Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

DI POLI BEDAH

SPACE OCCUPYING LESION (SOL)

DISUSUN OLEH :

NINA NISRINA ZAHRO

1911311004

KELOMPOK A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Landasan Teoritis Penyakit

1. Definisi

Space Occupying Lesion (SOL)merupakan desakan ruang yang diakibatkan peningkatan


volume di dalam ruang intrakranial yang ditempati oleh jaringan otak, darah, dan
cairan serebrospinal. Lesi desakan ruang (Space Occupying Lesion) bisa meningkatkan
tekanan intrakranial (Wilson, L.M., & Price, S.A, 2006). Space Occupying Lesion bisa berupa
neoplasma ataupun tumor, perdarahan ataupun granuloma. Jaringan otak akan mengalami
nekrosis sehingga menyebabkan gangguan neurologik progresif (Sisca & Zam, 2017)

2. Etiologi

 Riwayat trauma kepala.


 Faktor genetik
 Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik
 Virus tertentu
 Defisiensi imunologi
 Congenital

3. Manifestasi Klinis

Peningkatan tekanan intracranial

a) Nyeri kepala
Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat sekali,
biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktivitas yang menyebabkan
peningkatan TIK, yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.
b) Nausea dan muntah
Akibat rangsangan pada medual oblongata
c) Papil edema
Statis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus

4. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik

 CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor,
dan meluasnya edema serebralsekunder serta member informasi tentang sistem vaskuler
 MRI :Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otakdan
daerah hiposisis, dimana tulang menggangudalam gambaran yang menggunakan CT Scan
 Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberi dasar pengobatan seta informasi prognosisi
 Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor
 Elektroensefalografi ( EEG ) : Mendeteksi gelombang otak abnormal

5. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

a) Penatalaksaan medis
 Terapi antibiotik. Kombinasi antibiotik dengan antibiotik spektrum luas.
Antibiotik yang dipakai ;Penicilin, chlorampenicol (chloramyetin) dan nafacillen
(unipen). Bila telah diketahui bakteri anaerob, metrodiazelo (flagyl) juga dipakai.
 Surgery ; aspirasi atau eksisi lengkap untuk evaluasi abses.
 Untuk tumor primer jika memungkinkan dilakukan eksisi sempurna namun
umumnya sulit dilakukan sehingga dilakukan radioterapi dan kemoterapi, pada
tumor metastase dilakukan perawatan paliatif
 Hematom membutuhkan evakuasi
 Lesi infeksi membutuhkan evakuasi dan terapi antibiotik
 Pemberian deksametason dapat menurunkan edema sebral.
 Pemberian Manitol untuk menurunkan peningkatan TIK
 Pemberian antikonvulsan sesuai gejala yg timbul. (Widjoesno, 2004. Eccher,
2004)
b) Penatalaksaan Keperawatan
 Monitor adanya cardiac aritmia pada pembedahan fossa posterior akibat
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
 Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar 1.500 cc /
hari.
 Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.
 Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam.
 Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan aliran balik
dari kepala. Hindari fleksi posisi panggul dan leher.
 Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.
 Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin
 Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya : antikonvulsi,antasida,
atau antihistamin reseptor, kortikosteroid.
 Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi..

6. Komplikasi

a) Edema serebral.
b) Tekanan intrakranial meningkat.
c) Herniasi otak.
d) Hidrosefalus.
e) Kejang.
f) Metastase ketempat lain.
g) Gangguan fungsi neurologis
h) Gangguan kognitif
i) Gangguan tidur dan mood
j) Disfungsi seksual
7. WOC
B. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a) Identitas klien ; usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tgl masuk RS, askes.
b) Keluhan utama ; nyeri kepala disertai dengan penurunan kesadaran.
c) Riwayat penyakit sekarang ; demam, anoreksi dan malaise, peninggian tekanan
intrakranial serta gejala nerologik fokal.
d) Riwayat penyakit dahulu ; pernah atau tidak menderita infeksi telinga (otitis media,
mastoiditis) atau infeksi paru-paru (bronkiektaksis,abses paru,empiema) jantung
(endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit.
e) Riwayat keluarga yaitu pada migren dan nyeri kepala biasanya di dapatkan juga pada
keluarga pasien.
f) Pola Fungsional Gordon
 Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah
pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
 Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada
perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
 Eliminasi (BAB / BAK)
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.
 Gerak dan aktifitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan
aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah
didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani perawatan di RS.
 Rasa Nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya,
misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian kanan atas (dikaji dengan PQRST :
faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri)
 Kebersihan Diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS
 Rasa Aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani
keluarganya selama di RS.
 Sosial dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan lingkungan
sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
 Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini dan
terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
 Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
 Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima
penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya.
g) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan head to toe terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi
h) Pemeriksaan neurologis

3. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis


2. Gangguan persepsi sensori b.d hipoksia serebral
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
4. Resiko cedera b.d hipoksia jaringan

4. Perencanaan

No Diagnosa SLKI SIKI


1. Nyeri akut b.d Tingkat Nyeri MANAJEMEN NYERI
agen pencedera Kriteria Hasil :
fisiologis  Keluhan nyeri
1. Observasi
menurun
 Meringis
 Lokasi, karakteristik, durasi,
menurun
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Sikap protektif
 Identifikasi skala nyeri
menurun
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Gelisah menurun
 Identifikasi faktor yang
 Kesulitan tidur
memperberat dan memperingan
menurun
nyeri
 Frekuensi nadi
 Identifikasi pengetahuan dan
membaik
keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik

2. Terapeutik

 Berikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

3. Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

4. Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Gangguan Persepsi Sensori Minimalisasi Rangsangan


persepsi sensori Kriteria Hasil :
1. Observasi
b.d hipoksia 1. Distorsi sensori
 Periksa status mental, status
serebral menurun
sensori, dan tingkat
2. Konsentrasi
kenyamanan (mis. nyeri,
membaik
kelelahan)
2. Terapeutik
 Diskusikan tingkat toleransi
terhadap beban sensori (mis.
bising, terlalu terang)
 Batasi stimulus lingkungan
(mis. cahaya, suara,
aktivitas)
 Jadwalkan aktivitas harian
dan waktu istirahat
 Kombinasikan
prosedur/tindakan dalam
satu waktu, sesuai
kebutuhan
3. Edukasi
 Ajarkan cara
meminimalisasi stimulus
(mis. mengatur pencahayaan
ruangan, mengurangi
kebisingan, membatasi
kunjungan)
4. Kolaborasi
 Kolaborasi dalam
meminimalkan
prosedur/tindakan
 Kolaborasi pemberian obat
yang mempengaruhi
persepsi stimulus

3. Defisit Nutrisi Status Nutrisi MANAJEMEN NUTRISI


b.d Kriteria Hasil :
1. Observasi
ketidakmampua  Porsi makan yang
n mencerna dihabiskan
 Identifikasi status nutrisi
makanan meningkat
 Identifikasi alergi dan intoleransi
 Berat badan
membaik makanan
 Indeks Massa  Identifikasi makanan yang disukai
Tubuh (IMT)  Identifikasi kebutuhan kalori dan
membaik jenis nutrient
 Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium

2. Terapeutik

 Lakukan oral hygiene sebelum


makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika
perlu
 Hentikan pemberian makan melalui
selang nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi

3. Edukasi

 Anjurkan posisi duduk, jika mampu


 Ajarkan diet yang diprogramkan

4. Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian medikasi


sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

4 Resiko cedera Tingkat Cedera Pencegahan Cedera


b.d hipoksia Kriteria Hasil :
Observasi
jaringan  Kejadian cedera
menjadi menurun
 Identifikasi area lingkungan yang
 Pola berpotensi menyebabkan cedera
istirahat/tidur  Identifikasi obat yang berpotensi
menjadi membaik menyebabkan cedera
Kontrol Kejang
Kriteria Hasil : Terapeutik
 Kemampuan
 Sosialisasikan pasien dan keluarga
mengidentifikasi
dengan lingkungan ruang rawat
faktor
(mis. penggunaan telepon, tempat
risiko/pemicu
tidur, penerangan ruangan dan
kejang meningkat
lokasi kamar mandi)
 Pastikan barangbarang pribadi
mudah dijangkau
 Pertahankan posisi tempat tidur di
posisi terendah saat digunakan
 Gunakan pengaman tempat tidur
sesui dengan kebijakan fasilitas
pelayanan kesehatan
 Diskusi mengenai latihan dan
terapifisik yang diperlukan

Edukasi

 Jelaska alasan intervensi


pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga,

5. Evaluasi

Untuk lebih mudah melakukan pemantauan dalam kegiatan evaluasi keperawatan maka kita
menggunakan komponen SOAP, yaitu :

S : Data subyektis

O : Data objektif

A : Analisis , interpretasi dari data subyektif dan data objektif. Analsisis merupakan suatu
masalah atau diagnosis yang masih terjadi, atau masalah atau diagnosis yang baru akibat adanya
perubahan status kesehatan klien.

P : Planning, yaitu perencanaan yang akan dilakukan, apakah dilanjutkan, ditambah atau
dimodifikasi
DAFTAR PUSTAKA

Bare, Brenda G, Smeltzer, Suzanne C. (2006) . Brunner and Suddarth's Textbook of Medical-
Surgical Nursing, edition 10 . Lippincott Williams & Wilkins.

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E.dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi Il.Alih Bahasa: I Made Kriasa.EGC.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai