Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah
Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Dalam Keperawatan (K3)
Disusun oleh:
Tingkat 3A
Kelompok 4
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya mohon
untuk saran dan kritiknya. Terimakasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.3 TUJUAN.........................................................................................................5
2.1. PENGERTIAN...............................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja di rumah sakit,
baik tenaga medis maupun non medis akibat pajanan biologi, kimia dan fisik di
dalam lingkungan kerja rumah sakit itu sendiri. Rumah sakit merupakan tempat
berkumpulnya orang-orang sakit maupun sehat, atau anggota masyarakat baik
petugas maupun pengunjung, pasien yang mendapat perawatan di rumah sakit
dengan berbagai macam penyakit menular. Hal tersebut membuat rumah sakit
merupakan tempat kerja yang memiliki resiko terhadap gangguan kesehatan dan
kecelakaan kerja bagi petugas. Berbagai macam penyakit yang ada di lingkungan
rumah sakit memungkinkan rumah sakit menjadi tempat penularan penyakit
infeksi baik bagi pasien, tenaga kerja maupun pengunjung. Petugas di lingkungan
rumah sakit sangat beresiko dengan kontak langsung terhadap agent penyakit
menular melalui darah, sputum, jarum suntuk dan lain-lain.
UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
pada Pasal (9) menyatakan bahwa Tiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril.
Karena petugas rumah sakit baik medis ataupun non medis tidak luput dari
pajanan berbagai aspek baik biologi, kimia, dan fisik dalam lingkungan rumah
sakit maka diperlukan adanya upaya mitigasi resiko ataupun pencegahan terhadap
resiko-resiko yang mungkin timbul akibat pekerjaan yang dijalankan.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
b. Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan
keracunan.
c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S.
d. Larutan dapat mengakibatkan dermatitis.
e. Insektisida dapat mengakibatkan keracunan
3. Golongan infeksi
a. Anthrax
b. Brucell
c. HIV/AIDS
4. Golongan fisiologis
Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin, sikap badan
yang kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan yang dapat
mengakibatkan kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat
menyebabkan perubahan fisik pada tubuh pekerja.
5. Golongan mental
Dapat disebabkan oleh hubungan kerja yang tidak baik atau
keadaan pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan.
1. Agen Biologi
7
perawat antara lain seperti Methiciliin resistant Staphylococcus Aureus
(MRS), vancomycin resistant Mycobacterium enterococcus (VRE) dan
multidrug resistant Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB). Bahaya biologic
ditempat kerja terdiri atas infeksi akut dan kronis, parasite, bahan beracun,
reaksi alergi dan iritan. Perawat sangat rentan terhadap risiko lecet ataupun
tertusuk jarum yang kemudian luka tersebut dapat terinfeksi oleh agen
biologi yang terdapat di fasilitas kesehatan. Penyakit akibat kerja berdasar
agen biologi yang dapat menjangkiti pekerja rumah sakit seperti Brucellosis
dapat disebabkan oelh brucella abortus dapat terpajan pada petugas
laboratorium, Hepatitis Serum (Hepatitis B, HBV) dan Tuberculosis juga
beresiko pajanan pada pekerja medis.
2 Agen Kimia
Sebagian besar agen kimia dapat menyebabkan reaksi yang berbahaya
pada manusia orang-orang dalam fasilitas pelayanan kesehatan dapat
terjangkit penyakit dermatitis dan reaksi alergik lainnya terhadap pajama
pada agen kimi tersebut, seperti penggunaan lateks, hydrogen peroksida,
merkuri, gas anastesi, obat-obatan sitotoksik, Aldehid (formaldehid) di kamar
mayat, dan glutaraldehid untuk endoskopi dapat menimbulkan masalah
pernafasan.
3 Agen Fisika
Agen fisika seperi panas, dingin, listrik, cahaya dan radiasi ionisasi
dapat menyebabkan penyakit pada petugas difasilitas pelayan kesehatan
seperti Konjungtivitis akibat pajanan sinar ultraviolet (UV). Agen fisika
seperti suhu panas biasanya didapat pada trowongan bawah tanah untuk
pemasangan pipa dan kabel rumah sakit, fasilitas binatu dan dapur di rumah
sakit. Agen fisika lainnya seperti kebisingan yang tinggi akibat pemajanan
pekerja terhadap ultrasound pada pemecahan batu ginjal. Kemudian radiasi
pengion juga tidak luput terhadap perawat dibagian rontegen, sedangkan
8
radiasi elektromagnetik bukan pengion sperti laser yang dipakai dibagian
bedah, dermatologi, oftalmologi dan ginekologi juga dapat menimbulkan
resiko kerusakan mata.
Dalamlampiran peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
nomor : PER.25/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Diagnosis dan penilaian
cacat karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja. dibagi dalam beberapa
bidang antara lain :
9
5. Orthopedi adalah penyakit yang mengenai system musculoskeletal
sehingga menimbulkan gangguan fungsi pergerakan yang menimbulkan
hambatan pada kegiatan penderita.
6. Penyakit Paru adalah penyakit atau kelainan paru yang disebabkan oleh
pajanan factor-faktor risiko di tempat kerja antara lain berupa debu, gas,
uap.
7. Penyakit Mata adalah penyakit atau kelainan pada mata akibat
pemaparan factorfaktor risiko di tempat kerja yang dapat menyebabkan
gangguan fungsi penglihatan yang dapat mengurangi kemampuan
seseorang untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan akivitas normal.
8. Penyakit akibat radiasi mengion adalah penyakit akibat kerja karena
paparan radiasi mengion di tempat kerja
Penyakit akibat kerja yang dapat dialami petugas medis sangat beragam
tergantung pada agen, pejamu dan lingkungan fasilitas kesehatan tempat perawat
bekerja baik disebabkan oleh agen biologi, agen kimia maupun agen fisika yang
dapat menyebabkan sakit diberbagai bidang baik dalam bidang penyakit
kulit,penyakit mata, penyakit paru dan lainlain. Untuk menegakkan diagnose
penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan pendekatan sistematis antara lain :
10
Langkah 3 : Menentukan hubungan antara ajanan dengan diagnosis klinis,
pajanan tersebut diidentifikasi berdasarkan efidence based yang
dihubungkan dengan penyakit yang dialami
Langkah 5 : Menentukan faktor individu yang berperan antara lain jenis kelamin,
usia, kebiasaan, genetik, riwayat atopi dan penyakit penyerta.
11
2.3. CEDERA AKIBAT KERJA
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas kesehatan selalu dihadapkan pada
bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagen yang toksik ,
peralatan listrik maupun peralatan kesehatan yang dapat menimbulkan cidera.
Ada beberapa klasifikasi Jenis Cidera dan tingkat keparahan kibat Kecelakaan
Kerja :
1. Cidera fatal (fatality) adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau
penyakit akibat kerja.
2. Cidera yang mengakibatkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)
adalah suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen,
atau kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih.
3. Cidera yang mengakibatkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)
karyawan tidak dapat masuk karena cidera.
4. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan bekerja terbatas (Restricted
Duty) adalah karyawan tidak mampu mengerjakan pekerjaan rutin
sehingga ditempatkan pada pekerjaan lain yang sudah dimodifikasi
termasuk perubahan jadwal ataupun pola kerja.
5. Cidera dirawat dirumah sakit ( Medical Treatment Injury) adalah
kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat atau orang yang
memeiliki kualifikasi untuk menangani atau memberikan pertolongan
pada kecelakaan.
6. Cidera Ringan (First Aid Injury) adalah cidera ringan akibat kerja yang
ditangani menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan
setempat seperti ; luka lecet dll.( Badraningsih, 2015).
12
2.4. PENERAPAN KONSEP DARI LIMA TINGKATAN
PENCEGAHAN PENYAKIT (FIVE LEVELS OF PREVENTION
DISEASE).
1. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan,
meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan
yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai,
penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang
keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
2. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi, hygiene
perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan
kecelakaan kerja dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti
helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga (ear muff dan ear plug)
baju tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya.
3. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-
titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
4. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya:
memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati
tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan kesehatan.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan
mempekerjakan kemali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat
mungkin perusahaan mencoba menempatkan keryawan-karyawan cacat di
jabatan yang sesuai.
13
irreversible sehingga tindakan pencegahan sangat diperlukan, karena bila
tidak dilakukan akan menimbulkan penyakit akibat kerja pada pekerja lain
dengan risiko pekerjaan yang sama. Upaya pencegahan penyakit akibat kerja
antara lain melakukan identifikasi potensi bahaya penyakit akibat kerja,
melakukan promosi kesehatan kerja sesuai dengan hasil identifikasi potensi
bahaya yang ada di tempat kerja, melakukan pengendalian potensi bahaya di
tempat kerja, memberikan informasi mengenai alat pelindung diri yang sesuai
dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja dan cara pemakaian alat
pelindung diri yang benar dan memberikan imunisasi bagi pekerja yang
terpajan dengan agen biologi.
14
6. Pemeriksaan sebelum bekerja, hal ini dapat dilakukan pada penerimaan
calon petugas apakah sudah sesuai dengan jenis dan beban kerja paik
secara fisik, psikologis maupun dari segi kesehatannya
7. Pemeriksaan secara berkala dilakukan sesuai dengan kebutuhan untuk
mengidentifikasi secara dini penyakit akibat kerja yang dapat dialami.
2. Agen Kimia
a. Material safty data sheet dari seluruh bahan kimia yang ada untuk
diketahui oleh seluruh petugas
15
b. Menggunakan karet hisap atau alat vakum untuk mencegah
tetelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol
c. Menggunakan alat pelindung diri
3. Agen Fisika
a. Pengaturan cahaya dan vebtilasi serta penyediaan air minum yang
cukup.
b. Menggunakan alat pelindung diri.
16
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab
yang pokok dan menentukan terjadinya penyakit akibat kerja. Suatu penyakit bersifat
multifaktor, oleh katena itu suatu penyakit tidak dapat disebabkan oleh satu factor
saja karena terdapat keterkaitan yang kompleks antara berbagai macam agen, pejamu,
dan lingkungan seperti agen biologi, kimia, dan fisika. Cedera yang sering terjadi
mulai dari cedera yang ringan dapat diatasi dengan pertolongan pertama yang benar
hingga cedera yang berat dan harus segera ditolong oleh medis.
17
DAFTAR PUSTAKA
18