Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

“Leukemia”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II
Dosen pengampu : Ns. Neneng Aria, S.Kep.,M.Kep

Disusun oleh :
Ahaddin Yusuf
Asti Dwi Fajrin
Cipta Ningrat
Dini Amalia
Euis Laela Sari
Evvy Khoerunnisa
Fitri Dwi Aldianti
Intan Apriliyanti
Isabela Yopita Putri
Linda Rismawati
Lusi Sulistia
Muhamad Lutfi
Puput Ariyanti

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr. Wb.


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah kepada Kami, sehingga Kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Leukemia”
Makalah ini telah Kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu Kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka Kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang “Leukemia” dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Wassalamua’laikum Wr. Wb.

Kuningan, 18 Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................1
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS........................................................................3
A. Definisi Leukemia.......................................................................................3
B. Etiologi Leukemia.......................................................................................3
C. Patofisiologi Leukemia...............................................................................7
D. Manisfestasi Klinis Leukemia.....................................................................9
E. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................10
F. Penatalaksanaan pada Leukemia.................................................................11
G. Asuhan Keperawatan Leukemia.................................................................14
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................25
A. Kasus...........................................................................................................25
B. Pembahasan Kasus......................................................................................25
BAB IV PENUTUP.............................................................................................42
A. Kesimpulan ................................................................................................42
B. Saran............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................44

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan
haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit
yang disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika
seldarah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan
mengganggupembelahan sel darah normal.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan
angkakematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International
Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak
terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh
leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian
di AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971
(Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa
menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan
meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Leukemia?
2. Bagaimana Etiologi dari Leukemia?
3. Bagaimana Patofisiologi dari Leukemia?
4. Apa saja manisfestasi klinis dari Leukemia?
5. Apa Pemeriksaan Penunjang dari Leukemia?
6. Apa Penatalaksanaan dari Leukemia?
7. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada kasus Leukemia?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
2. Mengetahui Proses Terjadinya Leukemia
3. Mengetahui Proses Asuhan Keperawatan pada Leukamia

1
D. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan
wawasan tentang asuhan keperawatan Leukemia. Manfaat lain dari penulisan
makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah
putih” pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan
diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik.
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik
pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal
akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan
menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat dari
proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan
sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas
tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang
berlebihan, dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih
sirkulasinya meninggi.

B. Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.
Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih
meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia.
1. Host
a) Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur.
LLA merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak,
dengan puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur
15-39 tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara umur 30-50
tahun. LLK merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60
tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada

3
wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia
(kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker.
Menyerang 9 dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun.
Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia daripada anak-
anak. Leukemia terjadi paling sering pada orang tua. Ketika leukemia
terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi paling sering sebelum usia 4 tahun.
Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los
Angeles County-University of Southern California (LAC+USC) Medical
Centre melaporkan bahwa penderita leukemia menurut etnis terbanyak
yaitu hispanik (60,9%) yang mencerminkan keseluruhan populasi yang
dilayani oleh LCA + USA Medical Center. Dari pasien non-hispanik
yang umum berikutnya yaitu Asia (23,0%), Amerika Afrika (11,5%), dan
Kaukasia (4,6%).
b). Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah
20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat
menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada
penderita dengan kelainan kongenital misalnya agranulositosis
kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom,
anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan
sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia
meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada
saudara kandung penderita naik 2-4 kali.19 Selain itu, leukemia juga
dapat terjadi pada kembar identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain
case control menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga
positif leukemia berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75; CI=1,32-
10,99) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali
memiliki riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang
yang tidak menderita leukemia.

4
2. Agent
a) Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia
pada binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus
sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase
ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini
ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis
RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi
terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus
jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada
sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada
propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di
antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
b) Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali
meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi terhadap
sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko
menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja
di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang hidup setelah
ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi LMA dan LGK
sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7
tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita
ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads
mempunyai insidens 14 kali lebih banyak.
c) Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol,
fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18
Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya
Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia nonlimfoblastik akut.

5
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
menunjukkan bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan
risiko terkena leukemia terutama LMA (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37)
artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar
benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia.
d) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya
leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk
menderita leukemia terutama LMA.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok
meningkatkan risiko LMA. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan
desain case control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun
meningkatkan risiko kejadian LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya
orang yang menderita LMA kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari
10 tahun dibanding dengan orang yang tidak menderita LMA. Penelitian
di Los Angles (2002), menunjukkan adanya hubungan antara LMA
dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di Canada oleh Kasim
menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko LMA.
Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang merokok tergantung
pada frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.
3. Lingkungan (Pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan
pekerjaan dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang
dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan
kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai, ibu rumah
tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien tersebut, 26%
adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah petani.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja di
pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI
= 1,0-5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali

6
bekerja di pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita
leukemia.

C. Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat
dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi
sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat
berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel
leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh
terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada
sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk
menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi
kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan
kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau
menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk
translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini,
dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen
yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari
kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom
mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel
membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bias menyusup ke
dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan
otak.

7
Faktorfaktor
pencetus :
Sel neoplasma berproliferasi dalam
- Genetik - Kelainan Kromosom sumsum tulang
- Radiasi - infeksi virus
- Obat-obatan - Paparan bahan Kimia

Infiltrasi Penyebaran Sel onkogen


sumsum tulang ekstramedular

Pertumbuhan
berlebih
Mil sirkulasi Mil system
darah limfatik
Kebutuhan nutrisi
meningkat
Pembesarah hati Nodus limfe
dan limpa
Hipermetabolisme

hepatosplenom Limfadenopati
egali Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Penekanan Penekanan ruang
ruang abdomen intra abdomen

Sel normal Gang. Rasa


digantikan oleh nyaman nyeri
sel kanker

Suplai oksigen
Ketidakseimban
Depresi produksi kejaringan
gan perfusi
sumsum tulang inadekuat
jaringan perifer

Penurunan Anemia Resiko


eritrosit pendarahan

Gang.Rasa
Penurunan Trombositopenia Kecenderungan nyaman nyeri
trombosit pendarahan

Stimulasi saraf C
Penurunan Daya tahan Resiko infeksi (nociceptor)
fungsi leukosit tubuh me turun

Inflitrasi Kelemahan Hambatan


Tulang lunak Fraktur fisilogis
periosteal tulang mobilitas
8 lemah
dan
fisik
D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia,
trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi,
hipermetabolisme.
- Pilek tidak sembuh-sembuh
- Pucat, lesu, mudah terstimulasi
- Demam dan anorexia
- Berat badan menurun
- Ptechiae, memar tanpa sebab
- Nyeri pada tulang dan persendian
- Nyeri abdomen
- Lumphedenopathy
- Hepatosplenomegaly
- Abnormal WBC
a. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan
kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia
(mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan.
Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi,
hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia
dan femur.
b. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya
terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit
yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan
kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga
menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.
c. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK
yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata,
penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu

9
makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat
malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis
blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang
akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah
penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia
yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan
pemeriksaan sumsum tulang.
1) Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan
kadang-kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan
penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan
limfositosis lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada penderita LGK/LMK
ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3.
2) Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan
keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia
(blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang
tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti
dalam sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi
merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti.
Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B.
Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular
dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis.
Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.

F. Penatalaksanaan

10
1. Kemoterapi
a) Kemoterapi pada penderita LLA
- Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh
sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang.
Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah
sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah
normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan
memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin,
prednison dan asparaginase.
- Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi
yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk
mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat.
Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
- Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP.
Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis
yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang
berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk
mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.
- Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi.
Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun. Angka harapan hidup
yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95%
anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar
80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya
mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan
kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
b) Kemoterapi pada penderita LMA
- Fase induksi

11
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk
mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai
remisi komplit. Walaupun remisi komplit telah tercapai, masih tersisa
sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi.
Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan di
masa yang akan datang.
- Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi.
Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus
kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama
atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi. Dengan
pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-rata hidup
masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.
c) Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi
dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah
klasifikasi Rai:
• Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
• Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
• Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
• Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
• Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3
dengan / tanpa gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi
bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala.
Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak
memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau
kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan
kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien
dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat

12
bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan
stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
d) Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
- Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu
menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.
Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan
fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi
sumsum tulang.
- Fase Akselerasi,
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian
lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa
menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar
gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan
pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
3. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang
yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak
dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu,
transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah
yang rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80%
angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1
tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen
(HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada
penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada
penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap
pengobatan.
4. Terapi Suportif

13
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan
penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi
darah untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit
untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

G. Konsep Asuhan Keperawatan pada kasus Leukemia


1. Pengkajian
a. Identitas
Terdiri atas nama, jenis kelamin, alamat, usia, pekerjaan, dan status
perkawinan.
b. Riwayat penyakit
c. Kaji adanya tanda-tanda anemia:
- Pucat
- Kelemahan
- Sesak
- Nafas cepat
d. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
- Demam
- Infeksi
e. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:
- Ptechiae
- Purpura
- Perdarahan membran mukosa
f. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:
- Limfadenopati
- Hepatomegali
- Splenomegali
g. Kaji adanya pembesaran testis
h. Kaji adanya:
- Hematuria
- Hipertensi
- Gagal ginjal

14
- Inflamasi disekitar rektal
- Nyeri
i. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi
dan pemeriksaan sumsum tulang.
1) Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan
kadang-kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan
penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan
limfositosis lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada penderita
LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3.
2) Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut
ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang
diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda
(blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah
blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang. Pada
penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil
yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95%
pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B. Sedangkan pada
penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan
peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah
granulosit lebih dari 30.000/mm3.

2. Analisa Data
a. Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah
sebagai berikut :
- Lelah
- Letargi
- Pusing
- Sesak

15
- Nyeri dada
- Priapismus
- Hilangnya nafsu makan
- Demam
- Merasa cepat kenyang
- Waktu yang cukup lama
- Nyeri Tulang dan Persendian.
b. Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah
sebagai berikut :
 Pembengkakan Kelenjar Lympa
 Anemia
 Perdarahan
 Gusi berdarah
 Adanya benjolan tiap lipatan
 Ditemukan sel-sel muda
 Leukopenia

3. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan suplai darah ke perifer
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perubahan proliferative gastrointestinal dan efek toksik obat
kemoterapi
c) Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
d) Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh
e) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infiltrasi leukosit
jaringan sistemik
f) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur, kerusakan
integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot (depresi susmsum
tulang)

16
4. Intervensi dan Implementasi
Bedasarkan NANDA NIC-NOC 2015
No Dx Keperawatan NOC NIC
.
1. Ketidakseimbangan  Circulation status Peripheral sensation
perfusi jaringan  Tissue Perfusion : management
perifer berhubungan cerebral (manajemen sensasi
dengan penurunan Kriteria hasil : perifer)
suplai darah ke perifer Mendemonstrasika - Monitor adanya daerah
Definisi: penurunan n status sirkulasi tertentu yang hanya
sirkulasi darah ke yang ditandai peka terhadap panas/
perifer yang dapat dengan : dingin/ tajam/ tumpul
mengganggu - Tekanan sistol dan R: Untuk mengetahui
kesehatan diastol dalam daerah tertentu yang
Batasan rentang normal hanya peka terhadap
karakteristik: yang diharapkan panas/dingin/tajam/tumpu
 Perubahan fungsi - tidak ada ortostatik l
motorik hipertensi - Informasikan kepada
 Perubahan - tidak ada tanda- keluarga untuk
karakteristik kulit tanda peningkatan melaporkan jika kulit
(warna, kuku, intrakranial ada lesi atau laserasi
elastisitas, rambut, mendemontrasikan R: Agar keluarga dapat
kelembapan, kemampuan melaporkan jika kulit ada
sensasi, suhu) kognitif yang lesi atau laserasi
 Waktu pengisian ditandai dengan : - Monitor adanya
kapiler >3 detik - berkomunikasi tromboplebitis
 Nyeri ekstremitas dengan jelas dan R:Untuk memonitor nilai
 Kelambatan sesuai dengan tromboplebitis
penyembuhan luka kemampuan - Kolaborasikan
 Penurunan nadi - menunjukan pemberian anlgetik
 Edema perhatian, R:agar mengurangi nyeri
konsentrasi dan pasien

17
orientasi
- memproses
informasi
- membuat
keputusan dengan
benar
Menunjukan fungsi
sensori motori
cranial yang utuh :
tingkat kesadaran
membaik, tidak ada
gerakan-gerakan
involunter

2. Ketidakseimbangan  Nutrional status : Nutrition Management:


nutrisi kurang dari food and fluid - Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh intake makanan
berhubungan dengan  Nutrional status : R:Untuk menghindari
perubahan nutrient intake adanya alergi makanan
proliferative  Weight contro pada pasien
gastrointestinal dan Kriteria hasil: - Kolaborasi dengan ahli
efek toksik obat - Adanya gizi untuk menentukan
kemoterapi peningkatan berat jumlah kalori dan nutrisi
Definisi: asupan badan sesuai yang dibutuhkan pasien
nutrisi tidak cukup dengan tujuan R:Untuk menentukan
untuk memenuhi - Berat badan ideal jumlah kalori dan nutrisi
kebutuhan metabolik sesuai dengan yang dibutuhkan pasien
Batasan tinggi badan - Monitor jumlah nutrisi
karakteristik: - Tidak ada tanda- dan kandungan kalori
 Kram abdomen tanda malnutrisi R:Untuk mengetahui
 Nyeri abdomen - Menunjukan jumlah nutrisi dan
 Menghindari peningkatan fungsi kandungan kalori yang
makan pengecapan dari dibutuhkan pasien

18
 Berat badan 20% menelan - Anjurkan untuk makan
atau lebih dibawah - Tidak terjadi sedikit tapi sering
berat badan ideal penurunan berat R:Agar pemenuhan
 Kurang makan badan yang berarti nutrisi pasien tetap terjaga
 Kurang minat pada Nutrition Monitoring:
makanan - Monitor berat badan
 Membran mukosa R:Untuk menjaga
pucat keseimbangan berat badan
 Penurunan berat pasien
badan - Monitor adanya mual
 Sariawan rongga muntah
mulut R:Untuk mengetahui apa
yang menyebabkan pasien
mual dan muntah
- Monitor intake dan
output nutrisi
R:Agar intake dan output
pasien tetap terjaga
- Monitor turgor kulit
R: Untuk mengetahui
apakah pasien dehidrasi
atau tidak
3. Resiko perdarahan  Blood lose Bleeding precautions:
berhubungan dengan severity - Monitor ketat tanda-
penurunan jumlah  Blood tanda perdarahan
trombosit koagulation R: Untuk mengantisipasi
Definisi: beresiko Kriteria hasil: pendarahan
mengalami penurunan - Tidak ada - Monitor nilai lab
volume darah yang hematuria dan (koagulasi) meliputi
dapat mengganggu hematemesis trombosit dll
kesehatan - Kehilangan darah R:Untuk mengetahui nilai
Faktor risiko : yang terlihat lab pasien
 Koagulopati - Tekanan darah - Monitor TTV

19
inheren (mis. dalam batas normal R:Untuk mengetahui TTV
Trombositopenia) sistol dan diastol pada pasien
- Tidak ada distensi - Lindungi pasien dari
abdomen trauma yang dapat
- Hemoglobin dan menyebabkan
hematokrit dalam perdarahan
batas normal R:Agar meminimalisir
pendaharan berlebih
Bleeding reduction:
- Identifikasi penyebab
perdarahan
R:Agar mengetahui apa
saja penyebab pendarahan
- Peratahankan kepatenan
IV line
R:Untuk menjaga
kepatenan IV line
4. Resiko infeksi  Immune status Infection control:
berhubungan dengan  Knowledge : - Monitor suhu sesering
menurunnya sistem infection control mungkin
pertahanan tubuh  Risk control R:Agar suhu pasien tetap
Definisi : mengalami Kriteria hasil : dalam rentang normal
peningkatan risiko - Klien bebas dari - Monitor adanya tanda
terserang organisme tanda dan gelaja dan gejala infeksi
patogenik infeksi R:Untuk mengetahui
Faktor Risiko : - Jumlah leukosit tanda dan gejala infeksi
 Ketidakadekuatan dalam jumlah - Anjurkan pada
pertahanan normal pengunjung dan staff
sekunder rumah sakit untuk
- Penurunan menggunakan teknik
hemoglobin mencuci tangan dengan
- Imunosupresi baik saat berkunjung
(mis. Imunitas dan setelah berkunjung

20
didapat tidak melihat pasien
adekuat, agen R:Untuk menjaga
farmaseutikal kebersihan pasien
termasuk - Gunakan teknik aseptik
imunosupresan, yang cermat untuk
steroid, antibodi semua prosedur invasif
monoklonal, R:Untuk menghindari
imunomudulator infeksi berlebih
) - Monitor keadaan anak
- Supresi respon pada tempat-tempat
munculnya infeksi
(tempat penusukan
jarum, ulserasi mukosa,
dan masalah gigi)
R:Agar menghindari
penyebab infeksi
- Berikan diet lengkap
nutrisi sesuai usia
R:Agar nutrisi pasien
sesuai
- Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
antibiotik
R:Pemberian antibiotik
dapat memperbaiki status
pasien
5. Gangguan rasa  Pain level Pain managenment:
nyaman nyeri  Pain control - Lakukan pengkajian
berhubungan dengan  Comfort level nyeri secara
infiltrasi leukosit Kriteria hasil: komprehensif (lokasi,
jaringan sistemik - Mampu karakteristik, durasi,
Defisini : pengalaman mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan
sensori dan emosional (tahu penyebab faktor presipitasi)

21
yang tidak nyeri, mampu R:Untuk mengetahui nyeri
menyenangkan yang menggunalan pasien
muncul akibat teknik - Observasi reaksi
kerusakan jaringan nonfarmakologi nonverbal dari
yang aktual atau untuk mnegurangi ketidaknyamanan
potensial atau nyeri) R:Untuk mengetahui
digambarkan dalam - Melaporkan bahwa penyebab dari
hal kerusakan nyeri berkurang ketidaknyamanan pasien
sedemikian rupa - Menyatakan rasa - Ajarkan teknik relaksasi
Batasan nyaman setelah (nafas dalam)
Karakteristik: nyeri berkurang R:Agar pasien merasa
 Perubahan tekanan lebih relax
darah - Kolaborasikan dengan
 Perubahan dokter dalam pemberian
frekuensi jantung analgetik
 Perubahan R:Untuk mengurangi
frekuensi nafas nyeri pasien
 Mengekspersikan
perilaku (gelisah,
merengek,
menangis,
meringis)
 Melaporkan nyeri
secara verbal

6. Hambatan mobilitas  Joint movement : - Kaji kemampuan pasien


fisik berhubungan active dalam mobilisasi
dengan kontraktur,  Mobility level R:Untuk membantu
kerusakan integritas  Self care : ADLs pasien dalam mobilisasi
struktur tulang,  Transfer - Monitor TTV sebelum
penurunan kekuatan performance dan sesudah aktivitas
otot (depresi susmsum Kreteria hasil : R:Untuk mengetahui TTV
tulang) - Klien mengingkat pasien

22
Definisi : keterbatasan dalam aktivitas - Bantu klien untuk
pada pergerakan fisik fisik menggunakan tongkat
tubuh atau satu atau saat berjakan dan cegah
lebih ekstremitas terhadap cidera
secara mandiri dan R:Untuk memudahkan
terarah pasien mobilisasi
Batasan - Ajarkan pasien
karakteristik: bagaimana mengubah
 Kesulitan posisi dan berikan
membolak-balik bantuan jika diperlukan
posisi R:Untuk membantu
 Dispne setelah pasien dalam
beraktivitas memobilisasi
 Perubahan cara
berjalan
 Gerakan bergetar
 Pergerakan lambat
 Keterbatasan
kemampuan
melakukan
keterampilan
motorik halus
 Keterbatasan
kemampuan
melakukan
keterampilan
motorik kasar
 Keterbatasan
rentang pergerakan
sendi

5. Evaluasi

23
Pada tahap ini perawat mengkaji kembali hal-hal pernah  dilakukan,
berdasarkan pada kriteria hasil yang telah ditetapkan. Apabila terdapat
masalah–masalah klien yang belum teratasi, perawat hendaknya mengkaji
kembali hal–hal yang berkenaan dengan masalah tersebut dan kembali
melakukan intrvensi keperawatan.
Sebaliknya bila masalah klien telah teratasi maka perlu dilakukan
pengawasan dan  pengontrolan yang teratur untuk mencegah timbulnya
serangan atau gejala – gejala yang memicu terjadinya serangan

BAB III
PEMBAHASAN

A. Kasus

24
Seorang anak laki-laki bernama An.D dirawat di RS X. Menurut ibunya,
sudah satu minggu ankanya terlihat lemas, pucat dan demam. Ibu juga
mengatakan satu minggu ini anak kurang nafsu makan, pada lidahnya terdapat
sariawan. Anaknya juga mengeluh gusinya berdarah sejak 2 hari yang lalu. Dari
hasil pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak pucat dan lemas, konjungtiva
anemis dan ada sariawan ± 1 cm TTV : Suhu : 38,6⁰C, Nadi : 80x/menit dan
pernapasan : 65x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium : Hb : 8,4 gr%,
Trombosit : 60.000/mm3, Leukosit : 50.000 sel/mm3, Ht : 26 %. Dokter
mendignosa LLA Prositostatika.

B. Pembahasan Kasus
I. Pengkajian
a. Biodata
1. Identitas Klien
Nama : An. D
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 5 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda
Gol. Darah : Tidak ada data
Alamat : Ds. Kadugede
Diagnosa mendis : LLA Prositostatika
Tanggal masuk RS : 05 Desember 2019
Tgl. pengkajian : 05 Desember 2019
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Umur : 27 tahun
Alamat : Ds. Kadugede
Pekerjaan : IRT
b. Keluhan Utama / Alasan Kunjungan
Ny. N mengatakan anaknya kelihatan lemas dan pucat.
c. Riwayat Kesehatan Saat Ini

25
Ibu klien mengatakan anaknya lemas dan pucat. Menurut ibunya, sudah
satu minggu terlihat lemas dan pucat dan demam. Ibu juga mengatakan
satu minggu ini anak kurang nafsu makan, pada lidahnya terdapat
sariawan. Anaknya juga mengeluh gusinya berdarah sejak 2 hari yang
lalu.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ny. N mengatakan anaknya pernah menderita ALL Prositostatika
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. N mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit
yang sama dengan anaknya
f. Riwayat Sosial
1. System pendukung / keluarga yang dapat dihubungi
Orang tua (Ibu dan Bapak)
2. Lingkungan rumah
Ny. N mengatakan lingkungannya ramah lingkungan dan rukun
bersama tetangga sekitar.

g. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum            : Sadar/compos mentis
2. TTV : Suhu : 38,6⁰ C
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 65x/menit
3. TB/BB (cm)                 : 111 cm/ 15 kg
4. Kepala
a. Lingkar kepala : 46 cm
b. Rambut :
 kebersihan.(bersih)
 warna. (hitam)
 Tekstur (kasar)
 distribusi rambut.(merata)
 Kuat/mudah tercabut....( kuat )
5. Mata :

26
a. Sklera : Normal/non ikterik
b. Konjungtiva : Anemis
c. Pupil : ukuran (2mm) bentuk ( isokor) reaksi cahaya (+ /
normal)
6. Telinga :
a. Simetris : Ya
b. Serumen : Ada
c. Pendengaran : Baik
7. Hidung
a. Septum simetris : Ya
b. Sekret : Tidak
c. Polip : Tidak
8. Mulut :Kebersihan (kurang). Warna(merah) Kelembaban (kering),
gusi berdarah
a. Lidah : Ada sariawan ± 1 cm
b. Gigi : Caries pada gigi atasnya (keropos semua gigi yangdi atas)
9. Dada :
a. Inspeksi :Normal
b. Palpasi :Normal
10. Jantung :
a. Inspeksi : iktus cordis di IC V
b. Auskultasi :-
c. Palpasi :-
11. Paru-paru :
a. Inspeksi : Simetris
b. Palpasi : Fremitus kiri = kanan
c. Perkusi :-
d. Auskultasi : Vesikuler
12. Perut :
a. Inspeksi : Ada purpura
b. Palpasi : Hepar kenyal dan pinggirnya tajam

27
c. Perkusi : Timpanid. Auskultasi :bising usus normal
(4x/menit)
13. Punggung : Bentuk normal
14. Ekstremitas : Kekuatan dan tonus otot baik
15. Genitalia :-
16. Kulit :
a. Warna : Sawo matang
b. Turgor : Kembali dalam waktu 2 detik
c. Integritas : Ada purpura di abdomen
d. Elastisitas : Elastis

h. Pemeriksaan Laboratorium`
1. Laboratorium :
a. Hb : 8,4 gr %
b. Trombosit : 60.000/mm3
c. Leukosit : 50.000 sel/mm3
d. Ht : 26 %
2. Rontgen : -
3. Lain-lain : -

i. Aktifitas Sehari-hari

No Jenis kebutuhan Di rumah/sebelum sakit Di rumah sakit


Sering di buatkan nasi
lunak karena an.R ML,TKTP1300kal
1 Makan
memang susah disuruh ori/hari
makan
2 Minum Kurang minum air putih,susu
3 Tidur 6 jam/ hari 12 jam/hari
4 Mandi 2x/hari 1x/hari
5 Eliminasi BAB 1X/hari Tidak tentu
6 Bermain Normal seperti anak  Bermain sendiri
sebayanya dengan permainan

28
seadanya seperti
topeng - topengan

II. Analisa Data diameter ± 1 cm


Ketidakseimbangan
- Porsi makan yang diberi nutrisi kurang dari
RS belum dimakan anak kebutuhan tubuh

- LILA anak 14 cm

29
2. DS : Sel neoplasma Resiko infeksi
- Ibunya mengatakan berproliferasi dalam
anak terlihat lemas sumsum tulang
dan pucat.
DO : Infiltrasi sumsum tulang
- Leukosit 50.000
sel/mm3 Sel normal digantikan
- Suhu 38,6 C oleh sel kanker
- Anak terlihat pucat
dan lemas Depresi produksi sumsum
tulang

Penurunan eritrosit

Penurunan trombosit

Penurunan fungsi leukosit

Daya tahan tubuh


menurun

Resiko infeksi

30
3 DS : Sel normal digantikan Resiko perdarahan
- Ibunya mengatakan oleh sel kanker
gusi An.D berdarah
2 hari yang lalu Depresi produksi sumsum
DO : tulang
- Hb : 8,4 gr %
- Trombosit Penurunan eritrosit
60.000/mm3

Penurunan trombosit

Trombositopenia

Kecenderungan
pendarahan

Resiko pendarahan

III. Diagnosa
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perubahan proliferative gastrointestinal dan efek toksik obat
kemoterapiHipertermi berhubungan dengan proses infeksi
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
3. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh

IV. Intervensi Keperawatan

No Dx Keperawatan NOC NIC


.
1 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan - Kaji adanya
nutrisi kurang dari tindakan alergi makanan

31
kebutuhan tubuh keperawatan R:Untuk
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam menghindari
perubahan proliferative jalan nafas adanya alergi
gastrointestinal dan efek kembali efektif makanan pada
toksik obat dengan pasien
kemoterapiHipertermi Kriteria hasil :
- Kolaborasi
berhubungan dengan - Adanya
dengan ahli gizi
proses infeksi peningkatan
untuk
berat badan
DS : menentukan
sesuai dengan
- Ibunya mengatakan jumlah kalori dan
tujuan
Anak menolak untuk nutrisi yang
- Berat badan ideal
makan sejak dibutuhkan
sesuai dengan
seminggu yang lalu pasien
tinggi badan
- ibunya mengatakan R:Untuk
- Tidak ada tanda-
anaknya terlihat menentukan
tanda malnutrisi
lemas jumlah kalori dan
- Menunjukan
- ibunya mengatakan nutrisi yang
peningkatan
pada saat di beri dibutuhkan pasien
fungsi
makanan anaknya
pengecapan dari - Monitor jumlah
mengeluh perih
menelan nutrisi dan
karena sariawan
- Tidak terjadi kandungan
pada lidahnya
penurunan berat kalori

badan yang R:Untuk


DO:
berarti mengetahui
- Berat badan anak
jumlah nutrisi dan
turun dari 17 kg
kandungan kalori
menjadi 15 kg
yang dibutuhkan
- Lidah anak terdapat
pasien
sariawan dengan
diameter ± 1 cm - Anjurkan untuk

- Porsi makan yang makan sedikit

diberi RS belum tapi sering

32
dimakan anak R:Agar
- LILA anak 14 cm pemenuhan nutrisi
pasien tetap
terjaga

Nutrition
Monitoring:

- Monitor berat
badan
R:Untuk menjaga
keseimbangan
berat badan pasien

- Monitor adanya
mual muntah
R:Untuk
mengetahui apa
yang menyebabkan
pasien mual dan
muntah

- Monitor intake
dan output
nutrisi
R:Agar intake dan
output pasien tetap
terjaga

- Monitor turgor
kulit
R: Untuk
mengetahui apakah
pasien dehidrasi
atau tidak
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan - Monitor suhu

33
berhubungan dengan tindakan sesering
menurunnya sistem keperawatan mungkin
pertahanan tubuh. selama 3 x 24 jam R:Agar suhu
pola nafas kembali pasien tetap dalam
DS :
efektif rentang normal
- Ibunya mengatakan
Kriteria hasil :
anak terlihat lemas - Monitor adanya
- Klien bebas dari
dan pucat. tanda dan gejala
tanda dan gelaja
DO : infeksi
infeksi
- Leukosit 20.000 R:Untuk
- Jumlah leukosit
sel/mm3 mengetahui tanda
dalam jumlah
- Suhu 38,6 C dan gejala infeksi
normal
- Anak terlihat pucat
- Anjurkan pada
dan lemas
pengunjung dan
staff rumah sakit
untuk
menggunakan
teknik mencuci
tangan dengan
baik saat
berkunjung dan
setelah
berkunjung
melihat pasien
R:Untuk menjaga
kebersihan pasien

- Gunakan teknik
aseptik yang
cermat untuk
semua prosedur
invasif
R:Untuk

34
menghindari
infeksi berlebih

- Monitor keadaan
anak pada
tempat-tempat
munculnya
infeksi (tempat
penusukan
jarum, ulserasi
mukosa, dan
masalah gigi)
R:Agar
menghindari
penyebab infeksi

- Berikan diet
lengkap nutrisi
sesuai usia
R:Agar nutrisi
pasien sesuai

- Kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
antibiotik
R:Pemberian
antibiotik dapat
memperbaiki
status pasien
3 Resiko perdarahan Setelah dilakukan - Monitor ketat
berhubungan dengan tindakan tanda-tanda
penurunan jumlah keperawatan perdarahan
trombosit selama 3 x 24 jam R: Untuk

35
DS : pola nafas kembali mengantisipasi
- Ibunya mengatakan efektif pendarahan
gusi An.D berdarah 2 Kriteria hasil :
- Monitor nilai lab
hari yang lalu - Tidak ada
(koagulasi)
DO ; hematuria dan
meliputi
- Hb : 8,4 gr % hematemesis
trombosit dll
- Trombosit - Kehilangan
R:Untuk
34.000/mm3 darah yang
mengetahui nilai
terlihat
lab pasien
- Tekanan darah
dalam batas - Monitor TTV

normal sistol dan R:Untuk

diastol mengetahui TTV

- Tidak ada pada pasien

distensi abdomen - Lindungi pasien


Hemoglobin dan dari trauma yang
hematokrit dalam dapat
batas normal menyebabkan
perdarahan
R:Agar
meminimalisir
pendaharan
berlebih

Bleeding
reduction:

- Identifikasi
penyebab
perdarahan
R:Agar
mengetahui apa
saja penyebab

36
pendarahan

- Peratahankan
kepatenan IV
line
R:Untuk menjaga
kepatenan IV line

V. Implementasi

No Dx Tanggal Tindakan dan Respon Paraf


.
1 Dx.1 T :mengkaji adanya alergi
makanan
R: Pasien koopratif dengan
perawat

T: Berkolaborasi dengan ahli gizi


untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien

R: Pasien koopratif dengan


perawat

T: Memonitor jumlah nutrisi dan


kandungan kalori

R: Pasien koopratif dengan


perawat

T: Menganjurkan untuk makan


sedikit tapi sering
R: Pasien koopratif dengan
perawat

T:Memonitor berat badan

37
R: Pasien koopratif dengan
perawat

T: Memonitor adanya mual


muntah
R: Pasien koopratif dengan
perawat

T: Memonitor intake dan output


nutrisi

R: Pasien koopratif dengan


perawat

T: Memonitor turgor kulit


R: Pasien koopratif dengan
perawat
2. T: Memonitor suhu sesering
mungkin
R: Pasien koopratif dengan
perawat
R: Memonitor adanya tanda dan
gejala infeksi

R: Pasien koopratif dengan


perawat

T: Menganjurkan pada
pengunjung dan staff rumah sakit
untuk menggunakan teknik
mencuci tangan dengan baik saat
berkunjung dan setelah
berkunjung melihat pasien
R: Pasien koopratif dengan
perawat

T: Menggunakan teknik aseptik

38
yang cermat untuk semua
prosedur invasif
R: Pasien koopratif dengan
perawat

T :Memonitor keadaan anak pada


tempat-tempat munculnya infeksi
(tempat penusukan jarum, ulserasi
mukosa, dan masalah gigi)
R: Pasien koopratif dengan
perawat

T:Memberikan diet lengkap


nutrisi sesuai usia
R: Pasien koopratif dengan
perawat

T: Berkolaborasi dengan dokter


untuk pemberian antibiotik
R: Pasien koopratif dengan
perawat
3 T: Memonitor ketat tanda-tanda
perdarahan
R: Pasien koopratif dengan
perawat

T: Memonitor nilai lab


(koagulasi) meliputi trombosit dll
R: Pasien koopratif dengan
perawat

T: Memonitor TTV

R: Pasien koopratif dengan


perawat

T: Melindungi pasien dari trauma

39
yang dapat menyebabkan
perdarahan
R: Pasien koopratif dengan
perawat

T: Menidentifikasi penyebab
perdarahan
R: Pasien koopratif dengan
perawat

T: Memperatahankan kepatenan
IV line
R: Pasien koopratif dengan
perawat

VI. Evaluasi

No Dx Tanggal Evaluasi Paraf


.
1 Dx I S:
- ibunya mengataka anak sudah
mau makan
- ibunya mengatakan anaknya
sudah terlihat tidak lemas dan
memiliki energy untuk
bergerak aktif
- ibuya mengatakan pada saat
ini sariawan anaknya sudah
mulai membaik
O:
- Berat badan anak mengalami

40
peningkatan 1kg menjadi 16
kg
- Pada lidah anak terdapat
sariawan yang sudah mebaik
- Porsi makan yang diberikan
RS di makan anak
- LILA anak sudah 15,5 cm
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
2. 09-12- S:
2019 - Ibunya mengatakan gusi An.D
sudah tidak berdarah
O:
- Hb : 11 gr %
- Trombosit 100.000/mm3
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3. 10-12- S:
2019 - Ibunya mengatakan anak sudah
tidak terlihat lemas dan pucat.
O:
- Leukosit 30.000 sel/mm3
- Suhu 37º C
- Anak sudah terlihat tidak pucat
dan tidak lemas
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

BAB IV
PENUTUP

41
A. Kesimpulan
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan
haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit
yang disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika
seldarah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan
mengganggupembelahan sel darah normal.
Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan
selkanker yaitu Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik
Kronik (LMK), Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik
Kronik (LLK) (Medicastore, 2009). Gejala – gejala yang dirasakan antara lain
anemia,wajah pucat, sesak nafas, pendarahan gusi, mimisan, mudah memar,
penurunanberat badan, nyeri tulang dan nyeri sendi.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan
angkakematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International
Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak
terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh
leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian
di AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971
(Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa
menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan
meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).
Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat - obatan
untuk membunuh sel - sel leukemia, tetapi juga berdampak buruk karena
membunuh sel- sel normal pada bagian tubuh yang sehat.

B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat memahami serta menambah wawasan tentang asuhan
keperawatan pada pasien anak dengan Leukemia agar meningkatkan
pengetahuan serta keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
tepat.

42
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC

43
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.
http://bantarmerak64.com/2013/04/asuhan-keperawatan-leukemia-pada-anak.html
diakses pada 18 Desember 2019
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2015. NANDA NIC-NOC jilid 2.
Jogjakarta: Mediaction Publishing.

44

Anda mungkin juga menyukai