Laporan Pendahuluan
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN LIMFOMA NON HODGKIN
Konsep Dasar
I. Pengertian
Limfoma non hodgkin (LNH) merupakan salah satu dari klasifikasi
limfoma maligna. Limfoma maligna adalah proliferasi abnormal sistem limfoid
dan struktur yang membentuknya, terutama menyerang kelenjar getah bening.
LNH adalah kanker sistem limfatik yang pada umumnya berasal dari
populasi monoklonal sel B (Anne E. Belcher, 1993). Menurut Marilynn E.
Doenges, dkk. LNH adalah keganasan limfosit-B dan sistem sel limfosit T.
Insiden meningkat pada kelompok umur antara 35 – 64 tahun.
II. Penyebab
Etiologi belum jelas. Mungkin perubahan genetik karena bahan – bahan
limfomagenik yaitu virus seperti human T-cell leukemia/lymphoma virus I
(HTLV-I) yaitu sel limfoma Burkitt, limfoma Mediterania dan leukemia sel T.
Bahan kimia, mutasi spontan, radiasi dan sebagainya juga diperkirakan
menyebabkan LNH. Orang dengan AIDS dan imunosupresi akibat transplantasi
ginjal dan jantung,
III. Patofisiologi
Proliferasi abnormal tumor dapat memberikan kerusakan, penekanan atau
penyumbatan organ tubuh yang diserang dengan gejala yang bervariasi luas.
Sering ada panas yang tidak jelas sebabnya, keringat malam, penurunan berat
badan. Abnormalitas sitogenetik dapat terjadi. Terjadi translokasi antara
kromosom 8 dan 14 atau translokasi yang lainnya. Berdasarkan sistem tingkatan
menurut Ann Arbor (Ann Arbor Staging Sysem) tahap dari LNH adalah sebagai
berikut :
Tahap I : melibatkan satu regio kelenjar getah bening atau lokasi ekstranodal
tunggal.
Tahap II : melibatkan dua atau lebih regio kelenjar getah bening pada sisi yang
sama dari diafragma atau terlokalisir pada satu lokasi ekstranodal dan
dua atau lebih regio kelenjar getah bening pada sisi yang sama dari
diafragma.
Tahap III : melibatkan regio kelenjar getah bening pada kedua sisi diafragma.
Bisa melibatkan satu lokasi ekstranodal, limpa ata keduanya. Disni
2
V. Pemeriksaan Diagnostik
Pembedahan biopsi, biopsi sumsum tulang (bilateral), PA dan x-ray dada
lateral, CT scan – dada dan perut, limfadenopati bipedal, scan tulang, USG,
endoskopi dan pemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit, LED, hapusan darah
tepi, faal hepar, faal ginjal, dan LDH.
4. Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering Membantu menambah intake nutrisi
5. Timbang BB tiap minggu
6. Kolaborasi pemberian multivitamin Melihat kemajuan intake
Membantu menambah intake nutrisi dan
suplemen yang adekuat.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan Tidak terjadi infeksi dengan kriteria 1. Anujrkan pasien untuk batuk dan napas Mencegah infeksi saluran pernapasan
gangguan fungsi imunologis. tidak ada infeksi pernapasan, kulit, dalam secara teratur
suhu dalam batas normal. 2. Anjurkan untuk pertahankan keseimbangan Mempertahankan well-being yang adekuat
intake cairan dan diet Melhiat indikasi infeksi
3. Observasi nyeri, peningkatan suhu, nadi
dan RR serta anoreksia, sekret hidung atau
tenggorokan. Untuk mengobati infeksi
4. Atur antibiotik sesuai order Mendeteksi infeksi dini dan pengobatan yang
5. Kaji perkembangan kulit pasien seperti tepat
herpes zoster, dan lapor dokter untuk
mendapat pengobatan.
4. Kerusakan integritas kulit Integritas kulit akan normal dengan 1. Anjurkan untuk mandi air dingin atau Meningkatkan kenyamanan
berhubungan dengan pembengkakan kriteria tidak ada lesi, tidak nyeri kompres dingin atau hangat
limfa node dan fungsi yang terganggu. tulang atau nyeri saraf. 2. Berikan calamin lotion, sodium bikarbonat Menghilangkan gatal
dan bedak
3. Lubrikasi kulit dengan baby oil, body lotion Memberikan kenyamanan
atau petroleum
4. Pertahankan kelembaban dan ruangan yang Mengurangi gatak
dingin
6
Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto
Ilyas, Sidarta, (2000), Dasar – Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta
Thorpe dan Vera Darling, (1996), Perawatan Mata, alih bahasa : Hartono,Yayasan
Essentia Media dan Andi, Yogyakarta.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD
Dokter Soetomo, Surabaya
Tucker, Martin dkk, (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin Aih dkk,
volume 4, edisi V, EGC, Jakarta
Laporan Kasus
Pengkajian
I. Biodata
A. Identitas pasien
1. Nama : Tn. Nurkamto (Laki – laki /31 tahun)
2. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan : belum kawin
5. Pendidikan/pekerjaan : STM/tidak bekerja.
6. Bahasa yang digunakan : Jawa dan Indonesia
7. Alamat : Jetis Kulon, X/25 Surabaya
8. Kiriman dari : datang sendiri
C. Istirahat dan
tidur Tidak tentu Istirahat di tempat tidur
1. Istirahat Malam hari jam 22.00 – --
2. Tidur 05.00. Tidak ada kesulitan
dalam tidur.
D. Aktivitas Pasien hanya di rumah saja. Aktivitas harian sperti mandi
Kadang membantu orang tua dan menggosok gigi dilakukan
menjaga kios atau toko miliki di kamar mandi.
orangnya.
E. Kebersihan Pasien mandi 2 X/hari, tidak Pasien mandi pagi dan sore,
diri ada hambatan dalam menggosok gigi. Melakukan
melakukan personal hygiene personal hygiene di kamar
mandi.
F. Rekreasi Pasien menonton tv, Tidak bisa dilakukan karena
mendengar tape dan juga masuk rumah sakit
radio
VI. Psikososial
A. Psikologsi
1. Persepsi klien terhadap penyakit :
Pasien mengatakan belum mengetahui penyakit yang diderita sekarang
ini. Sebab dokter belum memastikan penyakit yang diderita pasien.
Menurut pasien dan keluarga ini disebabkan oleh perempuan yang ingin
dengan pasien.
2. Konsep diri :
Pasien mengatakan gambaran dirinya (body image) mengalami perubahan
karena bentuk tubuh yang kurus, dan menarik diri. Pasien mengatakan
tidak akan minum obat karena bila minum tetap saja kondisinya seperti
sekarang ini.
3. Keadaan emosi :
Pasien nampak pasrah saja terhadap apa yang dialaminya, menarik diri.
4. Kemampuan adaptasi :
Pasien belum mampu beradaptasi terhadap apa yang dialaminya sekarang.
5. Mekanisme pertahanan diri :
Pasien mengatakan tanpa minum obat dia akan sembuh. Mekanisme
pertahanan diri yang digunakan adalah defens mekanisme.
B. Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga dan keluarga lain harmonis, dimana orang
tuanya secara bergantian menunggu dan membantu pasien dalam memenuhi
12
7. Leher
Kelenjar getah bening, dan tekanan vena jugularis tak ada kelainan (tidak
mengalami pembesaran), tidak ada kaku kuduk.
8. Thoraks (fungsi pernapasan)
Inspeksi : simetris, pengembangan dada optimal, frekuensi pernapasan
12x/menit. Palpasi : hangat, ada vokal fremitus, ekspansi paru pada
inspirasi dan ekspirasi maksimal. Perkusi : tidak ada penumpukan sekret,
tidak ada hiperresonan dan bunyi konsolidasi. Auskultasi : tidak ada
ronchii, ataupun wheezing.
9. Abdomen
Inspeksi : ada massa (benjolan) sekitar pusat, abdomen simetris, tidak ada
jaringan parut, dilatasi vena ataupun kemerahan. Palpasi : abdomen keras
(flated), ada nyeri tekanan, teraba massa sekitar umbilicus dengan
diameter 5 cm, hati dan limpa tidak teraba. Perkusi : ada lambung/saluran
cerna. Auskultasi : bising usus normal (15 X/menit).
10. Reproduksi (alat kelamin)
Tidak dikaji.
11. Ekstremitas
Tidak ada luka pada tangan kiri dan kanan. Kekuatan cukup, dimana
mampu membolak – balikan tangan dan menggerakan kakinya.
12. Integumen
Secara umum kulit kelihatan bersih, tidak ada penyakit kulit. Teraba
hangat di dahi dan daerah thoraks. Kulit kering, lemak subkutis kurang.
Analisa data
14
Reaksi berkabung Pasien akan berkurang atau 1. Observasi napsu makan, BB, pola tidur dan Depresi bisa dimanifestasikan dengan perubahan
berhubungan dengan hilang rasa berkabungnya tingkat aktivitas hal tersebut.
diagnosa medis yang setelah 3 kali pertemuan 2. Kaji kualitas sistem pendukung Menderteminasi keadaan seseorang yang
belum pasti dengan kriteria : menerima mempunyai pengaruh dan membantu pasien.
diagnosis apapun yang Withdrawal atau silence bisa indikasi marah atau
ditegakkan, 3. Monitor perubahan komunikasi dengan orang depresi
lain Menghilangkan perasaan engatif dan ketakutannya
4. Dengarkan dan terima ketakutan dan kemarahan Berbicara dengan seseorang yang mempunyai
pasien pengalaman yang sama dapat membantu
5. Anjurkan pasien untuk diskusikan tentang memecahkan masalah yang dihadapi.
ketakutan spesifik dengan pasien lain, kelompok Pasien berhak mengetahui sakit yang dideritanya
16
Jam 13.30
2. 10.00 1. Mengobservasi napsu makan, pola tidur dan tingkat aktivitas S : pasien dan keluarga mengatakan dokter belum mengatakan
2. Menanyakan siapa saja yang merawat/menemani pasie selama diagnosa pasti, menanyakan apa yang harus dilakukan.
MRS O : napsu makan menurun, kontak mata kurang, mengekspresikan
3. Monitor perubahan komunikasi dengan orang lain perasaannya, kadang menarik diri
4. Mendengarkan dan menerima ketakutan dan kemarahan A : masalah belum teratasi
17
Jam 13.30
2 10.00 1. Mengobservasi napsu makan, pola tidur dan tingkat aktivitas S : pasien mengatakan napsu makan meningkat, mengatakan
2. Monitor perubahan komunikasi dengan orang lain memahami keadaan penyakitnya yang membutuhkan waktu untuk
3. Mendengarkan dan menerima ketakutan dan kemarahan menegakkan diagnosis pasti.
pasien O : istirahat cukup, menerima keadaannya, lebih banyak berdiam diri
4. Memberitahukan kepada pasien bila diagnosis pasti sudah A : masalah belum teratasi
ditegakkan P : tindakan keperawatan dipertahankan sampai diagnosis ditegakkan
Jumat, 08 – 11 –
18
Jam 13.30
2 11.00 1. Mengobservasi napsu makan, pola tidur dan tingkat aktivitas S : pasien mengatakan napsu makan meningkat, mengatakan
2. Monitor perubahan komunikasi dengan orang lain memahami keadaan penyakitnya, mengatakan sudah
3. Mendengarkan dan menerima ketakutan dan kemarahan mendengarkan dari dokter sakit yang sedang dideritanya.
pasien O : tenang, rileks, menerima keadaannya, bercerita dengan pasien di
4. Memberitahukan kepada pasien tentang diagnosis pasti samping tempat tidurnya.
berdasarkan hasil biopsi PA A : masalah teratasi
P : tindakan keperawatan dihentikan
Sabtu, 10 -11 –
2001 Jam 13.30
1 08.30 1. Menganjurkan untuk oral hygiene sebelum makan seperti S : pasien mengatakan napsu makan mulai meningkat, mengatakan
kumur – kumur dan sikat gigi bisa menghabiskan porsi yang disiapkan dari rumah sakit.
2. Membantu menyiapkan makanan tinggi kalori dan tinggi O : Hb 9 g/dl, konjungtiva anemis, pucat, lemak subkutis berkurang,
protein kepada pasien BB 42 Kg
19