Anda di halaman 1dari 31

TUGAS DIETETIK PENYAKIT INFEKSI, DEFISIENSI DAN

PENYAKIT TIDAK MENULAR


“Makalah NCP Luka Bakar”

OLEH :

SOPIA DELFI
1913211119

DOSEN PEMBIMBING :

NURHAMIDAH, M.BIOMED

WILDA LAILA, M.BIOMED

STIKES PERINTIS PADANG


PROGRAM STUDI S1 GIZI NON REGULER
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang
“Makalah NCP Luka Bakar” ini dengan tepat waktu. makalah ini disusun sebagai
tugas mata kuliah Dietetik penyakit infeksi, defisiensi dan penyakit tidak menular.
Adapun makalah ini disusun berdasarkan pengamatan dari internet dan
buku yang ada kaitannya dengan makalah yang dibuat. Dalam penyusunan
makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan dari pihak tertentu, oleh
karena itu tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada orang tua, teman-
teman dan dosen pembimbing yang telah membantu hingga selesainya makalah
ini.
Dalam penyusunan makalah ini menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk para pembaca.

Pekanbaru, 10 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2.Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II ISI
2.1.Pengertian Luka Bakar ............................................................................... 3
2.2.Etiologi Luka Bakar ................................................................................... 3
2.3.Patofisiologi Luka Bakar............................................................................ 4
2.4.Klasifikasi Luka Bakar ............................................................................... 6
2.5Manifestasi Klinis Luka Bakar.................................................................... 8
2.6.Tujuan Diet Luka Bakar ............................................................................. 9
2.7.Syarat dan Prinsip Diet Luka Bakar ........................................................... 9
2.8.Penatalaksanaan Diet Luka Bakar .............................................................. 10
2.9.Preskripsi Diet ............................................................................................ 11
2.10.Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan Luka Bakar .... 12
2.11.Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) atau Nutritional Care
Proccess (NCP) pada Luka Bakar ............................................................ 12

BAB III PENUTUP


3.1.Kesimpulan ................................................................................................ 27
3.2.Saran ........................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Luka bakar merupakan salah satu rasa nyeri yang sangat hebat yang
dialami seseorang yaitu rasa nyeri yang diakibatkan oleh terbakar. Sewaktu
kejadian luka bakar, terjadi rasa sakit yang sangat hebat karena ujung-ujung dari
saraf rusak sehingga menimbulkan perasaan sakit yang terus menerus. Luka bakar
dapat disebabkan oleh panas, kimia, listrik, cahaya atau radiasi. Luka bakar sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan kematian. (Fitria, 2016).
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan
khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi) dan
anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar
atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih
intensif daripada luka bakar yang luka bakar yang lebih kecil dan superficial.
Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai
perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang
disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia
memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik
(elektrik) atau percikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan
resiko infeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama.
Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja
klien dan memerlukan teknik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh
yang lain. (Fitria, 2016).
Selain teknik pengobatan dari perawatan luka bakar yang baik, pasien luka
bakar juga membutuhkan nutrisi yang baik untuk mendukung penyembuhannya.
Gangguan nutrisi pada pasien yang dirawat dapat disebabkan karena keadaan
penyakit penderita atau dapat juga disebabkan kurangnya perhatian petugas
kesehatan. Pemberian nutrisi bukan saja sekedar memberi makan, tetapi juga
harus memperhatikan kebutuhan gizi bagi penderita. Dengan demikian kerja sama
antara tenaga kesehatan sangat dibutuhkan terutama ahli gizi, agar makanan yang
dihidangkan sesuai dengan kebutuhan pasien. (Fitria, 2016).
1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian dari diet luka bakar.


2. Untuk mengetahui etiologi dan patofisiologi luka bakar.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis luka bakar
4. Untuk mengetahui tujuan diet luka bakar
5. Untuk mengetahui syarat dan prinsip diet luka bakar.
6. Untuk mengetahui bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
untuk pasien luka bakar.
7. Untuk mengetahui asuhan gizi dan contoh kasus dari pasien luka bakar.
BAB II

ISI

2.1. Pengertian Luka Bakar


Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
(Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001). Sedangkan menurut Moenajat (2001) luka
bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. (Fitria, 2016).
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara
langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa
keadaan yang mengancam kehidupan. (Fitria, 2016).
Diet luka bakar adalah suatu tindakan untuk mempercepat penyembuhan
dan mencegah terjadinya gangguan metabolic serta mempertahankan status gizi
secara optimal selama proses penyembuhan, oleh pasien luka bakar dengan
maksud untuk mempercepat penyembuhan. (Fitria, 2016).

2.2. Etiologi Luka Bakar


Panas bukan merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa
jenis bahan kimia dan arus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar.
Panas atau suhu yang tinggi ini bisa berasal dari gas, cairan dan bahan padat
(solid) yang mengalami peningkatan suhu. Biasanya bagian tubuh yang terbakar
adalah kulit, tetapi luka bakar juga bisa terjadi pada jaringan di bawah kulit,
bahkan organ dalam pun bisa mengalami luka bakar meskipun kulit tidak
terbakar. (Fitria, 2016).
Luka bakar listrik bisa disebabkan oleh suhu, yang dihasilkan oleh suatu
arus listrik yang mengalir dari sumber listrik ke dalam tubuh manusia. Luka bakar
listrik juga menyebabkan kerusakan jaringan dibawah kulit yang sangat berat.
Ukuran dan kedalamannya bervariasi dan bisa menyerang bagian tubuh yang jauh
lebih luas daripada bagia kulit yang terluka. (Fitria, 2016).
Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh sejumlah iritan dan racun,
termasuk asam dan basa yang kuat, fenol dan kresol (pelarut organic), gas mustard
dan fosfat. (Fitria, 2016).
Menurut Hudak Gallo (1996) Luka bakar dapat diklasifikasikan
berdasarkan agen penyebab antara lain : (Wibowo, 2007)
1. Termal : Basah (air panas, minyak panas), kering (uap, metal, api).
2. Listrik : Voltage tinggi, petir.
3. Kimia : asam kuat, basa kuat.
4. Radiasi : termasuk X-Ray

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar
dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas, (misal: suhu
benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, api, air panas, minyak panas),
listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran (Effendi. C,
1999) (Wibowo, 2007)

2.3. Patofisiologi Luka Bakar

Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah


sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan
menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan
hemokonsentrasi. Burn shock (shock hipovolemik) merupakan komplikasi yang
sering terjadi dimana manifestasi sistemik tubuh terhadap kondisi ini adalah :
(Fitria, 2016).

1. Respon kardiovaskuler
Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melalui
kebocoran kapiler mengakibatkan kehilangan natrium, air dan protein
plasma, edema jaringan yang diikuti dengan penurunan perfusi pada
organ mayor edema menyeluruh.
2. Respon renalis
Dengan menurunnya volume intravaskuler maka aliran ke ginjal dan
GFR menurun mengakibatkan keluaran urin juga menurun dan bisa
berakibat gagal ginjal.
3. Respon gastrointestinal
Respon umum pada luka bakar >20% adalah penurunan aktivitas
gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon
hipovolemik dan neurologic serta respon endokrin terhadap adanya
perlukaan yang luas.
4. Respon imunologi
Kulit merupakan mekanisme pertahanan terhadap organisme yang
berasal dari luar. Terjadinya gangguan integritas kulit akan
memungkinkan mikroorganisme masuk ke dalam luka. (Fitria, 2016).
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke
tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor
penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan
sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan pada epidermis,
dermis maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya. Terjadinya
integritas kulit memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh.
Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit tubuh
akibat dari peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi
perpindahan cairan dari intravaskular ke ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler
yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air, klorida, kalium dan protein plasma.
Kemudian terjadi edema menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok hipovolemik
apabila tidak segera ditangani (Hudak dan Gallo, 1996). (Wibowo, 2007)
Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan aliran plasma ke ginjal
dan GFR (Rate Filtrasi Glomerular) akan menurun sehingga haluaran urin
meningkat. Jika resusitasi cairan untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat bisa
terjadi gagal ginjal dan apabila resusitasi cairan adekuat, maka cairan interstitiel
dapat ditarik kembali ke intravaskuler sehingga terjadi fase diuresis. (Wibowo,
2007)
2.4. Klasifikasi Luka Bakar

Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan


perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka,
dan keseriusan luka, yakni :
1. Berdasarkan penyebab
Ø Luka bakar karena api
Ø Luka bakar karena air panas
Ø Luka bakar karena bahan kimia
Ø Laka bakar karena listrik
Ø Luka bakar karena radiasi
Ø Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
Ø Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
Ø Kulit kering, hiperemi berupa eritema
Ø Tidak dijumpai bulae
Ø Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
Ø Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat II
Ø Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi.
Ø Dijumpai bulae.
Ø Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
Ø Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
Ø Derajat II dangkal (superficial)
· Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
· Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.
· Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
Ø Derajat II dalam (deep)
· Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
· Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.
· Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa.
Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
c. Luka bakar derajat III
Ø Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih
dalam.
Ø Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan.
Ø Tidak dijumpai bulae.
Ø Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering
letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.
Ø Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar.
Ø Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung
saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
Ø Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan
dari dasar luka.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga
kategori, yaitu :
a. Luka bakar mayor
Ø Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih
dari 20% pada anak-anak.
Ø Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
Ø Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
Ø Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan
derajat dan luasnya luka.
Ø Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
Ø Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada
anak-anak.
Ø Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
Ø Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan
Griglak (1992) adalah :
Ø Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang
dari 10 % pada anak-anak.
Ø Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
Ø Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
Ø Luka tidak sirkumfer.
Ø Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

2.5. Manifestasi Klinik Luka Bakar


Menurut Effendi, 1999 manifestasi klinik yang muncul pada luka bakar
sesuai dengan kerusakannya : (Wibowo, 2007)
1. Grade I Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali,
sembuh dalam 3-7 dan tidak ada jaringan parut.
2. Grade II Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel dan
edema subkutan, luka merah, basah dan mengkilat, sangat nyeri, sembuh
dalam 28 hari tergantung komplikasi infeksi.
3. Grade III Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah
keputih putihan dan hitam keabu-abuan, tampak kering, lapisan yang rusak
tidak sembuh sendiri maka perlu Skin graff. (Wibowo, 2007)

2.6. Tujuan Diet Luka Bakar


1. Mempercepat penyembuhan jaringan yang rusak.
2. Mencegah terjadinya keseimbangan nitrogen yang negatif.
3. Memperkecil terjadinya hiperglikemia dan hipergliseridemia.
4. Mencegah terjadinya gejala-gejala kekurangan zat gizi mikro. (Fitria,
2016).

2.7. Syarat dan Prinsip Diet Luka Bakar


1. Memberikan makanan dalam bentuk cair sedini mungkin atau nutrisi
enteral dini (NED).
2. Kebutuhan energi dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan luas
luka bakar yaitu :
 Menurut Curreri : 25 kkal/kg BB actual + 40 kkal x % luka bakar.
 Menurut Asosiasi Dietetik Australia berdasarkan % luka bakar.

Kebutuhan energi sehari berdasarkan persen (%) luka bakar


Luka Bakar (%) Kebutuhan Energi (kkal)
<10 1,2 x AMB
11-20 1,3 x AMB
21-30 1,5 x AMB
31-50 1,8 x AMB
>50 2,0 x AMB
Sumber : Hanbook No. 6 Principles of Nutritional Management of Disorders.
JADA. 1990.
3. Protein tinggi, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total.
4. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total.
5. Karbohidrat sedang yaitu 50-60% dari kebutuhan energi total. Bila
pasien mengalami trauma jalan napas (trauma inhalasi), karbohidrat
diberikan 45-55% dari kebutuhan energi total.
6. Vitamin diberikan diatas angka kecukupan gizi (AKG) yang
dianjurkan, untuk membantu mempercepat penyembuhan. Vitamin
umumnya ditambahkan dalam bentuk suplemen. Kebutuhan beberapa
jenis vitamin adalah sebagai berikut :
a. Vitamin A minimal 2 kali AKG
b. Vitamin B minimal 2 kali AKG
c. Vitamin C minimal 2 kali AKG
d. Vitamin E 200 SI.
7. Mineral tinggi, terutaman zat besi, seng, natrium, kalium, kalsium,
fosfor, dan magnesium. Sebagian mineral diberikan dalam bentuk
suplemen.
8. Cairan tinggi. Akibat luka bakar terjadi kehilangan cairan dan elektrolit
secara intensif. Pada 48 jam pertama, pemberian cairan ditujukan
untuk mengganti cairan yang hilang agar tidak terjadi shock. (Fitria,
2016).

2.8. Penatalaksanaan dan Preskripsi Diet Luka Bakar


1. Diet luka bakar I
Diet luka bakar I diberikan pada pasien luka bakar berupa cairan air
gula garam soda (AGGS) dan makanan cair penuh dengan pengaturan
sebagai berikut :
a. 0-8 jam pertama sampai residu lambung kosong diberi AGGS dan
makanan cair penuh ½ kkal/ml, dengan cara drip (tetes) dengan
kecepatan 50 ml/jam.
b. 8-16 jam kemudian, jumlah energi per ml ditingkatkan menjadi 1
kkal/ml dengan kecepatan yang sama.
c. 16-24 jam kemudian, apabila tidak kembung dan muntah, energi
ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan 50-75 ml/menit.
Diatas 24 jam bila tidak ada keluhan kecepatan pemberian
makanan dinaikkan sampai dengan 100 ml/menit.
d. Apabila ada keluhan kembung dan mual, AAGS dan makanan cair
penuh diberikan dalam keadaan dingin. Apabila muntah,
pemberian makanan dihentikan selama 2 jam.
2. Diet luka bakar II
Diet luka bakar II merupakan perpindahan dari diet luka bakar I, yaitu
diberikan segera setelah pasien mampu menerima cairan AGGS dan
makanan cair penuh dengan nilai energi 1 kkal/ml, serta sirkulasi
cairan tubuh normal. Cara pemberiannya sebagai berikut :
a. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dapat
berbentuk cair, saring, lumat, lunak atau biasa.
b. Cairan AGGS tidak terbatas.
c. Bila diberikan dalam bentuk cair, frekuensi pemberian 8 kali
sehari. Volume setiap kali pemberian disesuaikan dengan
kemampuan pasien, maksimal 300 ml.
d. Bila diberikan dalam bentuk saring, frekuensi pemberian 3-4 kali
sehari dan dapat dikombinasikan dengan makanan cair penuh
untuk memenuhi kebutuhan gizi.
e. Bila diberikan dalam bentuk lunak atau biasa, frekuensi pemberian
disesuaikan dengan kemampuan pasien sehingga asupan zat gizi
terpenuhi. (Fitria, 2016).

2.8. Preskripsi Diet Luka Bakar


1. Pemberian makanan dapat dimulai sesudah fase akut terlewati dan aliran
darah ke saluran cerna kembali normal. Makanan yang diberikan harus
mudah dicerna dan diserap seperti larutan hidrat arang (maltodextrin).
2. Pilih bahan makanan yang mudah dilumatkan, seperti :
 Ikan sebagai sumber protein hewani
 Tahu atau tempe sebagai sumber protein nabati
 Sayur dan buah yang mudah dilumatkan seperti : wortel, labu siam,
lobak, papaya, dll.
3. Pemberian susu kedelai, kacang merah dan kacang hijau dapat dianjurkan
untuk memberikan glutamin dan arginine yang banyak terdapat di dalam
produk kacang-kacangan, khususnya kacang merah. Minyak ikan yang
kaya akan vitamin A dan asam lemak omega 3 dapat pula diberikan
sementara minya zaitun yang merupakan sumber asam lemak omega 9
dapat pula dimakan mentah sebagai campuran susu atau formula
enteralnya.
4. Gunakan santan sebagai bahan untuk menggurihkan makanan karena
santan terutama yang kental kaya akan asam lemak jenuh untuk
menambah kandungan protein dalam sereal, sup, dll.
5. Minum banyak air untuk mengencerkan darah. Misalnya 1 gelas air
mineral setiap 2 hingga 3 jam sekali dan minum setiap kali terbangun
untuk buang air kecil pada malam hari.
6. Untuk menghindari keletihan setelah sembuh dari trauma, luka bakar atau
pembedahan, pasien dianjurkan agar makan sedikit-sedikit tetapi sering.
(Fitria, 2016).
2.9. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan Luka Bakar
 Bahan makanan yang dianjurkan merupakan semua bahan makanan
sumber energi dan protein seperti susu, telur, daging, ayam dan keju,
serta gula pasir dan sirup.
 Bahan makanan yang tidak dianjurkan yaitu bahan makanan
hiperalergik seperti udang.

2.10. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) atau Nutritional Care


Proccess (NCP) pada Luka Bakar

Contoh kasus : (Ambarwati, 2015)

An. Bd, laki-laki ,umur 15 tahun, seoarang pelajar SMP. 7 HSMRS pasien
memperbaiki antenna TV, tangan memegang pipa antenna lalu tersengat listrik,
pakaian terbakar, sempat dirawat di RS daerah dan sekarang dirujuk ke RS pusat.
Diagnosis dokter combustio grd III 38%. Pasien merasa susah BAB dan sulit
menelan, dan mersakan nyeri pada luka bakar. Antropometri dari keterangan
pasien : TB= 160 cm, BB= 55 kg. Biokimia: Hb= 11,2 g/dl, Alb= 2,06 g/dl, K=
3,7 mmol/L (N: 3,6-5), Cl : 86,7 mmol/L (98-100), GDS : 156 mg/dl (75-115),
SGOT: 64, SGPT: 140. Tensi : 106/48, RR: 25 x/mnt, Nadi: 80 x/mnt, suhu :
38°C. hasil recall : E: 30,4%, P: 67,5%, L:24,83%, KH: 64,7%. Tidak ada
makanan pantangan dan alergi. Susun rencana pelayanan gizinya.

I. Identitas Pasien
Nama : An. Bd
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 15 Tahun
II. Skrining gizi

Step 1 Apakah BMI Tidak 0 √


berada di bawah Ya 2
standar acuan?
Step 2 Apakah akhir- Tidak 0 √
akhir ini anak Ya
mengalami - kehilangan BB
penurunan berat yang tidak
badan? diharapkan
-baju terasa 1
longgar
-penambahan
BB yang rendah
(jika < 2 tahun)
Step 3 Apakah satu Tidak
minggu terakhir Asupan makan 0
anak mengalami seperti biasa
penurunan Ya
asupan makan? Mengalami
penurunan 1
asupan makan
untuk 1 minggu
terakhir
Ya √
Tidak ada
asupan / asupan 2
sangat sedikit
(untuk 1 minggu
terakhir)
Step 4 Akankah Tidak 0
kebutuhan gizi Ya √
anak Untuk 1 minggu
dipengaruhi oleh kedepan :
kondisi anak - mengalami
untuk ± 1 penurunan
minggu asupan dan/ atau
kedepan? - mengalami
peningkatan 1
kebutuhan dan/
atau
- mengalami
peningkatan
kehilangan
Ya
Tidak ada
asupan (atau 2
asupan sangat
sedikit) untuk 1
minhhu ke
depan
Step 5 Jumlahkan skor
keseluruhan Total skor YPMS
3
(total dari step 1
sampai 4)

Skor 1 = malnutrisi tingkat sedang


Skor ≥ 2 = malnutrisi tingkat berat
Kesimpulan : Pasien An. Bd beresiko malnutrisi tingkat berat

III. Nutrition Assesment


Antropometri  BB = 55 kg
 TB = 160 cm
 Status Gizi

( ( ))
( )
( )
(Normal : 18,5 - 22,9)
Status gizi = Gizi Baik
Biokimia  Hb: 11,2 gr/dl, N : 12-14 gr/dl (rendah)
 Kalium = 3,7 mmol/L, N: 3,6-5 (normal)
 Cl : 86,7 mmol/L, N : 98-100 (rendah)
 GDS : 156 mg/dl N : 75-115 mg/dl (tinggi)
 SGOT : 64 U/I, N : < 37 U/l (tinggi)
 SGPT : 140 U/I, N : < 42 U/L (tinggi)
 Albumin : 2,06 mg%, N : 6 – 7,8 mg % (rendah)

Kesimpulan:
Pasien mengalami hiperglikemi ditandai dengan GDS
tinggi, anemia ditandai dengan Hb rendah, SGOT dan
SGPT tinggi
Clinic/fisik  Tensi : 106/48, N : 120/80 (rendah)
 RR: 25 x/menit (normal)
 Nadi: 80 x/menit (normal)
 Suhu : 38°C , N : 36 - 37°C (Tinggi)

Kesimpulan :
An.Bd mengalami tekanan darah rendah dan suhu
tubuh tinggi
Dietary  hasil recall : E: 30,4%, P: 67,5%, L:24,83%, KH:
64,7%.
 Tidak ada makanan pantangan dan alergi

Kesimpulan :
Asupan makan pasien kurang baik, dilihat dari hasil
recall dibawah 75%
Ekonomi Pekerjaan : pelajar

Berdasarkan assesmen gizi yang dilakukan, An.Bd dengan status gizi baik
didiagnosis menderita Combustio Grade III 38%

IV. Nutrition Diagnosis


DOMAIN PROBLEM ETIOLOGY SIGN
NI-1.1 Peningkatan Katabolik illness Demam, luka bakar
kebutuhan energi dengan derajat LB
(hipermetabolik) 38%
NI-1.4 Intake Energi tidak Peningkatan kebutuhan hasil recall : E:
mencukupi energi karena katabolik 30,4%, P: 67,5%,
illness (luka bakar) L:24,83%, KH:
64,7%.
NC-1.1 Kesulitan menelan Penyebab mekanis Sulit menelan
yaitu luka bakar
NC-1.4 Perubahan fungsi Akibat penyakit luka Data riwayat pasien
gastrointestinal bakar mengalami susah
BAB
NC-2.2 Perubahan nilai lab Gangguan metabolisme GDS : 156 g/dl
terkait zat gizi khusus (tinggi)
Hb : 11,2 mg/dl
(rendah)
SGOT : 64 U/I
(tinggi)
SGPT : 140 U/I
(tinggi)
Albumin : 2,06
(rendah)

V. Nutrition Intervention and Planning


Tujuan Diet

1. Mempertahankan status gizi agar tetap baik


2. Mengusahakan dan mempercepat penyembuhan jaringan yang rusak
3. Mencegah terjadinya keseimbangan nitrogen yang negatif
4. Menurunkan terjadinya hiperglikemia dan hipergliseridemia
5. Mencegah terjadinya gejala-gejala kekurangan zat gizi mikro

Syarat Diet

1. Memberikan makanan dalam bentuk cair sedini mungkin


2. Kebutuhan energi dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan luas
luka bakar yaitu 2895 kkal
3. Kebutuhan protein tinggi, yaitu 25% dari kebutuhan total, sebesar
144,75 g
4. Kebutuhan lemak cukup yaitu 15% dari kebutuhan energi total sebesar
64,33 g.
5. Karbohidrat sedang yaitu 60% dari kebutuhan energi total sebesar
434,25 g.
6. Vitamin diberikan diatas Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan untuk membantu mempercepat penyembuhan. Vitamin
umumnya ditambahkan dalam bentuk suplemen.
a. Vitamin A = 2 x AKG
b. Vitamin B = 2 x AKG
c. Vitamin C = 2 x AKG
7. Mineral tinggi, mineral diberikan dalam bentuk suplemen
8. Cairan tinggi 2,5 L per hari
Kehilangan cairan 1,2 L (2 ml/kgBB x 24 jam x %LB)

Terapi Diet : Diet Luka Bakar II

Bentuk makanan : Saring + Cair Penuh

Rute makanan : Oral

Nutrition Intervensi

Perhitungan Kebutuhan Energi:

Perhitungan zat gizi pasien menggunakan perhitungan Curreri

Total Kebutuhan Energi = 25 kkal/kgBB + 40 x % luas luka bakar

= (25 kkal x 55 kg) + (40 x 38)

= 1375 + 1520

Kebutuhan energi = 2895 kkal


PEMBAGIAN MENU DALAM SEHARI

Bahan Makanan
Ener
Prote
Waktu Nama Banyaknya gi Lema KH
in
Makan Masakan Bahan (kkal k (gr) (gr)
Gra (gr)
URT )
m

3/4
Nasi saring Beras 100 357 8,4 1,7 77,1
gelas

1 ptg
daging sapi 50 100,5 9,4 7 0
sdg
Semur
gula aren 2 sdm 20 73,6 0 0 18,4
daging
1/2
Kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45
Pagi sdm
07.00 1 ptg
Tahu Tahu 50 80 10,9 4,7 0,8
sdg
bumbu
kuning 1/2
gula pasir 5 19,7 0 0 4,7
sdm

Bayam 25 4 0,225 0,1 0,725


Bening
bayam 1/4
Wortel 25 9 0,25 0,15 1,975
bh

Maizena 1 sdt 4 13,64 0,012 0 3,4

1/2
telur ayam 30 46,2 3,72 3,24 0,21
btr
Seling
an Makanan
sari jeruk 3 sdm 20 9 0,18 0,04 2,24
cair penuh
10.00 1/2
Margarin 2 14,4 0,012 1,62 0,008
sdt

susu penuh 3 sdm 24 123,1 6 7,2 9


bubuk 2

susu skim
1 sdm 8 28,72 3 0,08 4,16
bubuk

gula pasir 2 sdm 16 63,04 0 0 15,04

3/4
Nasi saring Beras 100 357 8,4 1,7 77,1
gls

1 ptg
Ayam ayam fillet 50 75 14,35 1,5 0
sdg
bacem
gula aren 2 sdm 20 73,6 0 0 18,4

2 ptg
Tempe Tempe 50 100,5 10,4 4,4 6,75
sdg
bumbu
tomat 2
Tomat 100 24 1,3 0,5 4,7
buah
Siang
13.00 1/4
Wortel 25 9 0,25 0,15 1,975
bh

3
Sup sayur
sawi hijau lemba 20 5,6 0,46 0,06 0,8
r

labu siam 25 7,5 0,15 0,025 1,675

1 bh
Mangga 100 52 0,7 0 12,3
sdg
Jus mangga
1/2
gula pasir 5 19,7 0 0 4,7
sdm

Maizena 1 sdt 4 13,64 0,012 0 3,4

1/2
Seling telur ayam 30 46,2 3,72 3,24 0,21
Makanan btr
an
cair penuh sari jeruk 3 sdm 20 9 0,18 0,04 2,24
16.00

1/2
Margarin 2 14,4 0,012 1,62 0,008
sdt
susu penuh 123,1
3 sdm 24 6 7,2 9
bubuk 2

susu skim
1 sdm 8 28,72 3 0,08 4,16
bubuk

gula pasir 2 sdm 16 63,04 0 0 15,04

3/4
Nasi saring Beras 100 357 8,4 1,7 77,1
gls

1 ptg
Patin asam fillet patin 50 66 8,5 3,3 0,55
sdg
manis
gula pasir 1 sdm 10 39,4 0 0 9,4

2 ptg
Malam Tim tahu Tahu 100 80 10,9 4,7 0,8
sdg
18.00 bumbu
tomat 2
Tomat 100 24 1,3 0,5 4,7
buah

labu siam 25 7,5 0,15 0,025 1,675

Bayam 25 4 0,225 0,1 0,725


sayur asem
1/4
Wortel 25 9 0,25 0,15 1,975
bh

Maizena 1 sdt 4 13,64 0,012 0 3,4

1/2
telur ayam 30 46,2 3,72 3,24 0,21
btr

sari jeruk 3 sdm 20 9 0,18 0,04 2,24

Seling 1/2
Makanan Margarin 2 14,4 0,012 1,62 0,008
an sdt
cair penuh
21.00
susu penuh 123,1
3 sdm 24 6 7,2 9
bubuk 2

susu skim
1 sdm 8 28,72 3 0,08 4,16
bubuk

gula pasir 2 sdm 16 63,04 0 0 15,04


2852, 133,2 68,18 430,7
JUMLAH
5 2 5 1

144,7 434,2
KEBUTUHAN 2895 64,33
5 5

98,5 92,0 106,0 99,2


PROSENTASE
% % % %

- -
SELISIH (%) 6,0% -0,8%
1,5% 8,0%

-
- -
SELISIH (gram) 11,52 3,855
42,49 3,537
7

VI. Rencana Konseling Gizi

1. Sasaran : Pasien yaitu An.Bd dan keluarga


2. Tempat : Di rumah sakit (di bangsal)
3. Waktu : Kamis, 17 Desember 2015 pukul
13.00 – 14.00 WIB.
4. Permasalahan : Combustio
5. Tujuan : Agar pasien;
 Memberikan motivasi kepada pasien untuk
meningkatkan asupan makanan yang diberikan
 Harus lebih mematuhi diet yang diberikan
6. Metode : Konseling dengan pasien dan
keluarga, tanya jawab
7. Media alat bantu : Leaflet, food model, flipchart
8. Materi :
 Luka bakar
 Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan.
VII. Parameter yang Dimonitor

 Keadaan umum, klinis


 Asupan makan
 Perubahan Hasil Lab (GDS, Hb)

VIII. Implementasi

 Penyusunan menu sehari.


 Konsultasi dengan pasien.

XI. Rekomendasi
 Perlu ditekankan mengenai perilaku pasien dalam menjalankan
diet agar tercapai tujuan diet.
 Perlu adanya motivasi dan dorongan dari kelurga untuk
mempercepat proses penyembuhan luka bakar.
CATATAN ASUHAN GIZI

RESUME PAGT

(Proses Asuhan Gizi Terstandart)

Nama pasien : An. Bd Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 15 Tahun ` No CM :

Assesment Diagnosis Gizi (PES) Intervensi Rencana Monitoring


Data Dasar Identifikasi Terapi Diet Terapi Edukasi Evaluasi
Masalah
Antropometri NI-1.1 Tujuan Rencana Konsultasi Parameter
 BB = 55 kg
 Status Peningkatan kebutuhan 1. Mempertahankan
1. Sasaran  Asupan makan
 TB = 160 cm energi (hipermetabolik) status gizi agar
Gizi : : Pasien An.Bd per hari
Gizi Baik dibuktikan Demam, luka tetap baik
dan keluarga  Kondisi fisik
bakar dengan derajat LB 2. Mengusahakan
2. Tempat setelah diet
( ( ))
38% disebabkan karena dan mempercepat
: Di rumah  Perubahan hasil
( ) katabolik illness penyembuhan
( ) sakit (bangsal) lab yaitu Hb,
jaringan yang
3. Waktu GDS, Albumin
NI-1.4 rusak
(Normal : 18,5 – :
Intake Energi tidak 3. Mencegah
22,9) Kamis, 17 Implementasi
mencukupi dibuktikan terjadinya
Desember 2015  Penyusunan
dengan hasil recall : E: keseimbangan pukul 13.00 – menu sehari.
30,4%, P: 67,5%, nitrogen yang 14.00 WIB.  Konsultasi
L:24,83%, KH: 64,7%. negatif 4. Permasalahan dengan pasien
disebabkan karena 4. Menurunkan : Luka bakar
Peningkatan kebutuhan terjadinya 5. Tujuan
energi karena katabolik hiperglikemia dan  Memberikan
illness (luka bakar) hipergliseridemia motivasi kepada Rekomedasi
5. Mencegah pasien untuk
 Perlu
NC-1.1 terjadinya gejala- meningkatkan
ditekankan
Kesulitan menelan gejala kekurangan asupan makan
mengenai
dibuktikan dengan zat gizi mikro yang diberikan.
perilaku pasien
Pasien sulit menelan  Harus lebih
dalam
disebabkan karena Syarat mematuhi diet
menjalankan
penyakit mekanis yaitu 1. Memberikan yang diberikan
diet agar
luka bakar makanan dalam 6. Metode
tercapai tujuan
bentuk cair sedini : Konseling ,
diet.
NC-1.4 mungkin tanya jawab
 Perlu adanya
Perubahan fungsi 2. Kebutuhan energi 7. Media alat bantu
motivasi dan
gastrointestinal dihitung dengan : leaflet, food
dorongan dari
dibuktikan dengan pertimbangan model.
kelurga untuk
pasien mengalami susah kedalaman dan 8. Materi
mempercepat
BAB disebabkan akibat luas luka bakar :
proses
penyakit luka bakar. yaitu 2895 kkal  Luka bakar
3. Kebutuhan protein  Bahan penyembuhan
NC-2.2 tinggi, yaitu 25% makanan yang luka bakar.
Perubahan nilai Lab dari kebutuhan dianjurkan dan
terkait zat gizi khusus total, sebesar tidak
dibuktikan dengan kadar 144,75 g dianjurkan
GDS : 156 g/dl (tinggi) 4. Kebutuhan lemak untuk
Hb : 11,2 mg/dl (rendah) cukup yaitu 15% dikonsumsi
SGOT : 64 U/I (tinggi) dari kebutuhan
SGPT : 140 U/I (tinggi) energi total
Albumin : 2,06 (rendah) sebesar 64,33 g.
disebabkan karena 5. Karbohidrat
gangguan metabolisme sedang yaitu 60%
dari kebutuhan
energi total
sebesar 434,25 g.
6. Vitamin diberikan
diatas Angka
Kecukupan Gizi
(AKG) yang
dianjurkan untuk
membantu
mempercepat
penyembuhan.
Vitamin umumnya
ditambahkan
dalam bentuk
suplemen
7. Mineral tinggi,
mineral diberikan
dalam bentuk
suplemen
8. Cairan tinggi 2,5 L
per hari
Kehilangan cairan
1,2 L (2 ml/kgBB
x 24 jam x %LB)

Jenis Diet
Diit Luka Bakar II
Bentuk Makanan
Saring + cair penuh
Rute Makanan
Oral
Kebutuhan Gizi
Lampiran 1
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas
melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung.
Luka bakar perlu ditangani secara seksama untuk mencegah kejadian yang
mengancam jiwa. Prinsip utama penanganan luka bakar, meliputi pengurangan rasa
sakit, mencegah infeksi, menyeimbangkan cairan dan elektrolit tubuh, serta asupan
gizi yang baik. Diet pada luka bakar bertujuan untuk mempercepat penyembuhan dan
mencegah terjadinya gangguan metabolic serta mempertahankan status gizi secara
optimal selama proses penyembuhan.

3.2. Saran
Sebaiknya mencari informasi dari sumber lainnya terkait asuhan gizi dan
penatalaksanaan diet gizi pada penderita luka bakar agar dapat menambah
pengetahuan dan wawasan.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria. 2016. Diet Pada Pasien Luka Bakar.


https://www.scribd.com/document/321312523/MAKALAH-TENTANG-
DIET-PADA-PASIEN-LUKA-BAKAR-doc

Wibowo. 2007. Luka Bakar. http://eprints.ums.ac.id/16704/2/BAB_I.pdf

Ambarwati, Rina. 2015. Kasus Luka Bakar (Combustio). Poltekkes Kemenkes


Yogyakarta.
https://www.academia.edu/24246431/Kasus_Dietetik_Luka_bakar

Anda mungkin juga menyukai