Anda di halaman 1dari 24

Mata Kuliah : Home Care Nursi For Wound

Dosen Pengampuh : LA ODE SWARDIN, S.Kep.,Ns.,M.Kes

MAKALAH
PERAWATAN LUKA BAKAR

Disusun oleh :
Kelompok 7
1. HISRINA STIANY LASTARI (4201020005)
2. SARDIANTO (164201022015)
3. LA ODE ISRAN RAJIB (164201022006)
4. SUHAENI (164201022014)

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) IST BUTON
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah tentang "Perawatan Luka Bakar".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan Makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam Makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
Makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Baubau, 01 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1.1................................................................................................................................Latar
Belakang................................................................................................................1
1.2................................................................................................................................Rumus
an Masalah.............................................................................................................2
1.3................................................................................................................................Tujuan
...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1................................................................................................................................Penger
tian Luka Bakar.....................................................................................................3
2.2................................................................................................................................Etiolog
i Luka Bakar..........................................................................................................3
2.3................................................................................................................................Patofis
iologi Luka Bakar..................................................................................................4
2.4................................................................................................................................Klasifi
kasi Luka Bakar.....................................................................................................7
2.5................................................................................................................................Pemeri
ksaan Penunjang....................................................................................................12
2.6................................................................................................................................Penala
ksanaan Luka Bakar..............................................................................................12
2.7................................................................................................................................Kompl
ikasi Luka Bakar....................................................................................................19
BAB III PENUTUP...........................................................................................................20
3.1................................................................................................................................Kesim
pulan......................................................................................................................20
3.2................................................................................................................................Saran
...............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTASKA.....................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi
kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah
kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam
kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan
tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan
fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa
dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal
yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang
berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar.
Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan
yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang
lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald
burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama
yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi.
Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan
karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia
menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang
sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja
klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar
sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna
untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang
menyertai.\
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan
lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan
inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan Luka bakar?
b. Apa Etiologi dari Luka Bakar?
c. Bagaimana Patofisiologi dari Luka Bakar?
d. Apa saja Klasifikasi dari Luka Bakar?
e. Apa saja Pemeriksaan Penunjang dari luka bakar?
f. Bagaimana Penalaksanaan luka bakar?
g. Apa saja komplikasi Luka bakar?

1.3. Tujuan
Setelah membaca Makalah ini diharapkan dapat :
a. Mengetahui Pengertian dari Luka bakar
b. Mengetahui Etiologi dari Luka Bakar
c. Mengetahui Patofisiologi dari Luka Bakar
d. Mengetahui Klasifikasi dari Luka Bakar
e. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari luka bakar
f. Mengetahui Penalaksanaan luka bakar
g. Mengetahui komplikasi Luka bakar

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Luka Bakar/Combutsio
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma
dengan morbiditas dan mortalitas tinggi, yang memerlukan
penatalaksanaan khusus sejak awal pada fase syok sampai fase lanjut
(Young et al, 2019).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air
panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah (frosh bite).
(Mansjoer 2000 : 365)
Luka bakar (combustio) adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas atau zat-zat yang bersifat membakar.

2.2. Etiologi Luka Bakar


Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal dan lebih banyak disebabkan karena
factor eksternal, diantaranya adalah:
a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): api, uap atau udara panas, air panas, minyak
panas, atau logam panas,dll.
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan api
ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan
objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).

b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn) :asam kuat atau basa kuat dapat bereaksi
menghasilkan panas
Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industry militer ataupun bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn): sengatan listrik atau tersambar petir
Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga
3
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari
lokasi kontak,baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2005).

d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury) : sinar matahari, radiasi gelombang mikro, dan
sinar laser
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik
dalam dunia kedokteran dan industry. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama
juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat, 2005).

2.3. Patofisiologi Luka Bakar


Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka
bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang
terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar
mengalami keruskan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung pada
penyebabnya.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada
di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Menigkatnya permeabilitas
menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka
bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya
cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan ke
keropeng luka bakar derajat tiga.
Untuk luka bakar yang lebih kecil, tanggapan tubuh terhadap cedera terlokalisasi
pada area yang terbakar. Namun, pada luka yang lebih luas (misalnya, meliputi 25% atau
lebih total area permukaan tubuh [total body surface area-TBSA]), tanggapan tubuh
terhadap cedera bersifat sistemik dan sebanding dengan luasnya cedera. Tanggapan
sistemik terhadap cedera luka bakar biasanya bifasik, ditandai oleh penurunan fungsi
(hipofungsi) yang diikuti dengan peningkatan fungsi (hiperfungsi) setiap sistem organ.
(Black & Hawk, 2009)

4
 Respons Sistemik

Perubahan patofisiologi yang disebabkan oleh luka bakar yang berat


selama awal periode syok luka bakar mencangkup hipoperfusi jaringan dan
hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan
diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal
sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat
hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadinya perpindahan cairan natrium
serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruang interstisial. Ketidakstabilan
hemodinamika bukan hanya melibatkan mekanisme kardiovaskuler tetapi juga
keseimbangan cairan serta elektrolit, volume darah, mekanisme pulmoner dan
mekanisme lainnya.

 Respons Kardiovaskuler

Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada


volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan
berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus menurun dan
terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan
melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer dan frekuensi
denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah
jantung.

Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya


tekanan darah dalam kisaran normal yang rendah sehingga curah jantung
membaik. Umumnya jumlah kebocoran cairan yang terbesar terjadi dalam 24-36
jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6 hingga
8 jam.

Pada luka bakar yang kurang dari 30% luas total permukaan tubuh, maka
gangguan integritas kapiler dan perpindahan cairan akan terbatas pada luka bakar
itu sendiri sehingga pembentukkan lepuh dan edema hanya terjadi di daerah luka
bakar. Pasien luka bakar yang lebih parah akan mengalami edema sistemik yang
masif. karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar
(sirkumferensial), tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstermitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.

5
 Respons Pulmonal

Volume pernapasan sering kali normal atau hanya menurun sedikit setelah
cedera luka bakar yang luas. Setelah resusitasi cairan, peningkatan volume
pernapasan-dimanifestasikan sebagai hiperventilasi-dapat terjadi, terutama bila
klien ketakutan, cemas, atau merasa nyeri. Hiperventilasi ini adalah hasil
peningkatan baik laju respirasi dan volume tidal dan muncul sebagai hasil
hipermetabolisme yang terlihat setelah cedera luka bakar. Biasanya hal tersebut
memuncak pada minggu kedua pascacedera dan kemudian secara bertahap
kembali ke normal seiring menyembuhnya luka bakar atau ditutupnya luka
dengan tandur kulit.

 Cedera Inhalasi

Paparan terhadap gas asfiksian merupakan penyebab paling sering


mortalitas dini akibat cedera inhalasi. Karbon monoksida (CO), asfiksian yang
paling sering ditemui, dihasilkan ketika zat organik (misalnya: kayu atau batu
bara) terbakar. Ia adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
yang memiliki afinitas terhadap hemoglobin tubuh 200 kali lebih kuat
dibandingkan dengan oksigen. Dengan menghirup gas CO, molekul oksigen
tergeser, dan CO berikatan dengan hemoglobin untuk membentuk
karboksihemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan terjadi akibat penurunan
kemampuan pengantaran oksigen oleh darah secara keseluruhan.

 Depresi Miokardium

Beberapa investigator penelitian telah mengemukakan bahwa factor


depresi miokardium terjadi pada cedera yang lebih luas dan bersirkulasi pada
periode pascacedera dini. Depresi pada curah jantung yang signifikan dan serta-
merta terjadi, bahkan sebelum volume plasma yang beredar berkurang,
menunjukkan respons neurogenic terhadap beberapa zat yang beredar. Penurunan
curah jantung ini sering berlanjut dalam beberapa hari bahkan setelah volume
plasma telah kembali dan keluaran urine kembali normal.

 Berubahnya Integritas Kulit

Luka bakar itu sendiri menampilkan perubahan patofisiologi yang


disebabkan akibat gangguan kulit dan perubahan jaringan di bawah
permukaannya. Kulit, ujung saraf, kelenjar keringat, dan folikel rambut yang
6
cedera akibat terbakar kehilangan fungsi normalnya. Hal yang terpenting, fungsi
barrier kulit hilang. Kulit yang utuh dalam keadaan normal menjaga agar bakteri
tidak memasuki tubuh dan agar cairan tubuh tidak merembes keluar,
mengendalikan penguapan, dan menjaga kehangatan tubuh. Dengan rusaknya
kulit mekanisme untuk menjaga suhu normal tubuh dapat terganggu, dan risiko
infeksi akibat invasi bakteri meningkat, serta kehilangan air akibat penguapan
meningkat.

 Imunosupresi

Fungsi sistem imun tertekan setelah cedera luka bakar. Penurunan aktivitas
limfosit, dan penurunan pembentukan immunoglobulin, serta perubahan fungsi
neutrofil dan makrofag terjadi secara nyata setelah cedera luka bakar luas terjadi.
sebagai tambahan, cedera luka bakar mengganggu barrier primer terhadap infeksi-
kulit. Secara bersama, perubahan-perubahan ini menghasilkan peningkatan risiko
infeksi dan sepsis yang mengancam nyawa.

 Respons Psikologis

Berbagai respons psikologis dan emosional terhadap cedera luka bakar


telah dikenali, berkisar mulai dari ketakutan hingga psikosis. Respons korban
dipengaruhi usia, kepribadian, latar belakang budaya dan etnik, luas dan lokasi
cedera, dampak pada citra tubuh, dan kemampuan koping pracedera. Sebagai
tambahan, pemisahan dari keluarga dan teman-teman selama perawatan di rumah
sakit dan perubahan pada peran normal dan tanggung jawab klien memengaruhi
reaksi terhadap trauma luka bakar.

2.4. Klasifikasi Luka Bakar


Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, antara lain:
 Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab
a. Luka Bakar Termal
Luka bakar termal dapat disebabkan oleh cairan panas,kontak dengan benda padat
panas seperti lilin atau rokok, kontak dengan zat kimia dan aliran listrik (WHO,
2008).
b. Luka Bakar Inhalasi
Luka bakar inhalasi disebabkan oleh terhirupnya gas panas,

7
cairan panas atau .produk berbahaya dari proses pembakaran yang
tidak sempurna .(WHO, 2008).

 Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar


a. Derajat I (superficial partial-thickness):
Terjadi kemerahan dan nyeri pada permukaan kulit. Luka bakar derajat I sembuh
3-6 hari dan tidak menimbulkan jaringan parut saat remodeling (Barbara et al.,
2013).

Gambar Luka Bakar Derajat I (superficial partial-thickness)

b. Derajat II (deep partial-thickness)


Pada derajat II melibatkan seluruh lapisan epidermis dan sebagian dermis. Kulit
akan ditemukan bulla, warna kemerahan, sedikit edema dan nyeri berat. Bila
ditangani dengan baik, luka bakar derajat II dapat sembuh dalam 7 hingga 20 hari
dan akan meninggalkan jaringan parut (Barbara et al., 2013).

Gambar Luka Bakar Derajat II (deep partial-thickness)

8
c. Derajat III (full thickness)
Pada derajat III melibatkan kerusakan semua lapisan kulit, termasuk tulang,
tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan tampak kering dan mungkin ditemukan
bulla berdinding tipis, dengan tampilan luka yang beragam dari warna putih,
merah terang hingga tampak seperti arang. Nyeri yang dirasakan biasanya terbatas
akibat hancurnya ujung saraf pada dermis. Penyembuhan luka yang terjadi sangat
lambat dan biasanya membutuhkan donor kulit (Barbara et al., 2013).

Gambar luka bakar derajat III (full-thickness)

9
Gambar klasifikasi luka bakar
 Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka
Luas luka dapat diklasifikasikan menjadi tiga, diantaranya:
a. Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I dengan luas <10% atau derajat II
dengan luas <2%.
b. Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I dengan luas 10-15% atau derajat II
dengan luas 5-10%.
c. Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II dengan luas >20% atau derajat III
dengan luas >10%

Berbagai metode dalam menentukan luas luka bakar :


a. Rumus Sembilan (Rule of Nines)
Menurut Wallace, untuk menentukan presentase luas permukaan tubuh yang
mengalami cedera luka bakar maka menggunakan aturan “rule of nine” atau “rule
of wallace”.

gambar rumus sembilan (rule of nines) pada orang dewasa dan anak-anak
b. Metode Lund and Browder
Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh yang
terbakar adalah metode Lund dan Browder yang mengakui bahwa persentase luas
luka bakar pada berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai, akan
berubah menurut pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang

10
sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian-
bagian tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi tentang luas permukaan tubuh
yang terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien tiba di rumah sakit dan
kemudian direvisi pada hari kedua serta ketiga paska luka bakar karena garis
demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.

Metode Lund and Browder

c. Metode Telapak Tangan


Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar, metode yang dipakai
untuk memperkirakan persentase luka bakar adalah metode telapak tangan (palm
method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1% luas permukaan
tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas luka bakar.
2.5. Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar
a. Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran
darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya
cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan
sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh
panas terhadap pembuluh darah.
b. Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.

11
c. GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
d. Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat
terjadi bila mulai diuresis.
e. Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan, kurang
dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
f. Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium.
g. Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
h. Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
i. BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal,
tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
j. Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya
cedera.
k. EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
l. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
2.6. Penataksanaan Luka bakar
Secara sistematik dapat dilakukan 6C : clothing, cooling, cleaning,
chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk
pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya
dilakukan pada fasilitas kesehatan
 Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
 Cooling : – Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air
mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal,
terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah
kejadian luka bakar – Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap
memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang
terlokalisasi – Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah
mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko
hipotermia – Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram
dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka
12
bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang
mengalir.
 Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit.
Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat
dan risiko infeksi berkurang.
 Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih
dalam dari superficial partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian
antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat
diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah,
riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi
kurang dari 2 bulan
 Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka
bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.
Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar.
Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan
dan meningkatkan risiko infeksi.
 Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri
a. Penatalaksanaan Medis
Manajemen luka bakar di Rumah Sakit, meliputi:
1) Lakukan Primary Survey

A – (Airway) : Sumbatan jalan nafas dapat terjadi akibat cedera inhalasi.


Tanda yang mungkin ada yaitu kesulitan bernafas atau suara nafas yang
berbunyi (stridor hoarness), edema mukosa mulut dan jalan nafas,
ditemukan sisa-sisa pembakaran di hidung atau mulut dan luka bakar
mengenai muka atau leher. Cedera ini harus segera ditangani karena angka
kematiannya sangat tinggi.
B – (Breathing) : Ekspansi rongga dada dapat terhambat karena nyeri atau
eskar yang melingkar di dada.
C – (Circulation) : Keluarnya cairan dari pembuluh darah terjadi karena
hiperpermeabilitas pembuluh darah. Hal ini juga menjadi penyebab
terjadinya acute lung injury akibat edema paru.1 Bila disertai syok (suplai
darah ke jaringan kurang), tindakannya adalah atasi syok lalu lanjutkan
resusitasi cairan.

13
D – (Disability) : Status neurologis penderita.

2) Perawatan luka bakar


 Perawatan Terbuka
Perawatan luka bakar terbuka sering dilakukan bila banyak korban luka bakar
sehingga tidak tersedia cukup kain kasa steril. Selain itu, luka bakar di daerah
muka, leher, perineum dan seluruh badan dapat dilakukan perawatan terbuka
dengan syarat terjaga sterilitas ruangan. Dengan membiarkan luka bakar secara
terbuka, luka akan mengering selama 3 sampai 4 hari dan jaringan kropeng akan
melindungi luka, dibawah jaringan kropeng akan timbul jaringan epitel antara
waktu 2 sampai 3 minggu pada derajat kedua. Sedangkan pada derajat 3 antara
4 sampai 5 minggu. Keberhasilan perawatan luka bakar ditentukan oleh sterilitas
ruangan, sterilitas perawat, sprei yang steril, hindari serangga, dan suhu kamar
terjaga antara 24 sampai 25 derajat.
Keuntungan perawatan terbuka.
a) Rasa takut pada saat mengganti perban tidak ada.
b) Infeksi segera terlihat.
c) Lebih banyak pasien dapat diobati secara serentak.
Kerugian perawatan terbuka.
a) Tidak cocok pada luka bakar tangan dan kaki.
b) Tidak cocok bagi pasien yang perlu evakuasi jarak jauh.
c) Bila terjadi trauma, patah tulang, dll tidak bisa diobati secara terbuka

 Perawatan Tertutup
Perawatan luka bakar tertutup dengan kain kasa steril atau kain kasa paten.
Penutupan luka bakar dengan supratul maupun Vaseline bisa diberikan pada
keadaan darurat bukan indikasi mutlak. Kotoran, pasir, sisa pakaian, dll harus
dibuang dengan cara aseptic. Gelembung besar harus pecah supaya tidak terjadi
infeksi, dan lukanya harus dibersihkan dengan aseptic maupun garam fisiologis.
Setelah bersih, luka dapat ditutup dengan kasa jarang steril yang dibasahi dengan
garam fisiologis dan bila memungkinkan boleh diberi salep lalu dilapisi dengan
kasa steril. Luka bakar daerah muka, leher, perineum, bukan indikasi dirawat
secara tertutup karena mudah tercemar skret maupun kencing. Luka bakar yang
mengenai jari-jari, harus dibungkus satu persatu supaya tidak terjadi
perlengketan antara yang satu dengan yang lainnya. Luka bakar di daerah telinga

14
maupun di daerah dahi, sela paha, sela buah dada, dijaga agar tidak terjadi
sentuhan yang dapat mengakibatkan perlengketan. Perban dapat diganti tiga hari
sekali, yang penting dalam keadaan lembab. Apabila terdapat eksudat, harus
cepat diganti untuk menghindari infeksi meluas. Untuk mencegah edema pada
luka bakar di tungkai bawah, dapat diganjal dengan bantal.
Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya luka
bakar; kemudian perawatannya dilakukan melalui tiga fase luka bakar, yaitu:
fase darurat/resusitasi, fase akut atau intermediet, dan fase rehabilitasi.
 Fase Resusitatif

Fase resusitatif cedera luka bakar terdiri atas waktu antara cedera awal
sampai 36 hingga 48 jam setelah cedera. Fase ini berakhir ketika resusitasi
cairan selesai. Selama fase ini, masalah saluran napas dan pernapasan yang
mengancam nyawa adalah perhatian utama. Fase ini juga ditandai dengan
terjadinya hypovolemia, yang menyebabkan kebocoran cairan kapiler dari
ruang intravaskuler ke ruang interstisial, menyebabkan edema. Walaupun
cairan tetap berada dalam tubuh, cairan tersebut tidak mungkin berperan dalam
menjaga sirkulasi yang memadai, karena tidak berada di ruang vaskuler lagi.

 Fase Akut

Fase pemulihan akut setelah luka bakar mayor dimulai ketika


hemodinamik klien sudah stabil, integritas kapiler sudah kembali, dan diuresis
sudah mulai muncul. Waktu tersebut dimulai kira-kira pada 48 hingga 72 jam
setelah waktu cedera. Untuk klien baik dengan luka bakar moderat atau minor,
fase akut pada dasarnya dimulai pada waktu cedera. Fase akut berlanjut hingga
penutupan luka tercapai.

 Fase Rehabilitasi

Fase rehabilitasi dalam pemulihan mewakili fase terakhir dalam


pemulihan luka bakar dan mencakup waktu sejak penutupan luka sampai
pemulangan dan setelahnya. Dalam rangka mencapai hasil terbaik, pemberi
perawatan harus mengerti konsekuensi cedera luka bakar, dan penanganan
rehabilitasi harus dimulai sejak hari saat cedera terjadi. Pada akhirnya, program
rehabilitasi luka bakar dirancang untuk pemulihan fungsional dan emosional

15
maksimal. Cara-cara untuk meningkatkan penyembuhan luka, mencegah dan
meminimalkan deformitas dan parut hipertrofik, meningkatkan fungsi dan
kekuatan fisik, meningkatkan dukungan emosional, serta memberikan
pengajaran adalah bagian dari fase rehabilitasi yang berlangsung.
Fase Durasi Prioritas
Fase resusitasi yang Dari awitan cedera hingga
         Pertolongan pertama
darurat atau segera selesainya resusitasi cairan         Pencegahan syok
         Pencegahan gangguan
pernapasan
         Deteksi dan penanganan
cedera yang menyertai
         Penilaian luka dan
perawatan pendahuluan
Fase akut Dari dimulainya diuresis
         Perawatan dan penutupan
hingga hampir selesainya luka
proses penutupan luka          Pencegahan atau
penanganan komplikasi,
termasuk infeksi
         Dukungan nutrisi
Fase rehabilitasi Dari penutupan luka yang
         Pencegahan parut dan
besar hingga kembalinya kontraktur
kepada tingkat penyesuaian
         Rehabilitasi fisik,
fisik dan psikososial yang oksupasional dan vokasional
optimal          Rekonstruksi fungsional
dan kosmetik
         Konseling psikososial

3) Resusitasi cairan

Pemasangan infus dilakukan untuk mencegah syok. Pada penderita dewasa,


resusitasi cairan dapat diberikan pada luka bakar derajat 2 atau 3 yang mengenai >
20% luas permukaan tubuh. Sedangkan untuk anak-anak, resusitasi cairan dapat

16
diberikan jika
> 15%, dan pada bayi > 10%. Rumus Parkland dapat digunakan sebagai panduan
resusitasi cairan pada 24 jam pertama, yaitu 4 mL/kgBB/persen luka bakar solusio
Ringer Laktat. Setengah dari jumlah tersebut diberikan pada 8 jam pertama, dan
sisanya diberikan untuk 16 jam berikutnya.

4) Evaluasi urine output

Keluaran urin harus tetap dinilai sebagai evaluasi perfusi ginjal dan
keseimbangan cairan. Keluaran urin pada dewasa harus dipertahankan antara 0,5-1
mL/kgBB/jam.

5) Pemasangan NGT (nasogastric tube)


Pemasangan NGT dapat diberikan pada penderita dengan luas luka bakar >
20% untuk mencegah terjadinya distensi lambung dan muntah.

6) Mencegah Infeksi
Luka bakar sebaiknya jangan diberi bahan-bahan yang kotor dan sukar larut dalam
air seperti mentega, kecap, telur atau bahan yang lengket misalnya kapas. Luka
ditutup dengan kain bersih. Jika ada bula, jangan dipecahkan karena merupakan
pelindung sementara sebelum dilakukan perawatan luka di rumah sakit. Disamping
itu, perlu juga diberikan ATS 1500 unit untuk mencegah terjadinya tetanus. Untuk
luka bakar 30 sampai 60% derajat 2 dan 3, biasanya akan timbul jaringan granulasi.
Untuk menutup jaringan granulasi itu, maka dilakukan transplantasi.

7) Obat-obatan
Antibiotik sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak
dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila
ada infeksi, antibiotic diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman.
Antasida diberikan untuk pencegahan tukak stress dan antipiretik diberikan bila suhu
tinggi.
8) Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan
nitrogen yang negative pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-3000 kalori
sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan diberikan melalui pipa
lambung atau ditambah parenteral.

17
Penderita yang mulai stabil keadaannya perlu fisioterapai untuk memperlancar
peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Penderita luka baker harus dipantau
terus-menerus, keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu
sekurang-kurangnya 1ml/kgBB/jam.

9) Debridemen
Debridemen merupakan sisi lain pada perawatan luka bakar. Tindakan ini memiliki
dua tujuan:
a) Untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda
asing, sehingga pasien dilindungi terhadap kemungkinan invasi bakteri,
b) Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar dalam persiapan bagi
graft dan kesembuhan luka, Sesudah terjadi luka bakar derajat-dua dan tiga,
bakteri yang terdapat pada antarmuka jaringan yang terbakar dan jaringan viabel
yang ada di bawahnya secara bersng-sur-angsur. akan mencairkan serabut-
serabut kolagen yang menahan eskar pada tempatnya selama minggu pertama
atau kedua pasca-luka bakar.

10) Graft
Jika lukanya dalam (full-thickness) atau sangat luas, reepitelialisasi spontan tidak
mungkin terjadi. Karena itu diperlukan graft (pencakokan) kulit dari pasien sendiri
(autograft). Daerah-daerah utama graft kulit mencakup daerah wajah dengan alasan
kosmetik dan psikologik; tangan dan bagian fungsional lainnya seperti kaki; dan
daerah-daerah yang meliputi persendian.

11) Autograft
Autograft berasal dari kulit pasien sendiri. Bentuk cangkokan ini bisa berupa split-
thickness, full-thickness, pedicle flaps atau epitelium yang dikultur. Full-thickness dan
pedicle flaps lebih sering digunakan untuk pembedahan rekonstruksi, dan dilaksanakan
beberapa bulan atau tahun sesudah terjadinya cedera pertama. Secara mendasar,
prosedur ini meliputi biopsi kulit pasien di daerah yang tidak terbakar.

2.7. Komplikasi Luka Bakar


Resiko-resiko akibat kurang sesuai penatalaksanaan luka bakar dapat mengakibatkan
a. Dehidrasi ringan sampai dengan berat, sepsis, yang berakibat pada kematian.

18
b. Pada fase penyembuhan luka yang terlalu lama akan menimbulkan penyembuhan luka
dengan skar yang tebal, timbul keloid, jaringan kontraktur, dan tampilan kulit yang
buruk, bahkan akan mengakibatkan kehilangan fungsi anggota gerak yang permanent,
dan ini juga akan menyebabkan gangguan pergerakan bahkan terjadinya depresif
c. Hipertrofi Jaringan Parut

Penyakit yang menyertai dan penyakit terdahulu tertentu dapat meningkatkan


keparahan luka bakar. Misalnya:
a. Diabetes
b. Gagal Jantung
c. Gagal Ginjal
d. Obesitas dan trauma inhalasi

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil penanganan
harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan secara holistik
dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan pada luas luka
bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka
bakar yang luas dan dalam akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak
luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan
sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, maka makin berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar sehingga
makin meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.

3.2. Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan
sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu
kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak diharapkan
selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada
hal-hal yang dapat memicu luka bakar.

20
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner & Suddarth editor,
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo, dkk; editor edisi
bahasa indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC, 2001
R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku Kedokteran.
EGC

Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore: Elsevier

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3. Jakarta:
EGC

Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan: pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian
https://milissehatyop.org/luka-bakar/

21

Anda mungkin juga menyukai