Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KMB II

ASKEP PADA LUKA BAKAR

Disusun Oleh :
NIYA FESENSYA MANULANG 1814401116
TUAH MEIDIYANTI DARMAWAN 1814401118
DESTA KUMALA DEWI 1814401120

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan materi promosi keperawatan yang berjudul “Imunisasi Pada
Anak”. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman–teman kelas
yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga materi ini dapat disusun dengan
baik.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah selanjutnya. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kegiatan
belajar dan mengajar kedepannya.

Bandar Lampung,  20 Januari 2020

                                                                  

                             

   Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii    

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................1


B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN TEORI...........................................................................................2

BAB III PENUTUP.................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................13

3.2 Saran...................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera sebagai akibat kontak langsung atau terpapar
dengan sumber-sumber panas, listrik, zat kimia, atau radiasi. Merupakan jenis luka, kerusakan
jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang
tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi. Jenis luka dapat beraneka ragam
dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar,
tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut.

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh.Panas tersebut
mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik.Akibat pertama luka bakar
adalah syok karena kaget dan kesakitan.Pembuluh darah kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak
dan permeabilitas meninggi.Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi
anemia.

B. Rumusan masalah
1. Jelaskan definisi luka bakar
2. Jelaskan penyebab dari luka bakar
3. jelaskan patofisiologi dan efek patofisiologi luka bakar
4. jelaskan cara penatalaksanaan pada klien luka bakar
5. uraikan asuhan keperawatan luka bakar

C. Tujuan

1. Pembaca dapat mengetahui definisi luka bakar

2. Pembacca dapat mengetahui penyebab, patofisiologi serta efek

3. Pembaca dapat memahami tentang penatalaksanaan luka bakar

4. Pembaca dapat memahami tentang asuhan keperawatan luka bakar


BABII

PEMBAHASAN

A. Pengertian Luka Bakar

Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera sebagai akibat kontak langsung atau terpapar
dengan sumber-sumber panas, listrik, zat kimia, atau radiasi. Merupakan jenis luka, kerusakan
jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang
tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi. Jenis luka dapat beraneka ragam
dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar,
tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Luka bakar dapat merusak
jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan
yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan.Seorang korban luka bakar
dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi
shock, infeksi, ketidak seimbangan elektrolit dan masalah distress pernapasan.Selain komplikasi
yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress emosional dan psikologis yang
berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka.

Secara anatomik, sebagian besar luka bakar terletak pada daerah kulit.Kulit merupakan organ
tubuh yang sangat penting.Ia merupakan struktur tubuh yang terbesar dan merupakan penyatu
dari bagian-bagian tubuh. Oleh karena itu, kulit memainkan peran yang sangat signifikan dalam
tubuh.Sama pentingnya dengan sistem lainnya dalam badan.

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam
homeostasis.Kulit mmepunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dari berbagai trauma dan
merupakan penahan terhadap bakteri, virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan
panas diatur oleh vasodilatasi atau sekresi kelenjar-kelenjar keringat dan tanpa adanya kulit,
maka cairan tubuh akan hilang dalam beberapa waktu.

Kulit terdiri ada tiga lapisan, epidermis, dermis dan jaringan subkutan.Setiap lapisan menjadi
lebih berdiferensiasi (menjadi matur dan dengan fungsi yang lebih spesifik).Epidermis
merupakan lapisan yang terluar dengan ketebalan sekitar 0,1mm pada kelopak mata dan 1mm
pada telapak tangan dan telapak kaki.Lapisan eksternal dari sel-sel epitel bertingkat ini terutama
terdiri atas kreatinosit. Lapisan eksternal ini hamper pasti digantikan setiap 3-4 minggu. Sel-sel
yang mati mengandung sejumlah besar keratin, suatu protein fibrosa tak larut yang membentuk
barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir patogen dan mencegah kehilangan
cairan yang berlebihan dari tubuh.

Jaringan subkutan atau hipodermis adalah lapisan kulit yang terdalam.Lapisan ini terutamanya
adalah jaringan adipose, yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal
seperti otot dan tulang. Lapisan ini memungkinkan mobilitas kulit, pembentuk kontur tubuh, dan
pelindung tubuh.Lemak disimpan dan didistribusikan sesuai gender individu, dan sebagian
bertanggung jawab dalam membedakan bentuk tubuh antara wanita dan pria.Kebanyakan makan
menyebabkan peningkatan penumpukan lemak dibawah kulit. Jaringan subkutan dan jumlah
deposit lemak merupakan factor penting dalam pengaturan suhu tubuh.   

B. Etiologi atau Penyebab luka bakar


Secara garis besar ada lima mekanisme penyebab timbulnya luka bakar, yaitu terutama adalah
sbb.:
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan
panas atau objek-objek panas lainnya.
2. Luka Bakar Kimia

Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa
kuat.Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan
luasnya injuri karena zat kimia ini.Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak
dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai
zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer.Lebih dari 25.000 produk
zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.

3. Luka Bakar Elektrik


Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang
dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya
voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.

4. Luka Bakar Radiasi


Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif.Tipe injuri ini seringkali
berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk
keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang
terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
5. Luka Bakar Cair
kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas.

C. Patofisiologi luka bakar

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh.Panas tersebut
mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik.Akibat pertama luka bakar
adalah syok karena kaget dan kesakitan.Pembuluh darah kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak
dan permeabilitas meninggi.Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi
anemia.Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan hal ini menimbulkan bula yang
mengandung elektrolit.Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kulit
dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epdermis, dermis maupun jaringan subkutan
tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas/penyebabnya.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang
berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga.

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang
khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan menurun, dan
produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan
jam.Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah.Ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis.
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik
untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena
daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis.Padahal pembuluh
ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik.Kuman penyebab infeksi pada luka bakar,
selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran napas atas dan
kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit.Infeksi nosokomial ini biasanya sangat berbahaya
karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik.

D. Efek Patofisiologi Luka Bakar


1. Pada Kulit
Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung pada
luas dan ukuran luka bakar.Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh bersifat
lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri. Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas
misalnya 25 % dari total permukaan tubuh atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap injuri
dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri. Injuri luka bakar yang luas dapat
mempengaruhi semua sistem utama dari tubuh.
2. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine, histamin,
serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri.Substansi-
substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes
kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan lebih
meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai memberan sel menyebabkan
sodium masuk dan potassium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan menimbulkan tingginya
tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular dan interstitial dan yang
dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler. Luka bakar
yang luas menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang mengalami luka maupun
jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume darah
intravaskuler.Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan catecholamine dan
terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac output.Kadar hematokrit
meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan intravaskuler.Disamping
itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal.
Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh normal
perhari adalah 350 ml.

Tabel 1 : Rata-rata output cairan perhari untuk orang dewasa

Rute Jumlah (ml) pada suhu normal

Urin 1400

Insensible losses: 350

a.       Paru 350

b.      Kulit 100

Keringat 100

Total : 2300

Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ.Jika ruang intravaskuler tidak
diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan ancaman kematian bagi
penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.

Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi tidak mencapai
keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac outuput kembali normal dan
kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira 24 jam setelah
luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum kadar volume sirkulasi intravena
kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian menurun
sampai di bawah normal dalam 3-4 hari setelah luka bakar karena kehilangan sel darah merah
dan kerusakan yang terjadi pada waktu injuri.Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan
diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya

3. Sistem Renal dan Gastrointestinal


Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya GFR
(glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri.Aliran darah menuju usus juga berkurang,
yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan
luka bakar yang lebih dari 25 %.

4. Sistem Imun

Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu penurunan
dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan perubahan/gangguan pada
fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas.
Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam
kelangsungan hidup klien.

5. Sistem Respiratori

Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri dan
“lung compliance”.

a. Smoke Inhalation.

Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali berhubungan dengan
injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan lebih dari 30 % untuk injuri
yang diakibatkan oleh api.

Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang mengenai
wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx, rambut hidung yang
gosong, agitasi atau kecemasan, tachipnoe, kemerahan pada selaput hidung, stridor, wheezing,
dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam sputum, dan batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru
dapat mengkonfirmasikan diagnosis.
Patofisiologi pulmoner yang dapat terjadi pada injuri inhalasi berkaitan dengan berat dan tipe
asap atau gas yang dihirup.

b. Keracunan Carbon Monoxide.

CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organik terbakar. Ia
merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat mengikat
hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan terhirupnya CO, maka molekul oksigen
digantikan dan CO secara reversibel berikatan dengan hemoglobin sehingga membentuk
carboxyhemoglobin (COHb).Hipoksia jaringan dapat terjadi akibat penurunan secara
menyeluruh pada kemampuan pengantaran oksigen dalam darah. Kadar COHb dapat dengan
mudah dimonitor melalui kadar serum darah. Manifestasi dari keracunan CO adalah sbb (lihat
tabel 2) :

Tabel 2 : Manifestasi klinik keracunan CO (Carbon Monoxida)

Kadar CO (%) Manifestasi Klinik

5 – 10 Gangguan tajam penglihatan

11 – 20 Nyeri kepala

21 – 30 Mual, gangguan ketangkasan

31 – 40 Muntah, dizines, sincope

41 – 50 Tachypnea, tachicardia
> 50 Coma, mati

E. Klasifikasi Beratnya Luka Bakar


1. Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar

Beberapa faktor yang mempengaruhi berat-ringannya injuri luka bakar antara lain kedalaman
luka bakar, luas luka bakar, lokasi luka bakar, kesehatan umum, mekanisme injuri dan usia.
Berikut ini akan dijelaskan sekilas tentang faktor-faktor tersebut di atas:

a. Kedalaman luka bakar

Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori yang didasarkan pada elemen kulit yang
rusak, yaitu:

1) Superficial (derajat I), dengan ciri-ciri sbb:


 Hanya mengenai lapisan epidermis.
 Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat).
 Kulit memucat bila ditekan.
 Edema minimal.
 Tidak ada blister.
 Kulit hangat/kering.
 Nyeri / hyperethetic
 Nyeri berkurang dengan pendinginan.
 Discomfort berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam.
 Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari.

2) Partial thickness (derajat II), dengan ciri sbb.:

Partial tihckness dikelompokan menjadi 2, yaitu superpicial partial thickness dan deep partial
thickness.
a. Mengenai epidermis dan dermis.
b. Luka tampak merah sampai pink
c. Terbentuk blister
d. Edema
e. Nyeri
f. Sensitif terhadap udara dingin
g. Penyembuhan luka :
1) Superficial partial thickness : 14 - 21 hari
2) Deep partial thickness : 21 - 28 hari

(Namun demikian penyembuhannya bervariasi tergantung dari kedalaman dan ada tidaknya
infeksi).

3) Full thickness (derajat III)


a. Mengenai semua lapisan kulit, lemak subcutan dan dapat juga mengenai permukaan
otot, dan persarafan dan pembuluh darah.
b. Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau hitam.
c. Tanpa ada blister.
d. Permukaan luka kering dengan tektur kasar/keras.
e. Edema.
f. Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri.
g. Tidak mungkin terjadi penyembuhan luka secara spontan.
h. Memerlukan skin graft.
i. Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan tindakan preventif.

4) Fourth degree (derajat IV)

Mengenai semua lapisan kulit, otot dan tulang.

a. Luas luka bakar


Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi (1) rule of nine, (2) Lund
and Browder, dan (3) hand palm. Ukuran luka bakar dapat ditentukan dengan menggunakan
salah satu dari metode tersebut.Ukuran luka bakar ditentukan dengan prosentase dari permukaan
tubuh yang terkena luka bakar.Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut metode yang
digunakan dan pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar.

Metode rule of nine mulai diperkenalkan sejak tahun 1940-an sebagai suatu alat pengkajian yang
cepat untuk menentukan perkiraan ukuran / luas luka bakar. Dasar dari metode ini adalah bahwa
tubuh di bagi kedalam bagian-bagian anatomi, dimana setiap bagian mewakili 9 % kecuali
daerah genitalia 1 %.

Pada metode Lund and Browder merupakan modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh
menurut usia, yang dapat memberikan perhitungan yang lebih akurat tentang luas luka bakar.

Selain dari kedua metode tersebut di atas, dapat juga digunakan cara lainnya yaitu mengunakan
metode hand palm. Metode ini adalah cara menentukan luas atau persentasi luka bakar dengan
menggunakan telapak tangan. Satu telapak tangan mewakili 1 % dari permukaan tubuh yang
mengalami luka bakar.

b. Lokasi luka bakar (bagian tubuh yang terkena)

Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi luka bakar.Luka bakar yang mengenai
kepala, leher dan dada seringkali berkaitan dengan komplikasi pulmoner.Luka bakar yang
menganai wajah seringkali menyebabkan abrasi kornea.Luka bakar yang mengenai lengan dan
persendian seringkali membutuhkan terapi fisik dan occupasi dan dapat menimbulkan implikasi
terhadap kehilangan waktu bekerja dan atau ketidakmampuan untuk bekerja secara
permanen.Luka bakar yang mengenai daerah perineal dapat terkontaminasi oleh urine atau
feces.Sedangkan luka bakar yang mengenai daerah torak dapat menyebabkan tidak adekwatnya
ekspansi dinding dada dan terjadinya insufisiensi pulmoner.

c. Kesehatan umum
Adanya kelemahan jantung, penyakit pulmoner, endocrin dan penyakit-penyakit ginjal,
khususnya diabetes, insufisiensi kardiopulmoner, alkoholisme dan gagal ginjal, harus diobservasi
karena semua itu akan mempengaruhi respon klien terhadap luka dan penanganannya.

Angka kematian pada klien yang memiliki penyakit jantung adalah 3,5 - 4 kali lebih tinggi
dibandingkan klien luka bakar yang tidak menderita penyakit jantung. Demikian pula klien luka
bakar yang juga alkolism 3 kali lebih tinggi angka kematiannya dibandingkan klien luka bakar
yang nonalkoholism. Disamping itu juga klien alkoholism yang terkena luka bakar masa
hidupnya akan lebih lama berada di rumah sakit, artinya penderita luka bakar yang juga
alkoholism akan lebih lama hari rawatnya di rumah sakit.

d. Mekanisme Luka

Mekanisme luka merupakan faktor lain yang digunakan untuk menentukan berat ringannya luka
bakar. Secra umum luka bakar yang juga mengalami injuri inhalasi memerlukan perhatian
khusus.

Pada luka bakar elektrik, panas yang dihantarkan melalui tubuh, mengakibatkan kerusakan
jaringan internal. Injury pada kulit mungkin tidak begitu berarti akan tetapi kerusakan otot dan
jaringan lunak lainnya dapat terjad lebih luas, khususnya bila injury elektrik dengan voltage
tinggi. Oleh karena itu voltage, tipe arus (direct atau alternating), tempat kontak, dan lamanya
kontak adalah sangat penting untuk diketahui dan diperhatikan karena dapat mempengaruhi
morbiditi.

Alternating current (AC) lebih berbahaya dari pada direct current (DC).Ini seringkali
berhubungan dengan terjadinya kardiac arrest (henti jantung), fibrilasi ventrikel, kontraksi otot
tetani, dan fraktur kompresi tulang-tulang panjang atau vertebra.Pada luka bakar karena zat
kimia keracunan sistemik akibat absorbsi oleh kulit dapat terjadi

e. Usia
Usia klien mempengaruhi berat ringannya luka bakar. Angka kematiannya (Mortality rate) cukup
tinggi pada anak yang berusia kurang dari 4 tahun, terutama pada kelompok usia 0-1 tahun dan
klien yang berusia di atas 65 th.

Tingginya statistik mortalitas dan morbiditas pada orang tua yang terkena luka bakar merupakan
akibat kombinasi dari berbagai gangguan fungsional (seperti lambatnya bereaksi, gangguan
dalam menilai, dan menurunnya kemampuan mobilitas), hidup sendiri, dan bahaya-bahaya
lingkungan lainnya. Disamping itu juga mereka lebih rentan terhadap injury luka bakar karena
kulitnya menjadi lebih tipis, dan terjadi athropi pada bagian-bagian kulit lain. Sehingga situasi
seperti ketika mandi dan memasak dapat menyebabkan terjadinya luka bakar.

F. Kategori berat luka bakar menurut ABA

Perkumpulan Luka Bakar America (American Burn Asociation/ABA) mempublikasikan


petunjuk tentang klasifikasi beratnya luka bakar. Perkumpulan itu mengklasifikasikan beratnya
luka bakar ke dalam 3 kategori, dengan petunjuknya seperti berikut ini:

1.  Luka Bakar Berat

a. 25 % pada orang dewasa


b. 25 % pada anak dengan usia kurang dari 10 tahun
c. 20 % pada orang dewasa dengan usia lebih dari 40 tahun
d. Luka mengenai wajah, mata, telinga, lengan, kaki, dan perineum yang
e. mengakibatkan gangguan fungsional atau kosmetik atau menimbulkan
f. disabiliti.
g. LB karena listrik voltage tinggi
h. Semua LB dengan yang disertai injuri inhalasi atau truma yang berat.

2. Luka Bakar Sedang

 15-25 % mengenai orang dewasa


 10-20 % pada anak usia kurang dari 10 tahun
 10-20 % pada orang dewasa usia lebih dari 40 tahun

3.  Luka Bakar Ringan

 < 10 th
 > 40 th
 Tidak ada resiko gangguan kosmetik atau fungsional atau disabiliti.

Dari American Burn Association. (1984).

G. Penatalaksanaan untuk luka bakar

Berbagai macam respon sistem organ yang terjadi setelah mengalami luka bakar menuntut
perlunya pendekatan antar disiplin. Perawat bertanggung jawab untuk mengembangkan rencana
perawatan yang didasarkan pada pengkajian data yang merefleksikan kebutuhan fisik dan
psikososial klien dan keluarga atau orang lain yang dianggap penting.

Diagnosa keperawatan, tujuan dan intervensinya dapat dilihat pada rencana perawatan di
halaman lainnya. Secara klinis klien luka bakar dapat dibagi kedalam 3 fase, yaitu : 1) Fase
emergent dan resusitasi 2) Fase acut dan 3) Fase Rehabilitasi. Berikut ini akan diuraikan sekilas
tentang fase tsb.:

1. Fase Darurat (Resusitasi)

Fase emergensi dimulai pada saat terjadinya injury dan diakhiri dengan membaiknya
permeabilitas kapiler, yang biasanya terjadi pada 48-72 jam setelah injury.Tujuan utama
pemulihan selama fase ini adalah untuk mencegah shock hipovolemik dan memelihara fungsi
dari organ vital.Yang termasuk ke dalam fase emergensi adalah (a) perawatan sebelum di rumah
sakit, (b) penanganan di bagian emergensi dan (c) periode resusitasi. Hal tersebut akan dibahas
berikut ini:

(a) Perawatan sebelum di rumah sakit (pre-hospital care)

Perawatan sebelum klien dibawa ke rumah sakit dimulai pada tempat kejadian luka bakar dan
berakhir ketika sampai di institusi pelayanan emergensi.Pre-hospital care dimulai dengan
memindahkan/menghindarkan klien dari sumber penyebab LB dan atau menghilangkan sumber
panas.

Petunjuk perawatan klien luka bakar sebelum di rumah sakit

1)      Jauhkan penderita dari sumber Luka Bakar

a) Padamkan pakaian yang terbakar


b) Hilangkan zat kimia penyebab Luka Bakar
c) Siram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia
d) Matikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan objek yang kering dan
tidak menghantarkan arus.

2)      Kaji ABC (airway, breathing, circulation):

a. Perhatikan jalan nafas (airway)


b. Pastikan pernafasan (breathibg) adekwat
c. Kaji sirkulasi

3)      Kaji trauma yang lain

4)      Pertahankan panas tubuh

5)      Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan intravena

6)      Transportasi (segera kirim klien ka rumah sakit)

(b) Penanganan dibagian emergensi

Perawatan di bagian emergensi merupakan kelanjutan dari tindakan yang telah diberikan pada
waktu kejadian.Jika pengkajian dan atau penanganan yang dilakukan tidak adekuat, maka pre
hospital care di berikan di bagian emergensi.Penanganan luka (debridemen dan pembalutan)
tidaklah diutamakan bila ada masalah-masalah lain yang mengancam kehidupan klien, maka
masalah inilah yang harus diutamakan.

1. Penanganan Luka Bakar Ringan


Perawatan klien dengan LB ringan sering kali diberikan dengan pasien rawat jalan. Dalam
membuat keputusan apakah klien dapat dipulangkan atau tidak adalah dengan memperhatiakn
antara lain 1) kemampuan klien untuk dapat menjalankan atau mengikuti intruksi-instruksi dan
kemampuan dalam melakukan perawatan secara mandiri, 2) lingkungan rumah. Apabila klien
mampu mengikuti instruksi dan perawatan diri serta lingkungan di rumah mendukung terjadinya
pemulihan maka klien dapat dipulangkan.

Perawatan di bagian emergensi terhadap luka bakar minor meliputi : menagemen nyeri,
profilaksis tetanus, perawatan luka tahap awal dan pendidikan kesehatan.

2. Managemen nyeri

Managemen nyeri seringkali dilakukan dengan pemberian dosis ringan morphine atau
meperidine dibagian emergensi.Sedangkan analgetik oral diberikan untuk digunakan oleh pasien
rawat jalan.

3. Profilaksis tetanus

Petunjuk untuk pemberian profilaksis tetanus adalah sama pada penderita LB baik yang ringan
maupun tipe injuri lainnya. Pada klien yang pernah mendapat imunisasi tetanus tetapi tidak
dalam waktu 5 tahun terakhir dapat diberikan boster tetanus toxoid.Untuk klien yang tidak
diimunisasi dengan tetanus human immune globulin dan karenanya harus diberikan tetanus
toxoid yang pertama dari serangkaian pemberian imunisasi aktif dengan tetanus toxoid.

4. Perawatan luka awal

Perawatan luka untuk LB ringan terdiri dari membersihkan luka  yaitu debridemen jaringan yang
mati; membuang zat-zat yang merusak (zat kimia, tar, dll); dan pemberian/penggunaan krim atau
salep antimikroba topikal dan balutan secara steril. Selain itu juga perawat bertanggung jawab
memberikan pendidikan tentang perawatan luka di rumah dan manifestasi klinis dari infeksi agar
klien dapat segera mencari pertolongan. Pendidikan lain yang diperlukan adalah tentang
pentingnya melakukan latihan ROM  secara aktif untuk mempertahankan fungsi sendi agar tetap
normal dan untuk menurunkan pembentukan edema dan kemungkinan terbentuknya scar. Dan
perlunya evaluasi atau penanganan follow up juga harus dibicarakan dengan klien pada waktu
itu.

5. Pendidikan / penyuluhan kesehatan

Pendidikan tentang perawatan luka, pengobatan, komplikasi, pencegahan komplikasi, diet,


berbagai fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat yang dapat di kunjungi jika memmerlukan
bantuan dan informasi lain yang relevan perlu dilakukan agar klien dapat menolong dirinya
sendiri.

(c) Penanganan Luka Bakar Berat.

Untuk klien dengan luka yang luas, maka penanganan pada bagian emergensi akan meliputi
reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi ) dan trauma lain yang mungkin
terjadi; resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang); pemasangan kateter urine;
pemasangan nasogastric tube (NGT); pemeriksaan tanda-tanda vital dan laboratorium;
management nyeri; propilaksis tetanus; pengumpulan data; dan perawatan luka. Berikut adalah
penjelasan dari tiap-tiap penanganan tersebut, yakni sebagai berikut.

a) Reevaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi dan trauma lain yang mungkin terjadi.
Menilai kembali keadaan jalan nafas, kondisi pernafasan, dan sirkulasi unutk lebih memastikan
ada tidaknya kegawatan dan untuk memastikan penanganan secara dini. Selain itu melakukan
pengkajian ada tidaknya trauma lain yang menyertai cedera luka bakar seperti patah tulang,
adanya perdarahan dan lain-lain perlu dilakukan agar dapat dengan segera diketahui dan
ditangani.

b) Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang). Bagi klien dewasa dengan luka bakar lebih
dari 15 %, maka resusitasi cairan intravena umumnya diperlukan.Pemberian intravena perifer
dapat diberikan melaui kulit yang tidak terbakar pada bagian proximal dari ekstremitas yang
terbakar.Sedangkan untuk klien yang mengalami luka bakar yang cukup luas atau pada klien
dimana tempat-tempat untuk pemberian intravena perifer terbatas, maka dengan pemasangan
kanul (cannulation) pada vena central (seperti subclavian, jugular internal atau eksternal, atau
femoral) oleh dokter mungkin diperlukan.

Luas atau persentasi luka bakar harus ditentukan dan kemudian dilanjutkan dengan resusitasi
cairan.Resusitasi cairan dapat menggunakan berbagai formula yang telah dikembangkan seperti
pada tabel 6 tentang formula resusitasi cairan berikut.

Tabel  : Formula resusitasi cairan yang digunakan dalam perawatan luka bakar

24 jam pertama 24 jam kedua

Formula Elektrolit Koloid Dextros Elektrolit Koloid Dextros

Evans Normal 1 ml/kg/% 2000 0,5 kebutuhan 0,5 kebutuhan 2000


saline ml 24 jam I 24 jam I ml

1 ml/kg/%

Brooke RL 0,5 ml/kg/ 2000 0,5-0,75 0,5-0,75 2000


% ml kebutuhan 24 kebutuhan 24 ml
1,5 ml/kg/%
jam I jam I

Modifikasi RL 0,3-0,5 ml/kg/


Brooke %
2 ml/kg/%

Parkland RL 0,3-0,5 ml/kg/ 2000


% ml
4 ml/kg/%

Periode resusitasi dimulai dengan tindakan resusitasi cairan dan diakhiri bila integritas kapiler
kembali mendekati keadaan normal dan perpindahan cairan yang banyak mengalami penurunan.
Resusitasi cairan dimulai untuk meminimalkan efek yang merusak dari perpindahan
cairan.Tujuan resuscitasi cairan adalah untuk mempertahankan ferfusi organ vital serta
menghindari komplikasi terapi yang tidak adekuat atau berlebihan.Terdapat beberapa formula
yang digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan seperti tampak dalam tabel diatas.

Banyaknya/jumlah cairan yang pasti didasarkan pada berat badan klien dan luasnya luka bakar.
Faktor lain yang menjadi pertimbangan meliputi adalah adanya inhalasi luka, keterlambatan
resusitasi awal, atau kerusakan jaringan yang lebih dalam. Faktor-faktor ini cenderung
meningkatkan jumlah/banyaknya cairan intravena yang dibutuhkan untuk resusitasi adekuat di
atas jumlah yang telah dihitung.Dengan pengecualian pada formula Evan dan Brooke, cairan
yang mengandung colloid tidak diberikan selama periode ini karena perubahan-perubahan pada
permeabilitas kapiler yang menyebabkan kebocoran cairan yang banyak mengandung protein
kedalam ruang interstitial, sehingga meningkatkan pembentukan edema. Selama 24 jam kedua
setelah luka bakar, larutan yang mengandung colloid dapat diberikan, dengan dextrose 5% dan
air dalam jumlah yang bervariasi.

Sangat penting untuk diingat bahwa senmua formula resusitasi yang ada hanyalah sebagai alat
bantu dan harus disesuaikan dengan respon fisiologis klien. Keberhasilan atau keadekuatan
resusitasi cairan pada orang dewasa ditandai dengan stabilnya vital signs, adekuatnya output
urine, dan nadi perifer yang dapat diraba.

c) Pemasangan kateter urine

Pemasangan kateter harus dilakukan untuk mengukur produksi urine setiap jam.Output urine
merupakan indikator yang reliable untuk menentukan keadekuatan dari resusitasi cairan.

d) Pemasangan nasogastric tube (NGT)

Pemasangan NGT bagi klien LB 20 % -25 % atau lebih perlu dilakukan untuk mencegah emesis
dan mengurangi resiko terjadinya aspirasi.Disfungsi ganstrointestinal akibat dari ileus dapat
terjadi umumnya pada klien tahap dini setelah luka bakar.Oleh karena itu semua pemberian
cairan melalui oral harus dibatasi pada waktu itu.
e) Pemeriksaan vital signs dan laboratorium

Vital signs merupakan informasi yang penting sebagai data tambahan untuk menentukan adekuat
tidaknya resusitasi. Pemeriksaan laboratorium dasar akan meliputi pemeriksaan gula darah, BUN
(blood ures nitrogen), creatini, elektrolit serum, dan kadar hematokrit. Kadar gas darah arteri
(analisa gas darah), COHb juga harus diperiksa, khususnya jika terdapat injuri inhalasi. Tes-tes
laboratorium lainnya adalah pemeriksaan x-ray untuk mengetahui adanya fraktur atau trauma
lainnya mungkin perlu dilakukan jika dibutuhkan. Monitoring EKG terus menerus haruslah
dilakukan pada semua klien dengan LB berat, khususnya jika disebabkan oleh karena listrik
dengan voltase tinggi, atau pada klien yang mempunyai riwayat iskemia jantung atau
dysrhythmia.

f) Manajemen nyeri

Penanganan nyeri dapat dicapai melalui pemberian obat narcotik intravena, seperti
morphine.Pemberian melalui intramuskuler atai subcutan tidak dianjurkan karena absorbsi dari
jaringan lunak tidak cukup baik selama periode ini bila hipovolemia dan perpindhan cairan yang
banyak masih terjadi.Demikian juga pemberian obat-obatan untuk mengatasi secara oral tidak
dianjurkan karena adanya disfungsi gastrointestial.

g) Propilaksis tetanus

Propilaksis tetanus pada klien LB adalah sama, baik pada luka bakar berat maupun luka bakar
yang ringan.

h) Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan tanggung jawab yang sangat penting bagi team yang berada di
ruang emergensi.Kepada klien atau yang lainnya perlu ditanyakan tentang kejadian kecelakaan
LB tersebut.Informasi yang diperlukan meliputi waktu injuri, tingkat kesadaran pada waktu
kejadian, apakah ketika injuri terjadi klien berada di ruang tertutup atau terbuka, adakah truma
lainya, dan bagaimana mekanisme injurinya. Jika klien terbakar karena zat kimia, tanyak tentang
zat kimia apa yang menjadi penyebabnya, konsentrasinya, lamanya terpapar dan apakah dilakuak
irigari segera setelah injuri. Sedangkan jika klien menderita LB karena elektrik, maka perlu
ditanyakan tentang sumbernya, tipe arus dan voltagenya yang dapat digunakan untuk
menentukan luasnya injuri. Informasi lain yang diperlukan adalah tentang riwayat kesehatan
klien masa lalu seperti kesehatan umum klien. Informasi yang lebih khusus adalah berkaitan
dengan penyakit-penyakit jantung, pulmoner, endokrin dan penyakit ginjal karena itu semua
mempunyai implikasi terhadap treatment.Disamping itu perlu pula diketahui tentang riwayat
alergi klien, baik terhadap obat maupun yang lainnya.

i) Perawatan luka

Luka yang mengenai sekeliling ekstremitas dan torak dapat mengganggu sirkulasi dan respirasi,
oleh karena itu harus mendapat perhatian.Komplikasi ini lebih mudah terjadi selama resusitasi,
bila cairan berpindah ke dalam jaringan interstitial berada pada puncaknya. Pada LB yang
mengenai sekeliling ekstremitas, maka meninggikan bagian ekstremitas diatas jantung akan
membantu menurunkan edema dependen; walaupun demikian gangguan sirkulasi masih dapat
terjadi. Oleh karena pengkajian yang sering terhadap perfusi ekstremitas bagian distal sangatlah
penting untuk dilakukan.

Escharotomy merupakan tindakan yang tepat untuk masalah gangguan sirkulasi karena LB yang
melingkari bagian tubuh. Seorang dokter melaukan insisi terhadap eschar yang akan
mengurangi/menghilangkan konstriksi sirkulasi. Umumnya dilakukan ditempat tidur klien dan
tanpa menggunakan anaetesi karena eschar tidak berdarah dan tidak nyeri.Namun jaringan yang
masih hidup dibawah luka dapat berdarah.Jika perfusi jaringan adekuat tidak berhasil, maka
dapat dilakukan fasciotomy.Prosedur ini adalah menginsisi fascia, yang dilakukan di ruang
operasi dengan menggunakan anestesi.

Demikian juga, escharotomy dapat dilakukan pada luka bakar yang mengenai torak untuk
memperbaiki ventilasi.Setelah dilakukan tindakan escharotomy, maka perawat perlu melakukan
monitoring terhadap perbaikan ventilasi.
Perawatan luka dibagian emergensi terdiri-dari penutupan luka dengan sprei kering, bersih dan
baju hangat untuk memelihara panas tubuh.Klien dengan luka bakar yang mengenai kepala dan
wajah diletakan pada posisi kepala elevasi dan semua ekstremitas yang terbakar dengan
menggunakan bantal sampai diatas permukaan jantung.Tindakan ini dapat membantu
menurunkan pembentukan edema dependent.Untuk LB ringan kompres dingin dan steril dapat
mengatasi nyeri.Kemudian dibawa menuju fasilitas kesehatan.

Adapun Fase Akut

Fase akut dimulai ketika pasien secara hemodinamik telah stabil, permeabilitas kapiler membaik
dan diuresis telah mulai.Fase ini umumnya dianggap terjadi pada 48-72 jam setelah injuri. Fokus
management bagi klien pada fase akut adalah sebagai berikut : mengatasi infeksi, perawatan
luka, penutupan luka, nutrisi, managemen nyeri, dan terapi fisik.

H. Mengatasi infeksi

Sumber-sumber infeksi pada klien dengan luka bakar meliputi autocontaminasi dari:

1. Oropharynx
2. Fecal flora
3. Kulit yg tidak terbakar dan
4. Kontaminasi silang dari staf
5. Kontaminasi silang dari pengunjung
6. Kontaminasi silang dari udara

Kegiatan khusus untuk mengatasi infeksi dan tehnik isolasi harus dilakukan pada semua pusat-
pusat perawatan LB. Kegiatan ini berbeda dan meliputi penggunaan sarung tangan, tutp kepala,
masker, penutup kaki, dan pakaian plastik.Membersihkan tangan yang baik harus ditekankan
untuk menurunkan insiden kontaminasi silang diantara klien. Staf dan pengunjung umumnya
dicegah kontak dengan klien jika ia menderita infeksi baik pada kulit, gastrointestinal atau
infeksi saluran nafas.

I. Komplikasi Luka Bakar


a.Fase Akut: syok, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Fase Subakut: infeksi dan sepsis
c.Fase Lanjut: parut hipertropik

Mortalitas pada luka bakar disebabkan oleh:

a.Syok karena kehilangan cairan


b. Gagal jantung karena Myocardial Depressing Factor
c.Sepsis
d. Gagal ginjal akut
e.Komplikasi lain seperti pneumonia

Asuhan Keperawatan Pada Luka Bakar

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data baik data subyektif maupun data obyektif. Data subyektif diperoleh
berdasarkan hasil wawancara baik dengan klien ataupun orang lain, sedangkan data obyektif
diperoleh berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan fisik.

1.         Aktivitas istirahat

Tanda :    
a) Penurunan kekuatan, tahann                  
b) Keterbatasan rentang gerak
c) Gangguan massa otot, perubahan

2.         Sirkulasi

Tanda : (dgn cedar luka bakar dari 20% APTT)

a) Hipotensi (syok)
b) Penurunan nadi perifer distal pada yang cedera; vasokonstriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik)
c) Takikardia (syok/ ansietas/ nyeri)
d) Disritmia (syok listrik)
e) Pembentukan edema jaringan (semua luka bakar)

3.         Integritas ego

Gejala : masalah tentang keluarga

Tanda :   ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah

4.         Makanan/ cairan

Tanda :

a) Edema jaringan umum


b) Anoreksia, mual/ muntah

5.         Eliminasi

      Tanda :

a) Haluran urine menurun/ tak ada selam fase darurat. Warna mungkin hitam kemerahan
bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam.
b) Dieresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalm sirkulasi)
c) Penurunan bising usus/ tak ada, khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%
sebagai stress penurunan motilitas/ peristaltik

6.         Neurosensori

Gejala : area kebas, kesemutan

Tanda :

a) Perubahan orientasi, afek, perilaku.


b) Penurunan reflex tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas
c) Aktivitas kejang (syok listrik)
d) Laserasi corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik)
e) Rupture membrane timpanik (syok listrik)
f) Paralisi (cedera  listrik pada aliran saraf)

7.         Nyeri/ kenyamanan

Gejala : berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertaama secara ekstrem sensitive untuk
disentuh, ditekan, gerakan udara, dan perubahan suhu; luka bakar ketebakan sedang derajat
kedua sangat nyeri, sementara respons pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri

8.         Pernapasan

Gejala : terkurung dalam ruang tertutup, trerpajan lama (kemungkinan cedera)

Tanda

a) Terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama (kemungkinan cedar inhalasi)


b) Serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum, ketidak mampuan menelan sekresi
oral, dan sianosi, indikasi cedar inhalasi
c) Pengembangn toraks mungkin terbatas pada adanya luka bakar  lingkar dada.
d) Jaln napas atas stridor/ mengi (obstruksi sehubungan denagan laringospasme, edema
laryngeal)
e) Bunyi napas : gemericik edema paru, stridor (edema meningkat, secret jalan napas dalm
(ronki)

9.         Keamanan

Tanda :

a. Kulit : umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan
dengan proses thrombus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/ lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat
pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/ status syok
b. Cedera Api: terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan variase intensitas
panas yang dihasilakan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut
kering, merah; lepuh pada faring posterior; edema lingkar mulut dan/ atau lingkar nasal
c. Cedera kima: tampak lika bervariasi sesuai agen pentebab.
Kulit mungkin ncoklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus; lepuh, ulkus,
nekrosis, atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya secara
perkutan dann kerusakan jarinngan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera
d. Cedera listrik:  cedera kutaneus ekstrenal biasanya lebih sedikit dari bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapt meliputi luka aliran masuk keluar (eksplosif), luka bakar
dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup, dan luka bakar teramal sehubunga
dengan pakaian terbakar.

Adanya fraktur/ dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor; kontraksi otot tetanik sehubungan
dengan syok listrik)

B.    Pemeriksaan Penunjang

a. Sel darah merah (RBC): dapat terjadi penurunan sel darah merah (Red Blood Cell)
karena kerusakan sel darah merah pada saat injuri dan juga disebabkan oleh menurunnya
produksi sel darah merah karena depresi sumsum tulang.
b. Sel darah putih (WBC): dapat terjadi leukositosis (peningkatan sel darah putih/White
Blood Cell) sebagai respon inflamasi terhadap injuri.

c. Gas darah arteri (ABG): hal yang penting pula diketahui adalah nilai gas darah arteri
terutama jika terjadi injuri inhalasi. Penurunan PaO2 atau peningkatan PaCO2.

d. Karboksihemoglobin (COHbg) :kadar COHbg (karboksihemoglobin) dapat meningkat


lebih dari 15 % yang mengindikasikan keracunan karbon monoksida.

e. Serum elektrolit :

1) Potasium pada permulaan akan meningkat karena injuri jaringan atau kerusakan sel
darah merah dan menurunnya fungsi renal; hipokalemiadapat terjadi ketika diuresis
dimulai; magnesium mungkin mengalami penurunan.

2) Sodium pada tahap permulaan menurun seiring dengan kehilangan air dari tubuh;
selanjutnya dapat terjadi hipernatremia.

f. Sodium urine :jika lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan resusitasi
cairan, sedangkan jika kurang dari 10 mEq/L menunjukan tidak adekuatnya resusitasi
cairan.

g. Alkaline pospatase : meningkat akibat berpindahnya cairan interstitial/kerusakan pompa


sodium.

h. Glukosa serum : meningkat sebagai refleksi respon terhadap stres.

i. BUN/Creatinin : meningkat yang merefleksikan menurunnya perfusi/fungsi renal, namun


demikian creatinin mungkin meningkat karena injuri jaringan.

j. Urin : adanya albumin, Hb, dan mioglobin dalam urin mengindikasikan kerusakan
jaringan yang dalam dan kehilangan/pengeluaran protein. Warna urine merah kehitaman
menunjukan adanya mioglobin

k. Rontgen dada: Untuk mengetahui gambaran paru terutama pada injuri inhalasi.
l. Bronhoskopi: untuk mendiagnosa luasnya injuri inhalasi. Mungkin dapat ditemukan
adanya edema, perdarahan dan atau ulserasi pada saluran nafas bagian atas

m. ECG: untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung pada luka bakar karena elektrik.

n. Foto Luka: sebagai dokumentasi untuk membandingkan perkembangan penyembuhan


luka bakar.

C.  Diagnosa Keperawatan

a. Defisit volume cairan b.d. peningkatan permeabilitas kapiler dan perpindahan cairan dari
ruang intravaskuler ke ruang interstitial.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. edema trahea, menurunnya fungsi ciliar paru akibat
injuri inhalasi
c. Perubahan perfusi jaringan perifer b.d. konstriksi akibat luka bakar
d. Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d. hilangnya pertahanan kulit, ganggu-an respon imune,
adanya pemasangan kateter (indweling urinary cateter dan intravenous cateter), dan
prosedur invasif (pengambilan sampel darah baik arteri maupun vena dan
bronchoscopy) .
e. Nyeri b.d. injury luka bakar, stimulasi ujung-ujung saraf, treatmen dan kecemasan.
f. Gangguan mobilitas fisik b.d. edema, nyeri, balutan, prosedur pembedahan, dan
kontraktur luka.

D. Interverensi

1.   Defisit volume cairan b.d. peningkatan permeabilitas kapiler dan perpindahan

cairan dari ruang intravaskuler ke ruang interstitial.

a.     Tujuan dan Kriteria hasil :

Klien akan memperlihatkan perbaikan keseimbangan cairan, yang ditandai oleh :

 Tidak kehausan
 Mukosa mulut/bibir lembab
 Output urine : 30-50 cc/jam
 Sensori baik

b.         Interverensi

 Kaji terjadinya hipovolemia tiap 1 jam selama 36 jam


 Ukur/timbang berat badan setiap hari.
 Monitor dan doku-mentasikan intake dan output setiap jam
 Berikan replacement cairan dan elektrolit melalui intra vena sesuai program.
 Monitor serum elektrolit dan hematokrit.

c.   Rasional

 Perpindahan cairan dapat menyebabkan hipovolemia


 Berat badan merupakan indek yg akurat keseimbangan cairan.
 Output urine merupakan pengukuran yg efektif terhadap keberhasilan resusitasi cairan.
 Cairan intravena dipergunakan un tuk memperbaiki volume cairan.
 Hiperkalemia dan peningkatan hematokrit merupakan hal yang sering terjadi.

2.         Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. edema trahea, menurunnya fungsi ciliar paru akibat
injuri inhalasi

a.   Tujuan dan Kriteria hasil

Bersihan jalan nafas klien akan efektif, yang ditandai oleh:

 Suara nafas bersih


 Sekresi pulmoner bersih sampai putih
 Monbilisasi sekreai pulmoner efektif
 Respirasi tanpa upaya
 Respirasi rate:16-24 kali/mnt
 Tidak ada ronchi, whezing, stridor
 Tidak ada dispnea
 Tidak ada sianosis.

b.    Interverensi

 Ajarkan klien untuk batuk dan ber-nafas dalam setiap 1-2 jam selama 24 jam, kemudian
se-tiap 2-4 jam, saat terjaga.
 Letakan peralatan suction oral dalam jangkaun klien un-tuk digunakan sendiri oleh klien.
 Lakukan endotracheal suction jika diperlukan, dan monitor serta doku-mentasikan karak-
teristik sputumnya.

c.    Rasional

 Mempermudah dalam membersihkan saluran nafas bagian atas.


 Mendorong klien untuk membersihkan sendiri sekresi oral dan sputum.
 Menghilangkan sekresi dari saluran nafas bagian atas. Warna, konsistensi, bau  dan
banyaknya dapat mengindikasikan adanya infeksi.

3.  Perubahan perfusi jaringan perifer b.d. konstriksi akibat luka bakar.

a.    Tujuan dan Kriteria hasil

Perfusi perifer klien akan menjadi adekuat, yang ditandai oleh:

 Denyut nadai dapat diraba melalui palpasi/Dopler


 Capilari refill pada kulit yang tidak terbakar
 Tidak ada kebal
 Tidak terjadi peningkatan rasa nyeri pada waktu melakukan latihan ROM

b.   Interverensi

 Lepaskan semua perhiasan & pakaian yg kencang/ sempit


 Batasi penggunaan cuff tekanan darah yang dapat menyebabkan konstriksi pada
ekstremitas.
 Monitor denyut arteri melalui palpasi atau dengan Dopler setiap jam selama 27 jam.
 Kaji Capilary refill pada kulit yang tak terbakar pada bagian ekstremitas yg terkena.

c.   Rasional

 Dapat membahayakan sirkulasi sebagai akibat terjadinya edema.


 Dapat menurunkan aliran arteri dan venous return.
 Menurunkan/ menghilangkan hipoksemia
 Capilary refil menjadi memanjang & gangguan sirkulasi.

4.         Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d. hilangnya pertahanan kulit, ganggu-an respon imune,
adanya pemasangan kateter (indweling urinary cateter dan intravenous cateter), dan prosedur
invasif (pengambilan sampel darah baik arteri maupun vena dan bronchoscopy) .

a. Tujuan dan Kriteria hasil

Klien tak akan mengalami invasi mikroba pada luka, yg ditandai oleh :

 Hasil kultur luka


 Suhu : 36-37°C.
 Tidak ada pembengkakan, kemerahan, atau sekret purulen pada tempat-
tempatm  penusukan (kateter, vena)
 Kultur darah, urine dan sputum negatif.

b.   Interverensi

 Berikan propilaksis tetanus jika perlu.


 Pertahankan tehnik untuk mengontrol infeksi
 Instruksikan keluarga atau lainya tentang tindakan-tindakan mengontrol infeksi.
 Lakukan cuci tangan dengan baik
 Kaji tanda-tanda klinik infeksi: perubahan warna luka atau drainage, bau, penyembuhan
yang lama; nyeri kepala, menggigil, anoreksia, mual; perubahan tanda-tanda vital;
hiperglikemia dan glikosuria; paralitic ileus, bingung, gelisah, halusinasi.
 Sebelum diberikan obat topikal ulang, cuci dan bersihkan luka lebih dahulu.
 Buang jaringan yg telah mati.
 Potong rambut badan di sekitar tepian luka (kecuali bulu dan alis mata)

c.   Rasional

 Lingkungan eschar yang anaerobic memungkinkan pertumbuhan organisme penyebab


tetanus.
 Mencegah kontaminasi silang
 Meningkatkan kesadaran/kepatuhan.
 Menurunkan insiden kontaminasi silang
 Luka terbuka dan klien imunokompromi sehingga infeksi luka baik lokal maupun
sistemik adalah suatu resiko.
 Untuk membuang kotoran.
 Jaringan tersebut medium yg baik bagi pertumbuhan bakteri
 Rambut dapat terkontaminasi & menganggu menempelnya krim.

5.         Nyeri b.d. injury luka bakar, stimulasi ujung-ujung saraf, treatmen dan kecemasan.

a.    Tujuan dan Kriteria hasil

Klien akan lebih nyaman ditandai oleh:

 Menyatakan rasa nyeri/tak nyaman berkurang.


 Klien dapat menge-nali faktor-faktor yg mempengaruhi nyeri

b.   Interverensi

 Kaji respon klien terhadap nyeri saat perawatan luka dan saat istirahat.
 Berikan obat penghilang nyeri:
1. 45 menit sebe-lumnya jika me-lalui mulut.
2. 30 menit sebelumnya jika melalui intra muskular
3. 5-10 menit sebelumnya jika melalui intravena
 Jangan diberikan melalui intramuskular pada klien dengan luka bakar berat fase emergent
 Ajarkan tehnik re-laksasi , terapi mu-sik, guided imagery, distraksi dan hypnosis
 Jelaskan semua prosedur pada klien & sediakan waktu utk persiapan.
 Bicaralah dengan klien ketika melakukan perawatan dan melakukan prosedur.
 Kaji kemungkinan kebutuhan untuk pemberian anxiolitik
 Catat respon klien terhadap medikasi dan pengobatan nonfarmakologi

c.   Rasional

 Sebagai data dasar


 Waktu yang adekuat bagi onset analgetik.
 Injeksi i.m. tidak dianjurkan karena keterbatasan sirkulasi meng-ganggu
absorpsi
 Merupakan analgetik nonfarmakologik
 Untuk menurunkan kecemasan
 Meningkatkan rasa percaya klien
 Kecemasan menurunkan ambang nyeri.
 Menilai efektivitas intervensi.

6.         Gangguan mobilitas fisik b.d. edema, nyeri, balutan, prosedur pembedahan, dan
kontraktur luka.

a.  Tujuan dan Kriteria hasil

Klien akan mengalami peningkatan mobilits fisik ditandai dengan kembali secara maksimal
melakukan aktivitas sehari-hari dengan kecacatan dan gangguan figur yang minimal.

b.     Intervensi

 Kaji ROM dan kekuatan otot pada area luka yg mungkin mengalami kontraktur setiap
hari atau jika diperlukan.
 Pertahankan area luka dalam posisi fungsi fisiologis.
 Jelaskan alasan perlunya aktivitas dan pengaturan posisi klien dan keluarga.

c.     Rasional

 Sebagai data dasar


 Mencegah/menurunkan terjadinya kontraktur.
 Meningkatkan kepatuhan.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera sebagai akibat kontak langsung atau
terpapar dengan sumber-sumber panas, listrik, zat kimia, atau radiasi. Merupakan
jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas
ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan
kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi. Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki
penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat
keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut

B. SARAN

Materi yang dilampirkan dalam makalah ini merupakan hal-hal penting terkait asuhan
luka bakar. Banyak sekali kekurangan-kekurangan dari makalah ini saya harap dimaklumin dan
semoga kedepannya makalah akan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

http://merinawidyastuti.blogspot.com/2016/03/askep-luka-bakar.html

Anda mungkin juga menyukai