangani cenderung menjadi bronchitis kronik.


b.    Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, teteapi pada anak dengan gizi

kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia.

c.    Bronkhitis kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.

d.   Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau bronkietaksis.

Asuhan Keperawatan Keperawatan Secara Teoritis

A.    Pengkajian

a.    Identitas: lebih sering terjadi pada anak-anak, prevalensinya meningkat pada

perokok, orang yang berkeja atau tinggal di daerah industri.

b.    Keluhan utama

Biasanya klien mengeluh sesak nafas.

c.     Riwayat penyakit sekarang.

Klien pada umumnya mengeluh dadanya terasa sesak dan tersa sulit untuk

bernafas. Diawali batuk produktif berulang 3bulan tidak diketahui sebabnya.

d.    Riwayat penyakit dahulu

Merupakan factor pencetus timbulnya bronchitis (infeksi saluran nafas, adanya

riwayat alergi , stress). Frekuensi timbulnya weezing. Lama pengnaan obat-obatan


sebelumnya misalnya bronchodilator atau mukolitik. Adapun riwayat asma

adanya faktor ketirunan terhadap alergi.

e.     Riwayat penyakit keluaga

Adanya penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada

hubunganya dengan penyakit klien sekarang ataupun misalnya DM, dan

hipertensi.

f.     Riwayat psikososial-spiritual

1.      Psikologis: perasanan yang dirasakan oleh klien, apakah cemas/sedih?

2.      Social: bagaimana hubungan klien dengan orang lain maupun orang terdekat

klien dan lingkungan?

3.      Spiritual: apakah klien tetap menjalankan ibadah selama perawatan di rumah

sakit?

Data dasar pengkajian pada pasien denan bronchitis:

a.  Aktivitas/istirahat.

Gejala :

1.    Keletihan, kelelahan, malaise.

2.    Ketidak mampuan melakukan aktivitas sehari-hari.

3.    Ketidakmampuan kita untuk tidur.


4.    Dispnea pada saat istirahat.

5.    Keletihan

6.    Gelisah, insomnia.

7.    Kelemahan umum/kehilangan mas otot

b.    Sirkulasi

Gejala: pembekakan pada ekstremitas bawah.

Tanda : peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung atau takiardia

berat.

Gejala :

1.    Distensi vena leher.

2.    Edema dependent

3.    Bunyi jantung redup.

4.    Warna kulit/membra mukosa normal/cyanosis.

5.    Pucat, dapat menenjukan anemia.

c.       Integritas Ego

Gejala:

1.     Peningakatan factor resiko.

2.     Perubahan pola hidup.


Tanda: ansien, ketakutan, peka rangsang

d. Makanan/cairan

Gejala:

1.    mual/muntah.

2.    Nafsu makan buruk.

3.    Ketidak mampuan untuk makan.

4.    Penurunan berat badan. Peningkatan berat badan.

Tanda:

1.    Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.

2.    Penurunan berat badan, palpitasi abdomen.

d.      Hygiene

Gejala: penurunana kemampuan/peningkatan kebutuhan.

Tanda: kebersihan buruk, bau badan.

e.    Pernafasan

Gejala: batuk menetap dengan produksi sekutum setiap hari selama minimum 3

bulan berturut -turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun episode batuk hilang timbul.
Tanda:

1.    Pernafasan bisa cepat.

2.    Pengunaan otot bantu pernafasan.

3.    Bentuk barel chest, gerakan diafragma miniman.

4.    Bunyi nafas ronchi.

5.    Perkusi kyperresonan pada area paru.

6.    Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu-abu keseluruhan.

f.       Keamanan

Gejala:

1.    Riwayat reaksi alergi terhadap zat/factor lingkuan.

2.    Adanya/berulangnya infeksi.

g.      Seksualitas

Gejala: penurunan libido.

h.      Intraksi social

Gejala:

1. Hubungan ketergantungan.

2. Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orangdeket.

3. Penyakit lama/ketidak mampuan membaik.


Tanda:

1.    ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan

2.    Keterbatasan mobilitas fisik.

3.    Kelalain hubungan dengan anggota keluarga lain.

B.     Diagnosa Keperawatan

a.    Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi

secret.

b.  Ganguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh

sekresi, spasme bronkus.

c.     Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontrisi, mucus.

d.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,

anoreksia, mual muntah.

e.    Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya secret, proses

penyakit kronis.

f.     Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

g.    Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


h.    Kurang pengetahuan berhungan dengan kurangnya informasi tentang proses

penyakit dan perawatan di rumah.

C.     Perencanaan Keperawatan

a.    Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi

secret, hipertropi kelenjar bronkus.

Tujuan :

Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih/jelas.

Kriteria hasil :

1.    Ronchi (-).

2.    Secret keluar.

3.    RR menurun 16-24x/menit.

4.    Batuk efektif (+).

Rencana Tindakan Rasional

1.      Dorong/bantuan latihan nafas Memberi cairan untuk mengatasi dan

abdomen/bibir dan batuk efektif. mengontrol dispoe dan menurunkan

jebakan udara

2.      Tingkatan masukan cairan Hidrasi membantu menurunkan

sampai 3000 ml/hari kekentalan secret nenpermudah

pengeluaran

3.      Fisioterapi dada: clapping dan Melepaskan secret dari tempat


vibrating perlekatan

4.      Postural drainage Memudahkan pengaliran sektet

5.      Kolaborasi pemberian Membantu proses pengenceran sekret

bronchodilator

6.      Auskultrasi bunyi nafas Beberapa derajat spasme bronkus

terjadi dengan obstruksi jalan nafas

dan dapat dimanifestasikan dengan

adanya bunti nafas

7.      Kaji/pantau frekuensi Takipnea biasanya ada pada beberapa

pernafasan derajat dan dapat ditemukan  selama

adanya proses infeksi akut

8.      Observasi karakteristik batuk Batuk dapat menetap tetapi tidak

efektif,khususnya pada

lansia,penyakit akut atau kelemahan

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh

sekresi,spasme bronkus.

Tujuan: Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat

dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan.

Kriteria hasil:

1.   pH : 7,35-7,45

2.   Po 2: 80-100 mmHg, PCO : 35-45 mmHg.

3.   Dyspnea.
Rencana tindakan Rasional

1.      Tinggikan kepala tempat tidur, Pengiriman oksigen dapat diperbaiki

dorong nafas dalam. dengan posisi duduk tinggi dan latihan

nafas untuk menurunkan kolaps jalan

nafas, dispenea dan kerja nafas.

2.      Berikan o2 tambahan sesuai Dapat memperbaiki/mencegah buruknya

dengan indikasi hasil GDA. hipoksia.

3.      Awasi GDA. PaCO2 biasanya meningkat,dan

PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi

derajat lebih besar/kecil.

4.      Auskultasi bunyi nafas Bunyi nafas makin redup karena

penurunan aliran udara atau area

konsolidasi.

5.      Awasi tanda vital dan irama Takikardia,distrimia dan perubahan

jantung tekanan darah dapat menunjukkan efek

hipoksemia sistemik pada fungsi

jantung.

6.      Kaji frekuensi, kedalaman Berguna dalam evaluasi derajat distress

pernafasan dan kronisnya proses

penyakit.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi mucul.

    Tujuan: perbaikan dalam pola nafas pasien teratasi.

Rencana tindakan Rasional

1.      Ajarkan pasien Membantu pasien memperpanjang

pernafandiafragmatik dan waktu ekspirasi. Dengan teknik ini

pernafasan bibir. pasien akan bernafas lebih efesien dan

efktif.

2.      Berikan o2 tambahan. Membantu menstabilkan pola nafas.

3.      Berikan dorongan untuk Memungkinkan pasien untuk

menyelingi aktivitas dan periode melakukan aktivitas tanpa distress

berlebihan.

4.      Berikan dorongan Menggunakan danmengkondisikan otot-

penggunaan pelatihan otot-otot otot pernafasan.

pernafasan jika diharuskan

d.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,

anoreksia, mual muntah.

Tujuan : menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan

atau mempertahankan berat yang tepat.

Kriteria hasil :
1.   Berat badan normal.

2.   Albumin : 3,5-5 g/dL.                                                                    

3.    Hb : 11,5-16 g/dL.

4.   Porsi makan habis.

Rencana Tindakan Rasional

1.      Kaji kebiasaan diet. Pasien distress pernafasan akut, anoreksia

karena dispenia, produksi sputum.

2.      Auskultasi bunyi usus. Penurunan bising usus menunjukkan

penurunan mobilitas gaster.

3.      Berikan perawatan oral Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama

sebelum makan. yang dapat membuat mual dan muntah.

4.      Timbang berat badan Berguna menentukan kebutuhan kalori dan

sesuai indikasi. evaluasi keadekuatam rencana nutrisi.

5.      Konsultasi ahli gizi. Kebutuhan kalori yang didasarkan pada

kebutuhan individu memberikan nutrisi

maksimal.

6.      Motivasi klien untuk

makan.

e. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya secret, proses

penyakit kronis.

Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah risiko tinggi.


Rencana Tindakan Rasional

1.      Awasi suhu. Demam dapat terjadi karena infeksi atau

dehidrasi.

2.       Observasi warna, bau Secret barbau, kuning dan kehijauan

sputum. menunjukkan adanya infeksi.

3.      Tunjukkan dan bantu pasien Mencegah penyebaran pathogen.

tentang pembungan sputum.

4.      Diskusikan kebutuhan Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan

masukan nutrisi adekuat. umun dan menurunkan tekanan darah

terhadap infeksi.

5.      Berikan anti mikroba sesuai Dapat diberikan untuk organisme khusus

indikasi. yang terindentifikasikan dengan kultur.

f.     Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan

oksigenisasi

  Tujuan : menunjukkan perbaiki dengan aktivitas intoleran.


Rencana Tindakan Rasional

1.      Dukung pasien dalam Otot-otot yang mengalami kontaminasi

menegakkan latihan teratur membutuhkan lebih banyak O2.

dengan menggunakan

exercise, berjalan perlahan

atau latihan yang sesuai.

g.    Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.

Rencana tindakan :

Rencana Tindakan Rasional

1.      Kaji tingkat Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga

kecemasan  (ringan, memudahkan tindakan selanjutnya.

sedang, berat).

2.      Berikan dorongan Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi

emosional. untuk menerima keadaan penyakit yang dialami.

3.      Beri dorongan Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan

mengungkapkan mengurangi beban pikiran yang dirasakan.

ketakutan/masalah.

4.      Jelaskan jenis Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya

prosedur dari sehiungga mau bekerjasama dalam tindakan perawatan

pengobatan. dan pengobatan.


5.      Beri dorongan Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani

spiritual. perawatan dan menyerahkan pada TYME atas

kesembuhannya .

h.    Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

proses penyakit dan perawatan dirumah.

Tujuan: Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program

pengobatan

Rencana tindakan Rasional

1.      Jelaskan proses penyakit Menurunkan ansietas dan dapat

individu . menimbulkan partisipasi pada rencana

pengobatam .

2.      Instruksikan untuk latihan Nafas bibir dan nafas abdominal

nafas batuk efektif dan latihan membantu meminimalkan kolaps jalan

kondisi umum. nafas dan meningkatkan toleransi

aktivitas .

3.      Diskusikan faktor individu Faktor lingkungan dapat menimbulkan

yang meningkatkan kondisi misalnya iritasi bronchial dan peningkatan

udara,serbuk,asap tembakau . produksi secret jalan nafas.

D.     Implementasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat

dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini


dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,

memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi yang

dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan

perawatan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan

nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah

komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi

tentang proses penyakit.

E.      Evaluasi.

Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap

perawtan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah

dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap

tindakan keperawatn, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya

dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi,

intervensi, keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap

evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif,

pola nafas efektif, peratukaran gas adekuat,masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak

terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien

memahami kondisi penyakitnya.

Anda mungkin juga menyukai