Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN

“BRONCHOPNEUMONIA”

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


A. Definisi
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya
(Smeltzer & Suzanne C, 2012).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing
(Ngastiyah, 2015).
Bronkopneumonia adalah bronkolius terminal yang tersumbat oleh
eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk
gabungan di dekat lobules, disebut juga pneumonia lobaris (Whaley & Wong,
2015).
Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumonia berarti
peradangan pada jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan (broncus)
(Arief Mansjoer, 2012).
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas
sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan
paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau
melalui hematogen sampai ke bronkus (Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2014).
Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing
yang mengenai daerah bronkus dan sekitar alveoli.

B. Anatomi fisiologi
Secara anatomi system anatomis pernafasan dibagi mejadi 3 bagian yaitu :
1. Saluran pernafasan bagian atas bagian atas Saluran pernafasan bagian atas
terdiri dari berbagai bagian, diantaranya:
a. Hidung

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Fungsi dari hidung adalah membawa udara dari dan ke paru-paru
dan menghangatkan udara saat diinspirasi. Bulu di dalam lubang hidung
dan silia yang melapisi membrane mukosa bertindak untuk mengangkat
debu dan benda asing lain dari udara. Jika terjadi infeksi, efek lokal
utama adalah iritasi dari sel mulkus yang menyebapkan produksi mukus
yang berlebihan, pembengkakan dari membrane mukosa akibat sekresi
virus, secret menjadi kekuning-kuningan atau kehijauan akibat adanya
pus (neutrofil mati dan granulosa)
b. Sinus
Sinus pranasal melengkapi suatu sistem ruang udara yang teletak
dalam berbagai tulang pada muka .sinus dilapisi dengan mukosa
sekretoris dan memperoleh suplai darah dan saraf dari hidung mengarah
pada penuhnya pembuluh darah, peningkatan sekresi mukus dan edema.
c. Laring
Laring terletak di depan faring dan di atas permulaan trachea.
Terutama terdiri dari tulang rawan tiroid dan tricoid dan tujuh tulang
rawan lain yang dihubungkan secara bersama oleh membrane. Suatu
struktur tulang rawan tergantung di atas tempat masuk ke laring ini
merupakan epligotis yang mengawal glottis selama menelan, mencegah
makanan masuk laring dan trakhea.Inflamasi dari epiglottis dapat
menimbulkan ostruksi terhadap saluran pernafasan.
Laring berfungsi sebagai alat spirasi dan fonasi tetapi pada saat
yang sama ambil bagian dalam deglutisi, selama waktu mana laring akan
mentup dalam usaha mencegah makanan memasuki traktus respratorius
makanan bagian bawah. laring juga tertutup selama regurgitasi makanan
sehingga mencegah terjadinya aspirasi makanan. Refleksi penutupan ini
tergantg pada koordinasi neurumuskuler yang kemungkinan tidak bekerja
secara penuh pada bayi, sehingga mengarah pada spasme.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


2. Traktus respiratorius bagian bawah
Tiga yang pertama adalah, trakea, bronki, dan kronkiolus,
merupakan tuba yang mengalirkan udara kedalam dan keluar dari paru-
paru.Trakea di mulai pada batas bagian bawah dari laring dan melintas
dibelakang sternum ke dalam toraks.Trakea merupakan tuba membranosa
fleksibel, kaku karena adanya cincin tidak lengkap yang berspasi secara
teratur.Tuba dilapisi oleh membana mukosa, epithelium permukaan
adalah kolumner bersilia.Segera setelah memasuki toraks trakea
membagi diri menjadi beberapa cabang yang masuk kedalam suatu
substansi paru-paru.
Di dalam substansi dari paru-paru bronki membagi diri menjadi
cabang yang tidak terhitung dengan ukuran yang secara progresif
berkurang hingga cabang yang mempumyai penampang yang sangat
sempit, di mana mereka di sebut sebagai bronkiolus.Tuba ini dilapisi oleh
membrane mukosa ditutupi oleh epitetelium kolummer bersilia, berlanjut
dengan lapisan dari trakea.Otot polos ditemukan secara longitudinal
dalam bronki yang lebih besar dan trakea.Dalam bronki yang lebih kecil
dan bronkioles hal ini dibatasi oleh dinding posterios. Seluruh panjang
dari percabangan bronchial di suplai dengan serat elastik yang kaya,
bersama dengan semua jaringan lain yang disebukan, dapat diubah oleh
karena penyakit, sehingga mempengaruhi fungsi normal.
3. Paru-paru
Berdasarkan anatomi, unit dasar dari struktur pau-paru
dipertimbangkan adalah lobulus sekunder.Berates-ratus dari lobulus ini
membentuk masing-masing paru.Setiap lobulus merupakan miniature
dari paru-paru dengan percabangan bronchial dan satu sirkulasi sendiri.
Setiap bronkiulus respiratorius berterminasi ke dalam suatu
alveolus.Alveolus terdiri dari sel epitel tipis datar dan disinilah terjadi
pertkaran gas udara dan darah.
Apeks dari paru-paru mencapai daerah tepat di atas clavicua dan
dasarnya bertumpu pada diaphragma. Kedua paru-paru dibagi kedalam

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


lobus, yang kanan di bagi tiga,yang kiri di bagi dua. Nutrisi diawapada
jaringan paru-paru oleh darah melaui arteri onkial; darah kembali dari
jarigan paru-paru melalui vena bronchial.
Paru-paru juga mempunyai suatu sirkulasi paru-paru yang
berkaitan dengan mengangkut darah deoksigenasi dan oksigenasi.Paru-
paru disuplai dengan darah deoksigenasi oleh arteri pulmonalis yang
datang dari ventrikel kanan.Arteri membagi diri dan membagi diri kemali
dalam cabang yang secara progresif menjadi lebih kecil, berpenetrasi
pada setiap bagian dari paru-paru hingga akhirnya mereka membentuk
anyaman kapiler yang mengelilingi dan terletak pada dinding dari
alveoli.Dinding dari alvoli maupun kapiler sangat tipis dan disinilah
terjadi pertukaran gas pernapasan.Darah yang dioksigenasi kembali
kedalam atrium dengan empat vena pulmonalis.
Fisiologi penerapan mliputi tiga tahap :
a. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmoser ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Dalam proses ventilasi ini
terdapat beberapa hal yang mempengaruhi, di antaranya adalah perbedaan
tekanan antara atmosfer dengan paru. Semakin tinggi tempat maka tekanan
udara semakin rendah.Demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan
udara semakin tinggi. Hal ini yang mempengaruhi proses ventasi kemampuan
thoraks dan paru pada alveoli dalam melaksakan ekspansi atau kembang
kempisnya, adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang
terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem
saraf otonom, terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi
sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat
menyebabkan konstriksi sehingga dapat menyebabkan vasokonstriksi atau
proses penyempitan, dan adanya refleks batuk dan muntah juga dapat
mempengaruhi adanya proses ventilasi, adanya peran mukus siliaris yang
sebagai penangkal benda asing yang mengandung interveron dapat mengikat
virus.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah komplians (complience) dan
recoil yaitu kemampuan paru untuk berkembang yang dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, diantaranya surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan masih ada sisa udara
sehingga tidak terjadi kolaps dan gangguan thoraks atau keadaan paru itu
sendiri. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli.Surfaktan
disekresi saat klien menerik napas; sedangkan recoil adalah kemampuan
untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi atau menyempitnya paru. Apabila
complience baik akan tetapi recoil terganggu makaCO2tidak dapat keluar
secara maksimal.
b. Difusi gas
Pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan CO2kapiler
dengan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhinya, diantaranya, pertama, luasnya permukaan paru.
Kedua, tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli
dan intertisial keduanya. Ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan. Ketiga, perbedaan tekanan dan konsentrasi O2. Hal ini
dapat terjadi seperti O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena
tekanan O2dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah
vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi) dan pCO2 dalam arteri
pulmunalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli. Keempat, afinitas gas yaitu
kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
c. Transportasi Gas
Transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh
ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb
membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%). Kemudian
pada transportasi CO2 akan berkaitan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), dan larut dalm plasma (5%), kemudian
sebagian menjadi HCO3 berada pada darah (65%). Pada transportasi gas
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, di antaranya curah jantung
(cardiac output) yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


jantung. Isi sekuncup ditentukan oleh kemampuan otot jantung untuk
berkontraksi dan volume cairan. Frekuensi denyut jantung dapat ditentukan
oleh keadaan seperti over load atau beban yang dimiliki pada akhir diastol.
Pre load atau jumlah cairan pda akhir diastol, natrium yang paling beperan
dalam menentukan besarnya potensial aksi, kalsium berperan dalma kekuatan
kontraksi dan relaksasi. Faktor lain dalam menentukan proses transportsi
adalah kondisi pembuluh darah, latihan/olahraga (exercise), hematokrit
(perbandingan antara sel darah dengan darah secara keseluruhan atau
HCT/PCV), Eritrosit, dan Hb.

C. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan
oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme pathogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glottis
dan batuk, adanya lapisan mucus, gerakan silia yang menggerakan kuman
keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikrobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettina, 2013)
antara lain :
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococus,H. Influenza, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumonia
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung kedalam paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada
pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang
terdapat dalam mulut dank arena adanya pneumocystis crania, Mycoplasma.
(Smeltzer & Suzanne C, 2012 dan Sandra M. Nettina, 2013).

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


D. Patofisiologi
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman
pathogen masuk ke mukus jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di
saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti
sistem transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak
secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon
peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk.
Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli
menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari
fagosit dan membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini
menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang
diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah kapiler (Price & Wilson,
2015). Gambar 1.2 menunjukan gambaran perbedaan alveoli normal dan
alveoli pada pasien bronkopneumonia.

Gambar 1.2 Perbedaan Bronkus normal dan bronkopneumonia


Sumber : (Reeves, 2012)
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi
kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan
compliance dan menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai
tambahan proses bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi
partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri,
akibatnya darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak
mengandung oksigen sehingga terjadi hipoksemia arteri.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang
disebut endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai
hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat dan meningkatkan kecepatan
metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab
takhipnea dan takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari
vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena dehidrasi,
panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit (keringat)
dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi (Price & Wilson
2015).

E. Pathway

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Ketidakefektifan Nutrisi kurang dari
bersihan jalan napas kebutuhan tubuh

Hipertermi

Gangguan
pertukaran gas

Pola napas
tidak efektif

Sumber : Price & Wilson (2015)

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


F. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia secara khas diawali dengan menggigil, demam yang
timbul dengan cepat (39,5oC sampai 40,5oC), sakit kepala, gelisah, malaise,
nafsu makan berkurang dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk.Gejala
umum infeksi saluran pernafasan bawah berupa batuk, espektorasi sputum,
dengan takhipnea sangat jelas (25 sampai 45 kali/menit) disertai dengan
pernafasan mendengkur, pernafasan cuping hidung dan penggunaan otot-otot
aksesori pernafasan, sputum hijau dan purulen, dipsnea dan sianosis. Pasien
yang mengalami tanda pneumonia berupa retraksi yaitu perkusi pekak,
fremitus melemah, suara napas melemah, ronki dan wheezing (Arief
Mansjoer, 2012)

G. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk
hilang
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm
rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
(Whaley & Wong, 2015)

H. Pemeriksaan diagnostic
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara :
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta
tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba
2. Pemeriksaan radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.
Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apkah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat.

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bronkopneumonia menurut Arief Mansjoer (2012) dan
Ngastiyah (2015) dibagi dua yaitu penataksanaan, medis & keperawatan.
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan
tetapi, karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya
maka biasanya diberikan :
a. Penisilin ditambah dengan Cloramfenikol atau diberikan antibiotik
yang mempunyai spektrum luas seperti Ampisilin. Pengobatan ini
diteruskan sampai bebas demam 4 – 5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intervensi.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik
akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi
sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.
d. Pasien pneumonia ringan tidak perlu dirawat di Rumah Sakit.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanan keperawatan dalam hal ini yang dilakukan adalah :
a. Menjaga kelancaran pernafasan
Klien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis
karena adanya radang paru dan banyaknya lendir di dalam bronkus
atau paru. Agar klien dapat bernapas secara lancar, lendir tersebut
harus dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu
dengan memberikan O2.
b. Kebutuhan Istirahat
Klien Pneumonia adalah klien payah, suhu tubuhnya tinggi,
sering hiperpireksia maka klien perlu cukup istirahat, semua
kebutuhan klien harus ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian
obat secara tepat, usahakan keadaan tenang dan nyamn agar psien
dapat istirahat sebaik-baiknya.
c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan
makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari
dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi.
Untuk mencegah dehidrasi dan kekukrangan kalori dipasang infus
dengan cairan glukosa 5% dan NaCl 0,9%.
d. Mengontrol Suhu Tubuh
Pasien bronkoneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami
hiperpireksia. Untuk ini maka harus dikontrol suhu tiap jam. Dan
dilakukan kompres serta obat-obatan satu jam setelah dikompres
dicek kembali apakah suhu telah turun.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


J. Pencegahan
1. Pencegahan primer
Bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap kejadian pneumonia.
Upaya yang dapat dilakukan antara lain:
a. Memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan dan imunisasi DPT
(Diphteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2, 3, dan 4
bulan.
1) Vaksin Campak
Campak adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus campak.
Penyakit ini dapat dikatakan ringan karena dapat sembuh dengan
sendirinya, namun dapat dikatakan berat dengan berbagai komplikasi
seperti pneumonia yang bahkan dapat mengakibatkan kematian, terutama
pada anak kurang gizi dan anak dengan gangguan sistem imun.
Komplikasi pneumonia yang timbul pada anak yang sakit campak
biasanya berat. Menurunkan kejadian penyakit campak pada balita dengan
memberikan vaksinasi dapat menurunkan kematian akibat pneumonia.
Sejak 40 tahun  lalu telah ada vaksin campak yang aman dan efektif,
cakupan imunisasi mencapai 76%, namun laporan tahun l2004
menunjukkan penyakit campak masih menyerang 30 – 40 juta anak.
2) Vaksin Hib

Pada negara berkembang, bakteri Haemophilus influenzae type b (Hib)


merupakan penyebab pneumonia dan radang otak (meningitis) yang
utama. Diduga Hib mengakibatkan penyakit berat pada 2 sampai 3 juta
anak setiap tahun. Vaksin Hib sudah tersedia sejak lebih dari 10 tahun,
namun penggunaannya masih terbatas dan belum merata. Pada beberapa
negara, vaksinasi Hib telah masuk program nasional imunisasi, tapi di
Indonesia belum. Di negara maju, 92% populasi anak sudah mendapatkan
vaksinasi Hib. Di negara berkembang, cakupan mencapai 42% sedangkan
di negara yang belum berkembang hanya 8% (2003). Hal ini
dimungkinkan karena harganya yang relatif mahal dan informasi yang

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


kurang. WHO menganjurkan agar Hib diberikan kepada semua anak di
negara berkembang
3) Vaksin Pneumococcus
Pneumokokus merupakan bakteri penyebab utama pneumonia pada anak di
negara berkembang. Vaksin pneumokokus sudah lama tersedia untuk anak usia
diatas 2 tahun dan dewasa. Saat ini vaksin pneumokokus untuk bayi dan anak
dibawah 3 tahun sudah tersedia, yang dikenal sebagai pneumococcal conjugate
vaccine (PCV). Vaksin PCV ini sudah dimanfaatkan di banyak negara maju.
Hasil penelitian di Amerika Serikat setelah penggunaan vaksin secara rutin pada
bayi, menunjukkan penurunan bermakna kejadian pneumonia pada anak dan
keluarganya terutama para lansia. Saat ini yang beredar adalah vaksin PCV 7,
artinya vaksin mengandung 7 serotipe bakteri pneumokokus dan dalam waktu
dekat akan tersedia vaksin PCV 10. Hasil penelitian di Gambia (Afrika), dengan
pemberian imunisasi PCV 9 terjadi penurunan kasus pneumonia sebesar 37%,
pengurangan penderita yang harus dirawat di rumah sakit sebesar 15%, dan
pengurangan kematian pada anak sebesar 16%. Hal ini membuktikan bahwa
vaksin tersebut sangat efektif untuk menurunkan kematian pada anak karena
pneumonia
a) Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberikan ASI pada
bayi neonatal  sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi
pada balita.Di samping itu, zat-zat  gizi yang dikonsumsi bayi dan anak-
anak juga perlu mendapat perhatian.
b) Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan
polusi di luar  ruangan.
c) Mengurangi kepadatan hunian rumah.
2. Pencegahan Sekunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah
orang yang  telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit,
menghindari komplikasi, dan  mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan
sekunder meliputi diagnosis dini dan pengobatan  yang tepat sehingga dapat
mencegah meluasnya penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya yang dapat
dilakukan antara lain:

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


a) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral
dan penambahan oksigen.
b) Pneumonia : diberikan antibiotik kotrimoksasol oral, ampisilin atau
amoksilin.
c) Bukan Pneumonia : perawatan di rumah saja. Tidak diberikan terapi
antibiotik. Bila  demam tinggi diberikan parasetamol. Bersihkan hidung
pada anak yang mengalami  pilek dengan menggunakan lintingan kapas
yang diolesi air garam. Jika anak mengalami nyeri tenggorokan, beri
penisilin dan dipantau selama 10 hari ke depan.
3. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tertier adalah mencegah agar tidak munculnya
penyakit  lain atau kondisi lain yang akan memperburuk kondisi balita,
mengurangi kematian serta  usaha. rehabilitasinya. Pada pencegahan tingkat
ini dilakukan upaya untuk mencegah proses  penyakit lebih lanjut seperti
perawatan dan pengobatan. Upaya yang dilakukan dapat berupa:
a) Melakukan perawatan yang ekstra pada balita di rumah, beri antibiotik
selama 5 hari,  anjurkan ibu untuk tetap kontrol bila keadaan anak
memburuk.
b) Bila anak bertambah parah, maka segera bawa ke sarana kesehatan
terdekat agar  penyakit tidak bertambah berat dan tidak menimbulkan
kematian.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


(KONSEP ASKEP TEORITIS)
A. Pengkajian
1. Identitas
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita
pneumonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan
sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP,
penyakit menahun,  trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan
pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan
mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah
dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik
sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem
imun menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
3. Riwayat kesehatan lingkungan
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi
pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan
ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan
anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu
ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


4. Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena
system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi
sekunder.
5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
6. Nutrisi
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
7. Pemeriksaan persistem.
a. Sistem kardiovaskuler
Takikardi, iritability
b. Sistem pernapasan
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas,
pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk
produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan
tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada
daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas
dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c. Sistem pencernaan
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun,
lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama,
mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian
makanan/cairan personde.
d. Sistem eliminasi
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin
belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi
dehidrasi (ringan sampai berat).
e. Sistem saraf
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus
pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Tonus otot menurun, lemah secara umum.
g. Sistem endokrin
Tidak ada kelainan
h. Sistem integumen
i. Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat,
akral hangat, kulit kering.
j. Sistem penginderaan
Tidak ada kelainan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Hipertermi
4. Nyeri
5. Pola nafas tidak efektif
6. Gangguan pertukaran gas
7. Intoleransi aktifitas
8. Cemas

C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
INTERVENSI KEPERAWATAN
D Tujuan dan Intervensi
i Kriteria Hasil
a
g
n
o
s
a

K
e
p
e

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


r
a
w
a
t
a
n
K NOC : 1. Kaji frekuensi, kedalaman
e  Status pernapasan: dan upaya pernapasan
t kepatenan jalan napas; jalur
2. Kaji factor yang
i napas trakeobronkial bersih
d dan terbuka untuk pertukaran berhubungan seperti nyeri,
a gas batuk tidak efektif, mucus
k Tujuan dan
kental, dan keletihan
e criteria evaluasi
f Setelah 3. auskultasi bagian dada
e dilakukan anterior dan posterior untuk
k tidakan
mengetahui penurunan atau
t keperawatan
i selama x24 ketiadaan ventilasi dan
f jam : adanya suara napas
a  Menunjukkan bersihan tambahan
n jalan napas yang efektif yang
4. Pantau status oksigen pasien
dibuktikan oleh, pencegahan
b aspirasi, status pernapasan: dan status hemodinamik dan
e ventilasi tidak terganggu dan irama jantung sebelum,
r status pernapasan : kepatenan
selama dan setelah
s jalan napasyang dibuktikan
i oleh indicator sebagai pengisapan
h berikut: 5. Catat jenis dan jumlah
a Indik
Target sekrat yang dikumpulkan
n ator
Kemu 6. Instruksikan kepada pasien
j dahan tentang batuk dan teknik
a berna
pas napas dalam
l
Freku 7. Berikan oksigen yang telah
a
ensi
n dihumidifikasi sesuai
dan
irama dengan instruksi
n perna
8. Kaji keefektifan pemberian

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


a pasan oksigen dan terapi lain
f Perge
9. Kaji kecenderungan pada
a rakan
sputu gas darah arteri jika tersedia
s
m 10. Lakukan atau bantu dalam
F
kelua
a terapi aerosol, nebulizer,
r dari
c jalan dan perawatan paru lainnya
t napas
o Perge sesuai protocol
r rakan 11. Beri tahu dokter tentang
sumb
hasil gas darah yang
y atan
a kelua abnormal
n r dari
jalan
g
napas
Nafas
b pende
e k
r Batuk
u Aku
b mulas
u i
n Sputu
m
g
Note :
a
1.Gangguan
n
ekstrem;
2.Berat;
:
3.Sedang;
 Lingkungan;
4.Ringan
merokok,
5.Tidak ada
menghisap
gangguan
asap rokok,
perokok
pasif
 Obstruksi
jalan napas;
terdapat
benda asing
dijalan
napas,

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


spasme jalan
napas
 Fisiologis;
kelainan dan
penyaki
B
a
t
a
s
a
n

k
a
r
a
k
t
e
r
i
s
t
i
k
S
u
b
j
e
k
t
i
f
 Dispnea
O
b
j
e

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


k
t
i
f
 Suara napas
tambahan
 Perubahan
pada irama
dan frekuensi
pernapasan
 Batuk tidak
ada atau
tidak efektif
 Sianosis
 Kesulitan
untuk
berbicara
 Penurunan
suara napas
 Ortopnea
 Gelisah
 Sputum
berlebihan

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


INTERVENSI KEPERAWATAN
D Tujuan dan Intervensi
i Kriteria Hasil
a
g
n
o
s
a

K
e
p
e

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


r
a
w
a
t
a
n
N NOC : 1. Tentukan motivasi pasien
u  Status gizi; tingkat untuk mengubah kebiasaan
t ketersediaan zat gizi untuk
makan
r memenuhi kegiatan
i metabolic 2. Pantau nilai laboratotium,
s  Status gizi: pengukuran khususnya Hb, Ht, albumin,
i biokimia; komponen dan
dan elektrolit
kimia cairan yang
K mengindikasikan status 3. Ketahui makanan kesukaan
u nutrisi pasien
r  Status gizi: asupan makanan
4. Tentukan kemampuan
a dan cairan; jumlah makanan
n dan cairan yang dikonsumsi pasien untuk memenuhi
g tubuh dalam waktu 24 jam kebutuhan nutrisi
Tujuan dan 5. Pantau kandungan nutrisi
D criteria evaluasi
a dan kalori pada catatan
Setelah
r dilakukan asupan
i tindakan 6. Timbang pasien pada
keperawatan
K interval yang tepat
selama x 24 jam
e : 7. Ajarkan metode untuk
b  Memperlihatkan status gizi : perencanaan makan
u asupan makanan dan cairan,
8. Ajarkan pasien dan keluarga
t yang dibuktikan indicator
u sebagai berikut : tentang makanan yang
h Indik berizi dan tidak mahal
a Target
ator 9. Manajemen nutrisi: berikan
n Maka
nan informasi yang tepat tentang
T oral, kebutuhan nutrisi dan
u pemb
bagaimana memenuhinya
b erian
maka 10. Diskusikan dengan ahli gizi

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


u nan dalam menentukan
h lewat kebutuhan protein pasien
selan
: g, yang mengalami
atau ketidakadekuatak asupan
F nutris
i protein
a
paren
c
teral
t total
o Asup
r an
cairan
y oral
a atau
n IV
g Ket : 1.Tidak
adekuat;
b 2.Sedikit
e adekuat;
r 3.Cukup
h adekuat;
u 4.Adekuat;
b 5.Sangat
u Adekuat
n
g
a
n

:
 Kesulitan
mengunyah
atau menelan
 Kurang
pengetahuan
dasar tentang
nutrisi
 Hilang nafsu
makan
 Mual dan

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


muntah
B
a
t
a
s
a
n

k
a
r
a
k
t
e
r
i
s
t
i
k
S
u
b
j
e
k
t
i
f
 Kram
abdomen
 Nyeri
abdomen
 Menolak
makan
O
b
j

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


e
k
t
i
f
 Bising usus
hiperaktif
 Kurang
informasi/inf
ormasi yang
salah
 Kurangnya
minat
terhadap
makanan
 Rongga
mulut terluka
 Kelemahan
otot yang
berfungsi
untuk
menelan atau
mnengunyah

3. Hipertermi
INTERVENSI KEPERAWATAN
D Tujuan dan Intervensi
i Kriteria Hasil
a
g
n
o
s
a

K
e
p
e

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


r
a
w
a
t
a
n
H NOC : 1. Pantau hidrasi (turgot kulit,
i  Termolegulasi; kelembaban membran
p keseimbangan antara
mukosa)
e produksi panas, peningkatan
r panas dan kehilangan panas 2. Monitor TTV
t  TTV dalam batas normal 3. Hentikan aktivitas fisik
e
4. Kaji ketepatan jenis pakaian
r Tujuan dan
m criteria evaluasi 5. Pantau warna kulit dan
i Setelah suhu
a dilakukan 6. Pindahkan pasien ke
F tindakan
a keperawatan lingkukangan lebih dingin
c selama x 24 7. Basahi permukaan tubuh
t jam: dan kipasi pasien
o Pasien akan
r 8. Monitor hasil laboratorium
menunjukan
termolegulasi 9. Tingkatkan intake cairan
y yang dibuktikan dan nutrisi
a ,
10. Anjarkan klien dan keluarga
n Dengan
g indicator cara mengukur suhu untuk
sebagai berikut : mencegah dan mengenali
b Indik
Target secara dini hipertermi
e ator
r Penin 11. Berikan antipiretik
u gkata 12. Berikan cairan intravena
b n
suhu 13. Lepaskan pakaian yang
u
n kulit berlebihan
Hiper
g 14. Gunakan waslap dingin
termi
a a pada aksila
n Dehid
15. Anjurkan asupan cairan

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


arasi sedikitnya 2 liter
: Sakit
 Agen kepal
farmaseutikal a
Deny
 Aktivitas ut
berlebihan nadi
 Iskemia radial
 Peningkatan is
laju Berke
metabolisme ringat
saat
 Penyakit
panas
 Sepsis Mela
 Trauma porka
Batasan karakteristik n
 Kulit merah kenya
 Suhu tubuh mana
meningkat n
suhu
 Kulit teraba
Note :
hangat
1.Gangguan
 Takikardia
ekstrem;
 Takipnea 2.Berat;
 Kejang 3.Sedang;
 Koma 4.Ringan;
 Hipotensi 5.Tidak ada
gangguan

4. Nyeri
INTERVENSI KEPERAWATAN
No D Tujuan dan Intervensi
i Kriteria Hasil
a
g
n
o
s
a

K
e

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


p
e
r
a
w
a
t
a
n
N NOC : 1. Lakukan pengkajian nyeri
y  Tingkat kenyamanan : secara komprehensif
e tingkat persepsi positif
meliputi lokasi,
r terhadap kemudahan fisik
i psikologis karakteristik, awitam durasi
F  Pengendalian nyeri : frekuensi, kualitas,
a tindakan individu untuk
intensitas,atau keparahan
c mengendalikan nyeri
t  Tingkat nyeri : keparahan nyeri dan factor
o nyeri yang dapat diamati atau presipitasinya
r dilaporkan
2. Observasi isyarat nonverbal
Tujuan dan
y ketidaknyamanan
criteria evaluasi
a Setelah 3. Minta pasien untuk menilai
n dilakukan nyeri dengan skala
g tindakan
keperawatan
b selama x 24 4. Pengaturan posisi yang
e jam : nyaman
r Menunjukan
u 5. Terapi oksigen
tingkat nyeri
b Indicator 6. Monitor TTV
u sebagai berikut : 7. Informasikan kepada pasien
n Indik
Target tentang prosedur yang dapat
g ator
a Nyeri menungkatkan nyeri dan
n yang tawarkan strategi koping
dilap
orkan yang ditawarkan
:
A Ekspr 8. Berikan informasi tentang
esi
g nyeri, seperti
nyeri

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


e pada penyebabnyeri,
n wajah
9. Ajarkan penggunaan teknik
Keteg
– angan nonfarmakologis (relaksasi,
otot distraksi, terapi)
Duras
a 10. Pemberian analgetik
i
g episo 11. Laporkan pada dokter jika
e de
n nyeri tindakan tidak berhasil
Merin
p tih
e dan
n mena
y ngis
Gelis
e
ah
b
Ket : 1.Sangat
a
Berat; 2.Berat;
b
3.Sedang;
4.Ringan;
c
5.Tidak ada
e
d
e
r
a

b
i
o
l
o
g
i
s
,

k
i

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


m
i
a
,

f
i
s
i
k

d
a
n

p
s
i
k
o
l
o
g
i
s
B
a
t
a
s
a
n

k
a
r
a
k
t
e

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


r
i
s
t
i
k
S
u
b
j
e
k
t
i
f
M
e
n
g
u
n
g
k
a
p
k
a
n

s
e
c
a
r
a

v
e
r
b

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


a
l

a
t
a
u

m
e
l
a
p
o
r
k
a
n

n
y
e
r
i

d
e
n
g
a
n

i
s
y
a
r
a
t
O

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


b
j
e
k
t
i
f
 Posisi untuk
menghindari
nyeri
 Perubahan
selera makan
 Perubahan
ekspresi
misal :
gelisah,
merinih,
meringis,
menangis
 Bukti nyeri
dapat diamati
 Gangguan
tidur

5. Pola nafas tidak efektif


INTERVENSI KEPERAWATAN
D Tujuan dan Intervensi
i Kriteria Hasil
a
g
n
o
s
a

K
e
p
e

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


r
a
w
a
t
a
n
P NOC : 1. Pemantauan pernapasan :
o  Status pernapasan : pantau kecepatan, irama,
l kepatenan jalan napas; jalur
kedalaman dan upaya
a napas trakeobronkial bersih
dan terbuka untuk pernapasan
N pertukaran gas 2. Perhatikan pergerakan dada,
a  Status respirasi: ventilasi;
amati kesimetrisan, adanya
f pergerakan udara kedalam
a dan keluar paru penggunaan otot-otot
s  Status tanda vital; TTV 3. Auskultasi suara napas
dalam rentang normal 4. Catat perubahan pada
t Tujuan dan
i Peemeriksaann AGD
criteria evaluasi
d Setelah 5. Informasikan kepada pasien
a dilakukan dan keluarga tentang tehnik
k tidakan
k relaksasi untuk
keperawatan
selama 3x24 memperbaiki pola
e jam : pernapasan,
f  Menunjukkan pola
e 6. Instruksikan kepada pasien
pernapasan efektif yang
k dibuktikan oleh status dan keluarga bahwa mereka
t pernapasan, status ventilasi harus memberitahu nakes
i dan pernapasan yang tidak pada saat
f terganggu, kepatenan jalan
F terjadiketidakefektifan pola
napas dan tidak ada
a penyimpangan tanda vital pernapasan
c yang dibuktikan oleh 7. Atur posisi pasien untuk
t indicator sebagai berikut:
o memaksimalkan ventilasi
Indik Saat Target
r ator dikaji dan meringankan sesak
Freku nafas
y ensi
8. Lakukan fisioterapi dada

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


a perna 9. Berikan oksigen
n fasan 10. Monitor aliran oksigen
g Irama
perna 11. Berikan obat bronkodilator
b fasan sesuai program
Kedal
e 12. Berikan obat nyeri untuk
aman
r
inspir mengoptimalkan pola napas
u asi
b Peng
u gunaa
n n otot
g bantu
a nafas
n Suara
nafas
tamba
:
han
 Penurunan Note : 1.Berat;
energy dan 2.Cukup berat;
kelelahan 3.Sedang;
 Hiperventilasi 4.Ringan;
 Sindrom 5.Tidak ada
hipoventilasi gangguan
 Nyeri
 Kelelahan
otot-otot
pernapasan
B
a
t
a
s
a
n

k
a
r
a
k
t

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


e
r
i
s
t
i
k
S
u
b
j
e
k
t
i
f
 Dispnea
 Napas
pendek
O
b
j
e
k
t
i
f
 Bradipnea
 Penurunan
tekanan
inspirasi-
ekspirasi
 Penurunan
vntilasi
semenit
 Penurunan
kapasitas
vital
 Napas dalam
 Peningkatan

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


diameter
anterior-
posterior
 Napas
cuping
hidung
 Ortopnea
 Pengunaan
otot bantu
asesoris
untuk
bernapas

6. Gangguan pertukaran gas


INTERVENSI KEPERAWATAN
D
i
a
g
n
o
s
a

K Tujuan dan
Intervensi
e Kriteria Hasil
p
e
r
a
w
a
t
a
n
G NOC : 1. Kaji suara napas, frekuensi
a  Status pernapasan: kedalaman dan usaha napas,
n pertukaran gas; pertukaran
dan produksi sputum
g O2 dan CO2 di alveoli untuk
g mempertahankan konsentrasi sebagai indicator

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


u gas darah keefektifan penggunaan alat
a Tujuan dan penunjang
n criteria evaluasi
2. Pantau saturasi O2 dengan
Setelah
P dilakukan oksimetri nadi
e tidakan 3. Pantau hasil gas darah
r keperawatan
4. Pantau hasil elektrolit
t selama x24
u jam : pertukaran 5. Ajarkan kepada pasien
k alveolar dan teknik bernapas dan
a perfusi jaringan
relaksasi
r secara efektif
a didukung oleh 6. Atur posisi untuk
n ventilasi secara memaksimalkan potensia
mekanik yang ventilasi
G dibuktikanoleh
a indicator 7. Atur posisi untuk
s sebagai berikut : mengurangi dispnea
F Indik 8. Pasang jalan napas melalui
Target
a ator
c Tingk mulut atau nasoparing,
t at sesuai dengan kebutuhan
o perna
9. bersihkan secret dengan
fasan
r
Irama menganjurkan batuk atau
perna
y melalui pengisapan
fasan
a Kedal 10. Dukung untuk bernapas
n aman
pelan, dalam dan batuk
g inspir
asi 11. Bantu dengan spirometer
b Satur insentif, jika perlu
e asi
oksig 12. Lakukan fisioterapi dada,
r
en jika perlu
u
Perfu
b 13. Berikan Oksigen
si
u jaring 14. Ajarkan tentang batuk
n an
g efektif
perife
a r 15. Berikan bronkodilator, jika
n Note : deviasi perlu

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


1.Berat;
: 2.Cukup Berat;
 Perubahan 3.Sedang;
membrane 4.Ringan;
kapiler- 5.Tidak ada
alveolar
 Ketidaksei
mbangan
perfusi-
ventilasi
B
a
t
a
s
a
n

k
a
r
a
k
t
e
r
i
s
t
i
k
S
u
b
j
e
k
t
i
f

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


 Dispnea
O
b
j
e
k
t
i
f
 Gas
darah arteri
yang tidak
normal
 pH
arteri yang
tidak normal
 ketidak
normalan
frekuensi,
irama, dan
kedalaman
pernapasan
 warna
kulit tidak
normal
 sianosis
 karbon
dioksida
menurun
 diaphor
esis
 hiperka
pnia
 hiperka
rbia
 hipoksi
a
 hipokse
mia

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


 napas
cuping
hidung
 takikar
di

7. Intoleransi aktifitas
INTERVENSI KEPERAWATAN
D
i
a
g
n
o
s
a

K Tujuan dan
Intervensi
e Kriteria Hasil
p
e
r
a
w
a
t
a
n
I NOC : 1. Kaji tingkat kemampuan
n  Toleransi aktivitas; respon pasien untuk berpindah dari
t fisiologis terhadap gerakan
tempat tidur, berdiri,
o yang memakan energy dalam
l aktivitas sehari-hari ambulasi, dan melakukan
e  Perawatan diri; ADL; ADL
r kemampuan untuk
2. Kaji respon emosi, sosial
a melakukan tugas fisik yang
n paling dasar dan aktivitas dan spiritual terhadap
s perawatan pribadi secara aktivitas
i mandiri dengan atau tanpa

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


alat bantu 3. Evaluasi motivasi dan
A Tujuan dan keinginan pasien untuk
k criteria evaluasi
t meningkatkan aktivitas
Setelah
i dilakukan 4. Tentukan penyebab
v tindakan keletihan
t keperawatan
5. Pantau respon oksigen
a selama x 24
s jam : pasien terhadap aktivitas
 Tirah baring Menunjukkan 6. Pantau respon nutrisi untuk
dan toleransi
memastikan sumber-sumber
imobilitas aktivitas, yang
 Kelemahan dibuktikan oleh energy yang adekuat
umum indicator 7. Bantu dengan aktivitas fisik
 Ketidak sebagai berikut : secara teratur (misalnya
seimbangan Indik
Target ambulasi, berpindah, dan
antara suplai ator
dankebutuha Satur kebersihan diri) sesuai
asi
n oksigen kebutuhan
oksig
 Gaya hidup
en 8. Instruksikan pada pasien
kurang sehat saat
B dan keluarga untuk:
Berak
a tivitas Penggunaan teknik napas terkontrol
t Freku selama aktivitas
a ensi
perna 9. Penggunaan tehnik
s
a pasan relaksasi selama aktivitas
n saat
berak
10. Bantu pasien untuk
tivitas mengubah posisi
k Kema
a 11. Berikan pengobatan nyeri
mpua
r n sebelum aktivitas, apabila
a untuk nyeri merupakan salah satu
k berbi
t cara penyebab
e saat 12. Kolaborasikan dengan ahli
r berak
tivitas terapi okupasi, fisik atau
i
fisik rekreasi untuk
s
Kece
t merencanakan dan
patan

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


i berjal memantau program
k an
aktivitas, jika perlu.
S Keku
atan 13. Berikan kesempatan
u
tubuh keluarga untuk terlibat
b
bagia
j dalam aktivitas dengan cara
n atas
e Keku yang tepat.
k atan
t tubuh
i bagia
f n
 Ketidaknyam bawa
anan atau h
Kemu
dispnea saat
dahan
beraktivitas
melak
 Melaporkan ukan
keletihan ADL
atau Note :
kelemahan 1.Gangguan
secara verbal ekstrem;
O 2.Berat;
b 3.Sedang;
j 4.Ringan;
e 5.Tidak ada
k gangguan
t
i
f
 Frekuensi
jantung atau
tekanan
darah tidak
normal
sebagai
respon dari
aktivitas
 Perubahan
EKG yang
menunjukka
n aritmia

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


atau
iskemia

8. Cemas
INTERVENSI KEPERAWATAN
D
i
a
g
n
o
s
a

K Tujuan dan
Intervensi
e Kriteria Hasil
p
e
r
a
w
a
t
a
n
A NOC : 1. Kaji faktor yang dapat
n  Tingkat kecemasan; meningkatkan kerentenan
s keparahan dari tanda-tanda
terhadap infeksi
i ketakutan, ketegangan, atau
e kegelisahan yang berasal dari 2. Pantau hasil laboratorium
t sumber yang tidak dapat 3. Amati penampilan praktek
a diidentifikasi.
hygiene personal untuk
s Tujuan dan
B criteria evaluasi perlindungan terhadap infeksi
a Setelah 4. Jelaskan pada pasien dan
t dilakukan
keluarga mengnai infeksi dan
a tidakan
s keperawatan hal yang dapat meningkatkan
a selama x24 resiko infeksi
n jam : ansietas

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


teratasi yang 5. Pengendalian infeksi (NIC) :
K dibuktikan ajarkan pasien teknik
a dengan
r mencuci tangan dengan benar
indikator
a sebagai berikut : 6. Pengendalian infeksi (NIC) ;
k Indik
Target berikan terapi antibiotik, bila
t ator
Peras diperlukan
e
r aan 7. Bersihkan lingkungan dengan
i gelisa
benar setelah digunakan
h
s
Rasa masing-masing pasien
t
takut
i 8. Pertahankan teknik isolasi
yang
k disam bila diperlukan
paika 9. Terapkan kewaspadaan
: n
 Gelisah secar universal
 Kesedihan a
lisan
 Ketakutan
Rasa
 Sangat cema
Khawatir s
 Ragu yang
 Perasaan disam
tidak adekuat paika
F n
a secar
a
c
lisan
t
Penin
o gkata
r n
tekan
y an
a darah
n Pusin
g g
Penur
unan
b
produ
e
ktivit
r as
u Note : 1.Berat;

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


b 2.Cukup berat;
u 3.Sedang;
n 4.Ringan;
g 5.Tidak ada
a
n

:
 Ancaman
Kematian
 Kebutuhan
yang tidak
dipenuhi
 Krisis situasi
 Konflik nilai
 Perubahan
besar (mis,
status
ekonomi,
lingkungan,
status
kesehatan,
fungsi peran,
status peran)
 Stressor

DAFTAR PUSTAKA

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Arief Mansjoer (2012). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media
Aesculapius.
Evelyn C. Pearce (2014). Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT
Gramedia.
Ngastiyah (2015). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.
Price, Wilson (2015). Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Reeves CJ, Roux G and Lockhart R (2012), Keperawatan Medikal Bedah, Buku I,
(Penerjemah Joko Setyono), Jakarta : Salemba Medika
Riyadi, Sujono & Sukarmin (2014), Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1,
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sandra M. Nettina (2013). Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setyawan
dkk. Ed. 1. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzane C. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth :
Edisi 8. Alih Bahasa Agung Waluyo. (et al) ; editor edisi bahasa Indonesia
Monica Ester. (et al). Jakarta : EGC
Whaley dan Wong, (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta :
EGC.

PROFESI NERS ANG. VIII STIKes WIDYA NUSANTARA PALU

Anda mungkin juga menyukai