Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

LUKA BAKAR

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................2
BAB II KONSEP TEORI
A. Pengertian................................................................................................3
B. Etiologi....................................................................................................3
C. Klasifikasi................................................................................................4
D. Manifestasi Klinis....................................................................................7
E. Patofisiologi.............................................................................................8
F. Pathway...................................................................................................9
G. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................10
H. Penatalaksanan......................................................................................11
I. Komplikasi............................................................................................12
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.............................................................................................13
B. Analisa Data..........................................................................................16
C. Diagnosa Keperawatan..........................................................................17
D. Intervensi...............................................................................................18
E. Implementasi.........................................................................................27
F. Evaluasi.................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar adalah luka yang paling sering dialami oleh manusia
dibandingkan dengan luka lain. Luka bakar dapat terjadi karena adanya kontak
dengan sumber panas ataupun suhu yang sangat rendah, zat kimia, listrik,
radiasi dan cahaya. Berbagai aktifitas sehari-hari yang dilakukanpun dapat
menjadi penyebab terjadinya luka bakar misalnya kecelakaan yang
menyebabkan meledaknya kendaraan, memegang peralatan dalam keadaan
panas sewaktu memasak, tersengat arus listrik ataupun karena sebab lainnya
(Azhari, 2016).
Luka bakar menjadi masalah kesehatan masyarakat global yang bertanggung
jawab terhadap kematian sekitar 195.000 orang per tahun. Berdasarkan angka
kejadian di Amerika Serikat luka bakar menjadi penyebab kematian terbesar
yang setiap tahunnya sejumlah 2,5 juta orang dan sekitar 12.000 orang
meninggal dunia yang disertai cedera inhalasi. Menurut World Fire Statistics
Centre pada tahun 2003-2005 mengenai terjadinya luka bakar negara dengan
prevalensi terendah yaitu Singapura dengan persentase 0,12% per 100.000
orang dan tertinggi adalah Hongaria dengan persentase 1,98%. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk membahas tentang konsep dasar penyakit dan konsep
dasar asuhan keperawatan dari luka bakar (Artawan, 2017).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari luka bakar?
2. Bagaimanakah Etiologi dari luka bakar?
3. Bagaimanakah Klasifikasi dari luka bakar?
4. Bagaimanakah Manifestasi Klinis dari luka bakar?
5. Bagaimanakah Patofisiologi dari luka bakar?
6. Bagaimanakah Pathway dari luka bakar?
7. Bagaimanakah Pemeriksaan Penunjang dari luka bakar?
8. Bagaimanakah Penatalaksanan dari luka bakar?

1
9. Bagaimanakah Komplikasi dari luka bakar?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memahami tentang konsep penyakit dan konsep
asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang pengertian luka bakar.
b. Mengetahui tentang etiologi luka bakar.
c. Mengetahui tentang klasifikasi luka bakar.
d. Mengetahui tentang manifestasi klinis luka bakar.
e. Mengetahui tentang patofisiologi luka bakar.
f. Mengetahui tentang pathway luka bakar.
g. Mengetahui tentang pemeriksaan Penunjang luka bakar.
h. Mengetahui tentang penatalaksanan luka bakar.
i. Mengetahui tentang komplikasi luka bakar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas dan suhu sangat rendah
(Artawan, 2017).
Jadi luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang berkembang
di dunia. Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas
dan mortalitas yang tinggi.

B. Etiologi
Etiologi luka bakar antara lain adalah sebagai berikut (Musliha, 2018):
1. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn) yang disebabkan oleh karena
terpapar atau kontak dengan api, cairan panas dan bahan padat. Luka bakar
api berhubungan dengan asap atau cedera inhalasi.
2. Luka bakar bahan kimia (chemical burn) disebabkan oleh kontaknya
jaringan kulit dengan asam atau basa yang kuat. Konsentrasi zat kimia,
lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya
injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena
kontak dengan zat-zat pembersih yang sering digunakan untuk keperluan
rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri,
pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat
menyebabkan luka bakar kimia.
3. Luka bakar sengatan listrik (electrical burn) disebabkan karena lewatnya
tenaga listrik bervoltase tinggi melalui jaringan menyebabkan perubahan
menjadi tenaga panas, ia menimbulkan luka bakar yang tidak hanya
mengenai kulit dan jaringan subkutis, tetapi juga semua jaringan pada jalur

3
arus listrik tersebut. Luka bakar listrik biasanya disebabkan oleh kontak
dengan sumber tenaga bervoltase tinggi. Anggota gerak merupakan kontak
yang terlazim, dengan tangan dan tangan yang lebih sering cedera daripada
tungkai dan kaki. Kontak sering menyebabkan gangguan jantung dan atau
pernafasan, dan resusitasi kardiopulmonal sering diperlukan pada saat
kecelakaan tersebut terjadi. Luka pada daerah masuknya listrik biasanya
gosong dan tampak cekung.
4. Luka bakar radiasi (radiasi injury) disebabkan oleh terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan
radiasi ion pada industri atau sumber dari radiasi untuk keperluan terapeutik
pada dunia kedokteran. Terpapar oleh sinar matahari akibat terpapar yang
terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

C. Klasifikasi
1. Berdasarkan kedalaman luka:

Gambar 1. Derajat Luka Bakar Berdasarkan Kedalaman Luka

a. Derajat 1 (superficial) luka bakar akan sembuh dalam waktu singkat,


paling lambat satu minggu tanpa dilakukannya pengobatan atau dapat

4
diberikan analgetik apabila merasa kesakitan dan berikan obat-obatan
topikal pada kulit yang tampak kemerahan tanpa ada kerusakan jaringan
kulit.
b. Derajat 2 (partial thickness) terdiri dari superfisial (superficial partial
thickness) dan dalam (deep partial thickness). Pada luka derajat 2
superfisial kulit berwarna merah dan adanya bula (gelembung), organ
kulit seperti kelenjar sebasea dan kelenjar kulit masih utuh. Pada luka
bakar ini terjadi keruskan epidermis yang ditandai rasa nyeri dan akan
sembuh dalam waktu 10 sampai dengan 14 hari dan dapat dilakukan
kompres dengan menggunakan NaCl. Untuk luka bakar derajat 2 dalam
kulit menjadi kemerahan disertai adanya jaringan yang terkelupas
(kerusakan dermis dan epidermis), organ-organ kulit seperti kelenjar
keringat folikel rambut, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh,
proses penyembuhan pada luka derajat 2 dalam biasanya memerlukan
waktu penyembuhan yang lama tergantung jaringan epitel yang masih
tersisa.
c. Derajat 3 (full thickness)ditandai dengan seluruh dermis dan epidermis
mengalami kerusakan, tidak dijumpai rasa nyeri dan kehilangan sensasi
karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian
bahkan bisa merusak jaringan lemak dan otot walaupun jaringan tersebut
tidak mengalami nekrosis. Proses penyembuhan terjadi lama karena tidak
terbentuk epitelisasi jaringan dari dasar luka yang spontan. Kulit yang
terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Terjadi koagulasi protein pada
epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
d. Derajat 4 (fourth degree)semua jaringan sudah terjadi kerusakan bahkan
dapat menimbulkan jaringan nekrotik.
2. Berdasarkan ukuran luas luka Rule of Nines
Merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah yang terbakar.
Sistem tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan sembilan terhadap
permukaan tubuh yang luas. Rule of nines menunjukkan persentase luas luka
bakar pada orang dewasa yaitu: Kepala dan leher 9%, Dada depan dan

5
belakang 18%, Abdomen depan dan belakang 18%, Tangan kanan dan kiri
18%, Paha kanan dan kiri 18%, Kaki kanan dan kiri 18%, Genitalia 1%.

Gambar 2. Derajat Luka Bakar pada Orang Dewasa dan Anak-anak


Berdasarkan Ukuran Luas Luka rules of nine

3. Berdasarkan Metode Lund dan Bowder


Metode ini menggunakan persentase luas luka bakar pada berbagai
bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai akan berubah menurut
pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat
kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk
bagian-bagian tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi luas
permukaan tubuh yang terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien
tiba di rumah sakit dan kemudian direvisi pada hari kedua, serta ketiga
pasca-luka bakar karena garis demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah
periode tersebut (Muttaqin dan Sari, 2017).

6
Tabel 1.
Penilaian luas luka bakar dengan metode Lund dan Browder
USIA (Tahun)
LOKASI
0-1 1-4 5-9 10-14 15 DEWASA
Kepala 19 17 13 10 9 7
Leher 2 2 2 2 2 2
Dada & Perut 13 13 13 13 13 13
Punggung 13 13 13 13 13 13
Pantat Kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Pantat Kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Kelamin 1 1 1 1 1 1
Lengan Atas Kanan 4 4 4 4 4 4
Lengan Atas Kiri 4 4 4 4 4 4
Lengan Bawah Kanan 3 3 3 3 3 3
Lengan Bawah Kiri 3 3 3 3 3 3
Tangan Kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Tangan Kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Paha Kanan 5,5 6,5 8,5 8,5 9 9,5
Paha Kiri 5,5 6,5 8,5 8,5 9 9,5
Tungkai Bawah Kanan 5 5 5,5 6 6,5 7
Tungkai Bawah Kiri 5 5 5,5 6 6,5 7
Kaki Kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Kaki Kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi luka bakar antara lain adalah nyeri lokal, eritema, kemerahan,
pucat, menggigil, sakit kepala, mual dan muntah, lepuh berisi air dan
berselaput tipis, area yang rusak berlilin dan putih, perubahan suara, batuk,
mengi, sputum gelap pada luka bakar mukosa. Manifestasi tentang luka bakar
dapat ketahui dengan derajat luka yang dibagi menjadi 4 derajat yaitu
(Muttaqin dan Sari, 2017):
1. Grade I dengan kerusakan jaringan hanya terjadi pada epidermis, nyeri,
warna kulit kemerahan, kering, pada tes jarum terdapat hiperalgesia, lama
sembuh ±7 hari kulit menjadi normal.
2. Grade II: terdapat grade II a dimana jaringan yang rusak adalah sebagian
dermis, folikel rambut, dan kelenjar keringat utuh, rasa nyeri, warna
kemerahan pada lesi, adanya cairan pada bula, waktu sembuh 7-14 hari. Dan
pada grade II b dimana jaringan yang rusak sampai dermis, hanya kelenjar

7
keringat yang utuh, eritema, terkadang ada sikatrik, waktu sembuh 14-21
hari.
3. Grade III yaitu jaringan yang rusak meliputi seluruh epidermis dan dermis,
kulit kering, kaku, terlihat gosong, terasa nyeri karena ujung saraf rusak,
waktu sembuh lebih dari 21 hari.
4. Grade IV dimana luka bakar mengenai seluruh lapisan kulit, otot bahkan
tulang, penderita tidak akan merasakan nyeri karena kerusakan saraf, warna
kulit menjadi abu-abu, kehitaman, kering dan mengelupas

E. Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44 C tanpaO

kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap


drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur
yang kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam
hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar
ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyelutruh,
penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik.
Volume cairan iuntravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan
menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan
syok (Moenajat, 2017).
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh
kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem
yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh
darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein),
sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler
menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan
hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan
perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan
mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang
organ organ penting seperti: otak, kardiovaskuler, hepar, traktus

8
gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ
multi sistem.

9
F. Pathway
Kondisi patologis


Gangguan pertukaran gas

Bersihan jalan napas tidak efektif

Gangguan Integritas Kulit

9
G. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang dari luka bakar yaitu (Musliha, 2018) :
1. Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
2. Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi
atau inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan
karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi
ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
cairan, kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan
cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8. Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada
edema cairan.
9. BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek
atau luasnya cedera.
11. EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

10
H. Penatalaksanaan
Prioritas pertama perawatan pasien luka bakar adalah menghilangkan sumber
panas bila masih ada. Pakaian dan perhiasan yang menghasilkan panas harus
dilepas, dan setiap bahan kimia dalam bentuk bubuk kering harus disingkirkan
dari kulit. Bila sumber luka bakar telah dihilangkan, perhatian pemberi
perawatan beralih pada ABC (Airway, Breathing dan Circulation). Cedera
inhalasi harus dicurigai pada pasien yang berada dalam lingkungan yang
terbakar dalam ruangan tertutup atau pasien yang tampak mengalami
perubahan tingkat kesadaran. Cedera inhalasi mungkin gejalanya tidak muncul
selama beberapa jam setelah waktu cedera. Siapkan untuk intubasi endotrakea
profilaktik kemudian beri oksigen melalui mask face atau endotracheal tube
pada setiap pasien yang menunjukkan mekanika pernapasan meragukan atau
yang mempunyai indikasi klinis adanya cedera inhalasi yang ditandai dengan
hangusnya bulu hidung, suara serak, batuk, sputum berkarbon, wheezing,
takipne, dispnea, agitasi dan stridor yang gejalanya mungkin tidak muncul
beberapa jam setelah cedera terjadi (Pamela, 2016).
Luka bakar yang meliputi semua ekstremitas menyebabkan reaksi kulit
yang melepaskan zat vasoaktif yang menimbulkan pembentukan oksigen
reaktif sehingga permeabilitas kapiler meningkat. Kehilangan cairan secara
masif akan terjadi pada 4 jam pertama setelah cedera dengan akumulasi
maksimum edema pada 24 jam pertama setelah luka terjadi sehingga akan sulit
untuk melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien. Oleh karena itu
perlu dilakukan pemasangan selang infus dengan diameter besar untuk
resusitasi cairan dan pemasanngan kateter urin sebagai indikator status
sirkulasi yang harus dipantau dan diukur setiap jam. Untuk resusitasi cairan
formula yang sering digunakan yaitu formula Parkland pada 24 jam pertama
cidera. Pada formula tersebut cairan yang digunakan adalah cairan Ringer
Laktat dengan rumus 4ml/kgBB/% luka bakar dimana setengah dari hasil
penjumlahan yang telah dilakukan diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya (Muttaqin dan Sari, 2017).

11
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus luka bakar yaitu infeksi luka yang
gejalanya sama dengan proses penyembuhan luka yaitu adanya eritema, edema,
dan nyeri tekan. Demam, malaise, dan gejala yang lebih buruk dapat
menyebabkan sepsis dan kerusakan yang lebih dalam. Luka bakar juga dapat
menyebabkan timbulnya syok, cedera inhalasi apabila pasien menghirup udara
di dalam ruangan tertutup (Pamela, 2016).
Luka bakar terutama dengan luas >20% dapat menyebabkan gangguan
metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Selain itu, semakin berat
kerusakan jaringan maka proses inflamasi juga semakin lama terjadi dan tidak
terkendali. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya inflamasi sistemik dan
penekanan sistem imun yang berbahaya karena dapat menjadi SIRS dan
MODS (Adhy dkk, 2018).

12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt,
tnggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu
informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi
hebatnya luka bakar akan tetapi  anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa
diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian. Data
pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka
bakar agama dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam
pendekatan.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah
nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf.
Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, quality,
region, scala, time (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari
setelah klien mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran
pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas,
bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
3. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya
kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama
menjalan perawatan ketika dilakukan pengkajian.  Apabila dirawat meliputi
beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola
bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari/bulan), fase rehabilitatif
(menjelang klien pulang).
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien
sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien

13
mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau
penyalagunaan obat dan alkohol
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga,
kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai
masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit
dan  gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka
bakar mencapai derajat cukup berat
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah
sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam
pertama
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut
setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan
luas luka bakar
2) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi
adanya benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta
bulu mata yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
3) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu
hidung yang rontok.
4) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering
karena intake cairan kurang

14
5) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan
dan serumen
6) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan
sebagai kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
7) Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada
tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang
masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas
tambahan ronchi.
8) Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya
nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
9) Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi
merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman,
sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk
pemasangan kateter.
10) Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru
pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
11) Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa
menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan
nyeri yang hebat (syok neurogenik)
12) Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar
(luas dan kedalaman luka).

15
B. Analisa Data (PPNI-SDKI, 2017)
No Symtomp Etiologi Problem

1. DS : Edema dan efek inhalasi Bersihan


1. Dipsnea asap jalan nafas
2. Sulit bicara tidak efektif
DO :
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi nafas menurun
4. Frekuensi nafas
berubah
5. Pola nafas berubah
(SDKI edisi 1)
2. DS : Peningkatan Hipovolemia
(tidak tersedia) permeabilitas kapiler
DO :
1. Frekuensi nadi
meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. TD menurun
4. Tekanan nadi
menyempit
5. Turgor kulit menurun
6. Membrane mukosa
kering
7. Hematocrit meningkat
8. Volume urin menurun
(SDKI edisi 1)
3. DS : Kekurangan volume Perfusi
(tidak tersedia) cairan perifer tidak
DO : efektif
1. Pengisian kapilary
reffil >3 detik
2. Nadi perifer menurun
atau tidak teraba
3. Akral teraba dingin
4. Warna kulit pucat
5. Turgor kulit menurun
(SDKI edisi 1)
4. DS : Agen cidera fisik (luka Nyeri akut
Mengeluh nyeri bakar)
DO :
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
3. Gelisah

16
4. Frekuensi nadi
meningkat
5. Sulit tidur
(SDKI edisi 1)
5. DS : Perubahan sirkulasi Gangguan
(tidak tersedia) integritas
DO : kulit/
1. Kerusakan jaringan dan jaringan
/ atau lapisan kulit
(SDKI edisi 1)
6. DS : Nyeri, luka bakar Gangguan
1. Nyeri saat bergerak mobilitas
2. Enggan melakukan fisik
pergerakan
3. Merasa cemas saat
bergerak
DO :
1. Gerakan tidak
terkoordinasi
2. Fisik lemah
3. Gerakan terbatas
(SDKI edisi 1)
7. DS : Kerusakan integritas Risiko
(tidak tersedia) kulit, tindak invasif infeksi
DO :
(tidak tersedia)

(SDKI edisi 1)

C. Diagnosa Keperawatan (PPNI-SDKI, 2017)


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif bd edema dan efek inhalasi asap
2. Hipovolemia bd peningkatan permeabilitas kapiler
3. Perfusi perifer tidak efektif bd kekurangan volume cairan
4. Nyeri akut bd agen cidera fisik (luka bakar)
5. Gangguan integritas kulit/ jaringan bd perubahan sirkulasi
6. Gangguan mobilitas fisik bd luka bakar, nyeri.
7. Risiko infeksi bd kerusakan barrier kulit, respon imun dan tindak invasif

17
D. Intervensi
Diagnosa Perencanaan
No. Rasional
keperawatan NOC NIC
1. Bersihan jalan Kepatenan jalan nafas Manajemen jalan nafas
nafas tidak Setelah dilakukan 1. Monitor status pernapasan dan 1. Meminimalisir terjadinya sesak
efektif bd asuhan keperawatan … oksigenasi sebagaimana mestinya. berkepanjangan.
edema dan x 24 jam diharapkan 2. Awasi frekuensi, irama, kedalaman 2. Takipnea, penggunaan otot bantu, sianosis
efek inhalasi Kontrol nyeri mencapai pernafasan ; perhatikan adanya dan perubahan sputum menunjukkan
asap skala (5) dengan pucat/sianosis dan sputum terjadi distress pernafasan/ edema paru dan
(SDKI edisi 1) kriteria hasil : mengandung karbon atau merah muda. kebutuhan intervensi medic.
1. Tidak ada deviasi 3. Auskultasi paru, perhatikan stridor, 3. Obstruksi jalan napas/distress pernafasan
dari kisaran normal mengi/gemericik,penurunan bunyi dapat terjadi sangat cepat atau lambat
frekuensi pernafasan napas, baatuk rejan contoh sampai 48 jam setelah terbakar.
2. Tidak ada deviasi 4. Tinggikan kepala temppat tidur. 4. Meningkatkan ekspansi paru
dari kisaran normal Hindari penggunaan bantal dibawah optimal/fungsi pernafasan . bila
Irama pernafasan kepala , sesuai indikasi. kepala/leher terbakar, bantal dapat
3. Tidak ada deviasi menghambat pernafasan, menyebabkan
dari kisaran normal nekrosis pada kartilago telinga yang
Kedalaman inspirasi terbakar dan meningkatkan konstriktur
4. Tidak ada deviasi leher.
dari kisaran normal 5. Kaji reflek gag/menelan; perhatikan 5. Dugaan cidera inhalasi.
Kemampuan untuk pengaliran air liur, ketidakmampuan
mengeluarkan sekret menelan, serak, batuk mengi.
6. Perhatikan adanya atau warna buah 6. Dugaan adanya hipoksemia atau karbon
ceri merah pada kulit yang cidera. monoksida.
7. Dorong batuk/latihan napas dalam dan 7. Meningkatkan ekspansi paru,
perubahan posisi sering. memobilisasi dan drainase secret.
8. Awasi 24 jam keseimbangan cairan , 8. Perpindahan cairan atau kelebihan
perhatikan variasi/perubahan penggantian cairan meningkatkan risiko
edema paru. Catatan : cedera inhalasi

18
meningkatkan kebutuhan cairan 35 %
attau lebih karena edema
9. Tingkatkan istirahat suara tetapi kaji 9. Peningkatan serak / penurunan
kemampuan untuk bicara dan / kemampuan untuk menelan menunjukkan
menelan secret oral secara periodic. peningkatan edema trakeal dan dapat
mengindikasi kebutuhan untuk intubasi.
10. Instruksikan bagaimana agar bias 10. Batuk efektik membantu dalam
melakukan batuk efektif pengeluaran secret yang menghambat jalan
napas.
2. Hipovolemia Keseimbangan cairan Manajemen cairan
bd peningkatan Setelah dilakukan 1. Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan 1. Memberikan pedoman untuk penggantian
permeabilitas asuhan keperawatan … pengisian kapiler dan kekuatan nadi cairan dan mengkaji respon
kapiler x 24 jam diharapkan perifer. kardiovaskuler.
(SDKI edisi 1) Kontrol nyeri mencapai 2. Awasi haluaran urin dan berat jenis.
skala (5) dengan Observasi warna urin dan hemates 2. Secara umum , pengantian cairan harus
kriteria hasil : sesuai indikasi difiltrasi untuk meyakinkan rata-rata
1. Tidak terganggu haluaran urin 30-50 ml/jam . urin tampak
denyut perifer merah sampai hitam pada kerusakan otot
2. Tidak terganggu massif sehubungaan dengan adanya darah
Keseimbangan dan keluarnya myoglobin. Bila terjadi
intake dan output mioglobinuria menyolok minimum
dalam 24 jam haluaran urine harus 75-100 ml/jam untuk
3. Tidak terganggu 3. Perkirakan drainase luka dan mencegah kerusakan/nekrosis tubulus.
Kelembapan kehilangan yang tak tampak. 3. Peningkatan permeabilitas kapiler,
membrane mukosa perpindahan protein, proses inflamasi dan
4. Tidak terganggu kehilangan melalui haluaran urine.
Hematocrit Khususnya selama 24-72 jam pertama
5. Tidak terganggu 4. Pertahankan pencatatan kumulatif setelah terbakar.
Turgor kulit jumlah pemakaian cairan. 4. penggantian massif/cepat dengan tipe
cairan berbeda dan fluktuasi kecepatan
pemberian memerlukan tabulasi ketat
untuk mencegah ketidkseimbangan dan

19
kelebihan cairan.
5. Timbang berat badan tiap hari. 5. Penggantian cairan tergantung pada berat
badan pertama dan perubahan selanjutnya.
Peningkatan berat badan 15%-20% pada
72 jam pertama selama penggantian cairan
dapat diantisipasi untuk mengembalikan
ke barat sebelum terbakar kira-kira 10
harii setelah terbakar.
6. Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar 6. Mungkin menolong memperkirakan
tiap hari sesuai indikasi. luasnya edema/perpindahan cairan yang
mempengaruhi volume sirkulasi dan
haluaran urine.
7. Observasi distensi abdomen, 7. Stress (curling) ulkus terjadi pada setengah
hematemesis, feses hitam, hemates dan semua pasien yang luka bakar berat
drainase NG dan feses secara periodic. (dapat terjadi pada awal minggu pertama).
8. Selidiki mental perubahan. 8. Penyimpangan pada tingkat kesadaran
dapat mengindikasikan ketidakadekuatan
volume sirkulasi/penurunan perfusi
serebral.
9. Kaji lokasi atau luas edem, jika ada. 9. Mengetahui tingkat keparahan edema.
10. Berikan penggantian cairan IV yang 10. Resusitasi cairan menggantikan kehilangan
dihitung, elektrolit, plasma, albumin. cairan/elektrolit dan membantu mencegah
komplikasi. contoh : syok, NTA
penggantian formula bervariasi .
3. Perfusi perifer Perfusi jaringan : Manajemen syok
tidak efektif perifer 1. Monitor TTV, tekanan darah 1. Memantau status kesehatan pasien.
bd kekurangan Setelah dilakukan orthostaltik, status mental dan output
volume cairan asuhan keperawatan … urin.
(SDKI edisi 1) x 24 jam diharapkan 2. Buat dan pertahankan kepatenan jalan 2. Mencegah terjadinya gagal napas secara
Perfusi jaringan perifer napas. mendadak.
mencapai skala (5) 3. Posisikan pasien untuk mendapatkan 3. Mengurangi terjadinya gangguan perfusi
dengan kriteria hasil : perfusi yang optimal. jaringan yang lebih parah.

20
1. Tidak ada edema 4. Berikan oksigen dan/atau ventilasi 4. Mencukupi kebutuhan oksigen bilal perlu.
perifer sesuai kebutuhan.
2. Tidak ada Nekrosis 5. Berikan cairan IV sementara 5. Mencukupi jumlah cairan yang hilang
3. Tidak ada melakukan monitor tekanan akibat luka bakar.
Kerusakan kulit hemodinamik dan output urin sesuai
4. Tidak ada Rubor kebutuhan.
5. Tidak ada Mati rasa 6. Berikan agen anti aritmia sesuai 6. Meminimalisir terjadinya aritmia secara
kebutuhan. mendadak.
7. Monitor status cairan termasuk BB 7. Memantau jumlah input dan output cairan
perhari, output urin perjam , intake dan tubuh agar tidak mengalami kekurangan
output. cairan dan dapat menimbulkan syok.
8. Beri dukungan emosi kepada pasien 8. Membantu menenangkan pasien dengan
dan keluarga dorong harapan yang memberikan dukungan positif pada
realistis. keluarga dan pasien.
9. Monitor fungsi ginjal (nilai urea, 9. Jika terjadi gangguan pada fuungsi ginjal
kreatinin dan bersihan kreatinin). karena ketidakseimbangan cairan.
10. Berikan deuretik sesuai kebutuhan. 10. Membuang kelebihan garam dan air dari
dalam tubuh melalui urine.
4. Nyeri akut bd Kontrol Nyeri Manajemen nyeri
agen cidera Setelah dilakukan 1. Tutup luka sesegera mungkin kecuali 1. Suhu berubah dan gerakan udara dapat
fisik (luka asuhan keperawatan … perawatan luka bakar metode menyebabkan nyeri hebat pada pemajanan
bakar) x 24 jam diharapkan pemajanan pada udara terbuka. ujung saraf
(SDKI edisi 1) Kontrol nyeri mencapai 2. Lakukan pengkajian komperehensif. 2. Nyeri hamper selalu ada pada beberapa
skala (5) dengan derajat beratnya keterlibatan
kriteria hasil : jaringan/kerusakan tetapi biasanya paling
1. secara konsisten berat selama penggantian balutan dan
menunjukkan debridemen perubahan
Mengenali kapan lokasi/karakteristik/ intensitas nyeri dapat
nyeri terjadi mengindikasikan terjadinya komplikasi
2. secara konsisten 3. Tinggikan ekstremitas luka bakar atau perbaikan/ kembalinya fungsi
menunjukkan secara periodik saraf/sensasi.
menggunakan 3. Peninggian mungkin diperllukan pada

21
analgessik yang awal untuk menurunkan pembentukan
direkomendasikan edema : setelah perubahan posisi dan
3. secara konsisten 4. Berikan tempat tidur ayunan sesuai peninggian menurunkkan
menunjukkan indikasi. ketidaknyamanan serta risiko kontraktur
melaporkan nyeri 5. Ubah posisi dengan sering dan rentang sendi.
yang terkontrol gerak pasif dan aktif sesuai indikasi. 4. Peninggian linen dari luka membantu
4. secara konsisten menurunkan nyeri.
menunjukkan 6. Pertahankan suhu lingkungan nyaman, 5. Gerakan dan latihan menurunkan
melaporkan gejala berikan lampu penghangat, penutup kekakuan sendi dan kelelahan otot tetapi
yang tidak tubuh hangat. tipe latihan tergantung pada lokasi dan
terkontrol pada 7. Lakukan penggantian luas cedera
professional balutan/debridemen setelah pasien 6. Pengaturan suhu dapat hilang karena luka
kesehatan diberi obat dan/atau pada hidroterapi bakar mayor. Sumber panas eksternal
5. secara konsisten 8. Dorong penggunaan teknik manajemen perlu untuk mencegah menggigil.
menunjukkan stress, contoh: relaksasi progresif , 7. Menurunkan terjadinya distress fisik dan
menggunakan napas dalam, bimbingan imajinasi dan emosi sehubungan dengan penggantian
tindakkan visualisasi. balutan dan debridemen.
pengurangan nyeri 9. tingkatkan periode tidur tanpa 8. Memfokuskan kembal perhatin,
tanpa analgesic gangguan. meningkatkan relaksasi dan meningkatkan
rasa control yang dapat menurunkan
10. berikan analgesic (narkotik dan non ketergantungan farmakologis.
narkotik) sesuai indikasi. 9. Kekurangan tidur dapat meningkatkan
persepsi nyeri/kemampuan kooping
menurun.
10. Metode IV sering digunakan pada awal
untuk memaksimalkan efek obat. Masalah
pasien adiksi atau keraguan tentang derajat
nyeri yang dialami tidak sah selama fase
perawatan darurat/akut tetapi nakrotik
harus diturunkan sesegera mungkin sesuai
adanya dan perubahan metode untuk
penghilangan nyeri

22
5. Gangguan Integritas jaringan : Perawatan luka
integritas kulit/ kulit & membrane 1. Kaji / catat ukuran, warna , kedalaman 1. Memberikan informasi dasar tentang
jaringan bd mukosa luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kebutuhan penanaman kulit dan
perubahan Setelah dilakukan kondisi sekitar luka. kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi
sirkulasi asuhan keperawatan … pada area graft.
(SDKI edisi 1) x 24 jam diharapkan 2. Berikan perawatan luka bakar yang 2. Menyiapkan jaringan untuk penanaman
Pergerakan mencapai tepat dan tindakkan control infeksi. dan menurunkan risiko infeksi/kegagalan
skala 5 dengan kriteria graft.
hasil : 3. Pertahankan penutupan luka sesuai 3. Kain nilon/ membrane siliko mengandung
1. tidak ada eritema indikasi kolagen porcine peptide yang melekat
2. tidak ada pigmentasi pada permukaan luka sampai lepasnya atau
abnormal mengelupas secara spontan kulit
3. tidak ada lesi reepitelisasi. Berguna untuk bebas jaringan
membrane mukosa parut luka bakar ketebalan parsial
4. tidak ada nekrosis menunggu autografi karena dapat menetap
5. tidak ada ditempatnya 2-3 minggu atau lebih lama
pengerasan kulit dan permeabilitas sampai agen
antimicrobial tropical.
4. Evaluasi warna sisi graft dan donor, 4. Mengevaluasi keefektifaan sirkulasi dan
perhatikan adanya/tak adanya mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
penyembuhan.
5. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci 5. Kulit graft baru dan sisi donor yang
dan minyaki dengan krim . beberapa sembuh memerlukan perawatan khusus
waktu dalam sehari, setelah balutan utnuk mempertahankan kelenturan
dilepas dan penyembuhan selesai.
6. Bersihkan dengan cairan normasaline 6. Meminimalisir adanya risiko tinggi infeksi
atau pembersih yang tidak beracun
tepatnya.
7. Berikan balutan yang sesuai dengan 7. Membantu proses pertumbuhan jaringan.
jenis luka bakar.
8. Bandingkan dan catat setiap 8. Mengetahui adanya perbaikan kembali
perubahan luka jaringan dengan baik.

23
9. Ganti balutan sesuai dengan jumlah 9. Mengganti balutan yang sudah terlalu
eksudat dan drainase. banyak eksudat dan drainase mendukung
perbaikan jaringan secara normal dan
menghindari terjadinya risiko infeksi
akibat eksudat yang terlalu lama
menempel di area luka bakar.
10. Siapkan / bantu prosedur 10. Graft kulit diambil dari kulit orang itu
bedah/balutan biologis. ( contoh : sendiri atau dari yang sudah meninggal
homografi) digunakan untuk penutupan sementara
pada luka bakar luas sampai kulit orang itu
sudah ditanam, untuk menutupi luka
secara cepat setelah eskarotomi untuk
melindungi jaringan granulasi.

6. Hambatan Pergerakkan Pergerakan


mobilitas fisik Setelah dilakukan 1. Jangan menempatkan pasien pada 1. Agar gangguan mobilitas fisik dapat
bd luka bakar, asuhan keperawatan … posisi yang bisa meningkatkan nyeri. berkurang.
nyeri. x 24 jam diharapkan 2. Jangan posisi kan pasien dengan 2. Mencegah pergeseran luka post op dan
(SDKI edisi 1) Pergerakan mencapai penekanan pada luka. penekanan pada jaringan.
skala 5 dengan kriteria 3. Sanggah dengan sandaran yang sesuai. 3. Dapat meringankan masalah gangguan
hasil : mobilitas fisik yang dialami klien.
1. Tidak terganggu 4. Dorong pasien untuk terlibat dalam 4. Mencegah terjadinya pendarahan dan
keseimbangan perubahan posisi. gangguan mobilitas.
2. Tidak terganggu 5. Pertahankan posisi tubuh yang tepat 5. Meningkatkan posisi fungsional pada
berjalan dengan dukungan atau belat. ekstremitas dan mencegah kontraktur yang
3. Tidak terganggu Khususnya untuk luka bakar diatas lebih mungkin diatas sendi
cara berjalan sendi.
4. Tidak terganggu 6. Jadwalkan pengobatan dan aktvitas 6. Meningkatkan kekuatan dan toleransi
cara berjalan perawatan untuk memberikan periode pasien terhadap aktivitas.
istirahat tak terganggu.
7. Masukkan aktivitas sehari-hari dalam 7. Komunikasi aktivitas yang menghasilkan
terapi fisik, hidroterapi, asuhan perbaikan hasil dengan meningkatkan efek

24
keperawatan. masing-masing.
8. Lakukan latihan rentang gerak secara 8. Mencegah secara progresif
konsisten, diawali dengan pasif mengencangkan jaringan parut, dan
kemudian aktif. kontraktur, meningkatkan pemeliharaan
fungsi otot/sendi dan menurunkan
kehilangan kalsium dari tulang.
9. Berikan tempat tidur busa, udara, atau 9. Mencegah tekanan lama pada jarinngan,
tempat tidur terapi kinetic sesuai menurunkan potensial iskemia jaringan /
indikasi. nekrosis dan pembentukan decubitus.
10. Tempatkan pasien dalam posisi 10. Agar gangguan mobilitas fisik dapat
terapeutik yang sudah dirancang. berkurang dan mengurangi nyeri.
7. Risiko infeksi Deteksi Risiko Kontrol infeksi
bd kerusakan Setelah dilakukan 1. Mengimplementasikan teknik isolasi 1. Tergantung tipe/luas luka dan (misal,
barrier asuhan keperawatan … yang tepat sesuai indikasi. pilihan pengobatan luka tertutup vs luka
kulit,respon x 24 jam diharapkan terbuka), isolasi dapat direntang dari luka
imun dan Deteksi Risiko sederhana/kulit sampai komplit/
tindak iinvasif mencapai skala 5 sebaliknya untuk menurunkan risiko
(SDKI edisi 1) dengan kriteria hasil : kontaminasi silang/terpajan pada flora
1. Secara konsisten 2. Pastikan teknik perawatan luka dengan bakteri multiple.
menunjukkan tepat. 2. Agar tidak terjadi infeksi dan terpapar oleh
mengenali tanda 3. Cukur/ikat rambut disekitar area yang kuman atau bakteri.
gejala yang terbakar meliputi 1 inci batas 3. Rambut merupakan media terbaik untuk
mengidikasikan (termasuk bulu alis). Cukur rambut ppertumbuhan bakteri, namun alis mata
risiko wajah (pria) dan beri sampoo pada bertindak sebagai pelindung untuk mata.
2. Secara konsisten kepala tiap hari. Pencucian secara teratur menurunkan
menunjukkan keluarnya akteri ke luka bakar.
mengidentifikasika 4. Ganti balutan dan bersihkan area 4. Air melembutkan dan membantu
n kemungkinan terbakar dalam bak hidroterapi atau membuang balutan dan jaringan parut.
risiko kesehatan pancuran dengan kepala pancuran Sumbernya ervariasi dari kamar mandi
3. Secara konsisten dapat dipegang. Pertahankan suhu air atau pancuran. Air mandi mempunyai
menunjukkan pada 37,8 ᵒC . cuci area dengan agen keuntungan memberi dukungan untuk
memanfaatkan pembersih ringan atau sabun bedah. latihan ekstremitas tetapi dapat

25
sumber-sumber meningkatkan kontaminasi silang pada
untuk mengetahui luka. Pancuran meningkatkan inspeksi
risiko kesehatan luka dan menceegah kontaminasi dari
pribadi debris yang mengapung.
4. Secara konsisten 5. Tingkatkan intake nutrisi dengan tepat. 5. Nutrisi yang baik dapat meningkatkan
menunjukkan imun.
memonitor 6. Beri terapi antibiotic sesuai kebutuhan. 6. Mungkin diberikan secara profil aktikde
perubahan status hubungan dengan peningkatan resiko
kesehatan infeksi.
5. Secara konsisten 7. Ajarkan kepada pasien dan keluarga 7. Agar keluarga mengetahui tanda dan
menunjukkan mengenai tanda gejala infeksi dan gejala dari infeksi.
mendapatkan kapan harus melaporkannya kepada
informasi terkait petugas penyedia perawatan kesehatan.
perubahan gaya 8. Lakukan tindakan–tindakan 8. Dengan mengganti balutan dengan sering
hidup untuk pencegahan yang bersifat universal. dan pembersihan dan pengeringan kulit
kesehatan sepanjang waktu.
9. Pantau hitung leukosit, hasil kultur dan 9. Peningkatan jumlah leukositmenunjukkan
tes sensitivitas infeksi. Pemeriksaan kultur dan
sensitivitas menunjukkan mikroorganisme
yang ada dan antibiotic yang tepat yang
harus diberikan.
10. Berikan antibiotik sesuai dengan 10. Antibiotik mengurangi jumlah bakteri
preskripsi medic

26
E. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Rencana keperawatan
yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat, diharapkan dapat mencapai
tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status
kesehatan klien (Muttakin, 2017).

F. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat melakukan
kontak dengan klien. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data
subyektif dan obyektif dari klien, keluarga dan anggota tim kesehatan lain.
Selain itu, evaluasi juga dapat meninjau ulang pengetahuan tentang status
terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya pemulihan, dan hasil yang diharapkan.
(Muttakin, 2017).

27
DAFTAR PUSTAKA

Adhy A Syuma dkk, (2018) Manfaat Suplementasi Ekstrak Ikan Gabus Terhadap
Kadar Albumin, MDA pada Luka Bakar Derajat II. Jurnal JST Kesehatan,
Vol.4 No.4 Oktober: 385 – 393.
Artawan, IK dkk. (2017) Efek Ekstrak Gel Daun Pegangan (Centella Asiatica)
dalam Mempercepat Waktu Penyembuhan Luka pada Tikus Putih (Rattus
Norvegicus Strain Wistar). Jurnal Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Azhari. (2016). Asuhan Keperawatan Luka Bakar. Salemba Medika: Jakarta.
Musliha. (2018). Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen. Salemba Medika: Jakarta.
Pamela S. Kidd. (2016) Pedoman Keperawatan Emergensi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.

PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

28

Anda mungkin juga menyukai