Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah
Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Dalam Keperawatan (K3)

Dosen Pembimbing: Ns. Firman Aulia., S.Kep., Ners

Disusun oleh:

Sri Dewi Mey A 191FK03037 Revita Puspa S 191FK03084


Sinta Nursari 191FK03038 Kamaliyah 191FK03136
Erni Risnaeni 191FK03039 Dina Novita R 191FK03138
Amelia Agustin 191FK03040 Rijan Apriana 191FK03145
Raihan Syahida 191FK03042

Tingkat 3A
Kelompok 4

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.

Makalah ini memuat tentang pencegahan penyakit akibat kerja. Walaupun


makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas
bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya mohon
untuk saran dan kritiknya. Terimakasih.

Sumedang, 17 November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................4

1.3 TUJUAN.........................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................6

2.1. PENGERTIAN...............................................................................................6

2.2. PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PERAWAT.......................................7

2.3. CEDERA AKIBAT KERJA.........................................................................12

2.4. PENERAPAN KONSEP DARI LIMA TINGKATAN PENCEGAHAN


PENYAKIT (FIVE LEVELS OF PREVENTION DISEASE)...............................13

2.5. UPAYA PENCEGAHAN.............................................................................13

BAB III KESIMPULAN.............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja di rumah sakit,
baik tenaga medis maupun non medis akibat pajanan biologi, kimia dan fisik di
dalam lingkungan kerja rumah sakit itu sendiri. Rumah sakit merupakan tempat
berkumpulnya orang-orang sakit maupun sehat, atau anggota masyarakat baik
petugas maupun pengunjung, pasien yang mendapat perawatan di rumah sakit
dengan berbagai macam penyakit menular. Hal tersebut membuat rumah sakit
merupakan tempat kerja yang memiliki resiko terhadap gangguan kesehatan dan
kecelakaan kerja bagi petugas. Berbagai macam penyakit yang ada di lingkungan
rumah sakit memungkinkan rumah sakit menjadi tempat penularan penyakit
infeksi baik bagi pasien, tenaga kerja maupun pengunjung. Petugas di lingkungan
rumah sakit sangat beresiko dengan kontak langsung terhadap agent penyakit
menular melalui darah, sputum, jarum suntuk dan lain-lain.
UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
pada Pasal (9) menyatakan bahwa Tiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril.
Karena petugas rumah sakit baik medis ataupun non medis tidak luput dari
pajanan berbagai aspek baik biologi, kimia, dan fisik dalam lingkungan rumah
sakit maka diperlukan adanya upaya mitigasi resiko ataupun pencegahan terhadap
resiko-resiko yang mungkin timbul akibat pekerjaan yang dijalankan.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah Pengertian Penyakit Akibat Kerja ?


2. Apa saja Penyakit Akibat Kerja pada Perawat ?
3. Apa saja Cedera Akibat Kerja ?
4. Bagaimana Penerapan kosep dari lima tingkatan pencegahan penyakit (five
level of prevention disease) pada penyakit akibat kerja ?
5. Apa saja Upaya Pencegahan ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui apakah Pengertian Penyakit Akibat Kerja


2. Untuk mengetahui apa saja Penyakit Akibat Kerja pada Perawat
3. Untuk mengetahui apa saja Cedera Akibat Kerja
4. Untuk mengetahui bagaimana Penerapan kosep dari lima tingkatan
pencegahan penyakit (five level of prevention disease) pada penyakit akibat
kerja
5. Untuk mengetahui apa saja Upaya Pencegahan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA


Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja. Faktor risiko PAK antara lain: Golongan
fisik, kimiawi, biologis atau psikososial di tempat kerja. Faktor tersebut di
dalam lingkungan kerja merupakan penyebab yang pokok dan menentukan
terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain seperti kerentanan individual juga
berperan dalam perkembangan penyakit di antara pekerja yang terpajang.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya PAK adalah sebagai
berikut:
1. Golongan fisik
a. Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran
sampai dengan Non-induced hearing loss.
b. Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah
dan kulit.
c. Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat
cramps, atau hyperpyrexia. Sedangkan suhu udara yang rendah
dapat mengakibatkan frostbite, trenchfoot atau hypothermia.
d. Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caison disease.
e. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan
mata. Pencahayaan yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya
kecelakaan
2. Golongan kimia
a. Debu dapat mengakibatkan pneumoconiosis.

6
b. Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan
keracunan.
c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S.
d. Larutan dapat mengakibatkan dermatitis.
e. Insektisida dapat mengakibatkan keracunan
3. Golongan infeksi
a. Anthrax
b. Brucell
c. HIV/AIDS
4. Golongan fisiologis
Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin, sikap badan
yang kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan yang dapat
mengakibatkan kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat
menyebabkan perubahan fisik pada tubuh pekerja.
5. Golongan mental
Dapat disebabkan oleh hubungan kerja yang tidak baik atau
keadaan pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan.

2.2. PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PERAWAT


Suatu penyakit bersifat multifaktor, oleh katena itu suatu penyakit
tidak dapat disebabkan oleh satu factor saja karena terdapat keterkaitan yang
kompleks antara berbagai macam agen, pejamu, dan lingkungan. Berdasarkan
Agen penyebabnya penyakit dapat dibedakan menjadi :

1. Agen Biologi

Agen biologi adalah seperti bakteri, mikroba dan lain-lain dimana


penyakit yang dapat timbul baik dalam suatu komunitas maupun fasilitas
kesehatan yang dapat mengkontaminasi warga fasilitas kesehatan, termasuk

7
perawat antara lain seperti Methiciliin resistant Staphylococcus Aureus
(MRS), vancomycin resistant Mycobacterium enterococcus (VRE) dan
multidrug resistant Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB). Bahaya biologic
ditempat kerja terdiri atas infeksi akut dan kronis, parasite, bahan beracun,
reaksi alergi dan iritan. Perawat sangat rentan terhadap risiko lecet ataupun
tertusuk jarum yang kemudian luka tersebut dapat terinfeksi oleh agen
biologi yang terdapat di fasilitas kesehatan. Penyakit akibat kerja berdasar
agen biologi yang dapat menjangkiti pekerja rumah sakit seperti Brucellosis
dapat disebabkan oelh brucella abortus dapat terpajan pada petugas
laboratorium, Hepatitis Serum (Hepatitis B, HBV) dan Tuberculosis juga
beresiko pajanan pada pekerja medis.

2 Agen Kimia
Sebagian besar agen kimia dapat menyebabkan reaksi yang berbahaya
pada manusia orang-orang dalam fasilitas pelayanan kesehatan dapat
terjangkit penyakit dermatitis dan reaksi alergik lainnya terhadap pajama
pada agen kimi tersebut, seperti penggunaan lateks, hydrogen peroksida,
merkuri, gas anastesi, obat-obatan sitotoksik, Aldehid (formaldehid) di kamar
mayat, dan glutaraldehid untuk endoskopi dapat menimbulkan masalah
pernafasan.
3 Agen Fisika
Agen fisika seperi panas, dingin, listrik, cahaya dan radiasi ionisasi
dapat menyebabkan penyakit pada petugas difasilitas pelayan kesehatan
seperti Konjungtivitis akibat pajanan sinar ultraviolet (UV). Agen fisika
seperti suhu panas biasanya didapat pada trowongan bawah tanah untuk
pemasangan pipa dan kabel rumah sakit, fasilitas binatu dan dapur di rumah
sakit. Agen fisika lainnya seperti kebisingan yang tinggi akibat pemajanan
pekerja terhadap ultrasound pada pemecahan batu ginjal. Kemudian radiasi
pengion juga tidak luput terhadap perawat dibagian rontegen, sedangkan

8
radiasi elektromagnetik bukan pengion sperti laser yang dipakai dibagian
bedah, dermatologi, oftalmologi dan ginekologi juga dapat menimbulkan
resiko kerusakan mata.
Dalamlampiran peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
nomor : PER.25/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Diagnosis dan penilaian
cacat karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja. dibagi dalam beberapa
bidang antara lain :

1. Penyakit Kulit adalah setiap penyakit kulit yang disebabkan oleh


pekerjaan atau lingkungan kerja yang berupa factor risiko mekanik,
fisik, kimia, bilogik dan psikologik. Dapat berupa dermatitis kontak,
acne, neoplasi kulit, kelainan pigmentasi, infeksi kulit.
2. Neurologi adalah setiap penyakit yang mengenai system saraf pusat dan
perifer yang penyebabnya antara lain trauma, gangguan vaskuler,
infeksi, degenerasi, keganasan, gangguan metabolism dan intoksikasi
yang bermanifestasi berupa keluhan subjektif seperti nyeri, rasa
berputar, kehilangan keseimbangan, penglihatan kabur, gangguan
kognitif dan emosi dengankeluhan objektif berupa system motorik,
system sensorik , system autonomy.
3. Penyakit Dalam adalah penyakit yang timbul akibat paparan factor
risiko yang dapat mengenai organ seperti Penyakit Jantung dan
Pembuluh darah, penyakit ginjal dan saluran kemih, penyakit saluran
cerna dan hati, penyakit system endokrin, penyakit darah dan system
pembuluh darah, penyakit otot dan rangka serta penyakit infeksi lainnya.
4. Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok (THT) adalah penyakit atau
kelainan pada telinga, hidung dan tenggorok akibat paparan factor risiko
di tempat kerja seperti, rhinitis alergi, afoni, disfoni, disfagia, ganggauan
pendengaran karena bising ataupun cidera kepala dll.

9
5. Orthopedi adalah penyakit yang mengenai system musculoskeletal
sehingga menimbulkan gangguan fungsi pergerakan yang menimbulkan
hambatan pada kegiatan penderita.
6. Penyakit Paru adalah penyakit atau kelainan paru yang disebabkan oleh
pajanan factor-faktor risiko di tempat kerja antara lain berupa debu, gas,
uap.
7. Penyakit Mata adalah penyakit atau kelainan pada mata akibat
pemaparan factorfaktor risiko di tempat kerja yang dapat menyebabkan
gangguan fungsi penglihatan yang dapat mengurangi kemampuan
seseorang untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan akivitas normal.
8. Penyakit akibat radiasi mengion adalah penyakit akibat kerja karena
paparan radiasi mengion di tempat kerja
Penyakit akibat kerja yang dapat dialami petugas medis sangat beragam
tergantung pada agen, pejamu dan lingkungan fasilitas kesehatan tempat perawat
bekerja baik disebabkan oleh agen biologi, agen kimia maupun agen fisika yang
dapat menyebabkan sakit diberbagai bidang baik dalam bidang penyakit
kulit,penyakit mata, penyakit paru dan lainlain. Untuk menegakkan diagnose
penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan pendekatan sistematis antara lain :

Langkah 1 : Diagnosa Klinik harus ditegakkan terlebih dahulu dengan


melakukan anamnesa dan pemerikasaan fisik bila diperlukan
dilakukan pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan khusus

Langkah 2 : Menetukan pajanan yang dialami pekerja ditempat kerja, petugas


medis harus melakukan anamnesa yang lengakap pada pekerjaan
pasien

10
Langkah 3 : Menentukan hubungan antara ajanan dengan diagnosis klinis,
pajanan tersebut diidentifikasi berdasarkan efidence based yang
dihubungkan dengan penyakit yang dialami

Langkah 4 : Menentukan besarnya pajanan dilakukan secara kualitatif


(pengamatan cara, proses dan lingkungan kerja dengan
memperhitungan lama kerja dan masa kerja serta Pemakaian alat
pelindung secara benar dan konsisten untuk mengurangi besarnya
pajanan ) dan dilakuakn secara kuantitatif yaitu dengan melakuka
pengukuran lingkugan kerja secara periodik dan data monitoring
biologis.

Langkah 5 : Menentukan faktor individu yang berperan antara lain jenis kelamin,
usia, kebiasaan, genetik, riwayat atopi dan penyakit penyerta.

Langkah 6 : Menentukan pajanan diluar tempat kerja maka diperlukan informasi


tentang kegiatan yang dilakukan diluar tempat kerja.
Langkah 7 : Menentukan diagnosis penyakit akibat kerja berdasarkan langka –
langkah diatas apakah termasuk penyakit akibat kerja atau bukan.

11
2.3. CEDERA AKIBAT KERJA
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas kesehatan selalu dihadapkan pada
bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagen yang toksik ,
peralatan listrik maupun peralatan kesehatan yang dapat menimbulkan cidera.
Ada beberapa klasifikasi Jenis Cidera dan tingkat keparahan kibat Kecelakaan
Kerja :
1. Cidera fatal (fatality) adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau
penyakit akibat kerja.
2. Cidera yang mengakibatkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)
adalah suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen,
atau kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih.
3. Cidera yang mengakibatkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)
karyawan tidak dapat masuk karena cidera.
4. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan bekerja terbatas (Restricted
Duty) adalah karyawan tidak mampu mengerjakan pekerjaan rutin
sehingga ditempatkan pada pekerjaan lain yang sudah dimodifikasi
termasuk perubahan jadwal ataupun pola kerja.
5. Cidera dirawat dirumah sakit ( Medical Treatment Injury) adalah
kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat atau orang yang
memeiliki kualifikasi untuk menangani atau memberikan pertolongan
pada kecelakaan.
6. Cidera Ringan (First Aid Injury) adalah cidera ringan akibat kerja yang
ditangani menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan
setempat seperti ; luka lecet dll.( Badraningsih, 2015).

12
2.4. PENERAPAN KONSEP DARI LIMA TINGKATAN
PENCEGAHAN PENYAKIT (FIVE LEVELS OF PREVENTION
DISEASE).
1. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan,
meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan
yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai,
penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang
keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
2. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi, hygiene
perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan
kecelakaan kerja dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti
helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga (ear muff dan ear plug)
baju tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya.
3. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-
titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
4. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya:
memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati
tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan kesehatan.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan
mempekerjakan kemali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat
mungkin perusahaan mencoba menempatkan keryawan-karyawan cacat di
jabatan yang sesuai.

2.5. UPAYA PENCEGAHAN


Pada PMK nomor : 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggara Pelayanan
Penyakit Akibat Kerja disebutkan bahawa penyakit akibat kerja bersigat

13
irreversible sehingga tindakan pencegahan sangat diperlukan, karena bila
tidak dilakukan akan menimbulkan penyakit akibat kerja pada pekerja lain
dengan risiko pekerjaan yang sama. Upaya pencegahan penyakit akibat kerja
antara lain melakukan identifikasi potensi bahaya penyakit akibat kerja,
melakukan promosi kesehatan kerja sesuai dengan hasil identifikasi potensi
bahaya yang ada di tempat kerja, melakukan pengendalian potensi bahaya di
tempat kerja, memberikan informasi mengenai alat pelindung diri yang sesuai
dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja dan cara pemakaian alat
pelindung diri yang benar dan memberikan imunisasi bagi pekerja yang
terpajan dengan agen biologi.

Menurut Effendy (1998) Upaya pencegaha penyakit akibat kerja


adalah sebagai berikut :

1. Substitusi yaitu mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-


bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali, misalnya
karbon tetraklorida diganti dengan triklor –etilen
2. Ventilasi umum yaitu mengalirkan udara sebanyak-banyaknya menurut
perhitungan kedalam ruang kerja agar sesuai dengan kadar nilai ambang
batas bagi bahan-bahan ataupun aktifikas dalam ruangan tersebut.
3. Ventilasi Keluar Setempat (local exhausers) adalah alat yang dapat
menghisap udara dari suatu tempat kerja tetentu agar bahan-bahan yang
berbahaya dari tempat tersebut dapat dialirkan keluar
4. Isolasi adalah dengan cara mengisolasi alat-alat medis yang
membahayakan ataupun mengkhususkan pasien dengan penyakit
infeksius diruang isolasi
5. Alat pelindung adalah dapat berupa pakaian, masker kacamata, sepatu
yang dijadikan sebagai pelindung diri untuk mengurangi atau mencegah
adanya kontak langsung antara kontaminan dengan petugas

14
6. Pemeriksaan sebelum bekerja, hal ini dapat dilakukan pada penerimaan
calon petugas apakah sudah sesuai dengan jenis dan beban kerja paik
secara fisik, psikologis maupun dari segi kesehatannya
7. Pemeriksaan secara berkala dilakukan sesuai dengan kebutuhan untuk
mengidentifikasi secara dini penyakit akibat kerja yang dapat dialami.

Berdasarkan dari agen penyebabnya upaya pencegahan penyakit akibat kerja


adalah sebagai berikut :

1. Agen Biologi, upaya pencegaha yang dapat dilakukan antara lain :

1) Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang


kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi
2) Sebelum berkerja dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja untuk
memastikan dalam keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan
alami untuk bekerja ditempat infeksius dan dilakukan imunisasi
3) Melakukan pekerjaan laboratorium dengan benar

4) Menggunakan desinfektan dengan cara yang sesuai


5) Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan
infeksius dan specimen yang benar
6) Pengolahan limbah yang baik

7) Menggunakan alat pelindung diri atau kabinet keamanan biologis


yang sesuai

8) Kebersihan diri petugas harus dijaga

2. Agen Kimia

a. Material safty data sheet dari seluruh bahan kimia yang ada untuk
diketahui oleh seluruh petugas

15
b. Menggunakan karet hisap atau alat vakum untuk mencegah
tetelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol
c. Menggunakan alat pelindung diri

3. Agen Fisika
a. Pengaturan cahaya dan vebtilasi serta penyediaan air minum yang
cukup.
b. Menggunakan alat pelindung diri.

16
BAB III

KESIMPULAN

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab
yang pokok dan menentukan terjadinya penyakit akibat kerja. Suatu penyakit bersifat
multifaktor, oleh katena itu suatu penyakit tidak dapat disebabkan oleh satu factor
saja karena terdapat keterkaitan yang kompleks antara berbagai macam agen, pejamu,
dan lingkungan seperti agen biologi, kimia, dan fisika. Cedera yang sering terjadi
mulai dari cedera yang ringan dapat diatasi dengan pertolongan pertama yang benar
hingga cedera yang berat dan harus segera ditolong oleh medis.

17
DAFTAR PUSTAKA

(Tuslamia, n.d.)Tuslamia, F. I. (n.d.). KEPERAWATAN Disusun Oleh : 70300117029.

(Ogasawara, 2008)Ogasawara, H. (2008). The calcium kinetics and inositol


trisphosphate receptor properties shape the asymmetric timing window of
coincidence detection. Journal of Neuroscience, 28(17), 4293–4294.
https://doi.org/10.1523/JNEUROSCI.0644-08.2008

18

Anda mungkin juga menyukai