MAKALAH
PERAWATAN LUKA BAKAR
Disusun oleh :
Kelompok 7
1. HISRINA STIANY LASTARI (4201020005)
2. SARDIANTO (164201022015)
3. LA ODE ISRAN RAJIB (164201022006)
4. SUHAENI (164201022014)
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) IST BUTON
TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah tentang "Perawatan Luka Bakar".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan Makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam Makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
Makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1.1................................................................................................................................Latar
Belakang................................................................................................................1
1.2................................................................................................................................Rumus
an Masalah.............................................................................................................2
1.3................................................................................................................................Tujuan
...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1................................................................................................................................Penger
tian Luka Bakar.....................................................................................................3
2.2................................................................................................................................Etiolog
i Luka Bakar..........................................................................................................3
2.3................................................................................................................................Patofis
iologi Luka Bakar..................................................................................................4
2.4................................................................................................................................Klasifi
kasi Luka Bakar.....................................................................................................7
2.5................................................................................................................................Pemeri
ksaan Penunjang....................................................................................................12
2.6................................................................................................................................Penala
ksanaan Luka Bakar..............................................................................................12
2.7................................................................................................................................Kompl
ikasi Luka Bakar....................................................................................................19
BAB III PENUTUP...........................................................................................................20
3.1................................................................................................................................Kesim
pulan......................................................................................................................20
3.2................................................................................................................................Saran
...............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTASKA.....................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan Luka bakar?
b. Apa Etiologi dari Luka Bakar?
c. Bagaimana Patofisiologi dari Luka Bakar?
d. Apa saja Klasifikasi dari Luka Bakar?
e. Apa saja Pemeriksaan Penunjang dari luka bakar?
f. Bagaimana Penalaksanaan luka bakar?
g. Apa saja komplikasi Luka bakar?
1.3. Tujuan
Setelah membaca Makalah ini diharapkan dapat :
a. Mengetahui Pengertian dari Luka bakar
b. Mengetahui Etiologi dari Luka Bakar
c. Mengetahui Patofisiologi dari Luka Bakar
d. Mengetahui Klasifikasi dari Luka Bakar
e. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari luka bakar
f. Mengetahui Penalaksanaan luka bakar
g. Mengetahui komplikasi Luka bakar
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Luka Bakar/Combutsio
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma
dengan morbiditas dan mortalitas tinggi, yang memerlukan
penatalaksanaan khusus sejak awal pada fase syok sampai fase lanjut
(Young et al, 2019).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air
panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah (frosh bite).
(Mansjoer 2000 : 365)
Luka bakar (combustio) adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas atau zat-zat yang bersifat membakar.
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn) :asam kuat atau basa kuat dapat bereaksi
menghasilkan panas
Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industry militer ataupun bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn): sengatan listrik atau tersambar petir
Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga
3
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari
lokasi kontak,baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2005).
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury) : sinar matahari, radiasi gelombang mikro, dan
sinar laser
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik
dalam dunia kedokteran dan industry. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama
juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat, 2005).
4
Respons Sistemik
Respons Kardiovaskuler
Pada luka bakar yang kurang dari 30% luas total permukaan tubuh, maka
gangguan integritas kapiler dan perpindahan cairan akan terbatas pada luka bakar
itu sendiri sehingga pembentukkan lepuh dan edema hanya terjadi di daerah luka
bakar. Pasien luka bakar yang lebih parah akan mengalami edema sistemik yang
masif. karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar
(sirkumferensial), tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstermitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
5
Respons Pulmonal
Volume pernapasan sering kali normal atau hanya menurun sedikit setelah
cedera luka bakar yang luas. Setelah resusitasi cairan, peningkatan volume
pernapasan-dimanifestasikan sebagai hiperventilasi-dapat terjadi, terutama bila
klien ketakutan, cemas, atau merasa nyeri. Hiperventilasi ini adalah hasil
peningkatan baik laju respirasi dan volume tidal dan muncul sebagai hasil
hipermetabolisme yang terlihat setelah cedera luka bakar. Biasanya hal tersebut
memuncak pada minggu kedua pascacedera dan kemudian secara bertahap
kembali ke normal seiring menyembuhnya luka bakar atau ditutupnya luka
dengan tandur kulit.
Cedera Inhalasi
Depresi Miokardium
Imunosupresi
Fungsi sistem imun tertekan setelah cedera luka bakar. Penurunan aktivitas
limfosit, dan penurunan pembentukan immunoglobulin, serta perubahan fungsi
neutrofil dan makrofag terjadi secara nyata setelah cedera luka bakar luas terjadi.
sebagai tambahan, cedera luka bakar mengganggu barrier primer terhadap infeksi-
kulit. Secara bersama, perubahan-perubahan ini menghasilkan peningkatan risiko
infeksi dan sepsis yang mengancam nyawa.
Respons Psikologis
7
cairan panas atau .produk berbahaya dari proses pembakaran yang
tidak sempurna .(WHO, 2008).
8
c. Derajat III (full thickness)
Pada derajat III melibatkan kerusakan semua lapisan kulit, termasuk tulang,
tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan tampak kering dan mungkin ditemukan
bulla berdinding tipis, dengan tampilan luka yang beragam dari warna putih,
merah terang hingga tampak seperti arang. Nyeri yang dirasakan biasanya terbatas
akibat hancurnya ujung saraf pada dermis. Penyembuhan luka yang terjadi sangat
lambat dan biasanya membutuhkan donor kulit (Barbara et al., 2013).
9
Gambar klasifikasi luka bakar
Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka
Luas luka dapat diklasifikasikan menjadi tiga, diantaranya:
a. Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I dengan luas <10% atau derajat II
dengan luas <2%.
b. Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I dengan luas 10-15% atau derajat II
dengan luas 5-10%.
c. Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II dengan luas >20% atau derajat III
dengan luas >10%
gambar rumus sembilan (rule of nines) pada orang dewasa dan anak-anak
b. Metode Lund and Browder
Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh yang
terbakar adalah metode Lund dan Browder yang mengakui bahwa persentase luas
luka bakar pada berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai, akan
berubah menurut pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang
10
sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian-
bagian tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi tentang luas permukaan tubuh
yang terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien tiba di rumah sakit dan
kemudian direvisi pada hari kedua serta ketiga paska luka bakar karena garis
demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.
11
c. GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
d. Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat
terjadi bila mulai diuresis.
e. Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan, kurang
dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
f. Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium.
g. Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
h. Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
i. BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal,
tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
j. Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya
cedera.
k. EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
l. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
2.6. Penataksanaan Luka bakar
Secara sistematik dapat dilakukan 6C : clothing, cooling, cleaning,
chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk
pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya
dilakukan pada fasilitas kesehatan
Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
Cooling : – Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air
mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal,
terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah
kejadian luka bakar – Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap
memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang
terlokalisasi – Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah
mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko
hipotermia – Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram
dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka
12
bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang
mengalir.
Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit.
Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat
dan risiko infeksi berkurang.
Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih
dalam dari superficial partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian
antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat
diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah,
riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi
kurang dari 2 bulan
Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka
bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.
Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar.
Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan
dan meningkatkan risiko infeksi.
Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri
a. Penatalaksanaan Medis
Manajemen luka bakar di Rumah Sakit, meliputi:
1) Lakukan Primary Survey
13
D – (Disability) : Status neurologis penderita.
Perawatan Tertutup
Perawatan luka bakar tertutup dengan kain kasa steril atau kain kasa paten.
Penutupan luka bakar dengan supratul maupun Vaseline bisa diberikan pada
keadaan darurat bukan indikasi mutlak. Kotoran, pasir, sisa pakaian, dll harus
dibuang dengan cara aseptic. Gelembung besar harus pecah supaya tidak terjadi
infeksi, dan lukanya harus dibersihkan dengan aseptic maupun garam fisiologis.
Setelah bersih, luka dapat ditutup dengan kasa jarang steril yang dibasahi dengan
garam fisiologis dan bila memungkinkan boleh diberi salep lalu dilapisi dengan
kasa steril. Luka bakar daerah muka, leher, perineum, bukan indikasi dirawat
secara tertutup karena mudah tercemar skret maupun kencing. Luka bakar yang
mengenai jari-jari, harus dibungkus satu persatu supaya tidak terjadi
perlengketan antara yang satu dengan yang lainnya. Luka bakar di daerah telinga
14
maupun di daerah dahi, sela paha, sela buah dada, dijaga agar tidak terjadi
sentuhan yang dapat mengakibatkan perlengketan. Perban dapat diganti tiga hari
sekali, yang penting dalam keadaan lembab. Apabila terdapat eksudat, harus
cepat diganti untuk menghindari infeksi meluas. Untuk mencegah edema pada
luka bakar di tungkai bawah, dapat diganjal dengan bantal.
Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya luka
bakar; kemudian perawatannya dilakukan melalui tiga fase luka bakar, yaitu:
fase darurat/resusitasi, fase akut atau intermediet, dan fase rehabilitasi.
Fase Resusitatif
Fase resusitatif cedera luka bakar terdiri atas waktu antara cedera awal
sampai 36 hingga 48 jam setelah cedera. Fase ini berakhir ketika resusitasi
cairan selesai. Selama fase ini, masalah saluran napas dan pernapasan yang
mengancam nyawa adalah perhatian utama. Fase ini juga ditandai dengan
terjadinya hypovolemia, yang menyebabkan kebocoran cairan kapiler dari
ruang intravaskuler ke ruang interstisial, menyebabkan edema. Walaupun
cairan tetap berada dalam tubuh, cairan tersebut tidak mungkin berperan dalam
menjaga sirkulasi yang memadai, karena tidak berada di ruang vaskuler lagi.
Fase Akut
Fase Rehabilitasi
15
maksimal. Cara-cara untuk meningkatkan penyembuhan luka, mencegah dan
meminimalkan deformitas dan parut hipertrofik, meningkatkan fungsi dan
kekuatan fisik, meningkatkan dukungan emosional, serta memberikan
pengajaran adalah bagian dari fase rehabilitasi yang berlangsung.
Fase Durasi Prioritas
Fase resusitasi yang Dari awitan cedera hingga
Pertolongan pertama
darurat atau segera selesainya resusitasi cairan Pencegahan syok
Pencegahan gangguan
pernapasan
Deteksi dan penanganan
cedera yang menyertai
Penilaian luka dan
perawatan pendahuluan
Fase akut Dari dimulainya diuresis
Perawatan dan penutupan
hingga hampir selesainya luka
proses penutupan luka Pencegahan atau
penanganan komplikasi,
termasuk infeksi
Dukungan nutrisi
Fase rehabilitasi Dari penutupan luka yang
Pencegahan parut dan
besar hingga kembalinya kontraktur
kepada tingkat penyesuaian
Rehabilitasi fisik,
fisik dan psikososial yang oksupasional dan vokasional
optimal Rekonstruksi fungsional
dan kosmetik
Konseling psikososial
3) Resusitasi cairan
16
diberikan jika
> 15%, dan pada bayi > 10%. Rumus Parkland dapat digunakan sebagai panduan
resusitasi cairan pada 24 jam pertama, yaitu 4 mL/kgBB/persen luka bakar solusio
Ringer Laktat. Setengah dari jumlah tersebut diberikan pada 8 jam pertama, dan
sisanya diberikan untuk 16 jam berikutnya.
Keluaran urin harus tetap dinilai sebagai evaluasi perfusi ginjal dan
keseimbangan cairan. Keluaran urin pada dewasa harus dipertahankan antara 0,5-1
mL/kgBB/jam.
6) Mencegah Infeksi
Luka bakar sebaiknya jangan diberi bahan-bahan yang kotor dan sukar larut dalam
air seperti mentega, kecap, telur atau bahan yang lengket misalnya kapas. Luka
ditutup dengan kain bersih. Jika ada bula, jangan dipecahkan karena merupakan
pelindung sementara sebelum dilakukan perawatan luka di rumah sakit. Disamping
itu, perlu juga diberikan ATS 1500 unit untuk mencegah terjadinya tetanus. Untuk
luka bakar 30 sampai 60% derajat 2 dan 3, biasanya akan timbul jaringan granulasi.
Untuk menutup jaringan granulasi itu, maka dilakukan transplantasi.
7) Obat-obatan
Antibiotik sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak
dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila
ada infeksi, antibiotic diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman.
Antasida diberikan untuk pencegahan tukak stress dan antipiretik diberikan bila suhu
tinggi.
8) Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan
nitrogen yang negative pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-3000 kalori
sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan diberikan melalui pipa
lambung atau ditambah parenteral.
17
Penderita yang mulai stabil keadaannya perlu fisioterapai untuk memperlancar
peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Penderita luka baker harus dipantau
terus-menerus, keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu
sekurang-kurangnya 1ml/kgBB/jam.
9) Debridemen
Debridemen merupakan sisi lain pada perawatan luka bakar. Tindakan ini memiliki
dua tujuan:
a) Untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda
asing, sehingga pasien dilindungi terhadap kemungkinan invasi bakteri,
b) Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar dalam persiapan bagi
graft dan kesembuhan luka, Sesudah terjadi luka bakar derajat-dua dan tiga,
bakteri yang terdapat pada antarmuka jaringan yang terbakar dan jaringan viabel
yang ada di bawahnya secara bersng-sur-angsur. akan mencairkan serabut-
serabut kolagen yang menahan eskar pada tempatnya selama minggu pertama
atau kedua pasca-luka bakar.
10) Graft
Jika lukanya dalam (full-thickness) atau sangat luas, reepitelialisasi spontan tidak
mungkin terjadi. Karena itu diperlukan graft (pencakokan) kulit dari pasien sendiri
(autograft). Daerah-daerah utama graft kulit mencakup daerah wajah dengan alasan
kosmetik dan psikologik; tangan dan bagian fungsional lainnya seperti kaki; dan
daerah-daerah yang meliputi persendian.
11) Autograft
Autograft berasal dari kulit pasien sendiri. Bentuk cangkokan ini bisa berupa split-
thickness, full-thickness, pedicle flaps atau epitelium yang dikultur. Full-thickness dan
pedicle flaps lebih sering digunakan untuk pembedahan rekonstruksi, dan dilaksanakan
beberapa bulan atau tahun sesudah terjadinya cedera pertama. Secara mendasar,
prosedur ini meliputi biopsi kulit pasien di daerah yang tidak terbakar.
18
b. Pada fase penyembuhan luka yang terlalu lama akan menimbulkan penyembuhan luka
dengan skar yang tebal, timbul keloid, jaringan kontraktur, dan tampilan kulit yang
buruk, bahkan akan mengakibatkan kehilangan fungsi anggota gerak yang permanent,
dan ini juga akan menyebabkan gangguan pergerakan bahkan terjadinya depresif
c. Hipertrofi Jaringan Parut
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil penanganan
harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan secara holistik
dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan pada luas luka
bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka
bakar yang luas dan dalam akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak
luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan
sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, maka makin berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar sehingga
makin meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.
3.2. Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan
sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu
kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak diharapkan
selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada
hal-hal yang dapat memicu luka bakar.
20
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner & Suddarth editor,
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo, dkk; editor edisi
bahasa indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC, 2001
R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku Kedokteran.
EGC
Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore: Elsevier
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3. Jakarta:
EGC
21