Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani sanksi kurungan atau sanksi lainnya,
menurut perundang- undangan. Pengertian narapidana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana) atau
terhukum.

Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga


pemasyarakatan,yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995). Narapidana yang diterima atau masuk
kedalam lembaga pemasyarakatan maupun rumah tahanan negara wajib dilapor yang prosesnya
meliputi: pencatatan putusan pengadilan, jati diri ,barang dan uang yang dibawa, pemeriksaan
kesehatan, pembuatan pasphoto, pengambilan sidik jari dan pembuatan berita acara serah terima
terpidana.

Setiap narapidana mempunyai hak dan kewajiban yang sudah diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah. Narapidana yang ditahan dirutan dengan cara tertentu menurut Undang-
Undang No. 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana (KUHAP) pasal 1 dilakukan selama
proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan untuk disidangkan di pengadilan.Pihak-Pihak
yang menahan adalah Penyidik, Penuntut Umum, Hakim dan mahkamah agung. Pada pasal 21
KUHAP Penahanan hanya dapat dilakukan terhadap tersangka yang melakukan tindak pidana
termasuk pencurian. Batas waktu penahanan bervariasi sejak ditahan sampai dengan 110 hari
sesuai kasus dan ketentuan yang berlaku.

2.3 Etiologi

Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga seseorang menjadi narapidana adalah:

a. Faktor ekonomi
1. Sistem Ekonomi

Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan bebas, menghidupkan


konsumsi dengan jalan periklanan, cara penjualan modern dan lain-lain, yaitu menimbulkan
keinginan untuk memiliki barang dan sekaligus mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan
melakukan penipuan-penipuan.

2. Pendapatan

Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan ekonomi nasional, upah para
pekerja bukan lagi merupakan indeks keadaan ekonomi pada umumnya. Maka dari itu
perubahan-perubahan harga pasar (market fluctuations) harus diperhatikan.

3. Pengangguran

Di antara faktor-faktor baik secara langsung atau tidak, mempengaruhi terjadinya kriminalitas,
terutama dalam waktu- waktu krisis, pengangguran dianggap paling penting. Bekerja terlalu
muda, tak ada pengharapan maju, pengangguran berkala yang tetap, pengangguran biasa,
berpindahnya pekerjaan dari satu tempat ke tempat yang lain,perubahan gaji sehingga tidak
mungkin membuat anggaran belanja, kurangnya libur, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengangguranadalah faktor yang paling penting.

b. Faktor Mental

1. Agama

Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis bila dihubungkan dengan
pengertian dan perasaan moral yang telah meresap secara menyeluruh. Meskipun adanya faktor-
faktor negatif , memang merupakan fakta bahwa norma- norma etis yang secara teratur diajarkan
oleh bimbingan agama dan khususnya bersambung pada keyakinan keagamaan yang sungguh,
membangunkan secara khusus dorongan-dorongan yang kuat untuk melawan
kecenderungankecenderungan kriminal.
2. Bacaan dan film

Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek merupakan factor krimogenik yang kuat, mulai
dengan roman-roman dari abad ke-18, lalu dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan
pornografi, buku-buku picisan lain dan akhirnya cerita- cerita detektif dengan penjahat sebagai
pahlawannya, penuh dengan kejadian berdarah. Pengaruh crimogenis yang lebih langsung dari
bacaan demikian ialah gambaran suatu kejahatan tertentu dapat berpengaruh langsung dan suatu
cara teknis tertentu kemudian dapat dipraktekkan oleh si pembaca. Harian- harian yang
mengenai bacaan dan kejahatan pada umumnya juga dapat berasal dari koran-koran. Di samping
bacaanbacaan tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap menyebabkan pertumbuhan
kriminalitas tertutama kenakalan remaja akhir- akhir ini.

c. Faktor Pribadi

1. Umur

Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik secara yuridis maupun kriminal
dan sampai suatu batas tertentu berhubungan dengan faktor-faktor seks/kelamin dan bangsa, tapi
faktor-faktor tersebut pada akhirnya merupakan pengertian- pengertian netral bagi kriminologi.
Artinya hanya dalam kerjasamanya dengan faktor-faktor lingkungan mereka baru memperoleh
arti bagi kriminologi. Kecenderungan untuk berbuat antisocial bertambah selama masih sekolah
dan memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahanlahan sampai umur 40, lalu meluncur
dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada hari tua. Kurve/garisnya tidak berbeda pada garis
aktivitas lain yang tergantung dari irama kehidupan manusia.

2. Alkohol

Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas, seperti pelanggaran lalu lintas,
kejahatan dilakukan dengan kekerasan, pengemisan, kejahatan seks, dan penimbulan
pembakaran, walaupun alcohol merupakan faktor yang kuat, masih juga merupakan tanda tanya,
sampai berapa jauh pengaruhnya.
3. Perang

Memang sebagai akibat perang dan karena keadaan lingkungan, seringkali terjadi bahwa orang
yang tadinya patuh terhadap hukum, melakukan kriminalitas. Kesimpulannya yaitu sesudah
perang, ada krisis-krisis, perpindahan rakyat ke lain lingkungan, terjadi inflasi dan revolusi
ekonomi. Di samping kemungkinan orang jadi kasar karena perang, kepemilikan senjata api
menambah bahaya akan terjadinya perbuatan-perbuatan kriminal.

2.3 Masalah Kesehatan Narapidana

a. Kesehatan Mental

Menurut data dari Bureau of justice, 1999 kira-kira 285.000 tahanan dilembaga pemasyarakatan
mengalami gangguan jiwa. Penyakit jiwa yang sering dijumpai adalah skozofrenia, bipolar
affective disorder dan personality disorder. Karena banyak yang mengalami ganguan kesehatan
jiwa maka pemerintah harus menyediakan pelayanan kesehatan mental.

b. Kesehatan fisik

Perawatan kesehatan yang paling penting adalah penyakit kronis dan penyakit menular seperti
HIV, Hepatitis dan Tuberculosis.

1. HIV

Angka kejadian HIV diantara para narapidana diperkiraan 6 kali lebih tinggi daripada populasi
umum. Tingginya angka infeksi HIV ini berkaian dengan perilaku yang beresiko tinggi seperti
penggunaan obat-obaan, sexual intercourse yang tidak aman dan pemakaian tato. Pendekatan
yang dilakukan utnuk menekan angka kejadian yaitu dengan dilakukannya penegaan dan
program pendidikan kesehatan mengenai HIV dan AIDS.

2. Hepatitis

Hepatitis B dan C meningkat lebih tinggi dariopada populasi umum walaupun data yang ada
belum lengkap. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obat lewat suntikan, tato, imigran dari
daerah dengan insiden hepatitis B dan C tinggi. National Commision on Correctional Healt Care
(NCCHC) menyarankan agar dilakukan skrining pada semua tahanan dan jika diindikasikan
maka harus segera diberikan pengobatan. NCCHC juga merekomendasikan pendidikan bagi
semua staf dan tahanan mengenai cara penyebaran, pencegahan, pengobatan dan kemajuan
penyakit.

3. Tuberculosis

Angka TB tiga kali lebih besar di LP dibanding populasi umum. Hal ini terkait dengan kepadatan
penjara dan ventilasi yang buruk, yang mempengaruhi penyebaran penyakit. Pada tahun 196,
lembaga yang menangani tuberculosis yaitu CC merekomendasikan pencegahan dan
pengontrolan TB di lembaga pemasyarakatan yaitu:

1) Diadakannya skrining TB bagi semua staf dan tahanan

2) Diadakan penegahan transmisi penyakit dan diberikan pengobatan yang sesuai

3) Monitoring dan evaluasi skrining

2.4 Klasifikasi

Berdasarkan populasi narapidana yang mempunyai masalah kesehatan pada lembaga


pemasyarakatan, yaitu :

a. Wanita

Masalah kesehatan yang ada mungkin lebih komplek misalnya tahanan wanita yang dalam
keadaan hamil, meninggalkan anak dalam pengasuhan orang lain (terpisah dari anak), korban
penganiayaan dan kekerasan social, penyalahgunaan obat terlarang. Tetapi pelayanan kesehatan
yang selama ini diberikan belum cukup maksimal untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti
pemeriksaan ginekologi untuk wanita hamil dan korban kekerasan seksual. NCCHC
menawarkan ketentuan-ketentuan berikut untuk pemenuhan pelayanan kesehatan :

1. LP memberikan pelayanan lengkap secara rutin termasuk pemeriksaan ginekologi secara


koprehensif.
2. Pelayanan kesehatan komprehensif meliputi kesehatan reproduksi, korban dari penipuan,
konseling berkaitan dengan peran sebagai orang tua dan pemakaian obat- obatan dan
alcohol.

b. Remaja

Meningkatnya jumlah remaja yang terlibat tindak kriminal membuat mereka harus ikut dihukum
dan ditahan seperti orang dewasa. Hal ini akan menghalagipemenuhan kebutuan untuk
berkembang seperti perkembangan fisik, emosi dan nutrisi yang dibutuhkan. Para remaja ini
akan mempunyai masalahmasalah kesehatan seperti kekerasan seksual, penyerangan oleh
tahanan lain atau tindakan bunuh diri. Disini perawat harus memantau tingkat perkembangan dan
pengalaman mereka dan perlu waspada bahwa pada usia ini paling rentan terkena masalah
kesehatan.

2.5 Penatalaksanaan

a. Psikoterapi

Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita
lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia
menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).

b. Keperawatan

Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi
realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat
jenis terapi aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan
gangguan konsep diri harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi.Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang mengunakan
aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah.(Keliatdan Akemat,2005).

c. Terapi kerja

Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang
untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan
kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk
membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi dan
Purwanto, 2009).

1. Terapi kerja pada narapidana laki laki

1) Pelatih binatang

Bekerja sebagai pelatih sekaligus merawat binatang- binatang dianggap dapat membantu
narapidana untuk mendapatkan terapi secara psikologis dan menjadi lebih terlatih secara

emosional. Binatang yang dilatih tidak hanya binatang peliharaan, namun juga binatang yang
ditinggalkan atau dibuang oleh pemiliknya. Diharapkan nantinya binatang-binatang ini juga
dapat berguna di masyarakat, sama seperti narapidana yang mendapatkan pelatihan untuk dapat
diterima dan bekerja dengan masyarakat lainnya.

2) Bidang kuliner

Dapur yang ada di penjara juga dapat dimanfaatkan sebagai pelatihan memasak bagi para
narapidana. Meskipun ada yang mendapatkan pekerjaan sederhana seperti membuka kaleng,
banyak pula yang mendapatkan pelatihan memasak secara khusus, mulai dari membuat menu
hingga menyusun anggaran. Beberapa penjara juga bekerja sama dengan restoran lokal

untuk memberi pelatihan ini. Selain itu, dengan pekerja di dapur, mereka tidak perlu banyak
berinteraksi dengan masyarakat yang mungkin memandang negatif.
3) Konseling

Meskipun Anda mungkin tidak berencana untuk berkonsultasi pada mantan penjahat, namun di
penjara, narapidana diberikan pengetahuan mengenai rehabilitasi dan terapi konseling. Hal ini
dikarenakan narapidana memiliki pengalaman yang membuat mereka lebih mengerti mengenai
tindak kejahatan. Dengan pelatihan ini, mereka diharapkan untuk dapat memberikan konseling
dengan lebih baik kepada orang-orang yang bermasalah berdasarkan pengalaman pribadi mereka
serta pelatihan yang mereka terima.

2. Terapi kerja pada anak

1) Keterampilan

Agar narapidana anak menjadi terampil dan juga sebagai bekal baginya setelah kembali
kemasyarakat nantinya, kepada mereka di berikan latihan kerja. Pemberian latihan kerja ini dapat

dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan sedangkan tempat penentuan kerja dan jenis pekerjaan
yang akan diberikan kepada narapidana ditetapkan oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan. Latihan
kerja ini berupa latihan kerja di bidang pertanian, Perkebunan, Pengelasan, Penjahitan dan lain
sebagainya.

3. Terapi kerja pada narapidana perempuan

Program pembentukan perilaku wirausaha narapidana di Lapas IIB Sleman dilaksanakan melalui
pembinaan soft kill dan hard skill dengan pendekatan perilaku wirusaha. Pembinaan soft skill
yang dilaksanakan yaitu pembinaan intelektual, pembinaan kerohanian dan pembinaan rekreatif.
Pembinaan hard skill yang dilaksanakan yaitu pembinaan keterampilan dan kemandirian melalui
bimbingan kerja.Ketrampilan khusus yang di latihkan pada naraidana perempuan berupa
ketrampilan hidup seperti pertukangan kayu, kerajinan sapu, las listrik, batik tulis, kerajinan
sangkar burung,perkebunan, dan pembuatan souvenir.

Anda mungkin juga menyukai