Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK

“ LEUKEMIA”

Dosen Pembimbing

Ns. Dwi Novrianda, S.Kep, M.Kep

Kelompok 2

Annisa Farhanah (1611311002)

Sali Zakiah Muslim (1611311014)

Elisya Sofyani (1611311024)

Fauziaturrahmi (1611313003)

Deanisa Hasanah (1611313020)

Asti Widya Utami (1611312011)

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2018

1
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-

Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Leukemia”.

Kelompok mengucapkan terima kasih kepada Ns. Dwi Novrianda, S.Kep, M.Kep

selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak III. Kelompok menyadari

bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kelompok harapkan demi

perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Padang, 22 Agustus 2018

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................2

DAFTAR ISI ................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................4

A. Latar Belakang..................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan ..............................................................................................4
C. Manfaat .............................................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORITIS ...................................................................................6

A. Konsep Dasar ....................................................................................................6


Definisi .................................................................................................6
Klasifikasi .............................................................................................7
Etiologi .................................................................................................9
Patofisiologi ( Patoflow ) ......................................................................9
Pemeriksaan Diagnostik .......................................................................9
Penatalaksanaan Medis .........................................................................9
Komplikasi ...........................................................................................11
Prognosis ..............................................................................................12
B. Asuhan Keperwatan ..........................................................................................13
Pengkajian ............................................................................................13
Diagnosis, Intervensi, Implementasi Keperawatan ..............................14
Evaluasi Keperawatan ..........................................................................22
Promosi Kesehatan ...............................................................................23

BAB III ANALISIS JURNAL .....................................................................................30

BAB IV PENUTUP ......................................................................................................33

A. Kesimpulan .......................................................................................................33
B. Saran .................................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................34

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia atau kanker darah adalah keganasan pada organ pembuat sel
darah, berupa poliferasi patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh
adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan
disertai infiltrasi ke organ-organ lain. ( Djoerban Zubairi, dkk.1990)
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) merupakan penyakit yang paling
umum pada anak (25% dari seluruh kanker yang terjadi). Di Amerika Serikat,
kira-kira 2400 anak dan remaja menderita ALL setiap tahun. Insiden ALL terjadi
jauh lebih tinggi pada anak-anak kulit putih daripada kulit hitam. Perbedaan juga
tampak pada jenis kelamin, dimana kejadian ALL lebih tinggi pada anak laki-
laki kurang dari 15 tahun. Insiden kejadian 3,5 per 100.000 anak berusia kurang
dari 15 tahun. Puncak insiden pada umur 2-5 tahun dan menurun pada dewasa.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angka
kematian mencapai 83,6 % . Data dari International Cancer Parent Organization
(ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat 120 anak yang
mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia. Data dari
WHO menunjukkan bahwa angka kematian di Amerika Serikat karena leukemia
meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971. Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya
seseorang terdiagnosa menderita leukemia. Pada akhir tahun 2009 diperkirakan
53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
2. Mengetahui Proses Terjadinya Leukemia pada anak
3. Mengetahui Proses Asuhan Keperawatan pada anak dengan Leukimia

4
C. Manfaat
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan
wawasan tentang asuhan keperawatan Leukemia. Manfaat lain dari penulisan
makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Leukemia atau kanker darah adalah keganasan pada organ pembuat sel
darah, berupa poliferasi patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh
adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan
disertai infiltrasi ke organ-organ lain. ( Djoerban Zubairi, dkk.1990)
Kata Leukemia berarti “darah putih”, karena pada penderita ditemukan
banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak
banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang
semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya. (
Barbara C. Long,1996 )
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah putih yang berasal
dari sumsum tulang, ditandai dengan perifer sel-sel darah putih, dengan
manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi.

2. Klasifikasi
Leukemia sering diklasifikasikan sesuai jalur sel yang terlibat seperti
limfositik atau mielositik dan sesuai maturitas sel ganas tersebut, seperti akut
( sel imatur ) atau kronis ( sel terdeferensiasi ). Leukemia dapat dibagi
menjadi :
a. Leukemia Limfostik Akut (LLA), merupakan tipe leukemia paling
sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa
yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih.
b. Leukemia Mielostik Akut (LMA) sering terjadi pada dewasa dari
pada anak-anak. Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik
akut.
c. Leukemia Limfositik Kronis (LLK) sering diderita oleh dewasa yang
berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh
dewasa muda dan hampir tidak ada pada anak-anak.

6
d. Leukemia Mielositik Kronis (LMK) sering terjadi pada orang
dewasa. Dapat terjadi pada anak-anak namun sangat sedikit.

3. Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.
Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih
meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia. Faktor-faktor tersebut
antara lain adalah :
a. Umur, jenis kelamin, ras
Insiden lekemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA
merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak,
dengan puncak insiden antara usia 2-4 tahun. Insiden leukemia lebih
tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang
lebih tinggi terlihat diantara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan
dengan kelompok kulit hitam. Leukemia terjadi paling sering pada
orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi
paling sering sebelum usia 4 tahun.
b. Faktor genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20
kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21
dapat menyebabkan leukemia akut. Pada sebagian penderita dengan
leukemia, insiden leukemia meningkat dalam keluarga. Selain itu,
leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case
control menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga
positif leukemia berisiko untuk menderita LLA artinya orang yang
menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat
keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak
menderita leukemia.
c. Virus
Pada manusia, terdapat bukti kuat baha virus merupakan etiologi
terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan

7
retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron
dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/ limfoma sel
T.
d. Sinar radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMAn jelas sekali
meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi
terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan , ahli radiologi mempunyai
risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang
tidak bekerja di bagian tersebut. Selain tempat pekerjaan, pengobatan
kanker yang menggunakan sinar radioaktif bisa juga terkena
leukemia.
e. Zat kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, khloramfenikol,
fenibutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
menunjukkan bahwa orang yang terpapar benzene dapat
meningkatkan risiko terkena leukemia terutama LMA artinya orang
yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapr benzene
dibandingkann dengan yang tidak menderita leukemia.
f. Lingkungan
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan pajanan pekerjaan
dengan kejadian leukemia. Dalam penelitian Hadi, menunjukksn
bahwa banyak yang berkerja pertanian atau peternakan mempunyai
risiko tinggi leukemia artinya orang yang menderita leukemia
kemungkinan 2,35 kali bekerja di pertanian atau peternakan
dibanding orang yang tidak menderita leukemia.

8
4. Patofisiologi ( Patoflow )

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung darah lengkap (CBC), anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki prognosis paling baik; jumlah
leukosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada
anak sembarang umur.
b. Pungsi lumbal, untuk mengkaji keterlibatan SSP.
c. Foto toraks, mendeteksi keterlibatan mediastinum.
d. Aspirasi sumsum tulang, ditemukannya 25% sel blast memperkuat
diagnosis.
e. Pemindaian tulang atau survei kerangka, mengkaji keterlibatan tulang.
f. Jumlah trombosit, menunjukkan kapasitas pembekuan.

6. Penatalaksanaan Medis
a. Pelaksanaan chemotherapy
Terapi leukimia meliputi pemakaian agens kemoterapeautik, dengan atau
tanpa iradiasi kranial, dalam empat fase yaitu :
 Induksi remisi, Fase ini yang menghasilkan remisi total atau
dengan kurang dari 5% sel-sel leukemia dalam sumsum tulang.
Hampir segera setelah diagnosis di tegakkan, terapi induksi

9
dimulai dan berlangsung selama 4 hingga 6 minggu. Obat-obatan
utama yang dipakai untuk induksi pada ALL adalah
kortikosteroid (terutama prednison), vinkristin dan L-
asparaginase, dengan atau tanpa doksorubisin (daunomisin) dan
sitosin arabinosida; berbagai obat-obatan lain mungkin
digunakan.
 Terapi profilaksis SPP, Terapi ini yang mencegah agar sel
leukemia tidak menginvasi SPP. Penanganan SSP terdiri atas
terapi profilaksis melalui kemoterapi intratekal dengan
metotreksat, sitarabin dan hidrokortison. Kadang-kadang
mtotreksat, begitu juga sitarabin, dapat disuntikkan secara
intratekal sebagai agen tunggal. Karena adanya kekhawatiran
terhadap efek samping iradiasi kranial, terapi ini hanya dilakukan
pada pasien-pasien yang berisiko tinggi dan yang memiliki
penyakit SSP.
 Terapi intensifikasi atau konsilidasi, Terapi yang menghilangkan
sel-sel leukemia yang masih tersisa dan diikuti dengan terapi
intensifikasi lambat yang mencegah timbulnya klon leukemik
yang resisten. Setengah remisi total tercapai, dilaksanakan suatu
periode terapi yang intensif untuk menghilangkan sel-sek
leukimia yang masih tersisa; terapi ini diikuti oleh terapi
intensifikasi lambat untuk mencegah munculnya klon leukemik
yang resisten. Penyuntikan intratekal yang menyertai kemoterapi
sistemik meliputi pemberian L-asparaginase, metotreksat dosis
tinggi atau sedang, sitarabin, vinkristin dan merkaptopurin,
selama periode beberapa bulan.
 Terapi rumatan, Terapi yang berfungsi untuk mempertahankan
fase remisi. Terapi ini dimulai sesudah terapi induksi dan
konsolidasi selesai dan berhasil dengan baik untuk memelihara
remisi dan selanjutnya mengurangi jumlah sel leukemia. Regimen
terapi obat kombinasi yang meliputi pemberian merkaptopurin
setiap hari, metotrrksat seminggu sekali dan terapi intratekal

10
secara priodik di berikan selama 2 tahun kemudian. Demikian
juga, selama terapi rumatan, 2 tahun kemudian. Demikian juga,
selama terapi rumatan, harus dilakukan pemeriksaan hitung darah
lengkap untuk mengevaluasi respon sumsum tulang terhadap obat
yang digunakan
b. Reinduksi sesudah relaps
Adanya sel-sel leukimia dalam sumsum tulang, SSP atau testis
menunjukkan terjadinya rrlaps/ kekambuhan penyakit. Terapi pada anak
yang mengalami relaps meliputi terapi reinduksi dengan prednison dan
vinkristin, disertai pemberian kombinasi obat lain yang belum
digunakan.
c. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang sudah dilakukan untuk penanganan anak
yang menderita ALL dan AML dengan hasil yang baik. Transplantasi ini
tidak direkomendasikan untuk anak-anak yang menderita ALL selama
remisi yang pertama karena kemoterapi masih mungkin memberikan
hasil yang menakjubkan. Mengingat prognosis anak-anak yang
menderita AML lebih buruk, transplantasi sumsum tulang alogenik
meliputi tindakan memperoleh sumsum tulang dari donor anggota
keluarga yang histokompatibel dan cocok, biasanya saudara kandung.

7. Komplikasi
Berikut ini dapat dicermati komplikasi yang timbul pada leukemia :
a. Gagal sumsum tulang
b. Anemia ( kurang darah ). Hal ini dikarenakan produksi sel darah merah
kurang atau akibat perdarahan.
c. Terinfeksi berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan sel darah putih yang
ada kurang berfungsi dengan baik meskipun jumlahnya berlebihan tetapi
sudah berubah menjadi ganas sehingga tidak mampu melawan infeksi
dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Disamping itu, pada
leukemia, obat-obatan anti leukemia dapat menurunkan kekebalan tubuh.

11
d. Perdarahan. Hal ini terjadi sebagai akibat penekanan sel leukemia pada
sumsum tulang sehingga sel pembeku darah produksinya pun
berkembang.
e. Gangguan metabolisme
 Berat badan menurun
 Demam tanpa infeksi yang jelas
 Kalium dan kalsium darah meningkat malahan ada yang rendah
 Gejala asidosis sebagai akibat asam laktat meningkat
f. Penyusupan sel-sel pada organ-organ:
 Terlihat organ limpa membesar
 Gejala gangguan saraf otak
 Gangguan kesuburan
 Tanda-tanda bedungan pembuluh darah paru

8. Prognosis
Faktor prognostik yang paling penting untuk menentukan keberhasilan
hidup jangka panjang anak-anak yang menderita ALL (selain faktor
pengobatannya) adalah :
a. Jumlah awal sel darah putih
b. Usia anak pada saat diagnosis ditegakkan
c. Tipe sel yang terlibat
d. Jenis kelamin anak
e. Hasil analisis kariotip

Anak-anak dengan jumlah sel darah putih normal atau rendah dan yang
menderita ALL non-T, non-B serta menunjukkan ALL positif memiliki
prognosis yang jauh lebih baik di bandingkan anak-anak yang jumlah darah
putihnya tinggi dibandingkan dengan tipe sel yang lain. Anak-anak yang
didiagnosis pada saat berusia antara 2 tahun dan 9 tahun secara konsisten
menunjukkan prognosis yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang
didiagnosis sebelum berusia 2 tahun atau sesudah 10 tahun; dan anak
perempuan tampaknya mempunyai prognosis lebih baik dari pada anak laki-

12
laki. Anak-anak yang memiliki indeks asam deoksiribonukleat (DNA) lebih
besar daripada 1,16 (hiperdiploid) dan dengan tranlokasi kromosom 4 dan 10
memiliki prognosis yang lebih baik (Margolin dan Poplack,1997). Selain itu,
semakin cepat induksi remisi dilakukan pada AML, semakin baik peluang
pasien untuk pada akhirnya mengalami remisi kontinu dan berjangka waktu
lama.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan leukemia adalah
dengan mengkaji riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu dan
riwayat penyakit keluarga. Selain itu, mengkaji riwayat pemajanan pada
factor-faktor pencetus leukemi, adanya manifestasi klinis leukemia dan
pemeriksaan fisik ( Handayani & Hriwibowo, 2008; Wong et al, 2008).
a. Data Biografi Pasien
Berisi identitas pribadi klien.
b. Riwayat kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia, pasien biasanya merasa lemah, pucat, lesu,
demam, anorexia dan berat badan menurun, memar tanpa sebab,
nyeri tulang dan persendian, nyeri abdomen, lymphadenopathy
(Suriadi & Rita Yuliani, 2006: 162). Selain itu ditemukan
pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran organ hati atau
hepatosplenomegaly pada anak yang mengalami leukemia (price &
Wilson, 2006; Yatim, 2003; Betz & Sowden, 2009).
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada pasien dengan penyakit leukemia, ditemukan adanya tanda-
tanda anemia dan nafas cepat. Selain itu, ditemukan juga danya
tanda-tanda demam dan infeks. Pada kasus tertentu, terjadi
pembesaran testis pada laki-laki, gagal ginjal dan hipertensi.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya akan ditemukan gangguan hematologi, adanya factor
herediter seperti monozigot.

13
 Riwayat Kebiasaan Sehari-hari
Pola hidup tidak sehat dapat menjadi pencetus terjadinya leukemia.
Salah satu contohya adalah dengan kurang mengonsumsi buah dapat
menyebabkan perubahan DNA yang mungkin terjadi pengembangan
sel leukemia (Philips, 2012). Selain itu, kekurangan asam folat,
vitamin B12, dan B6 juga menjadi factor resiko leukemia. Asam folat
merupakan koenzim untuk transfer gugus C (purin, tiamin,
hemoglobin) yang penting untuk sintesis darah DNA/RNA (Wong et
al, 2008; Asmadi, 2008).
 Riwayat Psikososial
Pada kasus leukemia banyak klien yang takut dan cemas terhadap
penyakit yang diderita. Klien sangat ebutuhkan dukungan psikologis
dari keluarga dan perawat.
c. Pemeriksaan Penunjang
Setelah melakukan pengkajian di atas, dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium dan diagnostic untuk memperkuat diagnose leukemia
secara ilmiah.

2. Diagnosis, Intervensi, Implementasi Keperawatan

NO NANDA NOC NIC

1. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan Toleransi terhadap Terapi aktifitas


Definisi : ketidakcukupan energi aktifitas Definisi : peresepan
utntuk melakukan aktivitas sehari- Definisi : respon terkait dengan
hari. fisiologis terhadap menggunakan bantuan
pergerakan yang aktfitas fisik, kognisi,
memerlukan energy social, dan spiritual untuk
terhadap aktifitas meningkatkan frekuensi
sehari-hari. dan durasi dari aktifitas
kelompok
Indikator : Aktifitas-aktifitas :
Saturasi oksigen - Pertimbangkan

14
ketika beraktifitas kemampuan klien
12345 dalam
Frekuensi nadi ketika berpartisipasi
beraktifitas melalui aktifitas
12345 spesifik
Frekuensi pernapasan - Berkolaborasi
ketika beraktifitas dengan ahli terpis
12345 fisik, okupasi, dan
Kemudahan bernapas terapis
ketika beraktivitas rekreasional
12345 dalam
Tekanan darah perencanaan dan
sistolik ketika pemantauan
beraktifitas program aktifitas,
12345 jika memamng
Tekanan darah diperlukan
diastolic ketika - Pertimangkan
beraktifitas komitmen klien
12345 untuk
Teemuan/hasil EKG meningkatkan
12345 frekuensi dan
Warna kulit jarak aktifitas
12345 - Bantu klien untuk
Kecepatan berjalan mengeksplorasi
12345 tujuan personal
Jarak berjalan dari aktifitas-
12345 aktifitas yang
Toleransi dalam biasa dilakukan
menaiki tangga dan aktifitas yang
12345 disukai
Kekuatan tubuh - Dorong aktiftas
bagian atas kreatif yang tepat

15
12345 - Bantu klien untuk
Kekuatan tubuh mengidentifikasi
bagian bawah aktifitas yang
12345 diinginkan
Kemudahan dalam - Bantu klien untuk
melakukan aktifitas mengidentifikasi
hidup harian aktifitas yang
12345 bermakna
Kemampuan - Bantu klien untuk
berbicara ketika menjadwalkan
melakukan aktifitas waktu-waktu
fisik spesifik terkait
12345 dengan aktifitas
harian
Domain-fungsi - Bantu klien dan
kesehatan (1) keluarga untuk
Kelas pemeliharaan mengidentifikasi
energy (A) kelemahan dalam
Edisi kedua 2000; level aktifitas
revisi 2004 tertentu
- Bantu klien dan
keluarga utnuk
beradaptasi
dengan
lingkungan pada
saat
mengakomodai
aktivitas yang
diinginkan
- Sediakan aktifitas
“motoric kasar”
untuk klien yang

16
hiperaktif
- Berikan pujian
yang positif karna
kesediaannya
untuk terlibat
dalam kelompok

2. Nyeri kronis b.d agen injuri biologi Kontrol nyeri Manajemen Nyeri
Definisi : pengalaman sensorik atau Definisi : tindakan Definisi : pengurangan
emosional yang berkaitan dengan pribadi untuk atau reduksi nyeri sampai
kerusakan jaringan actual atau mengontrol nyeri pada tingkat kenyamanan
fungsional, dengan onset mendadak Indikator : yang dapat diterima oleh
atau lamat dan berintensitas ringan Mengenali kapan pasien
hingga berat dan konstan, yang nyeri terjadi
berlangsung lebih dari 3 bulan. 12345 Aktifitas-aktifitas
Menggambarkan - Lakukan
factor penyebab pengkajian nyeri
12345 komprehensif
Menggunakan jurnal yang meliputi
harian untuk lokasi,
memonitor gejala karakteristik,
dari waktu ke waktu onset/durasi,
12345 frekuensi,
Menggunakan kualitas, intensitas
tindakan pencegahan atau beratnya
12345 nyeri, serta factor
Menggunakan pencetus
tindakan - Observasi adanya
pengurangan nyeri petunujuk
tanpa analgesic nonverbal
12345 mengenai
Menggunakan ketidaknyamanan

17
analgesic yang terutama pada
direkomendasikan mereka yang tidak
12345 dapat
Melaporkan berkomunikasi
perubahan terhadap secara efektif
gejala nyeri pad - Pastikan
aprofesional perawatan
kesehatan analgesic bagi
12345 pasien dilakukan
Melaporkan gejala dengan
yang tidak terkontrol pemantauan yang
pada professional ketat
kesehatan - Gali pengetahuan
12345 dan kepercyaan
Menggunakan pasien tentang
sumber daya yang nyeri
tersisa - Gali bersama
12345 pasien factor yang
Mengenali apa yang dapat menurunkan
terkait dengan gejala dan memperberat
nyeri nyeri
12345 - Berikan informasi
Melaporkan nyeri mengenai nyeri
yang terkontrol seperti penyebab
12345 nyeri, berapa lam
nyeri akan
Domain-Pengetahuan dirasakan, dan
tentang kesehatan & antisipasi dari
prilaku (IV) ketidaknyamanan
Kelas-Perilaku Sehat prosedur
(Q) - Ajarkan prinsip-
Edisi pertama prinsip

18
1997;revisi 2000, manajemen nyeri
2004 - Dorong pasien
untuk memonitor
nyeri dan
menangani nyeri
dengan cepat
- Ajarkan metode
farmakologi untuk
menurunkan nyeri
3. Resiko kekurangan volume cairan Keseimbangan cairan Monitor cairan
Definisi : kerentanan mengalami Definisi: Definisi : pengumpulan
penurunan volume cairan keseimbangan cairan dan analisis data dalam
intravaskuler, interstisial, dana tau didalam ruang pengaturan keseimbangan
intraselules yang dapat mengganggu intraselular dan cairan
kesehatahn ekstraselular tubuh.
Aktifitas-aktifitas :
Indicator : - Tentukan jumlah
Tekanan darah dan jeniis
12345 intake/saupan
Denyut nadi radial cairan serta
12345 kebiasaan cairan
Tekanan arteri rata- - Tentukan factor-
rata faktor resiko yang
12345 mungkin
Tekanan vena sentral menyebabkan
12345 ketidakseimbanga
Tekanan baji paru- n cairan
paru - Tentukan apakah
12345 pasien mengalami
Denyut perifer kehausan atau
12345 gejala perubahan
Keseimbangan intake peruahan cairan

19
dan output dalam 24 - Monitor berat
jam badan
12345 - Monitor asupan
Berat badan stabil dan pengeluaran
12345 - Monitor nilai
Turgor kulit kadar serum dan
12345 elektrolit urin
Kelembaban - Monitor kadar
membrane mukosa serum albumin
12345 dan protein total
Serum elektrolit -
12345 - Monitor kadar
Hematocrit serum dan
12345 osmolitas urin
Berat jenis urin - Monitor tekanan
12345 darah, denyut
Hipotensi ortostatik jantung, dan status
12345 pernapasan
Suara napas adventif - Monitor tekanan
12345 darah ortostatik
Asites dan perubahan
12345 irama jantung
Distensi vena leher dengan tepat
12345 - Monitor parameter
Edema perifer hemodinamik
12345 invasif
Bola mata cekung - Monitor
dan lembek membrane
12345 mukosa, turgor
Konfusi kulit, dan respon
12345 haus
Kehausan - Monitor warna,

20
12345 kuantitas dan berat
Kram otot jenis urin
12345 - Monitor distensi
Pusing vena leher, ronki
12345 di paru-paru,
edema perifer, dan
penambahan berat
badan
- Monitor tanda dan
gejala asites
- Batasi dan
alokasikan cairan
pasien
- Berikan agen
farmakologis
untuk
meningkatkan
pengeluaran urin]
- Berikan dialysis
dan catat reaksi
pasien
- Perthankan grafik
wadah cairan yang
akurat untuk
menjamin
standarisai
pengukuran
wadah
- Cek grafik asupan
dan pengeluaran
secara berkala
untuk memastikan

21
pemberian
layanan yang baik
3. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang
diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
 Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
 Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat
kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas.
 Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
 Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan
muntah
 Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa
tidak nyaman
 Masukan nutrisi adekuat
 Klien beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau
menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan
perasaan tidak nyaman.
 Kulit tetap bersih dan utuh
 Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan
rambut, klien membantu menentukan metode untuk mengurangi efek
kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan klien tampak
bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
 Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur,
keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit klien dan
tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta
kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama klien.
 Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan,
keluarga dan klien mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran,
kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan
keluarga mendapat dukungan yang adekuat (Wong. D.L, 2004).
4. Promosi Kesehatan

22
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Tema : Leukemia (Kanker Darah) pada anak


Sub Pokok Pembahasan : Definisi, penyebab, tanda dan gejala, cara
pencegahan penyakit, penyembuhan anak
dengan leukemia

Hari/Tanggal : Kamis, 23 Agustus 2018


Waktu : 20 Menit
Sasaran : Warga Rt 02 Kelurahan Banuaran Nan XX
Tempat : Mesjid Nurul Ikhlas
Penyaji : Mahasiwa Fkep Unand

A. TUJUAN
Setelah dilakukannya penyuluhan, diharapkan Warga Rt 02 Kelurahan
Banuaran Nan XX diharapkan menjadi tahu penyakit Leukemia pada anak.
Adapun tujuan khusus yang diharapkan yaitu :
1. Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan Warga Rt 02
Kelurahan Banuaran Nan XX mampu melakukan tindakan
pencegahan terhadap penyakit leukemia (kanker darah) terkhusus
pencegahan penyakit ini terhadap anak- anak mereka.
2. Warga bisa menyebutkan pengertian penyakit leukemia
3. Warga bisa Menyebutkan penyebab timbulnya penyakit leukemia
4. Warga mengetahui gejala penyakit bila ada anak dalam keluarga
tersebut terkena penyakit leukemia
5. Warga menjadi tahu tindakan-tindakan penting apa yang dapat
dilakukan untuk mencegah dan pengobatan penyakit leukemia
pada anak

B. SASARAN
Warga Rt 02 Kelurahan Banuaran Nan XX

23
C. GARIS BESAR MATERI
1. Pengertian leukemia
2. Faktor penyebab penyakit leukemia pada anak
3. Tanda dan gejala leukemia pada anak
4. Cara pencegahan leukemia pada anak
5. Penyembuhan anak dengan Leukemia

D. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

E. MEDIA YANG DIGUNAKAN


1. Infocus

F. PELAKSANAAN KEGIATAN
Media dan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Metode
1. 3 menit Pembukaan :
· - Membuka kegiatan dengan
· Menjawab salam, Ceramah
mengucapkan salam · Mendengarkan, dan
· - Menjelaskan tujuan dari
· Memperhatikan
penyuluhan
· - Menyebutkan materi yang
akan diberikan
2. 10 menit Pelaksanaan : Memperhatikan, Ceramah
· - Menjelaskan tentang Mendengarkan, dengan
pengertian leukemia · Bertanya, dan dibantu
· - Menjelaskan tentang menjawab pertanyaan penanyangan
penyebab leukemia pada anak yang diajukan materi
· - Menjelaskan cara pencegahan dengan
dan pengobatan leukemia pada infocus yang
anak disertai

24
· - Menjelaskan cara pencegahan dengan
leukemia pada anak menampilkan
· - Memberikan kesempatan gambar
kepada warga untuk bertanya
- Menjelaskan cara- cara
pengobatan jika sudah
terjangkit leukemia

3. 5 menit Evaluasi :
· Menanyakan kepada warga
· Menjawab Tanya Jawab
tentang materi yang telah Pertanyaan
diberikan, dan reinforcement
kepada warga yang dapat
menjawab pertanyaan
4. 2 menit Evaluasi :
· Menyampaikan Kesimpulan · Mendengakan, Ceramah
· Mengucapkan salam penutup · Menjawab salam

G. MATERI
a. Defenisi Leukemia
Leukemia atau biasa dikenal dengan kanker sel darah putih atau
leukosit, merupakan salah satu jenis penyakit ganas yang menyerang sel
darah yang berasal dari sumsum tulang dan dapat terjadi pada anak
maupun dewasa. Leukemia merupakan suatu jenis penyakit ganas yang
sering menyerang anak- anak. Angka kejadian leukemia di Indonesia
adalah ¾ kasus dari seluruh kasus penyakit keganasan pada anak.
Akibat kanker ini, maka sumsum tulang didominasi oleh sel-sel
kanker tersebut, akibatnya fungsi sumsum tulang terganggu. Sumsum
tulang terletak di rongga tulang yang berfungsi sebagai tempat produksi
komponen-komponen darah, seperti sel darah merah, trombosit dan sel
darah putih. Penyakit leukemia menyebabkan fungsi sumsum tulang
terganggu, sehingga seluruh kegiatan produksi darah mengalami

25
gangguan. Anak yang menderita sakit ini akan mengalami anemia,
mudah mengalami perdarahan dan mudah terkena infeksi.

b. Penyebab penyakit leukemia pada anak


Penyebab penyakit leukemia yang menyerang anak- anak berbeda
dengan leukemia yang menyerang orang dewasa. Leukemia yang
menyerang orang dewasa dipengaruhi oleh gaya hidup, sedangkan pada
anak faktor genetik menjadi faktor utama penyebab leukemia. Berikut ini
beberapa faktor yang meningkatkan risiko seorang anak menderita
penyakit leukemia :
- Faktor genetik
Adanya kelainan genetik merupakan salah satu keadaan
yang ditemukan pada leukemia. Hal tersebut diturunkan oleh
orangtua, baik secara langsung maupun tidak. Pada anak
dengan riwayat penyakit kanker pada keluarga memiliki
risiko terserang penyakit ganas apapun jenisnya, termasuk
leukemia.
- Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga sangat berpotensi dalam
menyebabkan terjadinya kanker, seperti radiasi, paparan zat
kimia, dan polusi udara, dsb.

c. Tanda dan Gejala Leukemia pada anak


- Pucat (anemia), Pucat pada anak disebabkan oleh kurangnya
sel darah merah. Gejala ini dapat diwaspadai oleh orangtua
dengan melihat apakah bibir anak pucat atau tidak
- Perdarahan, Perdarahan pada anak dapat berupa lebam di
kulit, mimisan ataupun berupa bercak merah sebagai tanda
adanya perdarahan. Perdarahan ini disebabkan oleh
trombositopenia atau trombosit kurang dari jumlah normal
- Mudah terinfeksi, Sel leukosit yang diproduksi sumsum
tulang bukanlah leukosit yang normal, sehingga tidak dapat

26
berfungsi dengan baik. Hal ini menyebabkan anak mudah
terinfeksi kuman maupun virus
- Demam, Sel kanker dapat menyebabkan demam karena ada
pelepasan zat-zat peradangan (sitokin inflamasi) sehingga
menyebabkan demam. Selain itu, demam juga sering
disebabkan karena adanya infeksi akibat kekebalan yang
menurun
- Nyeri tulang/sendi, Nyeri yang dirasakan pada anak
merupakan manifestasi dari adanya infiltrasi (penyebaran)
sel-sel kanker yang masuk kedalam permukaan tulang
maupun sendi. Selain nyeri, leukemia pada anak juga
menyebabkan bengkak di daerah persendian
- Pembesaran organ (organomegali), Pembesaran organ atau
organomegali disebabkan oleh sel kanker yang menyebar ke
hati, limfa, kelenjar getah bening ataupun organ lain.
Pembesaran ini sering ditemukan secara tidak sengaja ketika
dokter sedang melakukan pemeriksaan fisik
- Kloroma, Kloroma adalah salah satu tanda khas dari
leukemia yang berupa bercak kehitaman pada kulit8.
- Hiperleukositosis, Pada keadaan tertentu anak dapat
mengalami kenaikan jumlah sel leukosit yang sangat tinggi
(Hiperleukositosis) sehingga menyebabkan komplikasi atau
penyakit penyerta berupa kejang, sesak, perdarahan pada
paru, otak maupun ginjal. Anak – anak yang memiliki gejala
di atas, perlu segera diperiksa oleh dokter spesialis anak untuk
pemeriksaan dan konfirmasi diagnosis lebih lanjut.

d. Cara pencegana Leukemia yang dapat dilakukan orang tua dirumah

- Selalu memperhatikan kondisi anak, apakah terdapat gejala-


gejala seperti diatas atau tidak
- Apabila ada keluhan tersebut maka segera bawa anak ke
dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Dokter

27
umum atau dokter anak yang memeriksa akan melakukan
pemeriksaan sesuai dengan kompetensi mereka. Salah satu
yang akan dilakukan adalah pemeriksaan darah (darah tepi
lengkap). Pemeriksaan tersebut merupakan salah satu skrining
awal adanya kelainan pada darah. Tentunya dokter yang
memeriksa yang akan menyampaikan hasilnya kepada
orangtua.

H. PENGOBATAN ANAK DENGAN LEUKEMIA


- Terapi fisik, Tujuan terapi fisik pada pasien keganasan anak
ialah: preventif, untuk mencegah terjadinya gejala sisa yang
menyebabkan disabilitas; restorasi, untuk memaksimalkan
pulihnya sistem motorik pada pasien dengan defisit; suportif,
untuk mendorong tingkat fungsional kemandirian tertinggi
yang mungkin dicapai saat masih terdapat gejala sisa dan
progresivitas disabilitas dapat diantisipasi; dan paliatif, untuk
meningkatkan atau memelihara kenyamanan dan kemandirian
pasien dengan terminal disease. Salah satu terapi yang bisa
digunakan adalah Terapi okupasi. Pemberian terapi okupasi
ialah memaksimalkan kemampuan anak dalam aktivitas
sehari-hari, peningkatan perkembangan ketrampilan, dan
mengurangi dampak komplikasi penyakit
- Psikologi Perkembangan emosional dan kepribadian seorang
anak muncul antara usia 2-6 tahun. Secara umum, orang tua
yang mempunyai anak dengan disabilitas fisik cenderung
melindungi anaknya dan tidak mendorong anaknya menjadi
mandiri. (Dukungan psikologi keluarga 6 Jurnal Biomedik
(JBM), Volume 6, Nomor 1, Maret 2014, hlm. 1-7) serta
status emosional pasien dan keluarga harus diperhatikan
karena berhubungan dengan stres berat yang akan muncul
karena kematian anak akibat kanker. Faktor psikologi menjadi
penting dan menentukan keberhasilan dalam hidup
dibandingkan keparahan disabilitas yang diperoleh pasien.

28
Dokter rehabilitasi medik perlu memasukkan kemampuan
sosial dalam penilaian dari fungsi pasien dan rencana
perbaikan tindakan yang diperlukan, seperti juga peresepan
assistive devices atau latihan untuk mobilitas.
- Sosial medik Pekerja sosial medik menilai situasi kehidupan
penderita, membahas pilihan pengaturan keuangan dan urusan
seharihari, memberi dukungan emosional pada pasien,
keluarga, dan tim, serta bertindak sebagai perantara dalam
hubungan antara pasien/keluarga dan tim.

29
BAB III

ANALISIS JURNAL

A. Identitas Jurnal
1. Judul Jurnal : Hubungan Frekuensi Hospitalisasi Anak Pre
School dengan Kemampuan Perkembangan Motorik Halus pada Anak
Penderita Leukemia di RSUD Dr. Moewardi
2. Penulis : Tri Utami
3. Tahun Terbit : 2013
4. Departemen Penulis : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammdiyah Surakarta
5. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan frekuensi hospitalisasi
dengan kemampuan perkembangan motorik halus pada anak pra sekolah
penderita leukemia di RSUD. Dr. Moewardi Surakarta.
6. Metodologi Penelitian : Deskriptif korelatif dengan rancangan cross
sectional
B. Analisis Jurnal
Leukemia limfositik akut atau biasa di sebut ALL adalah bentuk
leukemia yang paling lazim dijumpai pada anak, insiden tertinggi terdapat pada
usia 3-7 tahun. Apabila penyakit ini tidak diobati segera, maka penderita dapat
meninggal dalam hitungan minggu hingga hari. Anak-anak berpenyakit
leukemia memiliki masalah-masalah seperti berkurangnya kemampuan anak
dalam beraktivitas pada sesuainya. Leukemia limfositik akut adalah suatu
penyakit ganas yang progresif pada organ pembentuk darah, yang ditandai
perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit serta prekursornya dalam
darah dan sumsum tulang (Dorland, 2006).
Gejala klinis yang terlihat pada penderita leukemia limfositik akut adalah
nyeri tulang, memar, petekie, limfadenopati,dan hepatosplenomegali (Schwart,
2005). Pengobatan untuk penderita leukemia limfositik akut terbagi menjadi
dua, pengobatan suportif dan spesifik. Pelitian Reymond (2002) yang meneliti
Neurocognitive Late Effects in Pediatric Cancer, menyatakan bahwa lama
pengobatan LLA berlangsung antara 3 sampai 4 tahun. Usia 36 bulan,

30
perkembangan motorik halus anak sudah dapat memasang manik manik besar,
melukis tanda silang dan bulatan membuka kancing depan dan samping
menyusun 10 balok tanpa jatuh Anak usia 4 tahun dapat menggunakan gunting,
menggunting gambar sederhana menggambar bujursangkar. Anak usia 5 tahun
dapat memukul kepala paku dengan paku, mengikat tali sepatu, dapat menulis
beberapa huruf alphabet, dapat menulis nama. Anak usia 6 tahun sudah dapat
memakai garpu dan pisau. Menurut Wong (2004), hospitalisasi merupakan suatu
proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan
anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali kerumah. Denver II dapat digunakan untuk menilai
tingkat perkembangan anak sesuai dengan umur-umurnya yaitu anak-anak yang
sehat berumur 0-6 tahun.
Data dari rekam medik RSUD Dr. Moerwardi Surakarta tahun 2010
diperoleh data bahwa jumlah pasien leukemia anak sebanyak 203 pasien. Data
dari bulan Januari hingga Bulan November 2011 diperoleh data 106 pasien
leukimia dan 54 anak pre school. Jenis penelitiannya adalah penelitian
kuantatif, dengan metode penelitian deskriptif korelatif, sedangkan rancangan
penelitian digunakan adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh
pasien anak usia pra sekolah yang menderita leukemia limfositik akut di RSUD
Dr. Moewardi sebanyak 22 pasien anak pre school tahun 2012. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Instrumen Penelitian
adalah menggunakan kuesioner kepada orang tua dalam mendapatkan informasi
seberapa sering pasien mendapatkan perawatan (khemoterapi) yang
menggunakan lembar DDST. Hasil dari penelitian itu adalah mengenai umur
responden, diperoleh data umur terbanyak adalah 3 tahun sebesar 41.7%.
Mengenai jenis kelamin diperoleh data bahwa anak perempuan lebih banyak
dibanding anak laki-laki yang menderita leukemia limfositik akut. Mengenai
frekuensi hospitalisasi diperoleh data sebanyak 8 responden (66,7%) masuk
kategori sedang. Mengenai motorik halus diketahui 9 responden (75%) masuk
dalam kategori normal, 2 responden masuk kategori suspect, sementara 1
responden masuk kategori untestable. Berdasarkan tabulasi silang antara
frekuensi hospitalisasi dengan perkembangan motorik halus menunjukkan tidak

31
adanya hubungan bahwa semakin sering hospitalisasi maka semakin baik
perkembangan motorik halus. Gambaran ini diperkuat dengan hasil penelitian
bahwa hasil uji Chi Square menunjukkan nilai χ2 = 4,694 dengan p = 0,320 atau
(p > 0,05) artinya tidak terdapat hubungan frekuensi hospitalisasi anak pre
school dengan kemampuan perkembangan motorik halus pada anak penderita
leukemia di RSUD Dr. Moewardi.

32
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia atau kanker darah adalah keganasan pada organ pembuat sel
darah, berupa poliferasi patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh
adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan
disertai infiltrasi ke organ-organ lain. ( Djoerban Zubairi, dkk.1990)
Leukemia dapat dibagi menjadi : Leukemia Mielostik Akut (LMA),
Leukemia Limfositik Kronis (LLK), Leukemia Mielositik Kronis (LMK) dan
Leukemia Limfostik Akut (LLA), merupakan tipe leukemia paling sering terjadi
pada anak-anak. Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga
kini. Namun orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko
timbulnya penyakit leukemia. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah umur,
jenis kelamin, faktor genetik, virus, sinar radioaktif, zat kimia dan lingkungan.
Pelaksanaan medis yang dapat dilakukan yaitu pelaksanaan kemoterapi,
reinduksi sesudah relaps dan kemudian pelaksanaan transplantasi sumsum tulang
yang pendonornya diharapkan dari anggota keluarga pasien.
B. Saran
1. Saran Bagi Mahasiswa Keperawatan
Seluruh mahasiswa keperawatan agar meningkatkan pemahamannya
terhadap penyakit leukemia sehingga dapat dikembangkan dalam tatanan
layanan keperawatan.
2. Saran Bagi Perawat
Diharapkan agar perawat bisa menindaklanjuti penyakit tersebut melalui
kegiatan riset sebagai dasar untuk pengembangan Evidence Based Nursing
Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam seluruh tatanan layanan
kesehatan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Wong, L Donna. et all.2009.WONG’S ESSENTIALS OF PEDIATRIC NURSING,6TH


ED.Jakarta.EGC

Betz, Cecily L. Dll.2002.BUKU SAKU KEPERAWATAN PEDIATRI.Jakarta.EGC

Gustiana, Lina. 2013. KARYA ILMIAH AKHIR NERS : ANALISIS PRAKTIK KLINIK
KEPERAWATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN LEUKEMIA DI
RUANG HEMATOLOGI DAN ONKOLOGI RSUP FATMAWATI

Barbara C, Long.1997. Perawatan Medikal Bedah , jilid 3. Bandung. Yayasan IAPK


Pajajaran,

34

Anda mungkin juga menyukai