Disusun Oleh:
Annisa Nur Syifaa
(16142011002)
A. DEFINISI
ST elevation myocardial infarction (STEMI) adalah syndrome klinis
yang merupakan tanda dan gejala infark miokard yang ditandai dengan ST
elevasi yang menetap dan juga diikuti dengan pelepasan biomarker nekrosis
miokard (AHA, 2013)
STEMI merupakan salah satu spektrum sindroma koroner akut yang
paling berat. Sindroma koroner akut (SKA) merupakan satu subset akut dari
penyakit jantung koroner (PJK) (Firdaus I, 2012).
STEMI adalah fase akut dari nyeri dada yang ditampilkan terjadi
peningkatan baik frekuensi, lama nyeri dada dan tidak dapat di atasi dengan
pemberian nitrat, yang dapat terjadi saat istirahat maupun sewaktu-waktu yang
disertai infark miokard akut dengan ST elevasi (STEMI) yang terjadi karena
adanya trombosis akibat dari ruptur plak aterosklerosis yang tak stabil
(Pusponegoro, 2015),
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa STEMI adalah penyakit
jantung yang dapat ditandai dengan adanya gambaran ST elevasi pada hasil
EKG dikarenakan adanya trombus pada arteri koroner, dimana kondisi ini
disertai dengan adanya nyeri dada yang hebat.
B. ETIOLOGI/PENYEBAB
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi trombus pada plak ateroskerotik yang sudah ada
sebelumnya. Ini disebabkan karena injuri yang disebabkan oleh faktor-faktor
seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Nurarif AH & Hardhi K,
2013).
Penyebab lain infark tanpa aterosklerosis koronaria antara lain emboli
arteri koronaria, anomali arteri koronaria kongenital, spasme koronaria
terisolasi, arteritis trauma, gangguan hematologik, dan berbagai penyakit
inflamasi sistemik (Libby, Bonow, Mann, Zipes, 2008).
Adapun beberapa faktor yang dapat menimbulkan ST Elevation (STEMI) :
1. Penyempitan arteri koroner non sklerotik
2. Penyempitan aterosklerotik
3. Trombus
4. Plak aterosklerotik
5. Lambatnya aliran darah di daerah plak atau viserasi plak
6. Peningkatan kebutuhab oksigen miokardium
7. Penyempitan arteri oleh karena perlambatan jantung selama tidur.
C. PATHWAY
Nekrosis
Resiko
Metabolism anaerob Seluler hipoksia penurunan
curah
jantung
Gangguan
Timbunan asam
pertukaran Nyeri Integritas membrane sel berubah
laktat meningkat
gas
Intoleransi
COP turun Kegagalann
aktifitas
pompa jantung
Gangguan perfusi
jaringan Gagal jantung
G. KOMPLIKASI
1. Disfungsi Ventrikuler
Setelah STEMI, ventrikuler kiri mengalami serial perubahan
bentuk,ukuran dan ketebalan pada segment yang mengalami infak miokard
dan non infak. Proses ini disebut remodeling ventrikuler dan pada umumnya
mendahulukan berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam hitungan
bulan atau tahun paska infak, segera setelah infak ventrikel kiri memgalami
dilatasi secara akut hasil ini berasal dari ekspansi infak antara lain:slippage
serat otot,disfungsi sel miokardial normal dan hilangnya jaringan dalam
zona nekrotik. Selanjutnya terjadinya penampungan segment non infak
mengakibatkan penipisan yang diproporsionalkan dan elegasi zona infak.
Pembesaran ruang jantung secara keseluruhan yang terjadi ditentukan
dengan ukuran dalam lokasi infak dengan dilatasi terbesar paska infak pada
afeks pentrikel kiri yang menyebabkan penurunan hemodinamik yang nyata.
Lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis yang lebih buruk
progresivitas dilatasi dan konsekuensi klinisnya dapat dihambat dengan
terapi inhibitor dan vasodilator yang lain. Pada pasien dengan fraksi injeksi
<40% tanpa melihat ada tidaknya gagal jantung,inhibitor ACE harus
diberikan.
2. Gangguan Hemodinamik
Gagal pemompaan merupakan penyebab utama kematian
pada STEMI. Perluasan iskemia nekrosis mempunyai korelasi yang baik
dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas baik pada awal (10 hari infak)
dan sesudahnya. Tanda klinis yang sering dijumpai adalah ronki bassah di
paru-paru dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop pada pemeriksaan rontgen
sering dijumpai kongesti paru.
3. Komplikasi Mekanik
Rupture muskulus papilaris, ruptur septum ventrikel rupture dinding
ventrikel, penatalaksanaannya hanya operasi.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratotium Pemeriksaan Enzim jantung :
a. CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung
meningkat pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal
dalam 36-48 jam (3-5 hari).
b. CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan
kembali normal pada 48-72 jam
c. LDH(laktat dehidrogenase), LDH1, dan LDH2: Meningkat dalam
24 jam dan memakan waktu lama untuk kembali normal
d. AST/SGOT : Meningkat
2. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG digunakan untuk mencatat aktivitas
elektrik jantung. Melalui aktivitas elektrik jantung dapat diketahui irama
jantung, besarnya jantung, dan kondisi otot jantung, kondisi otot jantung
inilah yang memiliki kaitanya dengan PJK.
3. Tes Treadmill Atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung
dengan bebean)
Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering
dilakukan untuk mendiagnosis apakah seseorang terkena
menderita penyakit jantung dan juga untuk menstratifikasi berat ringannya
penyakit jantung. Selain itu tes treadmill juga dapat dipakai untuk
mengukur kapasitas jantung, gangguan irama, dan lain-lain.
4. Echocardiography (Ekokardiografi)
Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara
ultra untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat
menilai fungsi jantung.
5. Angiografi korener
Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang
disuntikan kedalam arteri koroner melalui kateter untuk melihat
adanya penyempitan diarteri koroner.
6. Multislice Computed Tomograpy Scanning (MSCT)
CT menghasilkan tampilan secara tomografi (irisan) digital dari sinar
X yang menembus organ. Sinar X yang menembus diterima oleh detektor
yang mengubahnya menjadi data elektrik dan diteruskan ke sistem komputer
untuk diolah menjadi tampilan irisan organ-organ tubuh.
7. Cardiac Magnetic Resonance Imaging (Cardiac MRI)
Merupakan salah satu teknik pemeriksaan diagnostik dalam ilmu
kedokteran, yang menggunakan interaksi proton-proton tubuh dengan
gelombang radio-frekuensi dalam medan magnet (sekitar 0,64-3 Tesla)
untuk menghasilkan tampilan penampang (irisan) tubuh.
8. Radionuclear Medicine
Dengan menggunakan radio aktif dimasukan kedalamtubuh pasien,
kemudian dideteksi dengan menggunakan kamera gamma atau
kamera positron, sehingga pola tampilan yang terjadi berdasrkan pola organ
yang memancarkan sinar gamma (Kabo, 2008).
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik,
psikologis), kerusakan jaringan
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama jantung,
stroke volume, pre load dan afterload, kontraktilitas jantung
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau imobilisasi,
kelemahan menyeluruh, ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan
kebutuhan gaya hidup yang dipertahankan.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi, perubahan membran kapiler-alveolar
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan
melemah, asupan cairan berlebihan
6. Kecemasan berhubungan dengan faktor keturunan, krisis situasional,
stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep
diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi
K. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
https://www.academia.edu/9036954/LAPORAN_PENDAHULUAN_ST_ELEVA
TION_MYOCARDIAL_INFARCTION
(Diakses pada tanggal 26 November 2019, Pukul 18:20 WIB)
https://www.academia.edu/8873405/LAPORAN_PENDAHULUAN_STEMI
(Diakses pada tanggal 26 November 2019, Pukul 18:30 WIB)
https://www.scribd.com/doc/295454586/LP-STEMI
(Diakses pada tanggal 26 November 2019, Pukul 18:50 WIB)
https://www.scribd.com/document/380870067/Laporan-Pendahuluan-Stemi-Anisa
(Diakses pada tanggal 26 November 2019, Pukul 18:55 WIB)
http://www.isic.or.id/patient_education_and_collaboration/2014/10/serangan_jant
ung_tipe_stemi_st-elevation_myocardial_infarction_5
(Diakses pada tanggal 27 November 2019, Pukul 19:40 WIB)
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/download/6343/5210
(Diakses pada tanggal 27 November 2019, Pukul 21:40 WIB)
http://eprints.undip.ac.id/46705/3/BAB_2.pdf
(Diakses pada tanggal 27 November 2019, Pukul 22:00 WIB)