Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN

LEUKEMIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II

Disusun oleh: Kelompok 2

Anggota Kelompok:

1. Carmelita Gusmao Da Silva (17C10075)


2. Luh Ade Alit Juwita Anjani (17C10079)
3. Ni Made Rai Sri Widari (17C10083)

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan kerja keras penulis makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Leukimia” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas
untuk menempuh mata kuliah Keperawatan Anak II. Penulis menyadari bahwa
penulisan makalah ini tidak dapat terselesaikan jika tidak ada bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan penulis
menyampaikan ungkapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini diantaranya:

1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,M.Ng.,Ph.D selaku rektor


Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan kesempatan
penulis untuk menempuh pendidikan di Institut Teknologi dan Kesehatan
Bali.

2. Ibu Ni Made Sri Rhayanti, S. Kep., Ns., M. Kep., Sp.Kep.An selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan.

3. Teman – teman kelompok 2 atas ide dan kerjasamanya dalam penyelesaian


makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna atau masih perlu
perbaikan. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan
kritik serta saran yang sifatnya membangun untuk memperbaiki penyusunan
makalah selanjutnya. Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Denpasar, 3 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan ..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2

Bab II Pembahasan...................................................................................................3

2.1 Konsep Dasar penyakit...................................................................................3

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................................14

Bab III Penutup......................................................................................................25

3.1 Kesimpulan...................................................................................................25

3.2 Saran.............................................................................................................25

Daftar Pustaka .......................................................................................................26

ii
BAB 1

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Leukemia (kanker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai


dengan pertambahan jumlah sel darah putih (leukosit). Pertambahan ini
sangat cepat dan tidak terkendali serta bentuk sel-sel darah putihnya tidak
normal. Pada pemeriksaan mikroskopis apus darah tepi terlihat sel darah putih
muda, besar-besar dan selnya masih berinti (disebut megakariosit) putih
(neoplasma hematology). Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000
kasus/tahun dengan angkakematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004).
Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan
bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60
% diantaranya disebabkan oleh leukemia (Sindo, 2007). Data dari WHO
menunjukkan bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena leukemia
meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971

Kemungkinan anak-anak terkena kanker cukup tinggi. Mengingat


tingginya risiko anak-anak terkena kanker dan tumor, diingatkan bahwa para
orangtua perlu perhatian dan kesigapan. Terutama terhadap anak-anak yang
memiliki gejala-gejala mirip dengan gejala kanker. Lebih ditekankan para
orangtua, terutama masyarakat awam, mengetahui dan mendapatkan
informasi cukup tentang kanker dan tumor yang menyerang anak-anak.
Masyarakat diharapkan tahu banyak, sadar, percaya, dan akhirnya berbuat
sesuatu untuk menghadapi kanker ini. Sekarang seluruh warga Indonesia
harus memberikan perhatian khusus pada kanker anak yang antara lain adalah
kanker darah atau leukemia, kanker tulang, saraf, ginjal, dan getah bening.
Pengobatan penyakit-penyakit ini pada anak-anak berbeda dari orang dewasa,

1
karena mereka masih di usia pertumbuhan. Kanker darah atau leukemia
merupakan bertambahnya sel darah abnormal --sel sarah putih-- secara
berlebihan dan tidak terkendali, dan penyebarannya ke seluruh tubuh sangat
cepat. bertahan lama dengan pengobatan yang intensif. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka kami tertarik untuk menyusun makalah mengenai
“Asuhan Keperawatan Leukimia”.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana konsep penyakit leukimia.
1.2.2 Bagaimana konsep asuhan keperawatan leukimia.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep penyakit leukimia.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan leukimia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit
Teori Leukimia Pada anak
1) Definisi
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di
sumsum tulang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah
putih dengan menyingkirkan jenis sel lain. Leukemia merupakan penyakit
akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang
abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya leukosit dengan jumlah
yang berlebih, yang dapat menyebabkan terjadinya anemia
trombositopenia.
Leukemia adalah suatu penyakit keganasan pada sistem hematopoiesis
yang menyebabkan proliferasi sel darah yang tidak terkendali. Sel-sel
progenitor dapat berkembang pada elemen sel yang normal, karena
peningkatan rasio proliferasi sel dan penurunan rasio apoptosis sel. Hal ini
menyebabkan gangguan dari fungsi sumsum tulang sebagai pembentuk sel
darah yang utama.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah penyakit akibat
terjadinya proloferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering
disertai adanya leukosit jumlah yang berlebihan dari sel pembuat darah
yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
2) Klasifikasi Leukemia
Berdasarkan maturasi sel da nasal sel, leukemia dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a) Leukemia Akut
1. Leukemia Limfoblastik Akut

3
LLA sering menyerang pada masa anak – anak dengan presentase
75% - 80%. LLA menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel
limfoblastik yang menyebabkan anemia, memar (trombositopeni),
dan infeksi (neutropenia). Limfoblas biasanya di temukan dalam
darah tepi dan selalu ada di sumsum tulang, hal ini
mengakibatkan terjadinya limfadenopati, splenomegali, dan
hepatomegaly
2. Leukemia Mieloblastik Akut
LMA disebut juga leukemia mielogenus akut atau leukemia
granulositik akut (LGA) yang di karakteristikkan oleh produksi
berlebihan dari mieloblast. LMA sering terjadi pada semua usia,
tetapi jarang terjadi pada anak-anak. Mieloblast menginfiltrasi
sumsum tulang dan ditemukan dalam darah. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya anemia, perdarahan, dan infeksi, tetapi
jarang disertai keterlibatan organ lain
b) Leukemia Kronik
1. Leukemia Limfoblastik Kronik
LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada
limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan
akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang
berumur panjang. LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan
yang menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan
perbandingan 2:1 untuk laki-laki dan perempuan.
2. Leukemia Mieloblastik Kronik
LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan
produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif
matang. LMK mencakup 20% leukemia dan paling sering dijumpai
pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas
genetik yang dinamakan kromosom philadelphia ditemukan pada
90-95% penderita LMK. Sebagian besar penderita LMK akan
meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut fase krisis

4
blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya
berupa mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit
dan sel darah merah yang amat kurang
3) Etiologi
a. Faktor Eksogen
1) Radiasi

Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang,


kemungkinan leukemia meningkat pada penderita yang
diobati dengan radiasi atau kemoterapi.
2) Zar kimia
Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone,
dan agen anti neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan
displasi sumsum tulang.
3) Virus

Infeksi virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus


HTLV-1 (Human T Leukemia Virus )dari leukemia sel
T manusia pada limfosit seorang penderita limfoma
kulit dan sejak itu diisolasi dari sample serum penderita
leukemia sel T.
b. Factor Endogen
1. Herediter
Insiden meningkat pada beberapa penyakit herediter seperti
sindrom down mempunyai insiden leukemia akut 20 x lipat dan
riwayat leukemia dalam keluarga . insiden leukemia lebih tinggi
dari saudara kandung anak-anak yang terserang, dengan insiden
yang meningkat sampai 20% pada kembar monozigot.
2. Kelainan genetik, mutasi genetik dari gen yang mengatur sel darah
yang tidak diturunkan.

5
4) Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal
dan terkait dengan sumsung tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan
tidak terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertama-
tama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang,
limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan
berlanjut ke organ yang lebih besar dehingga mengakibatkan
hematomegali dan splenomegaly.
Susmsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah
memproduksi sel darah putih yang berkembang abnormal. Normalnya sel
darah putih memproduksi bila tubuh memerlukan atau ada tempat bagi sel
darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara
teratur kapankah sel darah diharapkan berproduksi kembali. Pada leukemia
tidak berespon kepada tanda/signal yang diberikan. Akibatnya produksi
yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal). Jumlah sel darah putih yang
berlebihan dapat menggangu fungsi sel normal lainnya. Limfosit
berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer serta menggangu
perkembangan sel normal, akibatnya hematopoiesis normal terhambat,
mengakibatkan penurunan leukosit, eritrotis dan trombosit.
5) Manifestasi Klinis
Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara
penderita, namun demikian secara umum dapat digambarkan sebagai
berikut:
a) Demam
Penderita akan mengalami demam yang kadang suhu tubuh turun
dengan sendirinya namun setelah itu demam datang dengan suhu
tubuh yang lebih tinggi dari demam sebelumnya. Hal ini akibat dari
aktivitas sel imun yang menyerang sel kanker dalam tubuh sebagai
bentuk pertahanan tubuh.
b) Sakit kepala

6
Penderita sering mengalami pusing yang datang tiba-tiba. Hal ini
dikarenakan aktivitas sel kanker yang menghimpit saraf kerja otak,
dimana sel kanker tersebut masuk ke dalam otak melalui sumsum
tulang belakang.
c) Berat badan menurun
Berat badan merupakan salah satu gejala yang timbul akibat proses
penyerapan gizi yang tidak stabil karena adanya gangguan sel kanker
yang menyerang organ-organ pencernaan. Fungsi dari organ-organ
tersebut terganggu sehingga fungsinya kurang maksimal.
d) Anemia
Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat
(sel darah merah dibawah normal menyebabkan oksigen dalam tubuh
berkurang, akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi
pemenuhan kekurangan oksigen dalam tubuh).
e) Perdarahan
Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar
karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan
mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya bintik merah
lebar/kecil dijaringan kulit).
f) Terserang Infeksi
Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh,
terutama melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel
darah putih yang diterbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga
tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh penderita rentan terkena
infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan
keluhan adanya demam, pilek dan batuk.
g) Nyeri Tulang dan Persendian
Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow)
mendesak padat oleh sel darah putih. Sehingga penderita merasakan
nyeri pada tulang dan persendiannya.
h) Nyeri Perut

7
Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia,
dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan
empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini
dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu
makan penderita leukemia.
i) Pembengkakan Kelenjar Limfe
Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada
kelenjar lympa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya.
Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat
terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.
j) Kesulitan Bernafas (Dyspnea)
Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri
dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan
pertolongan medis. Pada leukemia akut, gejala-gejala nampak dan
memburuk secara cepat.
6) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah (tes darah)
Tes darah yang dilakukan diambil dari vena pada lengan atau dari jari
tangan perifer. Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kadar
hematologi pasien. Pemeriksaan apusan darah tepi juga dilakukan untuk
melihat morfologi dari sel darah. Pada pasien dengan leukemia, akan
ditemukan sel darah putih yang sangat banyak dibandingnkan sel darah
merah dan platelet yang sedikit (American Cancer Society, 2012).
b. Aspirasi sumsum tulang dan biopsi
Aspirasi sumsum tulang dan biopsi dilakukan secara bersamaan.
Aspirasi sumsum tulang dan biopsi ini dilakukan untuk mendiagnosa
leukemia dan diulangi kembali untuk melihat respon dari pengobatan
(American Cancer Society, 2012). Aspirasi sumsum tulang merupakan
“gold standard” dari diagnosa leukemia. Tidak hanya indikasi diagnosa,
namun indikasi menentukan jenis sel dan monitoring pengobatan
seperti gangguan limfoblastik.(Wise-Draper T, 2012)

8
c. Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi dilakukan untuk melihat apakah ada sel leukemia pada
CSF. Pada anak dengan leukemia, lumbal pungsi dilakukan sebagai
terapi metastasis ke CNS untuk kemoterapi. Melalui lumbal pungsi
diberikan bahan kemoterapi menuju cairan serebrospinal sehingga
mencegah sel-sel leukemia ada di sistem saraf pusat(American Cancer
Society, 2012).
7) Penatalaksanaan
a. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker yang
diberikan ke cairan serebrospinal, atau melelui aliran darah untuk
dapat mencapai ke seluruh tubuh agar terapi yang diberikan efektif.
Pengobatan dengan kemoterapi pada leukemia mieloblastik akut
diberikan dengan dosis yang tinggi dan di konsumsi dalam waktu
yang singkat. Sedangkan terapi untuk leukemia limfoblastik akut di
berikan dengan dosis yang rendah dan waktu konsumsi yang lama
biasanya 2-3 tahun(American Cancer Society, 2012).
b. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang sangat terbatas penggunaannya
pada pasien leukemia. Hal ini dikarenakan selsel leukemia telah
menyebar keseluruh tubuh melalui sumsum tulang menuju organ-
organ yang ada di tubuh. Terapi pembedahan hanya dilakukan atas
indikasi tertentu dan memiliki risiko tinggi (American Cancer Society,
2012).
c. Radiasi
Terapi radiasi menggunakan bahan energi dengan radiasi tinggi untuk
menghancurkan sel-sel kanker. Terapi sendiri biasanya dilakukan
untuk mencegah penyebaran dari sel-sel leukemia ke otak maupun ke
testis(American Cancer Society, 2012).
d. Transplantasi sumsum tulang

9
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum
tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Selain itu,
sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang
rusak karena kanker.
e. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat yang ditimblkan
penyaki leukemia dan mengatasi efek samping obat, misalnya
transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia.

10
A. WOC
Faktor Eksogen Faktor Endogen

Herediter Kelainan Kromosom


Virus (Human T-cell Zat Kimia (Benzene, Arsen, Radiasi
leukemia virus) Renilbutazone, agen anti neoplastik
Adanya efek Jumlah kromosom yang
leukemogenik abnormal (sindrom down)

Invasi ke sumsum tulang

Sel darah putih tak merespon kpd


tanda/signal yang diberikan

Produksi sel darah putih berlebihan


tak terkontrol (abnormal)

Poliferasi Sel Kanker


Kemoterapi LEUKEMIA

Mengganggu perkembangan sel normal


Ketidaktahuan tentang Mual, muntah
Hematopoiesis normal terhambat
efek samping obat
BB ↓
Eritrosit ↓ Leukosit ↓ Trombosit ↓ Infiltrasi
MK: Ansietas
MK:
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
11
Infiltrasi
Anemia Daya tahan Trombositopenia )
tubuh ↓

Suplai O2 ke Perdarahan
MK: Risiko Infiltrasi ke Hati Infiltasi ke Ginjal Infiltrasi ke Otak
jaringan↓ (Peteqie,
infeksi
Ekimosis,
Purpora) Hepatomegali Infiltrasi ke saluran
Otot lemah Peradangan sel
Frekuensi nafas ↑ kemih
otak
Distensi abdomen
MK: Ketidakefktifan MK: Risiko ↓GFF
MK: Intoleransi Peningkatan TIK
Pola Nafas
Aktivitas Cedera BB↓
Uremia
Sakit kepala
MK: MK: Gangguan
Ketidakseimbangan Eliminasi Urine MK: Nyeri
Nutrisi Kurang Dari
Akut
Kebutuhan Tubuh

12
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis Leukimia Pada Anak

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk


mengumpulkan data pasien dengan menggunakan tehnik wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Menurut
Nursalam (2008, hal: 154-155) adalah sebagai berikut:
1) Identitas klien
2) Keluhan utama
Anak biasanya menjadi rewel, demam, malaise, dan mengalami
kesulitan menelan/menyusu, mengalami pendarahan gusi, lelah,
pucat dan letargi, dan banyak sariawan
3) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang di
derita oleh klien dan mulai timbulnya keluhan yang di rasakan
sampai klien di bawa ke Rumah Sakit, dan apakah pernah
memeriksakan diri ke tempat lain sekalin Rumah Sakit umum serta
pengobatan apa yang pernah di berikan dan bagaimana perubahan
data yang didapatkan saat periksa.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga
ada yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau
penyakit yang lain yang ada di dalam keluarga
5) Riwayat Penyakit
6) Kaji adanya tanda-tanda anemia:
Pucat, Kelemahan, Sesak, dan Nafas cepat
7) Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
Demam, Infeksi
8) Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:
Ptechiae, Purpura, dan Perdarahan membran mukosa
9) Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:

13
Limfadenopati, Hepatomegali, dan Splenomegali
10) Kaji adanya:
Hematuria, Hipertensi, Gagal ginjal, Inflamasi disekitar rectal, Nyeri
11) Pola kebiasaan
a. Bernafas
Irama nafas meningkat, Takipnea, disfungsi neuromuskuler
b. Makan dan Minum
Anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan, perubahan
berat badan, dan banyak sariawan
c. Eliminasi
BAB: Tidak ada keluhan
BAK: biasanya anak mengalami gangguan saat berkemih karena
penurunan GFR
d. Gerak dan Aktivitas
Kelemahan atau keletihan akibat adanya faktor yang
mempengaruhi seperti nyeri, pusing, cepat lelah dan sesak
e. Istirahat dan Tidur
Perubahan pada pola istirahat dan tidur karena adanya faktor-
faktor yang mempengaruhi seperti nyeri, sesak nafas, pusing
f. Kebersihan Diri
Kelemahan atau keletihan akibat adanya faktor yang
mempengaruhi seperti pusing, cepat lelah dapat mengakibatkan
pasien kesulitan dalam memenuhi ADL.
g. Pengaturan Suhu Tubuh
Peningkatan suhu tubuh jika terjadi infeksi
h. Rasa Nyaman
Pasien merasa tidak nyaman Karena pusing, lelah, nyeri, dan
sesak
i. Rasa Aman
Orang tuan anak cemas dan takut dengan penyakit yang
dialami anaknya

14
j. Data sosial
Umumnya pasien tidak mengalami masalah baik dengan
keluarga maupun lingkungan sekitar.
k. Prestasi dan Produktivitas
Umumnya pekerjaan tidak mempengaruhi, melainkan lebih
pada pola hidup.
l. Rekreasi
Pasien tidak mampu melaksanakan rekreasi karena penyakit
yang dialami serta kelemahan fisik.
m. Belajar
Orang tua pasien sering bertanya-tanya tentang penyakit dan
kondisi anaknya
n. Ibadah
Pada umumnya pasien lebih mendekatkan diri pada Tuhan
Yang Maha Esa.
12) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum tampak lemah
Kesadaran composmentis selama belum terjadi komplikasi
b.  Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : dibawah normal
Nadi : meningkat
Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
Respirasi : Dispneu, takhipneu
c. Pemeriksaan Kepala Leher
Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur
atau bakteri), perdarahan gusi
Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan
akibat infiltrasi ke SSP.
d. Pemeriksaan Integumen
Adakah ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor menurun jika
terjadi dehidrasi.

15
e. Pemeriksaan Dada dan Thorax
- Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostae.
- Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan
secret akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika
ada
- Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
- Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
f. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran,
terdapat bayangan vena, auskultasi peristaltic usus, palpasi
nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa.
- Perkusi tanda asites bila ada.
g. Pemeriksaan Ekstremitas
Adakah cyanosis kekuatan otot.

B. Diagnosa

Diagnosa yang biasanya muncul pada leukimia menurut Nnda


NICNOC adalah sebagai berikut:

1) Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan


tubuh

2) Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi

3) Resiko terhadap cedera: perdarahan yang berhubungan dengan


penurunan jumlah trombosit

4) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

5) Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologis dari leukimia

6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan anoreksia, mual muntah , efek kemoterapi

16
7) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan
kapasitas kandung kemih

8) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

C. Intervensi

1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan


tubuh

NOC :

a. Immune Status

b. Knowledge infection control

c. Risk control

Kriteria Hasil:

a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

b) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

c) Jumlah leukosit dalam batas normal

d) Menunjukan perilaku hidup sehat

NIC:

1) Observasi suhu tubuh dengan teliti.

Rasional : Untuk mendeteksi kemunkinan infeksi

2) Tempatkan anak pada ruangan khusus.

Rasional : Untuk meminimalkan terpaparnya anak dari


sumber infeksi

3) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia.

Rasional : Untuk mendukung pertahanan tubuh

17
4) Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk
menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik.

Rasional : Untuk meminimalkan pajanan pada organisme


yang infeksi

5) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai ketentuan

Rasional : Untuk mengobati infeksi khusus

2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi

NOC:

a. Anxiety control

b. Coping

Kriteria Hasil:

a). Klien dan keluarga tidak terlihat cemas dan nampak rileks

b). Vital sign dalam batas normal

NIC:

1) Bina hubungan saling percaya antara perawat dan pasien

Rasional : Hubungan saling percaya adalah dasar hubungan


terpadu yang mendukung klien dalam mengatasi perasaan
cemas

2) Kaji tingkat kecemasaan yang dialami klien.

Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat


kecemasaan yang dirasakan klien

3) Kolaborasi dalam memberikan penjelasan pada klien tentang


penyakitnya.

18
Rasional : Dapat mengurangi rasa cemas klien akan
penyakitnya.

3. Resiko terhadap cedera atau perdarahan yang berhubungan dengan


penurunan jumlah trombosit

NOC:

a. Tidak ada tanda perdarahan

Kriteria Hasil:

a). Tidak terjadi perdarahan dalam kulit seperti purpura,


ekomosis dan petekie

b). Tidak terjadi injury

c). Trombosit klien normal

NIC:

1) Observasi ketat sistem integument.

Rasional : Identifikasi terjadinya perdarahan dalam kulit


akibat trombositopenia.

2) Kaji tanda-tanda vital.

Rasional : Identifikasi adanya penurunan kondisi tubuh


akibat trombositopenia

3) Hindari trauma karena posis yang tidak nyaman dan dari


benda-benda tajam.

Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan akibat malfungsi


sistem koagulasi darah

4) Posisikan klien setiap 2 jam

Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan dan inflamasi


jaringan akibat penekanan tulang

19
5) Kolaborasi dalam pemberian infus trombosit sesuai indikasi

Rasional : Agar kadar trombosit dalam darah normal


sehingga koagulasi darah berfungsi dengan baik

4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

NOC : Melancarkan jalan nafas.

Kriteria Hasil :

a). Menunjukan pernafasan yang efektif

b). Menyatakan gejala berkuran

NIC :

1) Observasi fungsi pernafasan catat kecepatan pernafasan


serak, dyspnea dan perubahan tanda vital.

Rasional : Distress pernafasan dan perubahan pada tanda


vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri.

2) Auskultasi bunyi nafas dan catat bunyi nafas tambahan.

Rasional : Bunyi nafas menurun / taka da bila jalan nafas


abstruksi sekunder terhadap perdarahan.

3) Berikan posisi semi fowler kepada pasien.

Rasional : Untuk merangsang fungsi pernafasan.

4) Berikan fisioterapi dada;

Rasional : Untuk memberikan kelembapan pada membrane


mukosa dan membantu pengenceran secret untuk
memudahkan jalan nafas.

5) Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian expectorant.

20
Rasional : Membantu mengencerkan secret, sehingga mudah
untuk dikeluarkan.

5. Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologis dari leukimia.

NOC:

a. Pain level

b. Pain Control

c. Comfort level

Kriteria Hasil:

e) TTV dalam batas normal

f) Mampu mengontrol nyeri.

g) Pasien menunjukkan ekspresi rileks.

h) Mengatakan rasa nyaman.

NIC:

1) Observasi keadaan umum

Rasional : Untuk mengetahui perkembangan keadaan umum


pasien

2) Kaji tingkat, frekuensi, intensitas, dan reaksi nyeri

Rasional : Untuk mengetahui tingkat, frekuensi dan reaksi


nyeri serta mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi.

3) Berikan pasien posisi yang nyaman

Rasional : Untuk meningkatkan relaksasi.

4) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam

Rasional : Agar pasien dapat mengalihkan perhatiannya,


sehingga rasa yang ditimbulkan oleh nyeri dapat berkurang.

21
5) Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai indikasi

Rasional : Analgetik dapat enurunkan dan mengontrol nyeri


serta menurunkan rangsang saraf simpatik.

6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan anoreksia, mual muntah, efek kemoterapi

NOC: Nutritional Status: food and Fluid Intake

Kriteria Hasil:

a) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

b) Tidak ada tanda tanda malnutrisi

c) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC:

a) Kaji status nutrisi anak.

Rasional : Untuk mengetahui intake nutrisi pasien.

b) Timbang berat badan klien setiap 3 hari

Rasional : Untuk memantau perubahan berat badan dan


mengobservasi kebutuhan nutrisi.

c) Sajikan makanan dalam keadaan hangat

Rasional : Makanan dalam keadaan hangat dapat menambah


nafsu makan pasien.

d) Pertahankan kebersihan mulut anak

Rasional : Menghilangkan rasa tidak enak pada mulut atau


lidah dan dapat meningkatkan nafsu makan.

e) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan


dengan teknik porsi kecil tapi sering.

22
Rasional : Meningkatkan jumlah masukan nutrisi pada klien
dan mengurangi mual dan muntah.

f) Jelaskan pada keluarga pentingnya intake nutrisi yang adekuat.

Rasional : Untuk memberipen motivasi kepada keluarga agar


dapat memenuhi nutrisi klien sesuai kebutuhan.

g) Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasional : Untuk menentukan diet yang tepat.

7. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas


kandung kemih

NOC :

a. Pola berkemih

b. Intake dan output urine

Kriteria Hasil :

a). Klien dapat mengontrol pengeluaran urine tiap 4 jam

b). Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine

NIC :

1) Kaji keadaan bladder setiap 2 jam.

Raional : Untuk mengetahui kekuatan otot bladder.

2) Hindari faktor pencetus inkontinensia urine seperti cemas.

Rasional : Mengurangi atau menghindari dari inkontinensia.

3) Berikan penjelasan tentang pengobatan dan tindakan yang


akan dilakukan.

Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang


pengobatan dan tindakanya.

23
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan dan pemberian
kateter.

Rasional : Untuk mencegah atau mengobati klien.

8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

NOC:

a. Self care: ADLs

b. Toleransi aktivitas

c. Konservasi energy

Kriteria Hasil:

a) Tanda-tanda vital dalam batas normal

b) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara


mandiri.

NIC:

1. Monitor status emosional, fisik dan social serta spiritual klien


terhadap latihan/aktivitas

Rasional : Mengetahui setiap perkembangan yang muncul


segera setelah terapi aktivitas

2. Bantu Klien memilih aktivitas yang sesuai dengan kondisi

Rasional : Aktivitas yang terlalu berat dan tidak sesuai


dengan kondisi klien dapat memburuk toleransi terhadap
latihan

3. Bantu Klien untuk melakukan aktivitas/latihan fisik secara


teratur

Rasional : Melatih kekuatan dan irama jantung selama


aktivitas

24
4. Tentukan pembatasan aktivitas fisik pada klien

Rasional : Mencegah penggunaan energi yang berlebihan


karena dapat menimbulkan kelelahan

5. Anjurkan klien untuk membatasi aktivitas yang cukup berat


seperti berjalan jauh, berlari, mengangkat beban berat, dll.

Rasional : Mencegah timbulnya sesak dan kelelahan akibat


aktivitas fisik yang terlaru berat.

6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk merencanakan,


monitoring program aktivitas klien

Rasional : Mengkaji setiap aspek klien terhadap terapi latihan


yang direncanakan

D. Implementasi

Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya


adalah mencatat implementasi yang telah dilakukan dan evaluasi respons
klien. Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Setiadi, 2012)

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun,


evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan.
Evaluasi mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini,
perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat
berhasil atau gagal (Alfaro-Lefevre, 1994 dalam Deswani, 2009).

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum
tulang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan
menyingkirkan jenis sel lain. Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya
proliferasi (pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas,
serta sering disertai adanya leukosit dengan jumlah yang berlebih, yang dapat
menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. Etiologi dari leukemia ada
factor eksogen seperti Radiasi, Zat kimia, Virus. Dan factor eksogen seperti
Herediter dan kelainan genetic.
3.2 Saran
Diharapkan pembaca dapat memahami tentang leukimia. Sebagai perawat
agar mampu dijadikan acuan dalam pemberian asuhan keperawatan serta
mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat mengenai
leukimia.

26
DAFTAR PUSTAKA

Amiani, Lidya. 2011. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA. Dalam


(https://id.scribd.com/document/59627279/Bab-III-Asuhan-Keperawatan-
Leukemia). Diakses tanggal 03 Maret 2020.

Ma’unah, Ellya. 2016. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEJADIAN LEUKEMIA DI KOTA SEMARANG. Dalam
(https://lib.unnes.ac.id/26143/1/6411411199.pdf). Diakses tanggal 03 Maret
2020.

Tamtam, Tiea. ASKEP LEUKEMIA. Dalam


(https://www.academia.edu/20618101/ASKEP_LEUKEMIA). Diakses
tanggal 03 Maret 2020..

27

Anda mungkin juga menyukai