Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KARSINOMA SEL SKUAMOSA (KSS)

DIRUANG BAITUSSALAM 1

RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Disusun Oleh

SARAH AULIA HAYATI

48901700063

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2020
I. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Karsinoma sel skuamosa merupakan salah satu jenis kanker yang berasal dari
lapisan tengah epidermis. Jenis kanker ini menyusup ke jaringan di bawah kulit
(dermis). Kulit yang terkena tampak coklat-kemerahan dan bersisik atau
berkerompeng dan mendatar, kadang menyerupai bercak pada psoriasis, dermatitis
atau infeksi jamur (Price Sylvia, 2005).
Karsinoma sel skuamosa dapat tumbuh dalam setiap epitel berlapis skuamosa
atau mukosa yang mengalami metaplasia skuamosa. Jadi bentuk kanker ini dapat
terjadi misalnya di lidah, bibir, esofagus, serviks, vulva, vagina, bronkus atau
kandung kencing. Pada permukaan mukosa mulut mulut atau vulva, leukoplakia
merupakan predisposisi yang penting. Tetapi kebanyakan karsinoma sel skuamosa
tumbuh di kulit (90-95%) (Price Sylvia, 2005).
Karsinoma sel skuamosa adalah kanker sel-sel epidermis yang dapat menyebar
secara horizontal di kulit atau secara vertical ke dalam dermis (Corwin, 2009).

B. ETIOLOGI
Penyebab pasti belum diketahui dengan jelas, tetapi terdapat beberapa faktor
risiko yang terkait dengan perkembangan karsinoma sel skuamosa, meliputi hal-
hal berikut:
1. Faktor Genetik: Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita
kanker memiliki risiko terkena kanker sebanyak 3 sampai 4 kali lebih
besar dari yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker.
2. Usia tua lebih dari 50 tahun.
3. Jenis kelamin laki-laki. Laki-laki leih cenderung mengalami karsinoma sel
skuamosa dibanding wanita, karena pajanan terhadap UV yang lebih besar
4. Kulit putih terang, rambut pirang atau cokla terang, mata hijau, biru, atau
abu-abu. Queensland, Australia, memiliki angka kejadian kanker kulit
tertinggi di dunia karena jumlah pajanan UV yang tinggi dan kebanyakan
peduduknya adalah orang Inggris atau Irlandia yng mempuya kulit sensitif
UV
5. Kulit yang mudah mengalami luka bakar akibat sinar matahari (jenis
Fitzpatrick I dan II)
6. Geografi (lebih dekat ke katulistiwa)
7. Sejara kanker kulit nonmelanoma sebelumnya. Sekali terkena karsinoma
sel skuamosa, ada kemungkinan untuk seseorang tersebut terkena kanker
karsinoma sel skuamosa kembali
8. Paparan sinar UV matahari dengan kumulatif tinggi
9. Paparan karsinogen kimia (misalnya Arsen, Tar, merokok) 75% dari
seluruh kanker mulut dan faring di Amerika Serikat berhubungan dengan
penggunaan tembakau yaitu termasuk merokok dan mengkonsumsi
alkohol. Penggunaan alkohol dengan rokok bersama-sama secara
signifikan memiliki resiko yang lebih tinggi daripada digunakan secara
terpisah. Merokok cerutu dan merokok menggunakan pipa mempunyai
resiko yang lebih tinggi terhadap kanker mulut dibandingkan dengan
merokok kretek
10. Imunosupresi kronis.
11. Infeksi Human Papiloma Virus (HPV)

(Muttaqin, 2013)

C. MANIFESTASI KLINIS
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul dengan nodul yang menebal, bersisik,
dan berulserasi serta kadang-kadang berdarah. Nodul ini biasanya timbul pada
kulit yang
rusak karena matahari di daerah muka, kulit kepala, telinga, leher, tangan, atau
lengan. Seringkali nodul ini dikelilingi oleh keratosis aktinik yang multiple, yang
apabila tidak diobati dapat berdegenerasi menjadi kanker sel skuamosa.
Penyakit Bowen terlihat sebagai suatu plak eritematosa dengan tepi yang
berundulasi,
bersisik, dan seringkali ada erosi di bagian tengahnya.

Klasifikasi dan gambaran klinis (Otto, 2005)


Karsinoma sel skuamosa diklasifikasikan berdasarkan gejala yang timbul, sumber
jaringan, dan perbedaan histologis.
Gambaran klinis :
1. Terjadi di mana saja pada kulit yang rusak karena sinar matahari dan atau pada
membrane mukosa dengan epitel skuamosa
2. Tampak sebagai lesi berbentuk bulat atau tidak beraturan, dengan ciri seperti
plakat atau noduler yang tertutup oleh sisik, dengan batas tidak jelas, disertai
eritema berbentuk nodul seperti kubah dengan bagian tengah yang mengalami
ulserasi
3. Berwarna merah pucat
4. Tumbuh dengan ekspansi dan infiltrasi dengan menyusuri daerah jaringan
yang berlainan
5. Menginvasi daerah di bawah kelenjar keringat dan memiliki tingkat keganasan
yang lebih tinggi

Klasifikasi

1. Ulserasi iskemik
2. Penyakit bowen
3. Kelitis aktinik
4. Verukosa

D. PATOFISIOLOGI
Squamosa cell caecinoma (SCC) adalah tumor ganas pada keratinosit
epidermis. Beberapa kasus karsinoma sel skuamosa terjadi de novo (yaitu dengan
tidak adanya lesi precursor). Namun beberapa karsinoma sel skuamosa berasal
dari matahari yang disebabkan oleh lesi prakanker dikenal sebagai keratosis
actinic. Pasien dengan keratosis actinic multiple memberikan manifestasi
peningkatan risiko untuk pengembangan karsinoma sel skuamosa. Karsinoma sel
skuamosa yang mampu infiltrasi pertumbuhan lokal, menyebar ke kelenjar getah
bening regional, dan metastasis jauh, paling sering ke paru-paru.
Karsinoma skuamosa invasif kebanyakan didapati pada tepi lateral lidah dan
dasar mulut, sangat jarang pada palatum dan dorsum lidah. Pulau-pulau tumor
yang invasif bermetastasis melalui pembuluh limfa dan mengenai kelenjar getah
bening supraomohioid dan servikal. Penyebaran melalui pembuluh darah
merupakan sekuele terakhir dan biasanya sebagai akibat metastasis kelenjar getah
bening yang menjalar ke duktus torakikus masuk vena sistemik (Corwin, 2000).
E. KOMPLIKASI
Kecacatan karena pembedahan terutama bila kanker kulit tersebut kambuh ada
wajah yang membutuhkan reseksi ulang, atau jika eksisi luas dibutuhkan seperti
halnya ada melanoma. Selain itu juga dapat terjadi metastase penyakit ke otak
biasanya fatal kecuali bila reseksi pembedahan masih mungkin di lakukan. Serta
dapat menimbulkan metastase tulang dan dapat menimbulkan nyeri berat dan
mengarah pada fraktur dan kompresi medulla spinalis. (Corwin, 2000)

F. PENATALAKSANAAN

Penanganan karsinoma sel skuamosa dan variannya yaitu penyakit Bowen,


terutama berupa pembedahan. Terapi sinar, bedah beku, dan kemoterapi memiliki
angka kesembuhan sekitar 95% - 98%. Kelenjar limfe tidak diangkat bila secara
klinik negative tetapi harus dipalpasi secara teliti sewaktu pembedahan dilakukan.
Lesi metastasis karsinoma sel skuamosa tidak berespon baik terhadap kemoterapi.
Pasien karsinoma sel skuamosa harus diperiksa secara terus menerus karena
adanya risiko tinggi terjadinya karsinoma sel skuamosa baru. Kelenjar limfe selalu
harus diraba pada kunjungan selanjutnya.

Modalitas penanganan (Otto, 2005)

1. Pembedahan
2. Kemoterapi. Penggunaan 5-FU topical dianjurkan sebagai terapi keratosis
aktinik pramaligna. Pada penyakit yang lebih lanjut penggunaan retinoid
sistemik memberikan respon yang lebih besar dari 70 %.
3. Terapi radiasi. Radioterapi digunakan untuk karsinoma sel skuamosa primer
dengan menggunakan regimen terbagi dari 22 Gy secara tunggal sampai 70Gy
dalam fraksi terbagi.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Imaging termasuk CT (tulang atau penyebaran jaringan lunak, kelenjar getah
bening terutama leher rahim)
2. MRI pemindaian (terutama untuk menyebar kepala dan leher, invasi
perineural).
3. Teknik brush biopsy secara luas digunakan pada sitologi dengan pengumpulan
sel yang mewakili keseluruhan epitel berlapis skuamosa
4. Laboratorium

H. PATHWAYS
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian menurut Doenges (2000)
a) Aktivitas/istirahat
1) Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah
2) Perasaan gelisah dan ansietas
3) Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan proses penyakit
b) Sirkulasi
Tanda: Bradikardia (Hiperbilurubinemia berat) ikterik pada sclera, kulit,
membran mukosa.
c) Eliminasi
Gejala: Urin gelap. Diare/konstipasi: Feses warna tanah liat.
Adanya/berulangnya Hemodialisa.
d) Makanan/Cairan
Gejala: Hilang nafsu makan (Anoreksia), penurunan BB atau meningkat
(Edema), mual/muntah.
Tanda: Asites
e) Neurosesori
Tanda: Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriktis
f) Integritas ego
Gejala: Ansietas, ketakutan, perasaan tak berdaya
Tanda: menolak, depresi
g) Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas. Mialgia,
artalgia, sakit kepala, gatal (Pruritus).
Tanda: Otot tegang, gelisah.
h) Pernafasan
Gejala: Tidak minat/enggan merokok (bagi perokok)
i) Keamanan
Gejala: Adanya transfusi darah/produk darah
Tanda: Demam, urtikaria, lesimakulopapular, eritema tak beraturan,
eksaserbasi jerawat, splenomegals, pembesaran modus servikal posterion.
j) Seksualitas
Gejala: Pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpajan (contoh
homoseksual
k) Interaksi sosial
Gejala: masalah hubungan/peran berkaitan dengan kondisi,
Ketidakmampuan aktif secara sosial
l) Penyuluhan/Pembelajaran
1) Gejala: Riwayat diketahui/mungkin terpajan pada virus, bakteri atau
toksin (makanan terkontaminasi, air, jarum suntik atau darah)
pembawa (simptomatik atau asimptomatik). Adanya prosedur bedah
dengan anestesi haloten, terpajan pada kimia toksik, obat resep, obat
jalan atau penggunaan alkohol. Diabetes, GJK atau penyakit ginjal.
Adanya infeksi seperti flu pada pernafasan atas.
2) Pertimbangan: DRG menunjukkan rata-rata lama dirawat 6-7 hari
3) Rencana pemulangan: mungkin memerlukan bantuan dalam tugas,
pemeliharaan dan pengaturan rumah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan konsekuensi
kemoterapi.
2. Nyeri akut berhubungan berhubungan dengan proses penyakit
(kompresi/destruksi jaringan saraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya,
obstruksi jaringan saraf, inflamasi.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi

C. INTERVENSI
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan konsekuensi
kemoterapi.
Intervensi :
1) Pantau masukan makan setiap hari, biarkan pasien menyimpan buku harian
tentang makanan sesuai indikasi.
Rasional :
1) Mengidentifikasi kekuatan/ defisiensi nutrisi.
2) Ukur tinggi, berat badan dan ketebalan lipatan kulit trisep. Pastikan jumlah
penurunan berat badan saat ini, timbang berat badan setiap hari.
3) Membantu dan mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khusus nya bila
berat badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal.
4) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan
masukan cairan adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makan
sering/lebih sedikit yang di bagi – bagi selama sehari.

2. Nyeri akut berhubungan berhubungan dengan proses penyakit


(kompresi/destruksi jaringan saraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya,
obstruksi jaringan saraf, inflamasi.
Intervensi :
1) Tentukan riwayat nyeri misal lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas
(skala 0 – 10 ) dan tindakan penghilang yang di gunakan.

Rasional :

1) Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/


keefektifan intervensi.
2) Catatan : pengalaman nyeri adalah individual yang di gabungkan dengan
baik respons fisik dan emosional.
3) Evaluasi/sadari terapi tertentu misalkan pembedahan, radiasi, kemoterapi,
bioterapi. Ajarkan pasien/ orang terdekat apa yang diharapkan

3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi


Intervensi :
1) Tinjau ulang pengalaman pasien / orang terdekat sebelum nya dengan
kanker.
2) Tentukan apakah dokter telah mengatakan pada pasien dan apakah
kesimpulan pasien telah dicapai.
Rasional :
1) Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan
pada pengalaman dengan kanker.
2) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
3) Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realitas serta
kesalahan konsep tentang dignosis.
4) Pertahankan kontak sering dengan pasien.

D. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah tahap tindakan dalam proses keperawatan dimana harus


membutuhkan penerapan intelektual, interpersonal, dan teknis (Martin dan Griffin,
2014). Implementasi keperawatan adalah suatau tindakan keperawatan yang
sebelumnya telah di rencanakan pada intervensi keperawatan. Setelah melakukan
implementasi hendaklah perawat melihat respon subjektif maupun objektif pasien.

E. EVALUASI

Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan yang meliputi evaluasi proses
(formatif) dan evaluasi hasil (sumatif) dan mencakup penilaian hasil tindakan
asuhan keperawatan yang telah dilakukan (Martin dan Griffin, 2014). Evaluasi
formatif adalah evalusi yang dilakukan setelah perawat melakukan tindakan
keperawatan yang dilakukan terus menerus hingga mencapai tujuan.

Evaluasi somatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah semua tindakan
sesuai diagnosa keperawatan dilakukan. Evaluasi somatif terdiri dari SOAP (subjek,
objektif, analisis dan planing). Subjek berisi respon yang diungkapkan oleh pasien
dan objektif berisi respon nonverbal dari pasien respon- respon tersebut didapat
setelah perawat melakukan tindakan keperawatan. Analisis merupakan kesimpulan
dari tindakan dalam perencanaan masalah keperawatan dilihat dari kriteria hasil
apakah teratasi, teratasi sebagiam atau belum teratasi. Sedangkan planing berisi
perencanaan tindakan keperawatan yang harus dilakukan selanjutnya.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan tujuan
tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukan perubahan sesuai kriteria
hasil yang telah ditentukan, tujuan tercapai sebagian apabila jika klien menunjukan
perubuahan pada sebagian kriteria hasil yang telah ditetapkan, tujuan tidak tercapai
jika klien menunjukan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai