Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA

ANAK DENGAN MENINGITIS

Dosen: Ns Yuyun Sarinengsih, M.Kep

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak 2

Disusun Oleh:

Rosliana Wati 191FK03005


Ananda Ega M 191FK03006
Neneng Andini Fujiyanti 191FK03009
M. Alfi Anugrah 191FK03034
Sinta Nursari 191FK03038
Erni Risnaeni 191FK03039
Amelia Agustin 191FK03040
Kelompok 1A

Kelas: 2A

FAKULTAS KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
Ns Yuyun Sarinengsih, M.Kep. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen Ns Yuyun Sarinengsih,


M.Kep. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak 2 yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk
saran dan kritiknya. Terima kasih.

Bandung, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ..........................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Meningitis ...................................................................................3


2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Saraf ....................................................................4
2.3 Etiologi Meningitis .......................................................................................7
2.4 Patofisiologi Meningitis ...............................................................................9
2.5 Komplikasi Meningitis ...............................................................................10
2.6 Manifestasi Klinis Meningitis ....................................................................11
2.7 Pemeriksaan Penunjang Meningitis............................................................12
2.8 Asuhan Keperawatan Secara Teori Meningitis Pada Anak ........................15
2.9 Perawatan Pada Anak Meningitis ...............................................................45

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ......................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................48

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningitis adalah suatu reaksi peradangan yang mengenai seluruh selaput


otak (meningen) yang melapisi otak dan medula spinalis yang ditandai dengan
adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal (Irawan dan Saharso, 2002).
Peradangan yang terjadi pada meningen yang ditandai peningkatan jumlah sel
polimorfnuklear dalam cairan serebrospinal (CSS) merupakan tanda terjadinya
meningitis bakteri (Saharso dan Hidayati, 2000). Selain karena bakteri,
meningitis juga dapat disebabkan oleh virus, jamur, parasit dan akibat adanya
trauma kepala yang menyebabkan rusaknya meningen (Ross et al, 2002).

Menurut World Health Organization (WHO), angka kematian meningitis


pada neonatus dan anak masih tinggi sekitar 1,8 juta pertahun. Meningitis
bakteri berada pada urutan 10 teratas penyebab kematian akibat infeksi di
seluruh dunia dan menjadi salah satu infeksi yang paling berbahaya pada anak.
Anti mikroba dan vaksin telah tersedia, tetapi penyakit ini masih menjadi
penyebab morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada anak. Angka mortalitas
meningitis sebesar 25-50% sedangkan angka morbiditas sebesar 25-45%.
Insidens meningitis bakteri pada anak di Afrika Selatan diperkirakan sebesar 4
per 100.000, dengan insiden tertinggi pada usia kurang dari 1 tahun sebesar 40
per 100.000 (Boyle, 2013; Mago dkk., 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari meningitis?
2. Bagaimana anatomi fisiologi sistem saraf?
3. Bagaimana etiologi meningitis?
4. Bagaimana patofisiologi meningitis?

1
5. Apa saja komplikasi meningitis?
6. Apa saja manifestasi klinis meningitis?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang meningitis?
8. Bagaimana asuhan keperawatan secara teori meningitis pada anak?
9. Bagaimana perawatan pada anak meningitis?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari meningitis
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem saraf
3. Untuk mengetahui etiologi meningitis
4. Untuk mengetahui patofisiologi meningitis
5. Untuk mengetahui Apa saja komplikasi meningitis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis meningitis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang meningitis
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan secara teori meningitis pada anak
9. Untuk mengetahui perawatan pada anak meningitis

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai


piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang
lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.

Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang


terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi
disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai
adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta atau meningitis
bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa
pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis
Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi.

Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita


dan droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin
dan cairan tenggorok penderita.

Saluran nafas merupakan port d’entree utama pada penularan penyakit ini.
Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari
pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen
(melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri
didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak.

3
2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Saraf
Otak manusia kira-kira mencapai 2% dari berat badan dewasa. Otak
menerima 15% dari curah jantung memerlukan sekitar 20% pemekaian oksigen
tubuh, dan sekitar 400 kilo kalori energy setiap harinya. Otak bertanggung
jawab terhadap kemampuan manusia untuk melakukan gerakangerakan yang
disadari, dan kemampuan untuk berbagai macam proses mental, seperti ingatan
atau memor, perasaan emosional, intelegensi, berkomunikasi, sifat atau
kepribadian dan pertimbangan. Berdasarkan gambar dibawah, otak dibagi
menjadi lima bagian, yaitu otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum), otak
tengah (mesensefalon), otak depan (diensefalon), dan jembatan varol (pons
varoli) (Russell J. Greene and Norman D.Harris,2008). Otak diselimuti oleh
selaput otak yang disebut meningens yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :

1. Durameter
Lapisan paling luar dari otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan ini
melekat langsung dengan tulang tengkorak, berfungsi untuk melindungi
jaringanjaringan yang halus dari otak dan medulla spinalis.
2. Arakhnoid
Lapisan bagian tengah dan terdiri dari lapisan yang berbentuk
jarring labalaba. Ruangan dalam lapisan ini disebut dengan ruang
subarachnoid dan memiliki cairan yang disebut cairan serebrospinal.
Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla spinalis dari
guncangan.
3. Piameter
Lapisan paling dalam dari otak dan melekat pada otak. Lapisan ini
banyak memiliki pembuluh darah, berfungsi untuk melindungi otak
secara langsung.

Bagian-bagian otak :

a. Otak Besar (Serebrum)


Merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia. Otak
besar mempunyai fungsi dalam mengatur semua aktivitas mental, yang

4
berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),
kesadaran dan pertimbangan. Otak besar terbagi menjadi empat bagian
yang disebut lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan
bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus.
1) Lobus Frontal
Merupakan bagian lobus yang ada di paling depan dari otak
besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat
alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian
masalah, member penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, dan
kemampuan bahasa.
2) Lobus Parietal
Berada ditengah berhubungan dengan proses sensor perasaan
seperti tekanan, sentuhan, dan rasa sakit.
3) Lobus Temporal
Berada di bagian bawah berhubungan kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa bicara atau
komunikasi dalam bentuk suara.
4) Lobus Occipital
Bagian paling belakang berhubungan dengan rangsangan
visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
b. Otak Kecil (Serebelum)
Mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot dan tonus
otot, keseimbangan dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak
mungkin dilaksanakan. Otak kecil juga berungsi mengkoordinasikan
gerakan yang halus dan cepat. Otak kecil juga menyimpan dan
melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti
gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan
mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cidera pada otak kecil dapat
mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerakan otot.

5
c. Otak Tengah (Mesensefalon)
Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak tengah
berfungsi penting pada reflek mata, tonus otot serta fungsi posisi atau
kedudukan tubuh.
d. Otak Depan (Diensefalon)
Terdiri dari dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi menerima
semua rangsangan dari reseptor kecuali bau, dan hipotalamus yang
berfungsi dalam pengaturan suhu, pengaturan nutrient, penjagaan agar
tetap bangun, dan penumbuhan sikap agresif.
e. Jembatan Varol (Pons Varoli)
Merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian
kiri dan kanan. Selain itu, menghubungkan otak besar dan sumsum
tulang belakang. Meningitis atau radang selaput otak adalah radang
pada membran yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang,
yang secara kesatuan disebut meningen. Radang dapat disebabkan oleh
infeksi oleh virus, bakteri atau juga mikroorganisme lain, dan walaupun
jarang dapat disebabkan oleh obat tertentu. Meningitis dapat
menyebabkan kematian karena radang yang terjadi di otak dan sumsum
tulang belakang.
Meningen terdiri atas tiga membrane yang bersama-sama dengan
likuor serebrospinalis, membungkus dan melindungi otak dan sumsum
tulang belakang (sistem saraf pusat). Pia meter merupakan membrane
kedap air yang sangat halus yang melekat kuat dengan permukaan otak,
mengikuti seluruh liku-liku kecilnya. Arachnoid meter
(disebutdemikian karena bentuknya yang menyerupai sarang laba-laba)
merupakan suatu kantong longgar di atas pia meter. Ruang
subarachnoid memisahkan membrane pia meter dan arachnoid dan
terisi dengan cairan likuor serebrispinalis. Membran terluar, dura meter
merupakan membrane telan yang kuat, yang melekat ke membrane
arachnoid dan ke tengkorak (Torwoto,2013).
f. Limbic System (Sistem Limbik)

6
Sistem limbic terletak dibagian tengah otak, membungkus batang
otak ibarat kerah baju. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan
mamalia sehingga sehingga sering disebut dengan otak mamalia.
Bagian terpenting dari limbic sistem adalah hipotalamus yang salah
satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu
mendapatkna perhatian dan mana yang tidak.

2.3 Etiologi Meningitis


Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh
berbagai macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis
(Meningococus), Diplococus pneumonia, Streptococcus group A,
Pseudomonas, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus.
Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak,
infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan meningkatkan terjadinya
meningitis.

a. Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah:
Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria
meningitides, dan Staphylococcus aureus. Protein di dalam bakteri
sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon peradangan.
Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel-sel sebagai
respon peradangan. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang
dibentuk di ruang subaraknoid. Penumpukan didalam cairan
serebrospinal akan menyebabkan cairan menjadi kental sehingga dapat
menggangu aliran serebrospinal di sekitar otak dan medulla spinalis.
Sebagian akan menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid dan
dapat menimbulkan hidrosefalus. Penambahan eksudat di dalam ruang
subaraknoid dapat menimbulkan peradangan lebih lanjut dan
peningkatan tekanan intrakranial. Eksudat akan mengendap di otak dan

7
saraf-saraf kranial dan spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi edema,
membran sel tidak dapat lebih panjang mengatur aliran cairan yang
menujuh atau keluar dari sel.
b. Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik
meningitis.Meningitis ini terjadi sebagai akibat dari berbagai macam
penyakit virus yang meliputi measles, mumps, herpes simplex dan
herpes zoster.Pembentukan eskudat pada umumnya terjadi diatas
korteks serebral, substansi putih dan meningens.Kerentanan jaringan
otak terhadap berbagai macam virus tergantung pada tipe sel yang
dipengaruhi.Virus herpes simplex merubah metabolisme sel, yang mana
secara cepat menyebabkan perubahan produksi enzim atau
neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi dari sel dan
kemungkinan kelainan neurologi.

Nurarif dan Kusuma (2016), mengatakan penyebab meningitisada 2 yaitu:

a. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus


pneumonia dan Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negative.
b. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza,
Neiseria meningitidis dan diplococcus pneumonia.

Meningitis merupakan akibat dari komplikasi penyakit lain atau kuman


secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit
faringotonsilitis, pneumonia, bronkopneumonia, endokarditis dan dapat pula
sebagai perluasan kontinuitatum dari peradangan organ/jaringan di dekat
selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis, trombosis sinus
kavernosus dan lain-lain (Ngastiyah, 2012). Penyebab meningitis adalah
sebagai berikut :

a. Bakteri Sebagian besar kasus meningitis pada neonatus disebabkan oleh


flora dalam saluran genitalia ibu. Streptokokkus grup B dan Escherichia
collimerupakan patogen yang sangat penting bagi kelompok usia ini.

8
Pada anak berusia 6 bulan atau lebih haemophilus influenzae dan
streptococcus pneumoniae merupakan penyebab tersering. Selain itu
meningitis juga di sebabkan mycobacterium tuberculosa yang berawal
dari penyakit TBC.
b. Virus: echovirus, coxsackie virus, virus gondongan dan virus
imunodefisiensi manusia (HIV).
c. Faktor maternal: ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan.
d. Faktor imunologi: defesiensi mekanisme imun, defesiensi imunoglobin
dan anak yang mendapat obat-obatan imunosupresi.
e. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat , pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persarafan (Suriadi & Yuliani, 2010).

2.4 Patofisiologi Meningitis


Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di
organ atau jaringan di dalam tubuh lainnya. Virus atau bakteri yang menyebar
secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis,
Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran
bakteri atau virus tersebut dapat juga terjadi secara perkontinuitatum dari
peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya abses
otak, otitis media, mastoiditis, thrombosis sinus kavernosus dan sinusitis.
Penyebaran kuman bisa terjadi akibat dari trauma kepala dengan fraktur
terbuka atau komplikasi bedah otak (Lewis, 2008). Invasi kuman-kuman ke
dalam ruang sub arakhnoid yang menyebabkan reaksi radang pada pia dan
arakhnoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus. Mula-mula
pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi dalam
waktu yang sangat singkat, lalu terjadi penyebaran sel-sel leukosit
polimorfonuklear ke dalam ruang sub arakhnoid kemudian terbentuk eksudat,
dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dalam minggu
kedua sel-sel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan yaitu

9
bagian luar mengandung leukosit polimorfonuklear dan fibrin serta di lapisan
dalam yang terdapat makrofag. Proses radang selain pada arteri juga dapat
terjadi pada vena-vena di korteks yang dapat menyebabkan thrombosis, infark
otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron. Trombosis serta organisasi
eksudat perineural dengan fibrino-purulen menyebabkan kelainan kraniales.
Pada meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak
jernih dibandingkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri (Nur, et al, 2008)

2.5 Komplikasi Meningitis


Ada 10 Komplikasi yang akan terjadi pada penderita meningitis yaitu:
1. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Hydrosephalus : Penumpukan cairan pada rongga otak, sehingga
meningkatkan tekanan pada otak.
3. Infark serebral : Kerusakan jaringan otak akibat tidak cukup suplai
oksigen, karena terhambatnya aliran darah ke daerah tersebut.
4. Ensepalitis : peradangan pada jaringan otak dan meningenakibat virus,
bakteri, dan jamur.
5. Syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormon
6. Abses otak : Infeksi bakteri yang mengakibatkan penimbunan nanah
didalam otak serta pembengkakakan.
7. Kejang : Gangguan aktivitas listrik di otak. Ditandai dengan gerakan
tubuh yang tidak terkendali dan hilangnya kesadaran.
8. Endokarditis : Infeksi pada endokardium yaitu lapisan bagian dalam
jantung.
9. Pneumonia : Infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung
udara disalah satu atau kedua paru-paru yang dapat berisi cairan.
10. Syok sepsis : Infeksi luas yang menyebabkan kegagalan organ dan
tekanan darah yang sangat rendah.

10
2.6 Manifestasi Klinis Meningitis
a. Meningitis Bakteri
Meningitis bakteri disebut juga meningitis purulenta atau meningitis
septic, penyebabnya adalah bakteri. Bakteri infeksi masuk ke susunan saraf
pusat melalui peredaran darah atau langsung dari luar misalnya pada fraktur
atau luka terbuka.
Bakteri-bakteri yang sering menimbulkan meningitis diantaranya
meningococus, pneumococus dan haemophilus influenza. Bakteri-bakteri
ini banyak terdapat pada nasopharing.
Ketika organisme pathogen masuk ke ruang subaraknoid, maka reaksi
peradangan terjadi dan mengakibatkan :
- Bendungan cairan serebrospinalis
- Penumpukan eksudat
- Perubahan arteri pada subaraknoid
- Perubahan jaringan disekitarnya (edema).
Manifestasi Klinis :
1) Demam merupakan gejala awal
2) Nyeri kepala
3) Mual dan muntah
4) Kejang umum
5) Fotofobia
6) Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan
kesadaran sampai dengan koma
7) Adanya tanda-tanda iritasi meningeal seperti :
- Kaku kuduk, pasien mengalami kekakuan pada leher sehingga
terdapat kesulitan dalam memfleksikan leher karena adanya
spasme otot-otot leher.
- Tanda Kernig positif, ketika paha pasien dalam keadaan fleksi
lebih dari 135o karena nyeri.

11
- Tanda Brudzinski positif, bila leher paien di fleksikan maka
dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif
pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan
yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlaawanan.
Untuk memastikan meningitis, selain tanda dan gejala maka perlu
dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis. Pada kultur cairan
didapatkan 70-80% kasus didapatkan mikroorganisme. Cairan
serebrospinalis pada meningitis yang disebabkan tubekulosa didapatkan :
1. Warna : Jernih atau santokrome
2. Sel : Jumlah sel meningkat
- Kadar protein meningkat
- Kadar glukosa meningkat
- Terdapat kuman tuberkulosa
b. Meningitis Virus
Virus penyebab infeksi pada meningitis masuk melalui sistem respirasi,
mulut, genetalia atau melalui gigitan binatang. Jenis penyakit virus yang
dapat menyebabkan meningitis adalah measles, mumps, herpes simplex dan
herpes zoster. Virus lain yang sering menyebabkan meningitis adalah virus
HIV.
Manifestasi klinis yang menyertai seperti nyeri kepala, nyeri ketika
membuka mata, photofobia dan adanya kaku kuduk. Adanya kelemahan,
rash, dan nyeri pada ekstremitas.
Demam dan tanda-tanda iritasi meningeal dijumpai seperti kaku kuduk,
tanda bridzinski dan kernig. Pada meningitis virus terapi yang utama adalah
menghilangkan gejala (asimtomatik), bedrest pada masa akut, mengurangi
rasa nyeri kepala, control dengan demam dan menghilangkan kejang.

2.7 Pemeriksaan Penunjang Meningitis


1. Laboratorium Darah :

12
a. Pemeriksaan darah lengkap, peningkatan sel darah putih (10.000-
40.000/mm3), pemeriksaan koagulasi, kultur adanya
mikroorganisme pathogen.
b. Urine : Albumin, sel darah merah, sel darah putih ada dalam urine.
2. Radiografi : Untuk menentukan adanya sumber infeksi misalnya Rongen
dada untuk menentukan adanya penyakit paru seperti TBC paru,
pneumonia, abses paru. Scan otak untuk menentukan kelainan otak.
3. Pemeriksaan lumbal pungsi : Untuk membandingkan keadaan CSF
normal dengan meningitis.

Pemeriksaan CSS melalui pungsi lumbal merupakan alat diagnostik utama


dalam menegakkan meningitis bakteri (Tunkel, 2001). Pada pemeriksaan CSS
yang mendukung kearah infeksi meningitis bakteri adalah jumlah leukosit
meningkat bisa mencapai ribuan dengan dominan neutrofil (>60%), kadar
protein dalam CSS meningkat (>200 milligram (mg)/desiliter (dL)) dan
penurunan konsentrasi glukosa (<40 mg/dL atau kurang dari 30% gula darah
sewaktu) Dikatakan kadar leukosit CSS rendah (0-20/mm3 ) berhubungan
dengan prognosis yang buruk. Pewarnaan gram dan kultur harus dilakukan
pada semua spesimen CSS. Gangguan dari SDO menyebabkan peningkatan
kadar protein CSS pada hampir semua pasien. Kadar glukosa < 40 mg/dL
ditemukan pada sekitar 60% pasien dengan sebagian besar memiliki rasio
serum glukosa 14 ≤0,4. Pada saat yang sama, kadar leukosit dan protein CSS
normal dapat ditemukan pada pasien immunocompromise berat dalam
beberapa kasus meningitis neonatus dan pada awal penyakit Pemeriksaan
pewarnaan gram pada CSS dapat dilakukan cepat, akurat pada 60-90% dengan
spesifitas hampir 100% pada pasien dengan meningitis bakteri (Domingoet al.,
1997). Semakin tinggi konsentrasi bakteri di dalam CSS, kemungkinan
mendeteksi organisme dengan pewarnaan gram lebih tinggi. Pasien yang telah
mendapatkan antibiotik sebelum terapi yang sesuai mungkin memiliki
penurunan akurasi dalam mengidentifikasi organisme. Beberapa tes diagnostik
cepat telah dikembangkan untuk membantu dalam menegakkan diagnosis
meningitis bakteri).Tes aglutinasi latex mendeteksi antigen H. influenzae tipe

13
B, S. pneumonia, N. meningitidis, E. coli K1 dan kelompok streptokokus B.
Namun, mengingat tes antigen bakteri kurang berperan dalam pemberian terapi
antibiotik dan telah dilaporkan memberikan hasil positif palsu maka
penggunaan rutin modalitas ini untuk diagnostik cepat dari penyebab infeksi
bakteri meningitis tidak dianjurkan Tes amplifikasi asam nukleat, seperti
Polymerase Chain Reaction (PCR) telah digunakan untuk mengetahui
Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) dari pasien dengan meningitis yang disebabkan
oleh beberapa patogen meningeal. Pemeriksaan PCR bakteri berperan dalam
menegakkan diagnosis meningitis dan keputusan dalam memulai atau
menghentikan terapi antibiotika. Dalam suatu studi berbasis luas, menunjukkan
sensitivitas PCR 100% dengan spesifisitas dari 98,2%, nilai prediksi positif
98,2% dan nilai prediksi negatif prediktif 100% Sensitivitas PCR dalam
mendiagnosis meningitis pneumokokus sekitar 92-100% dan spesifisitas
sebesar 100% (Werno dan Murdoch, 2008). PCR sangat berperan terhadap
pasien yang telah menerima antibiotik sebelum pengobatan yang sesuai dan
pada kultur kuman negatif pada pemeriksaan CSS Beberapa peranan protein
telah dipelajari dalam mendiagnosis meningitis bakteri akut. Pasien dengan
meningitis bakteri akut mengalami peningkatan konsentrasi C-Reaktif Protein
(CRP) dan serum prokalsitonin yang dapat digunakan dalam membedakan
meningitis bakteri dan meningitis virus Suatu studi melaporkan sensitivitas dan
spesifisitas serum prokalsitonin sebesar 100% untuk mendiagnosis meningitis
bakteri, meskipun telah dilaporkan didapatkan hasil negatif palsu Tes lain yang
digunakan adalah tes immunokromatografi untuk mendeteksi kuman S.
pneumonia pada CSS dengan sensitivitas dan spesifisitas 100% dalam
mendiagnosis meningitis pneumokokus piogenik Meskipun demikian
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan kegunaan tes ini dalam
mendiagnosis meningitis pneumokokus

14
2.8 Asuhan Keperawatan Secara Teori Meningitis Pada Anak
A. Pengkajian
Anamnesis pada meningitis meliputi keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan pengkajian psikososial (pada anak
perlu dikaji dampak hospitalisasi).
a. Keluhan utama
Hal yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa
anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah suhu badan
tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.
b. Riwayat penyakit sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui
jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang
gejala yang timbul seperti kapan mulai terjadinya serangan, sembuh
atau bertambah buruk. Pada pengkajian klien dengan meningitis
biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat
infeksi atau peningkatan tekanan intrakranial. Keluhan tersebut di
antaranya sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering.
Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan
sebagai akibat iritasi meningen. Keluhan kejang perlu mendapat
perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaiman
sifat timbulnya kejang, stimulasi apa yang sering menimbulkan
kejang dan tindakan apa yang diberikan dalam upaya menurunkan
keluhan kejang. Adanya penurunan kesadaran dihubungkan dengan
meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya
merupakan awal adanya penyakit. Pengkajian lainnya yang perlu
ditanyakan seperti riwayat selama menjalani perawatan di RS,
pernahkah menjalani tindakan invasive yang memungkinkan
masuknya kuman ke meningen terutama tindakan melalui pembuluh
darah.
c. Riwayat penyakit dahulu

15
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang
meliputi pernahkah klien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas,
otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis
lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya
pengaruh immunologis pada masa sebelumnya. Riwayat sakit TB
paru perlu ditanyakan kepada klien perlu ditanyakan kepada klien
terutama jika ada keluhan batuk produktif dan pernah mengalami
pengobatan obat anti tuberculosis yang sangat berguna untuk
mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.
d. Pengkajian psikososial-spititual
Pengkajian psikologis klien meningitis meliputi beberapa dimensi
yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas
mengenai status emosi, kognitif dan perilaku klien. Sebagian besar
pengkajian ini didapat diselesaikan melalui interaksi menyeluruh
dengan klien dalam pelaksanaan pengkajian lain dengan member
pertanyaan dan tetap melakukan pengawaan sepanjang waktu untuk
menentukan kelayakan ekspresi emosi dan pikiran. Pengkajian
mekanime koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai
respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam
keluarga maupun dalam masyarakat.
e. Pemeriksaan Fisik
• Tanda-tanda vital
Pada klien meningitis biasanya didapatkan peningkatan suhu
tubuh lebih dari normal 38-41oC, dimulai pada fase sistemik,
kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat. Keadaan ini
biasanya dihubungkan dengan proes inflamasi dan iritasi
meningen yang sudah menggangu pusat pengatur suhu
tubuh. Penurunan denyut nadi berhubungan dengan tanda-
tanda peningkatan TIK.

16
• B1 (Breathing)
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas,
penggunaan otot bantu nafas dan peningkatan frekuensi
nafas yang sering didapatkan pada klien meningitis yang
disertai adanya gangguan sistem pernafasan. Palpasi thorax
hanya dilakuan jika terdapat deformitas pada tulang dada
pada klien dengan efusi pleura massif. Auskultasi bunyi
nafas tambahan seperti rochi pada klien meningitis
tuberkulosa dengan penyebaran primer dari paru.
• B2 ( Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular terutama dilakukan
pada klien meningitis pada tahap lanjut seperti apabila klien
mengalami renjatan (syok).
• B3 (Brain)
Pengkajian ini merupakan pemeriksaan focus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada sisstem lainnya.
• Pengkajian tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling
mendasar dan parameter yang paling penting yang
membutuhkan pengkajian. Pada keadaan lanjut tingkat
kesadaran klien meningitis biasanya berkisar pada tingkat
letergi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah
mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk
menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk
pemantauan pemberi asuhan.
• Pengkajian Fungsi Serebral
Status mental : observasi penampilan, tingkah laku, nilai
gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien.
Pada klien meningitis tahap lanjut biasanya status mental
klien mengalami perubahan.
• Pengkajian Saraf Kranial

17
1. Saraf I : biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan
funsi penciuman.
2. Saraf II : Tes ketajaman penglihatan dalam batas normal
3. Saraf III, IV, dan VI : Pemeriksaan funsi dan reaksi pupil
pada klien meningitis yang tidak disertai penurunan
kesadaran biasanya tanpa kelainan.
4. Saraf V : Pada klien meningitis umumnya tidak
didapatkan paralisis pada otot wajah dan reflek kornea
biasanya tidak ada kelainan.
5. Saraf VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal,
wajah simetris.
6. Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif atu tuli
persepsi.
7. Saraf IX dan X : Kemampuan menelan baik
8. Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokledomastoideus dan
trapezius.
9. Saraf XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi
dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
• Pengkajian Sistem Motorik
Kekuatan otot menurun, control keseimbangan, dan
koordinasi pada meningitis tahap lanjut mengalami
perubahan.
• Pengkajian Reflek
Pemeriksaan reflek profunda, pengetukan pada tendon,
ligamentum atau periosteum derajat reflek pada respon
normal. Reflek patologis akan didapatkan pada klien
meningitis dengan tingkat kesadaran koma. Adanya reflek
Babinski (+) merupakan tanda lesi UMN.
• Pengkajian Sistem Sensorik
Pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya didapatkan
sensari raba, nyeri, suhu yang normal, tidak ada perasaan

18
abnormal di permukaan tubuh, sensasi propriosefsi, dan
diskriminatif normal.
1. Kaku kuduk
2. Tanda Kerniq Positif
3. Tanda Brudzinski
• B4 (Bladder)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan
berkurangnya volume pengeluaran urine, hal ini
berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah
jantung ke ginjal.
• B5 ( Bowel)
Mual sampai muntah disebabkan peningkatan produksi asam
lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien meningitis menurun
karena anoreksia dan adanya kejang.
• B6 (Bone)
Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar
(khususnya lutut dan pergelangan kaki). Petekia dan lesi
purpura yang didahului oleh ruam. Pada penyakit yang berat
dapat ditemukan ekimosis yang berat pada wajah dan
ekstremitas. Klien sering mengalami penurunan kekuatan
otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga mengganggu
ADL.
f. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic rutin pada klien meningitis, meliputi
laboratorium klinik rutin (Hb, leukosit, LED, trombosit, retikulosit,
glukosa). Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis
adalah analisa cairan otak. Analisa cairan otak diperiksa untuk
jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa. Pemeriksaan lainnya
diperlukan sesuai klinis klien, meliputi foto rontgen paru dan CT
scan kepala.
g. Pengkajian penatalaksanaan medis

19
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat
perlu menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat
bekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis.

B. Diagnosa yang mungkin muncul


1. Perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan infeksi otak
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan dibuktikan dengan batuk tidak efektif, ronchi
3. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas dibuktikan dengan
pola nafas abnormal
4. Resiko infeksi b.d penyakit kronis
5. Resiko cidera b.d perubahan fungsi kognitif
6. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan dibuktikan
dengan berat badan menurun, otot pengunyah lemah
7. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d trauma/perdarahan
8. Hipertermi b.d proses penyakit dibuktikan dengan suhu tubuh diatas
normal.
9. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot dibuktikan dengan kekuatan otot menurun
10. Defisit perawatan diri b.d kelemahan dibuktikan dengan tidak mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri.

20
C. INTERVENSI
No. Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1. Perfusi serebral Tujuan : Observasi :
tidak efektif Setelah dilakukan intervensi - Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis.lesi
berhubungan keperawatan selama 3 jam menempati ruang, gangguan metabolism, edema
dengan infeksi maka ekspetasi membaik serebral, peningkatan tekanan vena, obstruksi cairan
otak dengan kriteria hasil : serebrospinalis, hipertensi intrakranial idiopatik.
- Tingkat kesadaran - Monitor peningkatan tekanan darah
meningkat - Monitor pelebaran tekanan nadi(selisih TDS dan TDD)
- Kognitif meningkat - Monitor penurunan frekuensi jantung
- Tekanan intra cranial - Monitor ireguleritas irama nafas
menurun - Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Sakit kepala menurun - Monitor perlambatan atau kesimetrisan respon pupil
- Gelisah menurun - Monitor kadar CO2 dan pertahankan dalam rentang
- Agitasi menurun yang diindikasikan
- Demam menurun - Monitor tekanan perfusi serebral
- Tekanan darah membaik - Monitor jumlah, kecepatan dan karakteristik dranase
- Reflek saraf membaik cairan serebrospinalis

21
- Monitor efek stimulus lingkungan terhadap TIK
- Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
- Monitor CVP (Central Venous Pressure)
- Monitor PAWP, jika perlu
- Monitor PAP, jika perlu
- Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika tersedia
- Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
- Monitor gelombang ICP
- Monitor status pernafasan
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor cairan serebrospinalis Terapeutik :
- Ambil sampel drainase cairan serebrospinalis
- Kalibrasi transduser
- Pertahankan sterilitas sistem pemantauan
- Pertahankan posisi kepala dan leher netral
- Bila sistem pemantauan, jika perlu
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan

22
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
yang tenang
- Berikan posisi semi fowler
- Hindari maneuver Valsava - Cegah terjadinya kejang
- Hindari penggunaan PEEP
- Hindari menggunakan cairan IV hipotonik
- Atur ventilator agar PaCO2 optimal
- Pertahankan suhu tubuh Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu .
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan
- Kolaborasi pemberian diuretic osmosis
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja

23
2. Bersihan jalan Tujuan : Observasi :
nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
berhubungan keperawatan selama 3 jam - Monitor pola nafas(seperti bradipnea, takipnea,
dengan sekresi maka ekspetasi membaik hiperventilasi, kassmaul, cheyne-stokes, blot, ataksik)
yang tertahan dengan kriteria hasil : - Monitor kemampuan batuk efektif
dibuktikan dengan - Batuk efektif meningkat - Monitor adanya produksi sputum
batuk tidak efektif, - Produksi sputum - Monitor adanya sumbatan jalan nafas
ronchi menurun - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Mengi menurun - Monitor saturasi oksigen
- Wheezing menurun - Auskultasi bunyi nafas
- Dispnea menurun - Monitor nilai AGD
- Ortopnea menurun - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Sulit bicara menurun - Monitor bunyi nafas tambahan
- Ronchi menurun - Monitor sputum
- Sianosis menurun - Identifikasi kemampuan batuk
- Gelisah menurun - Monitor adanya retensi sputum
- Frekuensi nafas - Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
membaik - Monitor input dan output cairan Terapeutik :
- Pola nafas membaik - Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi klien

24
- Dokumentasi pemantauan
- Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan
chin-lift
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hipokoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
- Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat sputum Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan.
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

25
- Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8
detik
- Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setela tarik nafas
dalam yang ke-3 Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

3. Pola nafas tidak Tujuan : Observasi :


efektif b.d Setelah dilakukan intervensi - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
hambatan upaya keperawatan selama 3 jam - Monitor bunyi nafas tambahan (mis. gurgling, mengi,
nafas dibuktikan maka ekspetasi membaik wheezing, ronchi)
dengan pola nafas dengan kriteria hasil : - Monitor sputum
abnormal - Ventilasi semenit - Monitor pola nafas
meningkat - Monitor kemampuan batuk efektif
- Kapasitas vital mambaik - Monitor adanya produksi sputum

26
- Tekanan ekspirasi - Monitor adanya sumbatan jalan nafas
membaik - Palpasi kesimetrisan ekpansi paru
- Dispnea menurun - Auskultasi bunyi nafas
Penggunaan otot bantu - Monitor saturasi oksigen
menurun - Monitor nilai AGD
- Ortopnea menurun - Monitor hasil x-ray thoraks Terapeutik :
- Pernafasan cuping - Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head
hidung menurun tilt dan chin-lift
- Frekuensi nafas - Posisikan semi fowlwr atau fowler
membaik - Berikan minuman hangat
- Kedalaman nafas - Lakukan fisioterapi dada
membaik - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hipokoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan Edukasi :

27
- Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Infformasikan hasil pemantauan, jika perlu Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian bronkadilator, ekspektoran,
mokolitik, jika perlu

4. Resiko infeksi b.d Tujuan : Observasi :


penyakit kronis Setelah dilakukan intervensi - Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
keperawatan selama 3 jam Terapeutik :
maka ekspetasi membaik - Batasi jumlah pengunjung
dengan kriteria hasil : - Berikan perawatan kulit pada area edema
- Kebersihan tangan - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
meningkat dan lingkungan pasien
- Kebersihan badan - Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
meningkat Edukasi :
- Nafsu makan meningkat

28
- Demam menurun - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Kemerahan menurun - Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
- Nyeri menurun - Ajarkan etika batuk
- Bengkak menurun - Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Vesikel menurun - Ajarkan meningkatkan asupan nutrisi
- Cairan berbau busuk - Ajarkan meningkatkan asupat cairan Kolaborasi :
menurun - Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
- Sputum berwarna hijau
menurun
- Drainase purulen
menurun
- Gangguan kognitif
menurun
- Kadar sel darah putih
membaik

29
5. Resiko cidera b.d Tujuan : Observasi :
perubahan fungsi Setelah dilakukan intervensi - Identifikasi area lingkungan yang
kognitif keperawatan selama 1x24jam berpotensimenyebabkan cidera
maka ekspetasi membaik - Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cidera
dengan kriteria hasil : - Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastic
- Toleransi aktivitas pada ekstremitas bawah
menurun - Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis.kondisi fisik,
- Nafsu makan meningkat fungsi kognitif dan riwayat perilaku)
- Toleransi makanan - Monitor perubahan status kesehatan lingkungan
menurun Terapeutik :
- Kejadian cidera - Sediakan pencahayaan yang memadai
menurun - Gunakan lampu tidur selama jam tidur
- Luka lecet menurun - Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan
- Ketegangan otot rawat inap
menurun - Gunakan alas lantai jika beresiko mengalami cidera
- Fraktur menurun serius
- Gangguan mobilitas - Sediakan alas kaki antislip
menurun - Sediakan pipot atau urinal untuk eliminasi ditempat
tidur

30
- Gangguan kognitif - Pastikan bel panggilan atau telepon mudah dijangkau
menurun - Pertahankan posisi tempat tidur diposisi terendah saat
- Tekanan darah membaik digunakan
- Frekuensi nadi membaik - Pastikan roda tempat tidur dalam keadaan terkunci
- Frekuensi nafas - Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan
membaik kebijakan fasilitas pelayanan kesehatan
- Pertimbangan penggunaan alarm elektronik pribadi
- Diskusikan mengenai latihan dan terapi fisik yang
diperlukan
- Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai
- Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat
mendampingi pasien
- Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien
- Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
- Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya
dan resiko
- Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis.
commode chair dan pegangan tangan)

31
- Gunakan perangkat pelindung (mis. pengekangan fisik,
rel samping, pintu terkunci, pagar)
- Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas
- Fasilitasi relokasi lingkungan yang aman
- Lakukan program skrining bahaya lingkungan
Edukasi:
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien
dan keluarga
- Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit sebelum berdiri
- Ajarkan individu dan keluarga atau kelompok resiko
tinggi bahaya lingkungan

32
6. Defisit nutrisi b.d Tujuan : Observasi
ketidakmampuan Setelah dilakukan intervensi - Identifikasi status nutrisi
menelan makanan keperawatan selama 1x24jam - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
dibuktikan dengan maka ekspetasi membaik - Identifikasi makanan yang disukai
berat badan dengan kriteria hasil : - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
menurun, otot - Porsi makan yang - Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
pengunyah lemah dihabisakan meningkat - Monitor asupan makanan
- Kekuatan otot - Monitor berat badan
pengunyah meningkat - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Kekuatan otot menelan - Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
meningkat - Monitor adanya mual dan muntah
- Pengetahuan tentang - Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-hari
makanan sehat - Monitor berat badan
meningkat - Monitor albumin, limfosit dan elektrolit serum
- Pengetahuan tentang Terapeutik :
standar asupan nutrisi - Lakukan oral hygiene sebelum makan
yang tepat meningkat - Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

33
- Penyiapan makanan dan - Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
penyimpanan yang kontipasi
aman - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Perasaan cepat kenyang - Berikan suplemen makanan
menurun - Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik
- Nyeri abdomen jika asupan oral ditoleransi
menurun - Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien
- Sariawan menurun - Berikan pujian pada pasien atau keluarga untuk
- Berat badan membaik peningkatan yang dicapai Edukasi :
- Frekuensi makan - Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian nutrisi
membaik parenteral
- Nafsu makan membaik - Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi
- Bising usus membaik - Jelaskan peningkatan asupan kalori Kolaborasi :
- Kolaborasi pemasangan akses vena sentral, jika perlu

34
7. Resiko Tujuan : Observasi :
ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi - Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi, kekuatan
cairan b.d keperawatan selama 1x24jam nadi, akral, pengisian kapiler, kelembaban mukosa,
trauma/perdarahan maka ekspetasi membaik turgor kulit, tekanan darah)
dengan kriteria hasil : - Monitor berat badan
- Asupan cairan - Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialysis
meningkat - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Haluan urin meningkat - Monitor status himodinamik
- Kelembaban membrane - Monitor frekuensi nadi
mukosa meningkat - Monitor frekuensi nafas
- Asupan makanan - Monitor tekanan darah
meningkat - Monitor berat badan
- Edema menurun - Monitor jumlah, warna dan berat urine
- Dehidrasi menurun - Monitor kadar albumin dan protein total
- Asites menurun - Monitor hasil pemeriksaan serum
- Tekanan darah membaik - Identifikasi tanda hipovolemia (mis. frekuansi nadi
- Denyut nadi membaik meningkat, nadi teraba lemah)
- Turgor kulit membaik - Identifikasi tanda hipervolemia (mis. dispnea, edema
perifer, edema anasarka)

35
- Identifikasi faktor resiko ketidakseimbangan cairan
(mis. prosedur pembedahan mayor, trauma atau
pendarahan Terapeutik :
- Catat intake output dan hitung balance cairan 24 jam
- Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena
- Atur interval waktu pemberian sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pamantauan Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan proedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian diuretic, jika perlu

8. Hipertermi b.d Tujuan : Observasi :


proses penyakit Setelah dilakukan intervensi - Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi,
dibuktikan dengan keperawatan selama 1x24jam terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator)
suhu tubuh diatas maka ekspetasi membaik - Monitor suhu tubuh
normal. dengan kriteria hasil : - Monitor kadar elektrolit
- Menggigil menurun - Monitor haluan urine

36
- Kulit merah menurun - Monitor komplikasi akibat hipertermia
- Kejang menurun - Monitor suhu bayi sampai stabil
- Akrosianosis menurun - Monitor suhu tubuh anak setiap dua jam. jika perlu
- Pucat menurun - Monitor tekanan darah, frekuensi nafas dan nadi
- Takikardi menurun - Monitor warna dan suhu kulit
- Takipnea menurun - Monitor tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia
- Suhu tubuh membaik Terapeutik :
- Suhu kulit membaik - Berikan asupan cairan oral
- Kadar gukosa darah - Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
membaik hiperglikemia tetap ada atau memburuk
- Pengisian kapiler - Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
membaik - Pasangkan alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
- Ventilasi membaik - Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
Tekanan darah membaik - Pertahankan kelembaban incubator 50% atau lebih
untuk mengurangi kehilangan panas karena proses
evaporasi
- Gunakan matras penghangat, selimut hangat dan
penghangat ruangan

37
- Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Edukasi :
- Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dL
- Anjrkan monitor kadar glukosa darah secera mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
- Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine
- Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunan insulit,
obat oral, monitor asupan cairan)
- Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat
stroke
- Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar
udara dingin
- Demonstrasikan teknik kangguru
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu

38
9. Gangguan Tujuan : Observasi :
mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
berhubungan keperawatan selama 1x24jam - Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
dengan penurunan maka ekspetasi membaik - Monitor frekueni jantung dan tekanan darah sebelum
kekuatan otot dengan kriteria hasil : memulai mobilisasi
dibuktikan dengan - Pergerakan ekstremitas - Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
kekuatan otot meningkat - Monitor frekueni jantung dan tekanan darah sebelum
menurun - Kekuaatan otot ambulasi
meningkat - Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
- Rentang gerak Terapeutik :
meningkat - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis.
- Nyeri menurun pagar tempat tidur)
- Kecemasan menurun - Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Kaku sendi menurun - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
- Gerakan terbatas meningkatkan pergerakan
menurun - Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis.
- Kelemahan fisik tongkat, kruk)
menurun - Fasilitasi melakukan mobilisasi, jika perlu

39
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi yang harus dilakukan (mis. duduk
ditempat tidur, duduk disisi tempat tidur, oindah dari
tempat tidur ke kursi)
- Jelaskan tujuan dan prosedur

10. Defisit perawatan Tujuan : Observasi :


diri b.d kelemahan Setelah dilakukan intervensi - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai
dibuktikan dengan keperawatan selama 1x24jam usia
tidak mampu maka ekspetasi membaik - Monitor tingkat kemandirian
melakukan dengan kriteria hasil : - Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
perawatan diri - Kemampuan mandi berpakaian, berhias dan makan
secara mandiri. meningkat - Identifikasi kesulitan BAB/BAK
- Kemampuan - Monitor integritas kulit

40
mengenakan pakaian - Identifikasi usia dan budaya dalam membantu
meningkat berpakaian dan berhias
- Kemampuan makan - Identifikasi diet yang dianjurkan
meningkat - Monitor kemampuan menelan
- Kemampuan BAB/BAK - Monitor status hidrasi pasien
meningkat - Identifikasi usia dan budaya dalam membantu
- Verbaliasi keinginan kebersihan diri
melakukan perawatan - Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
diri meningkat - Monitor kebersihan tubuh (mis. rambut, mulut, kulit,
- Minat melakukan kuku)
perawatan diri
meningkat Terapeutik :
- Mempertahankan - Siapkan lingkungan yang terapeutik (mis. suasana
kebersihan diri hangat, privasi)
meningkat - Sediakan keperluan pribadi (mis. parfum, sikat gigi,
- Mempertahankan dan sabun mandi)
kebersihan mulut - Dampingi dalam melakukan perawatan diri
meningkat - Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan

41
- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
- Buka pakaian yang diperlukan untuk eliminasi
- Dukung penggunaan toilet
- Bersihkan alat bantu BAB/BAK setelah digunakan
- Latih BAB/BAK sesuai jadwal
- Sediakan alat bantu (mis. kateter eksternal, urinal)
- Sediakan pakaian yang mudah dijangkau
- Sediakan pakaian pribadi
- fasilitasi menggunakan pakaian
- Fasilitasi berhias (mis. menyisir rambut, merapikan
kumis/jenggot)
- Jaga privasi
- Tawarkan untuk lawndry
- Berikan pujian atas kemampuan berpakaian secara
mandiri
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama
makan

42
- Atur posisi yang aman untuk makan/minum
- Lakukan oral hygiene sebelum makan
- Sediakan makanan dan minuman yang disukai
- Berikan bantuan saat makan/minum
- Sediakan peralatan mandi
- Sediakan lingkungan yang aman
- Fasilitasi menggosok gigi
- Fasilitasi mandi
- Berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian Edukasi :
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
- Informasikan pakaian yang tersedia untuk dipilih
- Ajarkan mengenakan pakaian
- Jelaskan posisi makanan pada pasien yang mengalami
gangguan penglihatan dengan menggunakan arah jarum
jam
- Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi
terhadap kesehatan

43
- Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat (mis. analgesic, antiematik)
jika perlu

44
D. Implementasi
Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produksi sisa
tubuh, reduksi atau peningkatan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas,
pencapaian tingkat nutrisi, pemeliharaan keseimbangan cairan dn elektrolit
serta pemeliharaan kesehatan dan tidak ada komplikasi.

E. Evaluasi
Adapun hasil yang ingin dicapai yaitu mencapai masa penyembuhan tepat
waktu, mempertahankan tingkat kesadaran, tidak mengalami kejang,
melaporkan nyeri berkurang, mencapai kembali atau mempertahankan
posisi fungsional optimal kekuatan, serta tampak rileks dan melaporkan
ansietas berkurang.

2.9 Perawatan Pada Anak Meningitis


Segera diberikan antibiotik intravena dan kortikosteroid intravena untuk
menekan peradangan. Antibiotik yang bisa diberikan antara lain :
1. Golongan Penisilin : Ampicillin, Penicillin-G, Oxacillin, Ticarcillin
2. Golongan Sefalosporin : Cefotaxime, Ceftazidime, Ceftriaxone
3. Golongan Aminoglikosida : Amikacin, Gentamicin, Tobramycin
4. Golongan Beta-laktam : Meropenem
5. Golongan lain : Vancomycin, Chloramphenicol, Trimethoprim
Sulfamethoxazole, Doxycycline, Ciprofloxacin, Clindamycin
6. Cairan diberikan untuk menggantikan cairan yang hilang karena
demam, berkeringat, muntah dan nafsu makan yang buruk.

45
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai


piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang
lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.

Meningitis merupakan akibat dari komplikasi penyakit lain atau kuman


secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit
faringotonsilitis, pneumonia, bronkopneumonia, endokarditis dan dapat pula
sebagai perluasan kontinuitatum dari peradangan organ/jaringan di dekat
selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis, trombosis sinus
kavernosus dan lain-lain (Ngastiyah, 2012).

Komplikasi yang akan terjadi yaitu Peningkatan tekanan intrakranial,


Hydrosephalus, Infark serebral, Ensepalitis, Syndrome of inappropriate
secretion of antidiuretic hormon, Abses otak, Kejang, Endokarditis,
Pneumonia, Syok sepsis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu
Pemeriksaan darah lengkap, peningkatan sel darah putih (10.000-
40.000/mm3), pemeriksaan koagulasi, kultur adanya mikroorganisme
pathogen. Pemeriksaan Urine : Albumin, sel darah merah, sel darah putih ada
dalam urine, Radiografi : Untuk menentukan adanya sumber infeksi misalnya
Rongen dada untuk menentukan adanya penyakit paru seperti TBC paru,
pneumonia, abses paru. Scan otak untuk menentukan kelainan otak dan
Pemeriksaan lumbal pungsi : untuk membandingkan keadaan CSF normal
dengan meningitis. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
penderita

1. Perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan infeksi otak


2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan dibuktikan dengan batuk tidak efektif, ronchi

46
3. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas dibuktikan dengan
pola nafas abnormal
4. Resiko infeksi b.d penyakit kronis
5. Resiko cidera b.d perubahan fungsi kognitif
6. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan dibuktikan
dengan berat badan menurun, otot pengunyah lemah
7. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d trauma/perdarahan
8. Hipertermi b.d proses penyakit dibuktikan dengan suhu tubuh diatas
normal.
9. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot dibuktikan dengan kekuatan otot menurun
10. Defisit perawatan diri b.d kelemahan dibuktikan dengan tidak mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri.

47
DAFTAR PUSTAKA

DHELLA NERA, D. N. (2019). Asuhan keperawatan pada saudara Z dengan


saspek menginitis di ruang rawat inap neurologi RSAM Bukittinggi tahun
2019 (Doctoral dissertation, stikes perintis padang).

Doenges, M.E, Moorhouse, dan A.C. Geissler.1999. Rencana Asuhan


Keperawatan. Edisi ke-3. Jakarta : EGC

(Kesehatan, 2019)Kesehatan, K. (2019). No TitleΕΛΕΝΗ. Αγαη, 8(5), 55.


Muttaqin,Arif 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persyarafan.Jakarta : Salemba Medika

Novariani, M., Harini, E. S., & Patria, S. Y. (2008). Faktor risiko sekuel meningitis
bakterial pada anak. Sari Pediatri, 9, 342-7.

(Novelia, 2017)Novelia, D. (2017). Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Tahun


2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Serviks Post
Kemoterapi Di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan Rsup Dr. M.
Djamil Padang.

Richard, G. C., Lepen, M. (2013). Meningitis in children: Diagnosis and treatment


for the emergency clinician. Elsevier, 14, 146-56.

48

Anda mungkin juga menyukai