Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LEUKIMIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pengampu :Hj. Ns. Agustine Ramie, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 7

AjengTriarti P07120116044

KartinaIsa Bela P07120116058

Muhammad Imam Muta’abid P07120116068

RindaMedianita P07120116079

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

JURUSAN KEPERAWATAN

BANJARBARU

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan hidayah, inayah dan
pertolongan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW, nabi akhir zaman yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan ke
zaman yang terang benderang yang dihiasi iman, islam, dan ikhsan.

Penulisan makalah Keperawatan Anak tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien


Leukimia” ini merupakan suatu tugas yang diberikan kepada kami dalam rangka
pembelajaran di perguruan tinggi, diharapkan dengan penulisan makalah ini mahasiswa-
mahasiswi dapat lebih dalam memahami suatu materi yang penulis sajikan.

Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan baiki tutulisan maupun kata-
kata yang tidak logis, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada


semua pihak yang telah mambantu.

Akhir kata, penulis mohon maaf apa bila didalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan.

Banjarbaru, April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit Leukimia.................................................................2
A. Definisi Penyakit Leukemia....................................................................2
B. Etiologi Penyakit Leukimia......................................................………...3
C. Patofisiologi Penyakit Leukimia...............................................................4
D. Tanda dan gejala Penyakit Leukumia......................................................6
E. Penatalaksaan Penyakit Leukimia ...........................................................7
F. Pemeriksaan Diagnostik Penyakit Leukimia ...........................................9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Leukemia.....................10
A. Pengkajian..............................................................................................10
B Diagnosa Keperawatan............................................................................16
C Intervensi.................................................................................................17
D. Implementasi..........................................................................................20
E. Evaluasi...................................................................................................20

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................22
B. Saran............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang
berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh
sel darah putih.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angka kematian mencapai 83,6
% (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO)
menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan
60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan
bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak
tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa
menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal
dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Leukimia?
2. Apa Etiologi Dari Penyakit Leukimia?
3. Apa Patofisiologi Dari Penyakit Leukimia?
4. Apa Tanda dan Gejala Dari Penyakit Leukimia?
5. Apa Penatalaksanaan Dari Penyakit Leukimia?
6. Apa Saja Pemeriksaan Diagnostik Pada Penyakit Leukimia?
7. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Leukimia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Leukimia
2. Untuk mengetahui Etiologi penyakit Leukimia
3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit Leukimia
4. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala penyakit Leukimia
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit Leukimia
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada penyakit Leukimia
7. Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Leukimia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penyakit Leukemia


A. Definisi Leukimia
Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit yang
abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah berlebihanyang dapat
menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia dan diakhiri dengan kematian.
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan
tipe sel asal yaitu :
1. Leukemia akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit)
yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akut memiliki
perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata
dalam 4-6 bulan.
a. Leukemia limfositik Akut(LLA); LLA merupakan jenis leukemia dengan
karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem
limfopoetik yang mengakibatkan organomegali (pembesaran organ dalam) dan
kegagalan organ.LLA lebih sering ditemukan pada anak-
anak(82%)daripadaumur dewasa (18%). Insiden LLA akan mencapai
puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan
hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan dari
sumsum tulang.
b. Leukemia mielositik Akut (LMA); LMA merupakan leukemia yang mengenai
sel sistem hematopoetik yang akanberdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA
merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. Lebih sering
terjadi pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%). Permulaannya
mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan durasi gajala
yang singkat. Jika tidak diobati,LNLA fatal dalam 3 sampai 6 bulan.

2. Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi neoplastic
dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi.
3

a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK); LLK adalah suatu keganasan klonal


limfosit B (jarang pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan,
dengan akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang
berumur panjang. LLK cenderung dikenai sebagai kelainan ringan yang
menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan
2:1 untuk laki laki.
b. LeukemiaGranulositik/Mielositik Kronik(LGK/LMK); LGK/LMK adalah
gangguan yang ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit)
yang relative matang. LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan paling sering
dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas
genetik yang dinamakan kromosom philadelphia ditemukan pada 90-95%
penderita LGK/LMK. Sebagian besar penderita ini akan meninggal setelah
memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan
sel muda leukosit,biasanya berupamieloblas/promielosit. Trombosit dan sel
darah merah yang amat kurang.
Leukemia merupakan bentuk kanker yang paling umum pada masa
kanak-kanak; di Amerika Serikat, hampir mencapai sepertiga dari 7.000 kasus
baru kanker anak setiap tahunnya. Jenis leukemianya sama dengan dewasa,
kecuali leukemia limfositik kronik,yang amat jarang pada anak-anak.
76%merupakan leukemia limfositik akut, sisanya berupa leukemia nonlimfositik
akut, sisanya berupa leukemia nonlimfositik akut dan leukemia mielositik
kronik,masing-masing 21% dan 3%. Leukemia nonlimfositik kronik lebih
umum di temukan pada orang dewasa (Perawatan anak sakit edisi II 2005).

B. Etiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat
dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel
darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda
dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi
memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi.
Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk
sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada
jaringan.
4

Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi


kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom
dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh
kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali),
delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah
bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan
mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan
tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan
genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian
normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi
ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan
tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga
bias menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah
bening, ginjal, dan otak.

C. Patofisiologi
Adanya proliferasi sel kanker sehingga sel kanker bersaing dengan sel
normal untuk mendapatkan nutrisi dengan cara infiltrasi sel normal digantikan
dengan sel kanker. Dengan adanya sel kanker akan terjadi depresi sumsum tulang
yang akan mempengaruhi eritrosit, leukosit, faktor pembekuan dan jaringan
meningkat karena adanya depresi dari sumsum tulang maka produksi eritrosit
menurun dan terjadi anemia, produksi leukosit juga menurun sehingga sistem
retikoloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi yang manifestasinya berupa
demam. Faktor pembekuan juga mengalami penurunan sehingga terjadi
perdarahan yang akan menimbulkan trombositopenia. Dengan adanya pergantian
sel normal oleh sel kanker terjadi infiltrasi ekstra medular sehingga terjadi
pembesaran limpa, lifer, nodus limfe dan tulang sehingga bisa menimbulkan nyeri
tulang dan persendian. Hal tersebut juga akan mempengaruhi SSP (sistem saraf
pusat) yakni adanya infiltrasi SSP sehingga timbullah meningitis leukemia, hal
tersebut juga akan mempengaruhi metabolisme sehingga sel akan kekurangan
makanan
5

1. Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositopenia.
2. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
3. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ,
sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sum-sum tulang
yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan.
4. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati,
limfe dan nodus limfe dan nyeri persendian.

Pathway
6

D. Manifestasi klinis
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia,
neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme.
1.   Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan
sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi,
pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan
anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme.21 Nyeri tulang bisa dijumpai
terutama pada sternum, tibia dan femur.

2.   Leukemia Mielositik Akut


Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan
oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk
purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih
dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri
dada dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu
hiperurisemia dan hipoglikemia.

3.   Leukemia Limfositik Kronik


Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang
mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat
badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan
kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin
parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.

4.  Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik


LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada
fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan
limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung
lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat,
petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi dan fase blas merupakan fase
terakhir yang mana sel kanker sudah mencapai jumlah yang sangat banyak hingga
30% yang berada dalam darah.
7

Gejala yang khas pada penderita leukimia ialah pucat (dapat terjadi
mendadak), panas dan perdarahan disertai splenomegali dan kadang-kadang
hepatomegali serta limfadenopati.Pasien yang menunjukkan gejala lengkap
seperti yang disebutkan ini, secara klinik dapat di diagnosa leukimia.Perdarahan
dapat berupa ekimosis, petekia, epistaksis, perdarahan gusi dan sebagainya.Pada
stadium permulaan mungkin tidak terdapat splenomegali.
Gejala yang tida khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalah
tafsirkan sebagai penyakit reumatik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi
sel leukimia pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada
leukimia serebral (Ngatsiyah, 2005).
Manifestasi klinik dari leukimia juga bisa di sebutkan seperti di bawah:
1. Pilek tidak sembuh-sembuh
2. Pucat, lesu mudah terstimulasi
3. Deman dan anorexia
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, memar tanpa sebab
6. Nyeri pada tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen
8. Lymphedenopathy
9. Hepatosplenomegaly
10. Abnormal WBC

E. Penatalaksanaan Medis/ Keperawatan

1. Penatalaksanaan Medik
Pengobatan :
a. Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 g%. pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan ditransfusi
trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
b. Kortikosteroid (prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah
dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
8

c. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopusin atau 6-mp,


metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih paten
seperti vinkristin(oncovevin), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai nama
obat lainnya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama
dengan perdnison. Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat
samping berupa alopesia (botak), stomatitis, leukopenia, infeksia sekunder atau
kandidiasis. Bila jumlah leukosit kurang dari 2000/mm 3 pemberiannya harus
hati-hati.
d. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang suci
hama).
e. Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi
dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105-106), imunoterapimulai diberikan
(mengenai carapengobatan yang terbaru masih dalam pengembangan).
Cara pengobatan berbeda-beda pada setiap klinik bergantung dari pengalaman
tetapi prinsipnya sama, yaitu dengan pola dasar :
1) Induksi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi dengan berbagai obat tersebut sampai
sel blas dalam sumsum tulang kurang dari 5%
2) Konsolidasi
Bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
3) Rumat
Untuk mempertahankan masa remisi agar lebih lama.Biasanya dengan
memberikan sitosatika setengah dosis biasa.
4) Reinduksi
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Biasanya dilakukan setiap 3-6 bulan
dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14 hari.
5) Mencegah terjadinya leukemia pada susunan saraf pusat. Diberikan MTX
secara intratekal dan radiasi kranial.
6) Pengobatan imunologik.
Pola ini dimaksudkan menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh
agar pasien dapat sembuh sempurna (dengan berbagai cara, yang dilakukan di
bagian IKA). Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus-
menerus.Fungsi sumsum diulang secara rutin setelah induksi pengobatan
(setelah 6 minggu).
9

Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain
yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya
kurang menggembirakan (sama seperti pasien kanker lainnya) maka pendekatan
psikososial harus diutamakan. Yang perlu diusahakan ialah ruangan yang aseptic
dan cara bekerja yang aseptic pula. Sikap perawat yang ramah dan lembut
diharapkan tidak hanya untuk pasien saja tetapi juga pada keluarga yang dalam hal
ini sangat peka perasaannya jika mengetahui penyakit anaknya.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Laboraturium
a. Darah tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sumsum tulang
berupa adanya pansitopenin, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan
gambaran darah tepi monoton dan terdapat sel blas. Terdapatnya sel blas dalam
darah tepi merupakan gejala patogtomik untuk leukemia.
b. Kimia Darah
Kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat, hipogamaglobinemia.
c. Sumsum tulang
Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton,
yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan system lain terdesak
(aplasia sekunder). Pada LMA selain gambaran yang monoton, terlihat pula
adanya hiatus leukemia ialah keadaan yang memperlihatkan banyak sel bias
(mieloblas), beberapa sel tua (segmen) dan sangat kurang bentuk pematangan
sel yang berada di antaranya (promielosit, mielosit,metamielosit dan sel batang).

2. Biopsi Limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limpa yang terdesak seperti limfosit normal, RES, granulosit dan pulp cell.
3. Cairan Serebrospinalis
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein, berarti suatu leukemia
meningeal.Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit baik dalam
keadaan remisi maupun keadaan kambuh.Untuk mencegahnya diberikan metotreksat
10

(MTX) secara intratekal secara rutin pada setiap pasien baru atau pasien yang
menunjukkan gejala tekanan intracranial meninggi.
4. Sitogenik
Pada kasus LMK 70-90 % menunjukkan kelainan kromosom, yaitu kromosom 21
(kromosom Philadelphia atau Ph 1). 50 – 70 % dari pasien LLA dan LMA
mempunyai kelainan berupa :
a. Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hyperploid
(2n+a).
b. Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang diploid.
c. Bertambahnya atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion).
d. Terdapatnya marjer chromosome yaitu elemen yang secara morfologis bukan
merupakan kromosom normal : dari bentuk yang sangat besar sampai yang
sangat kecil.

Untuk menentukan pengobatannya harus diketahui jenis kelainan yang


ditemukan.Pada leukemia biasanya didapatkan dari hasil darah tepi berupa
limfositosis lebih dari 80% atau terdapat sel blas. Juga diperlukan pemeriksaan dari
sumsum tulang dengan menggunakan mikroskop electron akan terlihat adanya sel
patologis.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Leukemia


A. Pengkajian

Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi (leukemia) meliputi

1.   Biodata

a.   Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pendidikan.

b.   Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, dan alamat.

2.   Riwayat kesehatan sekarang

a.   Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.

b.   Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan.
11

3.   Riwayat kesehatan sebelumnya

a.   Riwayat kehamilan/persalinan.

b.   Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

c.   Riwayat pemberian imunisasi.

d.  Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.

e.   Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.

4.   Riwayat Imunisasi

Riwayat imunisasi yang di dapatkan oleh klien yaitu BCG, DPT (I, II, III), Polio (I,
II ,III), Campak, Hepatitis, dan riwayat penyakit yang berhubungan dengan
imunitas seperti malnutrisi. 

5.   Riwayat Tumbuh Kembang

a. Pertumbuhan Fisik

                 - Berat badan

               BBL                              : 2500 gr – 4000 gr

               3 - 12 bulan                   : umur (bulan) + 9

               1 - 6 tahun                     : umur (tahun) x 2 + 8

               6 - 12 tahun                   : umur (tahun) x 7 – 5

                                                                        2

- Tinggi Badan

                 Tinggi badan lahir         : 45 - 50 cm

                 Umur 1 tahun               : 75 cm

                 2 - 12 tahun                  : umur (tahun) x 6 + 7

                 Atau

                 1 tahun                          : 1,5 x TB lahir

                 4 tahun                          : 2 x TB lahir

                 6 tahun                          : 1,5 x TB setahun

                 13 tahun                        : 3 x TB lahir


12

                 Dewasa                         : 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)

b. Perkembangan tiap tahap usia

                                    - Berguling                               : 3-6 bulan

                                    - Duduk                         : 6-9 bulan

                                    - Merangkak                             : 9-10 bulan

                                    - Berdiri                                    : 9-12 bulan

                                    - Jalan                                    : 12-18 bulan

                                    - Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan

                                    - Bicara                                  : 2-3 tahun

                                    - Berpakaian tanpa dibantu      : 3-4 tahun

                                    (Aziz Alimul Hidayat, Hal : 27).

6.   Pemeriksaan fisik

a.   Keadaan Umum

Meliputi : Baik, Jelek, Sedang

b.   Tanda-tanda vital

TD       : Tekanan Darah

N         : Nadi

P          : Pernapasan

S          : Suhu

c.   Antropometri

TB         :  Tinggi badan 

BB        :  Berat badan

LLA      :  Lingkar lengan atas

LK        :  Lingkar kepala

LD        :  Lingkar dada

LP         :  Lingkar perut


13

d.  Sistem pernafasan

Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola napas, bunyi


tambahan ronchi dan wheezing.

e.   Sistem cardiovaskuler

Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi jantung, tekanan
darah dan capylary reffiling time.

f.    Sistem pencernaan

Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak, palpasi
abdomen apakah mengalami distensi dan auskultasi peristaltik usus adakah meningkat
atau tidak.

g.   Sistem musculoskeletal

Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.

h.   Sistem integumen

        Rambut  :   warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak

        Kulit       :   warna, temperatur, turgor dan kelembaban

        Kuku      :   warna, permukaan kuku, dan kebersihannya

i.    Sistem endokrin

Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.

j.     Sistem penginderaan

      Mata       :  Lapang pandang dan visus.

      Hidung   :  Kemampuan penciuman.

      Telinga :  Keadaan daun telinga dan kemampuan pendengaran.

k.   Sistem reproduksi

Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.

l.   Sistem neurologis

1) Fungsi cerebral

2) Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.


14

3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan Gaslow Coma


Scale (GCS).

4) Kemampuan berbicara.

5)  Fungsi kranial :

a)   Nervus I (Olfaktorius)     : Suruh anak menutup mata dan menutup salah
satu lubang hidung, mengidentifikasi dengan
benar bau yang berbeda (misalnya jeruk dan
kapas alkohol).

b)   Nervus II (Optikus)         : Periksa ketajaman penglihatan anak, Persepsi


terhadap cahaya dan warna, periksa diskus
optikus, penglihatan perifer.

c)   Nervus III (Okulomotorius) : Periksa ukuran dan reaksi pupil, periksa
kelopak mata terhadap posisi jika terbuka,
suruh anak mengikuti cahaya.

d)  Nervus IV (Troklearis) : Suruh anak menggerakkan mata kearah bawah dan
kearah dalam.

e)   Nervus V (trigemenus) : Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika
anak merapatkan giginya dengan kuat, kaji
terhadap kesimetrisan dan kekuatan, tentukan
apakah anak dapat merasakan sentuhan di ats
pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi
disentuh), dekati dari samping, sentuh bagian
mata yang berwarna dengan lembut dengan
sepotong kapas untuk menguji refleks berkedip
dan refleks kornea.

f)    Nervus VI (Abdusen) : kaji kemampuan anak untuk menggerakkan mata


secara lateral.

g)   Nervus VIII (Fasialis) : Uji kemampuan anak untuk


mengidentifikasiLarutan manis
(gula), Asam (jus lemon), atau
hambar (kuinin) pada lidah anterior.
Kaji fungsi motorik dengan
meminta anak yang lebih besar
untuk tersenyum,
menggembungkan pipi, atau
memperlihatkan gigi, (amati bayi
ketika senyum dan menangis).
15

h)   Nervus VIII (akustikus)  : Uji pendengaran anak

i)     Nervus IX (glosofharingeus) : Uji kemampuan anak untuk


mengidentifikasi rasa larutan
pada lidah posterior.

j)     Nervus X (vagus) : Kaji anak terhadap suara parau dan kemampuan
menelan, sentuhkan spatel lidah ke posterior faring
untuk menentukan apakah refleks muntah ada
(saraf cranial IX dan X mempengaruhi respon ini),
jangan menstimulasi refleks muntah jika terdapat
kecurigaan epiglotitis, periksa apakah ovula pada
posisi tengah.

k)   Nervus XI (aksesorius) : Suruh anak memutar kepala kesamping dengan


melawan tahanan, minta anak untuk
mengangkat bahu ketika bahunya ditekan
kebawah.

l)     Nervus XII (hipoglosus)  : Minta anak untuk mengeluarkan lidahnya.


periksa lidah terhadap deviasi garis tengah,
(amati lidah bayi terhadap deviasi lateral
ketika anak menangis dan
tertawa).dengarkan kemampuan anak untuk
mengucapkan “r”. letakkan spatel lidah di
sisi lidah anak dan minta anak untuk
menjauhkannya, kaji kekuatannya.

6) Fungsi motorik : massa otot, tonus otot dan kekuatan otot

7) Fungsi sensorik: respon terhadap suhu, nyeri dan getaran

8) Fungsi cerebrum: kemampuan koordinasi dan keseimbangan

7.   Pemeriksaan diagnostik

a. Hitung darah lengkap : Menunjukkan normositik, anemia normositik.

            Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/100 ml

           Retikulosit : Jumlah biasanya rendah

           Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (<50.000/mm)

            Sel Darah Putih : Mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP
imatur (“menyimpang ke kiri”).mungkin ada sel blast
Leukimia

      b. PT/PTT : memanjang


16

      c. LDH : Mungkin meningkat

      d. Asam urat serum/urine : Mungkin meningkat

      e. Muramidase serum (lisozim) : Peningkatan pada Leukimia monositik Akut dan
mielomositik.

       f. Copper serum : Meningkat

       g. Zink serum : Menurun

     h. Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50% atau Lebih
dari sel blast, dengan prekusor eritroid, sel imatur,
dan megakariositis menurun.

i.    Foto dada dan biopsy nodus limfe : Dapat mengindikasikan derajat keterlibatan 

B.. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis


Association NANDA) adalah “suatu penilalan klinis tentang respon individu, keluarga.
atau kornunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan
potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan dimana perawat bertanggung gugat ‘ (Wong, 2004)

Menurut Donna L Wong 2004 diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:

1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
17

C. Intervensi Keperawatan

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

Tujuan: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

Intervensi Rasional

a) Pantau suhu dengan teliti a) untuk mendeteksi kemungkinan


b)Ternpatkan anak dalam ruangan infeksi
khusus b) untuk meminimalkan terpaparnya
c) Anjurkan semua pengunjung dan anak dan sumber infeksi
staf rumah sakit untuk c) untuk meminimalkan pajanan
menggunakan  teknik mencuci pada organism infektif
tangan dengan baik  d) untuk mencegah kontaminasi
d)Gunakan teknik aseptik yang silang atau menurunkan resiko
cermat  untuk semua prosedur infeksi
invasive e) untuk intervensi dini penanganan
e) Evaluasi keadaan anak terhadap infeksi
tempat tempat munculnya infeksi f) rongga mulut adalah medium
seperti tempat penusukan jarum, yang baik untuk pertumbuhan
ulserasi mukosa, dan   masalah gigi organism
f) inspeksi membran mukosa mulut. g) menambah energi untuk
Bersihkan mulut dengan baik penyembuhan dan regenerasi
g)Berikan periode istirahat tanpa seluler
gangguan h) untuk mendukung pertahanan
h)Berikan diet lengkap nutrisi sesuai alami tubuh
usia i) diberikan sebagai profilaktik atau
i) Berikan antibiotik sesuai ketentuan mengobati infeksi khusus

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemi

Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas

Intervensi Rasional

a) Evaluasi laporan kelemahan, a) menentukan derajat dan efek


perhatikan ketidakmampuan untuk ketidakmampuan
berpartisipasi dalam aktifitas b) menghemat energi untuk aktifitas
sehari-hari dan regenerasi seluler atau
b) Berikan lingkungan tenang dan penyambungan jaringan
perlu istirahat tanpa gangguan
18

c) mengidentifikasi kebutuhan
individual dan membantu
c) Kaji kemampuan untuk pemilihan intervensi
berpartisipasi pada aktifitas yang
diinginkan atau  dibutühkan

c. Resiko terhadap cedera, perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah      

trombosit

Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan

Intervensi Rasional

a) Gunakan semua tindakan a) karena perdarahan memperberat


untuk mencegah perdarahan kondisi anak dengan adanya anemia
khususnya pada daerah b) karena kulit yang luka cenderung
ekimosis untuk berdarah
b) Cegah ulserasi oral dan rectal c) untuk  mencegah perdarahan
c) Gunakan jarum yang kecil d) untuk  mencegah perdarahan
pada saat melakukan injeksi e) untuk memberikan intervensi dm1
d) untuk  mencegah perdarahan dalam       mengatasi perdarahan
e) Laporkan setiap tanda-tanda f) karena aspirin mempengaruhi fungsi
perdarahan (tekanan darah trombosit
menurun, denyut nadi cepat, g) untuk mencegah perdarahan
dan pucat)
f) Hindari obat-obat yang
mengandung aspirin  
g) Ajarkan orang tua dan anak
yang lebih besar untuk
mengontrol

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

 Tujuan : Pasien tidak mengalami mual atau muntah.

Intervensi Rasional

a) Berikan antiemetik awal sebelum a) untuk mencegah mual dan


dimulainya kemoterapi muntah
b) Berikan antiemetik secara teratur b) untuk mencegah episode
pada waktu dan program berulang
kemoterapi c) karena tidak ada obat antiemetik
yang secara umum berhasil
19

c) untuk mencegah episode berulang hindari memberikan makanan


d) Anjurkan makan dalam porsi yang beraroma menyengat
kecil tapi sering d) karena jumlah kecil biasanya
e) Berikan cairan intravena sesuai ditoleransi dengan baik
ketentuan e) untuk mempertahankan hidrasi

e. Perubahan membran mukosa mulut stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi

Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral


20

D. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dan perencanaan keperawatan yang

telah dibuat untuk rnencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi

keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap

perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dan

rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong. 2004:33 1).

E. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Donna L Wong (2004:596-610) hasil

yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah:

1)      Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

2)      Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan

peningkatan toleransi aktifitas.

3)      Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.

4)      Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah

5)      Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman

6)      Masukan nutrisi adekuat

7)      Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunj ukkan  bukti-

bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.

8)      Kulit tetap bersih dan utuh

9)      Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak

membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan

menerapkan metode mi dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.

10)   Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga

menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga


21

mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama

anak.

11)  Keluarga tetap terbuka terhadap konseling dan kontak keperawatan


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan
haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang
disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah
yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggupembelahan sel
darah normal.

Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan selkanker


yaitu Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik (LMK),
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
(Medicastore, 2009).
Gejala – gejala yang dirasakan antara lain anemia,wajah pucat, sesak nafas,
pendarahan gusi, mimisan, mudah memar, penurunanberat badan, nyeri tulang dan
nyeri sendi.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian
mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent
Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak
yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007).
Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena
leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat
setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009
diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).
Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat - obatan
untuk membunuh sel - sel leukemia, tetapi juga berdampak buruk karena membunuh
sel- sel normal pada bagian tubuh yang sehat.

3.2 Saran
Bagi para pembaca kami berharap agar tidak merasa puas dengan makalah
yang kami tulis ini sehingga menambah minat untuk mencari sumber lain. Karena
kami pun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.

22
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.

Suriadi & Rita Yurliani.(2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: PT fajar
InterPratama

23

Anda mungkin juga menyukai