Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH LUKA BAKAR

OLEH :
IBNA HUMRAH ( 14220200008 )
INTAN SARDIANTI BASDIN ( 14220200001 )
SRI WAHYUNI RAHMADANA ( 14220200050 )
MUH. AKBAR HASHEMI RAFSANJANI ( 142202000047 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

 Akhir kata kami berharap semoga pembelajaran dalam makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, 19 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI...........................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................37
EVIDENCE BASED NURSING....................................................................................37
BAB IV............................................................................................................................41
PENYULUHAN KESEHATAN.....................................................................................41
BAB V.............................................................................................................................45
PENUTUP.......................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................46
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas
melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung.
Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan
yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50%
dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan
dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari
50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan
hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien
dengan luka bakar 95% yang diselamatkan.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk
mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik
rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup
pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus
yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi
luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang
meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif
daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan
oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan
komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan
radiasi ionisasi.
Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda
dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang
mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat
lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat
mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan
yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang
anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal
perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan
hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan
lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya
dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang
menyertai.
B. Tujuan Penulisan Makalah
a) Tujuan Umum
Untuk pemenuhan tugas Keperawatan Medical Bedah mengenai
Combutsio serta Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya
Combutsio
b) Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui Definisi dari combutsio
 Untuk mengetahui etiologi dari combutsio
 Untuk mengetahui patofisiologi dari combutsio
 Untuk mengetahui manifestasi klinik dari combutsio
 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari combutsio
 Untuk mengeatahui penatalaksanaan medis dari combutsio
 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari combutsio
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Combutsio/Luka Bakar
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam
Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan
suhu rendah (frosh bite).
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat
kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal),
listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) .
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api ditubuh (flame), jilatan api
ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak
panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan
matahari (sunburn) (Ii et al., 2020)
2. Etiologi Combutsio/Luka Bakar
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah:
a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald),
jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat
terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya (logam panas,
dan lain-lain) (Hardiana Sahara, 2020)
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)a
Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali
yang biasa digunakan dalam bidang industry militer ataupun bahan
pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga
(Hardiana Sahara, 2020)
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,
khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke
distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak,baik kontak
dengan sumber arus maupun grown (Hardiana Sahara, 2020)
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif
untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industry. Akibat
terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka
bakar radiasi (Hardiana Sahara, 2020)
3. Patofisiologi Combutsio/Luka Bakar
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber
panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau
radiasi elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan
beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya
kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami
keruskan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung
pada penyebabnya.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan
kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan
permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak
sehingga dapat terjadi anemia. Menigkatnya permeabilitas menyebabkan
udem dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal
itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan
kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan
yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka
bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan ke keropeng luka bakar derajat
tiga.
Bila luas bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi
tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bilalebih dari 20%, akan terjadi
syok hipovolemik dengan gejala khas, seperti gelisah, pucat, dingin,
berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi
urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi
setelah delapan jam (Putri & Himayani, 2020)

Penderita syok atau terancam syok


-          Anak     : luasnya luka >10%
-          Dewasa : luasnya luka >15%
Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat
-          Wajah, mata
-          Tangan dan kaki
-          Perineum
Terancam udem laring
-          Tertutup asap atau udara hangat

                              Bagan 2.1 indikasi rawat inap

Pada awalnya tubuh menanggapi dengan memirau (shunting) darah


ke otak dan jantung menjauh dari organ-organ tubuh lainnya. Kekurangan
aliran darah yang berkepanjangan ke organ-organ tersebut bersifat
merugikan. Kerusakan yang dihasilkan bergantung pada keburuhan dasar
organ tubuh. Beberapa organ dapat bertahan hanya untuk beberapa jam
tanpa pasokan darah yang menyediakan sumber gizi. Setelah resusitasi,
tubuh mulai menyerap kembali cairan edema dan membuangnya lewat
pembentukan urine (diuresis) (Marpaung, 2019)

Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh


kedalaman luka bakar. walaupun demikian, beratnya luka bergantung pada
dalam, luas, dan letak luka. Umur dan keadaan kesehatan penderita
sebelumnya akan sangat memengaruhi prognosis. Untuk luka bakar yang
lebih kecil, tanggapan tubuh terhadap cedera terlokalisasi pada area yang
terbakar. Namun, pada luka yang lebih luas (misalnya, meliputi 25% atau
lebih total area permukaan tubuh [total body surface area-TBSA]),
tanggapan tubuh terhadap cedera bersifat sistemik dan sebanding dengan
luasnya cedera. Tanggapan sistemik terhadap cedera luka bakar biasanya
bifasik, ditandai oleh penurunan fungsi (hipofungsi) yang diikuti dengan
peningkatan fungsi.

 Respons Sistemik
Perubahan patofisiologi yang disebabkan oleh luka bakar yang berat
selama awal periode syok luka bakar mencangkup hipoperfusi jaringan dan
hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung
dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian
sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan
hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadinya
perpindahan cairan natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam
ruang interstisial. Ketidakstabilan hemodinamika bukan hanya melibatkan
mekanisme kardiovaskuler tetapi juga keseimbangan cairan serta elektrolit,
volume darah, mekanisme pulmoner dan mekanisme lainnya.
 Respons Kardiovaskuler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada
volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan
cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus
menurun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf
simpatik akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi
perifer dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh
darah perifer menurunkan curah jantung.
Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan
dipertahankannya tekanan darah dalam kisaran normal yang rendah
sehingga curah jantung membaik. Umumnya jumlah kebocoran cairan yang
terbesar terjadi dalam 24-36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai
puncaknya dalam tempo 6 hingga 8 jam.
Pada luka bakar yang kurang dari 30% luas total permukaan tubuh, maka
gangguan integritas kapiler dan perpindahan cairan akan terbatas pada luka
bakar itu sendiri sehingga pembentukkan lepuh dan edema hanya terjadi di
daerah luka bakar. Pasien luka bakar yang lebih parah akan mengalami
edema sistemik yang masif. karena edema akan bertambah berat pada luka
bakar yang melingkar (sirkumferensial), tekanan terhadap pembuluh darah
kecil dan saraf pada ekstermitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah
sehingga terjadi iskemia.
 Respons Pulmonal
Volume pernapasan sering kali normal atau hanya menurun sedikit
setelah cedera luka bakar yang luas. Setelah resusitasi cairan, peningkatan
volume pernapasan-dimanifestasikan sebagai hiperventilasi-dapat terjadi,
terutama bila klien ketakutan, cemas, atau merasa nyeri. Hiperventilasi ini
adalah hasil peningkatan baik laju respirasi dan volume tidal dan muncul
sebagai hasil hipermetabolisme yang terlihat setelah cedera luka bakar.
Biasanya hal tersebut memuncak pada minggu kedua pascacedera dan
kemudian secara bertahap kembali ke normal seiring menyembuhnya luka
bakar atau ditutupnya luka dengan tandur kulit.
 Cedera Inhalasi
Paparan terhadap gas asfiksian merupakan penyebab paling sering
mortalitas dini akibat cedera inhalasi. Karbon monoksida (CO), asfiksian
yang paling sering ditemui, dihasilkan ketika zat organik (misalnya: kayu
atau batu bara) terbakar. Ia adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa yang memiliki afinitas terhadap hemoglobin tubuh 200 kali
lebih kuat dibandingkan dengan oksigen. Dengan menghirup gas CO,
molekul oksigen tergeser, dan CO berikatan dengan hemoglobin untuk
membentuk karboksihemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan terjadi akibat
penurunan kemampuan pengantaran oksigen oleh darah secara keseluruhan.
 Depresi Miokardium
Beberapa investigator penelitian telah mengemukakan bahwa factor
depresi miokardium terjadi pada cedera yang lebih luas dan bersirkulasi
pada periode pascacedera dini. Depresi pada curah jantung yang signifikan
dan serta-merta terjadi, bahkan sebelum volume plasma yang beredar
berkurang, menunjukkan respons neurogenic terhadap beberapa zat yang
beredar. Penurunan curah jantung ini sering berlanjut dalam beberapa hari
bahkan setelah volume plasma telah kembali dan keluaran urine kembali
normal. Baru-baru ini, kombinasi mediator inflamasi dan hormone
disebutkan sebagai penyebab depresi miokardium yang terjadi setelah
cedera.
 Berubahnya Integritas Kulit
Luka bakar itu sendiri menampilkan perubahan patofisiologi yang
disebabkan akibat gangguan kulit dan perubahan jaringan di bawah
permukaannya. Kulit, ujung saraf, kelenjar keringat, dan folikel rambut
yang cedera akibat terbakar kehilangan fungsi normalnya. Hal yang
terpenting, fungsi barrier kulit hilang. Kulit yang utuh dalam keadaan
normal menjaga agar bakteri tidak memasuki tubuh dan agar cairan tubuh
tidak merembes keluar, mengendalikan penguapan, dan menjaga
kehangatan tubuh. Dengan rusaknya kulit mekanisme untuk menjaga suhu
normal tubuh dapat terganggu, dan risiko infeksi akibat invasi bakteri
meningkat, serta kehilangan air akibat penguapan meningkat.
 Imunosupresi
Fungsi sistem imun tertekan setelah cedera luka bakar. Penurunan
aktivitas limfosit, dan penurunan pembentukan immunoglobulin, serta
perubahan fungsi neutrofil dan makrofag terjadi secara nyata setelah cedera
luka bakar luas terjadi. sebagai tambahan, cedera luka bakar mengganggu
barrier primer terhadap infeksi-kulit. Secara bersama, perubahan-perubahan
ini menghasilkan peningkatan risiko infeksi dan sepsis yang mengancam
nyawa.
 Respons Psikologis
Berbagai respons psikologis dan emosional terhadap cedera luka bakar
telah dikenali, berkisar mulai dari ketakutan hingga psikosis. Respons
korban dipengaruhi usia, kepribadian, latar belakang budaya dan etnik, luas
dan lokasi cedera, dampak pada citra tubuh, dan kemampuan koping
pracedera. Sebagai tambahan, pemisahan dari keluarga dan teman-teman
selama perawatan di rumah sakit dan perubahan pada peran normal dan
tanggung jawab klien memengaruhi reaksi terhadap trauma luka bakar.
4. Manifestasi Klinik Combutsio/ Luka Bakar
Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak
dan disebut sebagai luka bakar superfisial partial thickness, deep partial
thickness dan full thickness. Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar
derajat-satu, -dua, -tiga (Putri & Himayani, 2020)

Kedalaman dan Bagian Gejala Penampilan luka Perjalanan


penyebab luka kulit yang kesembuhan
bakar terkena
Derajat satu Epidermis Kesemutan, Memerah, menjadi Kesembuhan
(superfisial): hiperestesia putih ketika ditekan lengkap dalam
tersengat (supersensivitas), minimal atau tanpa waktu satu
matahari, rasa nyeri mereda edema minggu,
terkena api jika didinginkan terjadi
dengan pengelupasan
intensitas kulit
rendah

Derajat-dua Epidermis Nyeri, Melepuh, dasar luka Kesembuhan


(partial- dan bagian hiperestesia, berbintik-bintik dalam waktu
thickness): dermis sensitif terhadap merah, epidermis 2-3 minggu,
tersiram air udara yang retak, permukaan pembentukan
mendidih, dingin luka basah, terdapat parut dan
terbakar oleh edema depigmentasi,
nyala api infeksi dapat
mengubahnya
menjadi
derajat-tiga
Derajat-tiga Epidermis, Tidak terasa Kering, luka bakar Pembentukan
(full- keseluruha nyeri, syok, berwarna putih eskar,
thickness): n dermis hematuria seperti bahan kulit diperlukan
terbakar nyala dan (adanya darah atau gosong, kulit pencangkokan
api, terkena kadang- dalam urin) dan retak dengan bagian , pembentukan
cairan mendidih kadang kemungkinan lemak yang tampak, parut dan
dalam waktu jaringan pula hemolisis terdapat edema hilangnya
yang lama, subkutan (destruksi sel kontur serta
tersengat arus darah merah), fungsi kulit,
listrik kemungkinan hilangnya jari
terdapat luka tangan atau
masuk dan keluar ekstrenitas
(pada luka bakar dapat terjadi
listrik)

 Setiap area luka bakar mempunyai tiga zona cedera, yaitu :


a. Zona koagulasi : area yang paling dalam, dimana terjadi kematian
seluler.
b. Zona statis : area pertengahan, tempat terjadinya gangguan suplai darah,
inflasi, dan cedera jaringan.
c. Zona hiperemi : area yang terluar, biasanya berhubungan dengan luka
bakar derajat 1 dan seharusnya sembuh dalam seminggu.
 Dalam menetukan dalamnya luka bakar kita harus memperhatikan faktor-
faktor berikut :
1. Riwayat terjadinya luka bakar
2. Penyebab luka bakar
3. Suhu agen yang menyebabkan luka bakar
4. Lamanya kontak dengan agen
5. Tebalnya kulit

Gambar luka bakar derajat I (superfisial)

Gambar luka bakar derajat II (partial-thickness)


Gambar luka bakar derajat III (full-thickness)

Gambar klasifikasi luka bakar


 Luas Luka Bakar
Berbagai metode dalam menentukan luas luka bakar :
a. Rumus Sembilan (Rule of Nines)
Estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar disederhanakan dengan
menggunakan Rumus Sembilan. Rumus Sembilan merupakan cara yang
cepat untuk menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut
menggunakan persentase dalam kelipatan sembilan terhadap permukaan
tubuh yang luas.
Gambar rumus sembilan (rule of nines) pada orang dewasa

Gambar rumus sembilan (rule of nines) pada anak-anak

b. Metode Lund and Browder


Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh
yang terbakar adalah metode Lund dan Browder yang mengakui bahwa
persentase luas luka bakar pada berbagai bagian anatomik, khususnya
kepala dan tungkai, akan berubah menurut pertumbuhan. Dengan membagi
tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat kecil dan memberikan estimasi
proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian-bagian tubuh tersebut, kita bisa
memperoleh estimasi tentang luas permukaan tubuh yang terbakar. Evaluasi
pendahuluan dibuat ketika pasien tiba di rumah sakit dan kemudian direvisi
pada hari kedua serta ketiga paska luka bakar karena garis demarkasi
biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.
Metode Lund and Browder
c. Metode Telapak Tangan
Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar, metode yang
dipakai untuk memperkirakan persentase luka bakar adalah metode telapak
tangan (palm method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1%
luas permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk
menilai luas luka bakar.
5. Komplikasi Luka Bakar
a. Segera
Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkum ferensial ( luka bakar
pada ekstremitas iskemia ekstremitas, luka bakar pada toraks
hipoksia dari gagal napas restriktif) ( cegah dengan
eskaratomisegera).
b. Awal
 Infeksi ( waspada isteptococcus ) obati infeksi yang timbul
(10% organisme pada biopsi luka ) dengan antibiotik sistemis.
 Ulkus akibat stres ( ulkus cerling ) ( cegah dengan antasida,
broker H2 atau inhibitor pompa protonprofilaksis )
 Hiperkalsemia ( dari sitolisis pada luka bakar luas ). Obati
dengan insulin, dekstrosa (Daniaty et al., 2021)
6. Penatalaksanaan Combutsio/Luka Bakar
a. Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari
untuk mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar
kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah
hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar
api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air
atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk
kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh
dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik
dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan
selimut basah pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang
dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat menyebabkan
evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan menyebabkan
dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan
penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam
mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis
b. Hospital
a) Resusitasi A, B, C.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien
trauma, karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-
nya terlebih dahulu.
 Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi,
maka segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda
adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung
dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar,
dan sputum yang hitam.
 Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat
gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi.
Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat
menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax,
hematothorax, dan fraktur costae
 Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan
sehingga menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas
dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma
yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, ada 2
cara yang lazim dapat diberikan yaitu dengan Formula Baxter
dan Evans
b) Resusitasi Cairan
Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung
kebutuhan cairan pada penderita luka bakar yaitu :
 Cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
- Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
- Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
- 3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8
jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairn hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan yang diberikan hari kedua. Sebagai monitoring
pemberian lakukan penghitungan diuresis.
 Cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak
dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung
dengan rumus : Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam
pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama
terutama diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena
terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari
jumlah pemberian hari pertama.
 Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
 Monitor urine dan CVP.
 Topikal dan tutup luka
- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) +
buang jaringan nekrotik.
- Tulle
- Silver sulfa diazin tebal
- Tutup kassa tebal
- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
 Obat – obatan
- Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6
jam sejak kejadian.
- Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola
kuman dan sesuai kultur.
- Analgetik : kuat (morfin, petidine)
- Antasida : kalau perlu (Hardiana Sahara, 2020)
1. Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada
ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat
pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri,
kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan
yang dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai
penjepitan bebas.
Debirdemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati
dengan jalan eksisi tangensial.
2. Perawatan Luka Bakar
Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya luka
bakar; kemudian perawatannya dilakukan melalui tiga fase luka bakar, yaitu:
fase darurat/resusitasi, fase akut atau intermediet, dan fase rehabilitasi.
 Fase Resusitatif

Fase resusitatif cedera luka bakar terdiri atas waktu antara cedera
awal sampai 36 hingga 48 jam setelah cedera. Fase ini berakhir ketika
resusitasi cairan selesai. Selama fase ini, masalah saluran napas dan
pernapasan yang mengancam nyawa adalah perhatian utama. Fase ini
juga ditandai dengan terjadinya hypovolemia, yang menyebabkan
kebocoran cairan kapiler dari ruang intravaskuler ke ruang interstisial,
menyebabkan edema. Walaupun cairan tetap berada dalam tubuh, cairan
tersebut tidak mungkin berperan dalam menjaga sirkulasi yang memadai,
karena tidak berada di ruang vaskuler lagi.

 Fase Akut

Fase pemulihan akut setelah luka bakar mayor dimulai ketika


hemodinamik klien sudah stabil, integritas kapiler sudah kembali, dan
diuresis sudah mulai muncul. Waktu tersebut dimulai kira-kira pada 48
hingga 72 jam setelah waktu cedera. Untuk klien baik dengan luka bakar
moderat atau minor, fase akut pada dasarnya dimulai pada waktu cedera.
Fase akut berlanjut hingga penutupan luka tercapai.

 Fase Rehabilitasi

Fase rehabilitasi dalam pemulihan mewakili fase terakhir dalam


pemulihan luka bakar dan mencakup waktu sejak penutupan luka sampai
pemulangan dan setelahnya. Dalam rangka mencapai hasil terbaik,
pemberi perawatan harus mengerti konsekuensi cedera luka bakar, dan
penanganan rehabilitasi harus dimulai sejak hari saat cedera terjadi. Pada
akhirnya, program rehabilitasi luka bakar dirancang untuk pemulihan
fungsional dan emosional maksimal. Cara-cara untuk meningkatkan
penyembuhan luka, mencegah dan meminimalkan deformitas dan parut
hipertrofik, meningkatkan fungsi dan kekuatan fisik, meningkatkan
dukungan emosional, serta memberikan pengajaran adalah bagian dari
fase rehabilitasi yang berlangsung.
Fase Durasi Prioritas
Fase resusitasi yang Dari awitan cedera         Pertolongan pertama
darurat atau segera hingga selesainya         Pencegahan syok
resusitasi cairan          Pencegahan gangguan
pernapasan
         Deteksi dan penanganan
cedera yang menyertai
         Penilaian luka dan
perawatan pendahuluan
Fase akut Dari dimulainya diuresis         Perawatan dan penutupan
hingga hampir selesainya luka
proses penutupan luka          Pencegahan atau
penanganan komplikasi,
termasuk infeksi
         Dukungan nutrisi
Fase rehabilitasi Dari penutupan luka         Pencegahan parut dan
yang besar hingga kontraktur
kembalinya kepada         Rehabilitasi fisik,
tingkat penyesuaian fisik oksupasional dan vokasional
dan psikososial yang         Rekonstruksi fungsional
optimal dan kosmetik
         Konseling psikososial

7. Pemeriksaan Penunjang
o Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari
15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang
meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht
turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan
oleh panas terhadap pembuluh darah.
o Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya
infeksi atau inflamasi.
o GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan
cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan
tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi
karbon monoksida.
o Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada
awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat
terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai
diuresis.
o Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan
kelebihan cairan, kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan
cairan.
o Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
o Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon
stress.
o Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada
edema cairan.
o BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi
atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera
jaringan.
o Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap
efek atau luasnya cedera.
o EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.
o Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar.
8. Pathway
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN FISIK TERKAIT KASUS
a. Anamnesa
 Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku, bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi dan
diagnose medis.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien, mempunyai penyakit
yang merubah kemampuan untuk memenuhi keseimbangan cairan dan
daya pertahanan terhadap infeksi (seperti Diabetes mellitus , gagal
jantung, sirosis hipatis, gangguan pernafasan).
 Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Sumber kecelakaan
2) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
3) Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
4) Factor yang mungkin berpengaruh seperti alcohol, obat-obatan
5) Keadaan fisik disekitar luka bakar
6) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga klien apakah memeliki riwayat penyakit yang
sama dengan yang diderita klien.
 Riwayat Psiko- Sosio- Spiritual
Pengkajian psikologi meliputi status emosi, kognitif, dan perilaku
klien, pengkajian mekanisme koping klien terhadap penyakit yang
diderita.
b. Pola Kesehatan Sehari-hari
 Pola kebiasaan Pasien biasanya melakukan kegiatan berhubungan
dengan benda panas dan sangat beresiko.
 Pola tidur dan istirahat Pasien mengeluh sulit tidur karena merasa tidak
nyaman ataupun nyeri pada bagian luka.
 Pola eliminasi Pasien pada pola eliminasi mengeluh susah melakukan
seperti biasa.
 Pola hubungan dan peran Terjadinya perubahan peran dan hubungan
karena terhambatnya pola aktivitas.
 Pola persepsi dan konsep diri Pasien merasa tidak berdaya ketika sakit
dan punya harapan untuk sembuh
c. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
1) Tingkat kesadaran : Compos metis
Keadaan umum : Lemah
2) Tanda-tanda vital
 Tekanan darah
 Nadi
 Respirasi
 Suhu tubuh
b) Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
Untuk mengetahui turgor kulit dan mengetahui adanya lesi
atau bekas luka.
Inspeksi : lihat ada lesi atau tidak, warna rambut, edema, dan
penyebaran rambut.
Palpasi : meraba dan tentukan elastisitas turgor kulitbserta
tekstur kasar atau halus, akral dingin/ hangat.
2) Rambut
Untuk mengetahui warna rambut, kebersihan rambut,
penyebaran rambut.
Inspeksi : penyebaran rambut merata atau tidak dan adanya
ketombe atau tidak.
Palpasi : mudah rontok atau tidak, rambut lengket atau tidak.
3) Wajah
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala, untuk
mengetahui luka dan kelainan pada kepala.
Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah antara kanan dan kiri jika
ada perbedaan maka ada kelumpuhan atau parase.
Palpasi : lihat adanya luka, respon nyeri dengan melakukan
penekanan sesuai kebutuhan.
4) Mata
Untuk mengetahui bentuk mata, fungsi mata serta untuk
melihat apakah ada kelainan pada mata.
Inspeksi : lihat warna konjungtiva dan sclera mata (kuning
atau ikterik), pupil isokor, medriasis atau miosis.
Palpasi : lihat apakah ada tekanan intra okuler. Apabila ada
maka ketika dilakukan penenkanan akan terasa keras, kaji jika
ada nyeri tekan.
5) Hidung
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung
Inspeksi : lihat bentuk hidung simetris atau tidak, apakah ada
kemerahan atau lesi hidung bagian dalam.
Palpasi : lakukaan penekanan apakah ada nyeri tekan pada
sinus, apakah ada nyeri tekan pada pangkal hidung, apakah
terjadi benjolan.
6) Mulut dan Faring
Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada mulut dan
faring.
Inspeksi : lihat apakah ada kelainan pada bibir (bibir
sumbing), bentuk bibir simetris atau tidak, warna bibir,
kelembapan, apakah ada gigi yang berlubang, kebersihan
gigi, serta lihat apakah ada pembesaran pada tonsil.
Palpasi : ada lesi atau massa pada area mulut dg melakukan
penekanan di daerah pipi, serta kaji jika ada nyeri tekan.
7) Telinga
Untuk mengetahui fungsi telinga dan melihat apakah ada
kondisi abnormal pada telinga.
Inspeksi : lihat warna daun telinga, bentuk, simetris atau
tidak antara kanan dan kiri, serta lihat apakah ada serumen.
Palpasi : lakukan penekanan ringan apakah ada nyeri tekan
atau tidak dan elastisitas kartilago.
8) Leher
Untuk mengetahui fungsi dan apakah ada kelainan pada leher.
Inspeksi : lihat warna kulit, bentuk, amati adanya
pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi : lakukan penekanan pada leher dengan cara
meletakkan kedua tangan disisi samping leher dan pasien
suruh menelan lalu rasakan apakah ada pembesaran tiroid
pada sisi leher.
9) Dada
Untuk mengetahui bentuk, frekuensi, nyeritekan, irama
pernafasan dan bunyi paru.
Inspeksi : lihat kesimetrisan dada kanan dan kiri, apakah ada
retraksi dada atau tidak.
Palpasi : apakah ada benjolan serta nyeri tekan, lihat apakah
ada pelebaran pada ictus cordis.
Perkusi : untuk melihat batas normal paru.
Auskultasi : untuk mengetahui bunyi nafas.
10) Abdomen
Untuk mengetahui warna, bentuk perut, peristaltic usus, dan
apakah ada nyeri tekan.
Inspeksi : amati bentuk perut, warna kulit, apakah ada
benjolan, dan asites.
Auskultasi : dengarkan peristaltik usus dan hitung apakah
ada peningkatan pada bising usus.
Palpasi : apakah ada lesi, dan nyeri tekan.
Perkusi : apakah ada hipertimpani atau tidak.
11) Musculoskeletal / Ektremitas
Untuk mengetahui mobilitas kekutan otot.
Inspeksi : lihat apakah ada atrofi pada ekstremitas.
Palpasi : lakukan penekanan dan minta pasien untuk
memberi tahanan pada eskstremitas untuk melihat kekuatan
otot pada anggota gerak atas dan bawah.
12) Pemeriksaan Nervus
NI olfaktorius : untuk memeriksa indra penciuman dengan
baubauan yg tajam .
NII optikus : pemeriksaan ketajaman penglihatan dengan
visual test snellen card.
N III,IV,VI okulomotorius, throkhlearis, abdusens :
apakah ada paralisis pada salah satu mata, pemeriksaan pupil,
gerakan bola mata.
N V trigeminus : apakah ada gangguan mengunyah, kasus
stroke terkadang terdapat paralisis pada saraf trigeminus.
N VII fasialis : kaji persepsi pengecapan, dan kesimetrisan
wajah.
N VIII akustikus : apakah ada gangguan pendengaran.
N IX dan X glosofaringeus dan vagus : kemampuan
menelan berfungsi secara normal atau tidak, serta ajak klien
untuk membuka mulut untuk menilai fungsi dari vagus.
N XI asesorius : minta klien untuk menengok kesisi salah
satu tubuh serta mengangkat bahu.
N XII hipoglosus : melihat saraf motorik untuk ekstrinsik
dan intrinsik lidah
13) Pemeriksaan Integumen
Inspeksi : amati warna kulit, kaji adanya lesi dan edema
Palpasi : kelembaban kulit, mengecek suhu kulit dengan cara
membandingkan kedua kaki dan lengan tangan dengan
menggunakan jari, tarik/cubit untuk mengetahui turgor kulit
(normalnya kembali cepat).
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang
terkenal dengan rule of nine of Wallace yaitu :
 Kepala dan leher : 9%
 Lengan masing-masing 9% :18%
 Badan depan 18%, badan bagian belakang : 36%
 Tungkai masing-masing 18 : 36%
 Genitalia/perinium :1%
(Marpaung, 2019)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a. Nyeri Akut (D.0077)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan.
Penyebab : agen pencedera kimiawi ( mis, terbakar, bahan kimia, iritan )
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
 Mengeluh nyeri
Objektif :
 Tampak meringis
 Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindar nyeri)
 Gelisah
 Frekuensi nadi meningkat
 Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : -
Objektif :
 Tekanan darah meningkat
 Pola nafas berubah
 Nafsu makan berubah
b. Gangguan integritas kulit ( D.0129 )
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Definisi : Kerusakan kulit ( dermis dan/atau epidermis )
Penyebab :
 Perubahan sirkulasi
 Kekurangan / kelebihan volume cairan
 Bahan kimia iritatif
 Suhu lingkungan yang ekstrem
 Faktor mekanis ( mis, penekanan pada tonjolan tulang, gesekan ) atau
faktor elektris ( elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi )
 Perubahan pigmentasi
 Perubahan hormonal
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : -
Objektif : Kerusakan lapisan kulit
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : -
Objektif :
 Nyeri
 Kemerahan
 Hematoma
c. Gangguan citra tubuh ( D.0083 )
Definisi : perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi
fisik individu
Penyebab :
 Perubahan struktur / bentuk tubuh ( mis, luka bakar )
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif :
 Mengungkapkan kecacatan dan kehilangan bagian tubuh
Objektif :
 Kehilangan bagian tubuh
 Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif :
 Tidak mau mengungkapkan kecacatan / kehilangan bagian tubuh
 Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
 Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain
 Mengungkapkan perubahan gaya hidup
Objektif :
 Menyembunyikan / menunjukkan bagian tubuh secera berlebihan
 Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh
 Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
 Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
 Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
 Hubungan sosial berubah
3. LUARAN KEPERAWATAN
a. Tingkat Nyeri ( L.08066 )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah nyeri
akut diharapkan menurun dan teratasi dengan kriteria hasil :
 Keluhan nyeri ( 4 )
 Meringis ( 4 )
 Sikap protektif ( 4 )
 Kesulitan tidur ( 4 )
Ket :
1 : meningkat
2 : cukup meningkat
3 : sedang
4 : cukup menurun
5 : menurun
 TTV ( tekanan darah, frekuensi nadi, pola nafas ) ( 4 )
 Fokus ( 5 )
 Nafsu makan ( 4 )
Ket :
1 : memburuk
2 : cukup memburuk
3 : sedang
4 : cukup membaik
5 : membaik
b. Integritas kulit ( L.14125 )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah
terhadap integritas kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil :
 Kerusakan lapisan kulit ( 4 )
Ket :
1 : meningkat
2 : cukup meningkat
3 : sedang
4 : cukup menurun
5 : menurun
c. Citra tubuh ( L.09067 )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah
terhadap citra tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil :
 Melihat bagian tubuh ( 4 )
 Menyentuh bagian tubuh ( 4 )
 Verbalisasi kecacatan bagian tubuh ( 4 )
 Verbalisasi kehilangan tubuh ( 4 )
Ket :
1 : memburuk
2 : cukup memburuk
3 : sedang
4 : cukup membaik
5 : membaik
d. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Manajemen nyeri ( I.08238 )
 Observasi
o Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
o Identifikasi skala nyeri
o Idenfitikasi respon nyeri non verbal
o Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
o Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
o Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
o Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
o Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
o Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Terapeutik
o Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
o Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
o Fasilitasi istirahat dan tidur
o Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Edukasi
o Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
o Jelaskan strategi meredakan nyeri
o Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
o Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
o Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
 Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Perawatan luka bakar ( I. 14565 )
 Observasi
o Identifikasi luka bakar
o Identifikasi durasi terkena luka bakar dan riwayat penanganan luka
sebelumnya
o Monitor kondisi luka ( mis. Persentasi ukuran luka bakar, derajat luka
bakar, perdarahan, warna dasar luka bakar, infeksi, eksudat, bau luka,
kondisi tepi luka )
 Terapeutik
o Gunakan teknik aseptik selama merawat luka
o Lepaskan balutan lama dengan menghindari nyeri dan perdarahan
o Rendam dengan air steril jika balutan lengket pada luka
o Bersihkan luka dengan cairan steril ( mis. NaCl 0,9 %, cairan antiseptik )
o Lakukan terapi relaksasi untuk mengurangi nyeri
o Jadwalkan frekuensi perawatan luka berdasarkan ada atau tidaknya
infeksi jumlah eksudat dan jenis balutan yang digunakan
o Gunakan modern dressing sesuai dengan kondisi luka ( mis. Hyrocolloid,
polymer, crystaline cellulose )
o Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5
g/kgBB/ hari
o Berikan suplemen vitamin dan mineral ( mis. Vitamin A, Vitamin C,
Zinc, asam amino )
 Edukasi
o Jelaskan tanda dan gejala infeksi
o Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
 Kolaborasi
o Kolaborasi prosedur debriment ( mis. Enzimatik, biologis, mekanis
autolitik ), jika perlu
o Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
c. Promosi citra tubuh ( I.09305 )
 Observasi
o Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
o Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra
tubuh
o Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
o Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
o Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
 Terapeutik
o Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
o Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
o Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh ( mis.
Luka )
o Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
 Edukasi
o Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
o Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
o Anjurkan mengikuti kelompok pendukung ( mis. Kelompok sebaya )
o Latih fungsi tubuh yang dimiliki
o Latih peningkatan penampilan
o Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun
kelompok
BAB III

EVIDENCE BASED NURSING

Pembahasan dari 2 jurnal yang didapat tentang Efektifitas Tanaman Lidah


Buaya (Aloe Vera) dalam Proses Penyembuhan Pasien Luka Bakar yaitu :

1. Identifikasi Proses Penyembuhan Luka Sebelum Diberi Gel Aloe Vera Pada
Pasien Dengan Luka Bakar
Berdasarkan analisis dari 2 artike l diketahui bahwa 1 artikel
menunjukkan sebelum pemberian Aloe Vera pada luka bakar didapatkan rata-
rata proses penyembuhan pada kelompok eksperimen yaitu 24.91 dan pada
kelompok control yaitu 23.14. Luka merupakan kasus cedera yang sering
dialami oleh setiap manusia. Luka didefinisikan sebagai hilangnya integritas
epitelial dari kulit. Organ ini berperan sangat penting dalam kehidupan manusia,
antara lain dengan mengatur keseimbangan air serta elektrolit, termoregulasi,
dan berfungsi sebagai barrier terhadap lingkungan luar termasuk
mikroorganisme. Penyembuhan luka melibatkan serangkaian kompleks
interaksi antara jenis sel yang berbeda, yaitu mediator sitokin dan matriks
ekstraselular. Fase penyembuhan luka yang normal termasuk hemostasis,
inflamasi, proliferasi, dan remodelling. Setiap fase penyembuhan luka berbeda,
meskipun proses penyembuhan luka kontinyu, Setelah terjadi luka pada kulit,
terjadi respon inflamasi dan peningkatan produksi kolagen oleh sel-sel di area
kulit yang diikuti dengan penataan ulang jaringan epitel. Mekanisme tersebut
merupakan proses fisiologis dan banyak faktor yang berperan di dalamnya,
termasuk faktor pertumbuhan dan sitokin dalam memperbaikinya. Penyembuhan
luka ditujukan untuk menyembuhkan luka dalam waktu sesingkat mungkin,
dengan rasa sakit, ketidaknyamanan, dan jaringan parut yang minimal pada
pasien (Hakim, 2020)
Berdasarkan teori dan hasil penelitian menurut asumsi penulis bahwa
luka bakar adalah kerusakan parah pada lapisan kulit akibat terbakar sehingga
menyebabkan sel-sel kulit yang terkena mati.Upaya penanganan luka bakar yang
dialami oleh tiap orang berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahan luka.
Proses penyembuhan luka bakar setiap orang berbeda-beda dilihat dari
keparahan luka bakar, luas luka bakar, kedalaman luka bakar, adanya infeksi
dan usia.
2. Identifikasi Proses Penyembuhan Luka Sesudah Diberi Gel Aloe Vera Pada
Pasien Dengan Luka Bakar
Berdasarkan analisis dari 2 artikel diketahui bahwa 1 artikel setelah
pemberian Aloe Vera pada pasien dengan luka bakar selama 14 hari pada
kelompok eksperimen didapatkan nilai hasil rata-rata penyembuhan yaitu 0.52.
Pada evaluasi harian proses penyembuhan dengan Aloe Vera, setelah munculnya
jaringan epitelisasi didasar luka, membrane lepuh (buli-buli) menghilang dengan
cara berangsur dan jaringan dibawahnya telah mengalami tahap akhir dalam
proses penyembuhan, sedangkan 1 artikel menunjukkan bahwa seluruh
responden sebanyak 30 orang (100%) penyembuhan luka bakarnya berada pada
fase proliferasi selama 14 hari pasca cidera dengan perawatan menggunakan gel
lidah buaya. Penelitian ini juga menemukan bahwa proses penyembuhan luka
pada responden mengalami epitelisasi jaringan kulit. Saat ini pengobatan
menggunakan obat tradisional dan bahan- bahan herbal masih banyak dilakukan
sebagai alternatif dalam masyarakat, oleh karena itu diperlukan terapi
komplementer untuk menunjang peran dari antimikroba topical utama dalam
penyembuhan luka bakar (Lin et al., 2010). Obat alternatif yang bisa digunakan
sebagai obat luka bakar yaitu menggunakan aloevera, Aloevera merupakan
tanaman semi-tropis, aloevera memiliki sejarah yang panjang dan di beri
peringkat tinggi sebagai tanaman herbal yang serbaguna (Alepandi et al., 2022)
Berdasarkan teori dan hasil penelitian menurut asumsi penulis bahwa
pemberian ekstrak gel lidah buaya menunjukkan bahwa penyembuhan luka
bakar rata-rata hasil pengukuran penurunan luas luka bakar pada seluruh
kelompok, karena ekstra kulit lidah buaya memiliki kandungan antiinflamasi.
Gel lidah buaya (aloe vera) dapat membantu pengeringan luka bakar dengan
pembentukan kolagen sehingga memberikan efek terhadap luka bakar melalui
proliferasi sel serta juga dapat meningkatkan fibroblash derma yang dapat
mendukung proses pengeringan luka bakar.
3. Analisis Efektifitas Tanaman Lidah Buaya (Aloe Vera) dalam Proses
Penyembuhan Pasien Luka Bakar.
Berdasarkan analisis 2 artikel, hasilnya mengatakan bahwa gel lidah
buaya (aloe vera) dapat menyembuhkan luka pada pasien dengan luka bakar
dengan nilai p value 0,000. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Novyana (2016) aloe vera dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan
megurangi rasa sakit pada luka. Lidah buaya mempunyai kandungan saponin
yang dapat membantu proses penyembuhan luka bakar derajat II adalah pada
kelompok II yaitu perlakuan dengan olesan lidah buaya. Salah satu kandungan
lidah buaya yang bias membantu mempercepat penyembuhan luka adalah
saponin, saponin akan bekerja sebagaian antibakteri dimana saponin ini akan
merusak dinding bakteri dengan demikian bakteri akan mengalami lisis dan pada
akhirnya akan menurunkan resiko terjadinya infeksi pada luka, saponin juga
dapat mempercepat pertumbuhan sel baru selain itu juga mampu masuk
kedalam lapisan kulit dan mampu mempertahankan cairan tubuh, sehingga
mampu mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. Kandungan saponin yang
terdapat dalam lidah buaya akan membantu meningkatkan aktifitas TGF-β yang
secara tidak langsung juga akan meningkatkan pertumbuhan sel tubuh yang
baru, senyawa dalam lidah buaya juga mampu menurunkan rasa nyeri yang
timbul karena luka (Novyana, 2016)
Berdasarkan teori dan hasil penelitian menurut asumsi penulis bahwa
luka merupakan hilangnya integritas epitelial dari kulit. Kulit merupakan barrier.
Saat barrier ini rusak karena berbagai penyebab, maka kulit tidak dapat
melaksanakan fungsinya secara adekuat. Oleh karena itu sangat penting untuk
mengembalikan integritasnya sesegera mungkin. Penyembuhan luka melibatkan
proses yang kompleks. Pemberian lidah buaya terutama lendirnya secara topikal
pada luka dapat mempercepat proses penyembuhan luka karena gel lidah buaya
mengandung glikoprotein dan saponin, yang mencegah inflasi rasa sakit dan
mempercepat perbaikan dan glukomanan, yaitu senyawa yang diperkaya
dengan polisakarida yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan fibroblas
dan merangsang aktivitas dan proliferasi sel dan meningkatkan produksi dan
sekresi kolagen sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka dan
merangsang pertumbuhan kulit.
BAB IV

PENYULUHAN KESEHATAN

A. Topik Penyuluhan : Pertolongan pertama pada luka bakar  


B. Hari/ Tanggal Penyuluhan    : Ahad, 19 Maret 2023
C. Tempat Penyuluhan : Puskesmas Pampang.
D. Lama Penyuluhan : 30 Menit
E. Sasaran : Masyarakat yang dating ke Puskesmas
F. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab
G. Media : Poster
H. Tujuan Umum : Masyarakat mampu mengetahui pertolongan
pertama pada luka bakar.
I. Tujuan Khusus :
1. Pasien mengerti pengertian daripengertian luka bakar.
2. Pasien mengerti klasifikasi luka bakar (derajat dan luas luka bakar).
3. Pasien memahami pertolongan pertama pada luka bakar.
J. Kriteria Evaluasi :
1. Pasien mampu menjelaskan kembali tentang pengertian luka bakar.
2. Pasien mampu menjelaskan kembali tentang klasifikasi luka bakar.
3. Pasien mampu menjelaskan kembali pertolongan pertama pada luka
bakar.
K. Pokok Bahasan :  Pertolongan pertama pada luka bakar.
L. Kegiatan
Tahap
No. Kegiatan perawat Kegiatan peserta Media
kegiatan

1 Pendahuluan 1.      Perkenalan 1.      Mendengarkan

2.      Mengemukakan latar 2.      Menjawab


belakang pokok materi pertanyaan
yang akan disampaikan
3.      Menggali
pengetahuan dan
mengajukan pertanyaan

2. Penyajian Menjelaskan : Mendengarkan Poster


Penjelasan
1.Pengertian luka bakar

2.Klasifikasi luka bakar

3. Pertolongan pertama
pada luka bakar

3. Evaluasi 1.    Menegaskan kembali 1.      Mendengarkan Poster


materi yang telah
2.      Menjawab
disampaikan
3.      Bertanya
2.    Menanyakan kembali
hal-hal yang penting

3.    Menjawab pertanyaan

4. Penutup 1.    Menarik kesimpulan Poster

2.    Salam penutup

M. Materi
1. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, dan radiasi (Moenajat,
2001)
2. Klasifikasi
Berdasarkan derajat kedalaman luka bakar :
a. Luka bakar derajat satu (ringan) : luka bakar paling ringan yang hanya mengenai
lapisan kulit yang paling luar (epidermis). Kulit biasanya memerah dan mungkin
bengkak dan terasa sakit. Lapisan luar kulit tidak terbakar semua.
b. Luka bakar derajat dua (sedang) : apabila lapisan kulit pertama terbakar habis
dan mengenai lapisan kulit kedua, ini terhitung sebagai luka bakar tingkat dua.
Ditandai dengan munculnya lepuhan dan kulit langsung merah dan berbercak-
bercak dan rasa nyeri hebat.
c. Luka bakar derajat tiga (berat) : luka bakar ini merupakan luka yang paling
serius. Luka ini meliputi seluruh lapisan kulit dan bahkan mencapai jaringan
yang lebih dalam lagi. Luka bakar ini membutuhkan perawatan medis darurat.
3. Pertolongan pertama pada luka bakar
a. Untuk luka bakar ringan dan sedang
 Pastikan penyebab luka bakar telah dijauhkan atau dimatikan.
 Dinginkan luka bakar dengan mengucurkan air dingin selam 10-15
menit. Kalau tidak memungkinkan rendam luka bakar didalam air dingin
atau tutupi dengan kompres dingin. Jangan meletakkan batu es langsung
pada luka bakar karena ini bisa menimbulkan radang beku dan
memperparah kerusakan jaringan.
 Jika luka sudah dingin, oleskan lotion ata cairan pelembab untuk
menyejukkan luka dan menghindari kekeringan.
 Jangan sekali-kali mempergunakan mentega, minyak, garam, kecap, air
kapur dsb karena akan menimbulkan terjadinya iritasi dan infeksi pada
luka.
 Tutupi luka dengan kassa steril agar terhindar dari udara dan
mengurangi rasa sakit.
 Jika ada lepuhan pada luka, jangan memecahkan lepuhan tersebut.
Apabila lepuhan tersebut pecah sendiri, cucilah luka itu dengan sabun
lunak dan air. Kemudian olesi dengan salep antibiotik dan tutup dengan
perban kassa.
b. Untuk luka bakar berat
Panggil ambulans atau bawa segera ke unit gawat darurat untuk semua
kasus luka bakar berat. Sementara menanti bantuan medis tiba dapat
dilakukan :

 Pastikan penyebab luka bakar telah dijauhkan. Jangan melepaskan


pakaian terbakar yang melekat pada kulit, tetapi pastikan korban tidak
lagi bersentuhan dengan meteri yang masih panas atau membara.
 Pastikan korban masih bernapas. Apabila pernapasan telah terhenti,
lakukan pernapasan buatan dari mulut ke mulut. Bila ada dugaan saluran
pernapasan korban tersumbat, usahakan untuk melegakannya terlebih
dahulu.
 Tutupi luka bakar dengan perban steril yang kering atau kain yang
bersih.
 Jangan menggunakan selimut atau handuk karena bahaya dan cenderung
melekat pada luka bakar. Kain sepraibisa digunakan bila bagian yang
terbakar sangat luas.
 Jangan memberi salep dan jangan memecahkan lepuhan luka bakar.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil
penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan
secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar
didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya
luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam akan memerlukan
perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang dialami penderita dapat
menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga
keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
makin berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar sehingga makin
meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.
B. Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril
dan sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi
waktu kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak
diharapkan selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas
terutama pada hal-hal yang dapat memicu luka bakar.
DAFTAR PUSTAKA

Alepandi, M., Wahyudi, J. T., & Tiranda, Y. (2022). Efektivitas Pemberian Aloevera
Pada Proses Penyembuhan Luka Bakar:Literature Reviuw. JKM: Jurnal
Keperawatan Merdeka, 2(1), 15-29., 2, 15–29.

Daniaty, D., Yusharyahya, S. N., Paramitha, L., & Bernadette, I. (2021). Tata laksana
komplikasi luka bakar di bidang dermatologi. Media Dermato Venereologica
Indonesiana, 48(2). https://doi.org/10.33820/mdvi.v48i2.99

Hakim, A. M. (2020). Efektifitas Aloe vera terhadap Luka Bakar. Jurnal Ilmiah
Kedokteran Wijaya Kusuma, 9(2), 245. https://doi.org/10.30742/jikw.v9i2.800

Hardiana Sahara. (2020). Penatalaksanaan Resusitasi Cairan pada Pasien Luka Bakar.
Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, 3(3), 47–53.

Ii, B. A. B., Penyakit, A. K., & Bakar, L. (2020). TINJAUAN PUSTAKA menjadi
sumber panas seperti api , air , zat kimia dll . aturan perhitungan menghitung
persentase luka bakar dan digunakan untuk membantu mengambil keputusan
pengobatan , saat ini perhitungan persentase luka bakar dan menentukan
penanganan yang tepat masih secara manual , maka dari itu a . Kedalaman Luka
Bakar b . Keparahan Luka Bakar derajat III . Cedera luka bakar dikategorikan
kedalam luka bakar minor ,. 6–29.

Marpaung, S. H. S. (2019). Pelaksanaan Proses Pengkajian Keperawatan Pada Pasien


Luka Bakar. INA-Rxiv Papers.

Putri, D. R., & Himayani, R. (2020). Diagnosis Dan Tatalaksana Luka Bakar Pada
Mata. JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia, 8(2), 128–135.
https://doi.org/10.53366/jimki.v8i2.124

Anda mungkin juga menyukai