A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
2. Etiologi
Infeksi virus merupakan salah satu yang dicurigai menjadi etiologi
NHL contohnya ialah infeksi virus Epstein Barr dan HTLV (Human T
Lymphoytopic Virus type 1) yang berhubungan dengan limfoma Burkitt
, yang merupakan limfoma sel B. Selain itu abnormalitas sitogenik
1
seperti translokasi kromosom juga ikut berperan menyebabkan
proliferasi dari limfosit. Pada limfoma sel B ditemukan abnormalitas
kromosom, yaitu translokasi lengan panjang kromosom nomor 8 (8q)
ke lengan panjang kromosom nomor 14 (14q). (Krisifu, et al., 2004).
Faktor resiko berhubungan juga dengan paparan lingkungan,
pekerjaan, diet, dan paparan lainnya. Beberapa pekerjaan yang sering
dihubungkan dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan
dan pertanian. Hal ini disebabkan karena adanya paparan herbisisda
dan pelarut organik. Resiko NHL juga meningkat pada orang yang
mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan terkena
paparan ultraviolet berlebihan. (Reksodiputro,2009).
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering muncul menurut Cecily Lynn (2009)
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1) Keterlibatan intraabdominal:
a. Kemungkinan gejala yang menyerupai apendisitis (nyeri, myeri
tekan di kuadran kanan bawah)
b. Intususepsi
c. Massa ovarium, pelvis, retroperitoneal
d. Asites
e. Muntah
f. Diare
g. Penurunan berat badan
2) Keterlibatan mediastinum:
a. Efusi pleura
b. Kompresi trakea
c. Sindrom vena kava superior
d. Batuk, mengi, dispnea, gawat pernapasan
e. Edema ekstremitas atas
f. Perubahan status mental
3) Keterlibatan primer nasal, paranasal, oral dan faringeal
a. Kongesti nasal
b. Rinorea
c. Epistaksis
d. Sakit kepala
e. Proptosis
f. Iritabilitas
g. Penurunan berat badan
4. Patofisiologi
Menurut Ronald A. Sacher (2004), proliferasi abnormal tumor dapat
memberikan kerusakan, penekanan atau penyumbatan organ tubuh
yang diserang dengan gejala yang bervariasi luas. Sering ada panas
yang tidak jelas sebabnya, keringat malam, penurunan berat badan.
Abnormalitas sitogenetik dapat terjadi. Terjadi translokasi antara
kromosom 8 dan 14 atau translokasi yang lainnya. Berdasarkan sistem
tingkatan menurut Ann Arbor (Ann Arbor Staging Sysem) tahap dari
LNH adalah sebagai berikut :
3
Tahap I : melibatkan satu regio kelenjar getah bening atau lokasi
ekstranodal tunggal.
Tahap II : melibatkan dua atau lebih regio kelenjar getah bening pada
sisi yang sama dari diafragma atau terlokalisir pada satu lokasi
ekstranodal dan dua atau lebih regio kelenjar getah bening pada sisi
yang sama dari diafragma.
Tahap III : melibatkan regio kelenjar getah bening pada kedua
sisi diafragma. Bisa melibatkan satu lokasi ekstranodal, limpa ata
keduanya. Disni melibatkan abdomen atas dan abodmen bawah.
Tahap IV : difus atau diseminasi satu atau lebih organ ekstralimfatik
atau jaringan dengan atau tanpa ada hubungannya dengan kelenjar
getah bening.
5. Pathway NHL
Peternak, Sinar UV
Virus pekerja tani Merokok Mutasi spontan
Radiasi
Paparan herbisida
& pelarut organik
Bahan kimia
Perubahan genetik
LImfoma Hodgin
Pembesaran kelenjar
getah bening
Dada Perut
Penumpukan Pembengkakan
↓ nafsu makan Perut kembung Nyeri perut
cairan di paru wajah
Anoreksia Gg. rasa nyaman Nyeri
Efusi pleura Gg. citra tubuh
Nutrisi kurang
Gg. pola nafas dari kebutuhan
5
6. Komplikasi
Menurut Cecily Lynn (2009), komplikasi utama dari non-hodgkin
limfoma adalah sindrom lisis tumor (sebagai akibat pengobatan)
1) Hiperurisemia
2) Hiperkalemia
3) Hiperfosfatemia
4) Hipokalsemia
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Cecily Lynn (2009), pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada non-hodgkin limfoma meliputi:
1) Biopsi sumsum tulang untuk mengidentifikasikan sel-sel ganas
dengan keterlibatan sumsum tulang
2) Pungsi lumbal untuk menetapkan adanya sel ganas dalam sistem
saraf pusat (SSP)
3) Hitung darah lengkap diagnostic untuk disfungsi sumsum tulang,
dapat memperlihatkan peningkatan kadar hemoglobin, hematrokit,
dan hitung trombosit.
4) Uji fungsi hati dan ginjal untuk nilai uji fungsi hati dapat meningkat
jika hepar terkena, nilai uji fungsi ginjal dapat meningkat jika ginjal
terkena.
5) Kadar dehidrogenase laktat meningkat akibat lisis tumor
6) Kadar asam urat serum meningkat akibat beban sel tumor
7) Virus Epstein Barr hasil positif telah dikaitkan dengan NHL
8) Pemindaian tulang
9) Radiografi dada
10) CT dan MRI
8. Penatalaksanaan
Menurut Elizabeth (2009), penatalaksanaan pada limfoma non-
Hodgkin yaitu:
1) Kemoterapi yang agresif digunakan untuk penyakit tahap lanjut.
Penyakit yang difusi biasanya memerlukan terapi yang lebih
agresif.
2) Kombinasi obat yang diketahui sebagai CHOP (siklofosmid,
doksorubisin, vonkristin, dan prednisone) ditambah terapi
radioterapi adjunvant te;ah digunakan. Untuk klien berusia kurang
dari 61 tahun yang menderita limfoma sel B luas yang terlokalisasi,
regimen intensif dengan kombinasi obat lainnya. ACVBP
(doksorubisin, siklofosmid, vindesin, bleomisin, prednisone),
tampak kuat dari CHOP.
3) Kemoterapi konservasif mungkin digunakan untuk pertumbuhan
limfoma yang lambat dan untuk terapi paliatif.
4) Radioterapi juga digunakan dan pembedahan untuk mengangkat
tumor yang berukuran besar.
5) Transplantasi sumsum tulang mungkin dilakukan.
Sedangkan menurut Santoso dan Krisifu (2004), penatalaksanaan
Hodgkin menurut klasifikasi keganasan yaitu:
1. Derajat Keganasan Rendah (DRK)/indolen
a. Kemoterapi: obat tunggal atau ganda (per oral), jika dianggap
perlu: COP (Cyclophosphamide, Oncovin, dan Prednisone)
b. Radioterapi : LNH sangat radiosensitive. Radioterapi ini dapat
dilakukan untuk local dan paliatif. Radioterapi: Low Dose TOI +
Involved Field Radiotherapy saja.
2. Derajat Keganasan Menengah (DKM)/agresif limfoma
a. Stadium I: kemoterapi (CHOP/CHVMP/BU) + radioterapi.
CHOP (Cyclophosphamide, Hydroxydouhomycin, Oncovin,
Prednisone)
7
b. Stadium II-IV: kemoterapi parenteral kombinasi, radioterapi
berperan untuk tujun paliasi.
3. Derajat Keganasan Tinggi (DKT)
DKT limfoblastik (LNH-Limfoblastik)
a. Selalu diberikan pengobatan seperti Leukemia Limfoblastik
Akut (LLA)
b. Re-evaluasi hasil pengobatan dilakukan pada:
1). Setelah siklus kemoterapi ke-empat
2). Setelah siklus pengobatan lengkap
9
Penurunan BB.
Pembengkakkan wajah, leher, rahang atau tangan kanan.
Edema ekstremitas bawah.
Asites.
9) Nyeri/Kenyamanan.
Nyeri tekan pada nodus limfa yang terkena.
Nyeri punggung dan tulang.
Nyeri pada area yang terkena setelah minum alkohol.
10) Keamanan
Resiko infeksi.
11) Seksualitas.
Fertilitas dan kehamilan akibat pengaruh pengobatan.
Penurunan libido.
12) Penyuluhan/Pembelajaran
Faktor resiko keluarga.
Pekerjaan.
Perawatan dan pengobatan, pemulangan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d pencedera fisiologis
b. Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan
c. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis
d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
e. Resiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Lynn Betz, Cecily. 2009. Buku Saku Keperawatan Pedriatri Edisi 5. Jakarta: EGC
Jakarta: EGC
11
LAPORAN PENDAHULUAN
Samarinda
Disusun Oleh :
Nama : Puput Nor Wayu Utami
NIM : 1911102412003
Prodi : Ners
Semerste : I (satu)
2019