LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MALARIA
DISUSUN OLEH :
RILLA AYU SUITARI
073STYJ19
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
PEMBAHASAN
I. Konsep Teori
A. Definisi...................................................................................................3
B. Etiologi...................................................................................................3
C. Klasifikasi..............................................................................................4
D. Manifestasi Klinis..................................................................................6
E. Patofisiologi...........................................................................................7
F. Pathway................................................................................................10
G. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................11
H. Komplikasi...........................................................................................12
I. Penatalaksanaan...................................................................................13
II. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian............................................................................................14
B. Diagnosa Keperawatan.........................................................................16
C. Intervensi Keperawatan........................................................................16
D. Implementasi Keperawatan..................................................................19
E. Evaluasi................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
3
PEMBAHASAN
MALARIA
I. KONSEP TEORI
A. Definisi
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang
disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam,
anemia dan splenomegali (Tjay & Raharja, 2016).
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
(protozoa) dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu
mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk karena dahulu banyak
terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini
juga mempunyai nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam
tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme (Tjay &
Raharja, 2016).
Malaria yang disebabkan oleh protozoa terdiri dari empat jenis species
yaitu plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana, plasmodium
malariae menyebabkan malaria quartana, plasmodium falciparum
menyebabkan malaria tropika dan plasmodium ovale menyebabkan malaria
ovale (Tjay & Raharja, 2016).
B. Etiologi
Menurut (Handarwan, 2017) ada empat jenis plasmodium yang dapat
menyebabkan infeksi yaitu ;
a. Plasmodium Vivax : merupakan infeksi yang paling sering dan
menyebabkan malaria tertian vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
b. Plasmodium Falsiparum : memberikan banyak komplikasi dan
mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan
pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/falsiparum (demam tiap
24- 48 jam).
c. Plasmodium Malariae : jarang ditemukan dan menyebabkan malaria
quartana malariae (demam tiap hari empat).
4
C. Klasifikasi
Menurut (Handarwan, 2017) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan
jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk
yang paling berat ditandai dengan panas yang ireguler anemia
splenomegali parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi.
Masa inkubasi 9-14 hari Malaria tropika menyerang semua bentuk
eritrosit. Disebabkan oleh plasmodium falciparu. Plasmodium ini berupa
Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan
merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double
Chromatin).
Klasifikasi penyebaran Malaria tropika:
Plasmodium falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup.
Infeksi plasmodium falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah
yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat
padalapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis
dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya
dengan angkakomplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan
gastrointestinal Algid Malaria dan Black water veber).
b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malaria mempunyai tropozoit yang serupa dengan
plasmodium vivax lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih
5
biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan
kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon
Plasmodium malariamempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti
kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan
Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip
Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan
masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk
identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale
biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan
bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh
Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten
sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih
dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.
d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi
eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal.
Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan
maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24
merozoit Ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval
hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen
kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala
klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali
dengan puncak demam setiap 72 jam. Dari semua jenis malaria dan jenis
plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan
malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia,
splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya
komplikasi.
6
D. Manifestasi Klinis
Pada anamnesis ditanyakan gejala penyakit dan riwayat bepergian ke
daerah endemic malaria. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan adalah
(Handarwan, 2017) :
1) Demam
Demam periodic yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon
matang (sporulasi). Pada malaria tertiana (P. vivax dan P. ovale),
pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari
ke– 3, sedangkan malaria kuartana (P. malariae) pematangannya tiap 72
jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan ditandai
dengan beberapa serangan demam periodic. Demam khas malaria terdiri
atas 3 stadium, yaitu menggigil (15 menit– 1 jam), puncak demam (2 – 6
jam), dan berkeringat (2– 4 jam). Demam akan mereda secara bertahap
karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada
respons imun.
2) Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami
kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen
eritrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah.
3) Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat
adalah anemia karena P. falciparum. Anemia disebabkan oleh :
a. Penghancuran eritrosit yang berlebihan.
b. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time).
c. Gangguan pembentukkan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam
sumsum tulang (diseritropoesis).
4) Ikterus
Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.
Malaria laten adalah masa pasien di luar masa serangan demam.
Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi
7
E. Patofisiologi
Pasien malaria biasanya memperoleh infeksi di daerah endemic
melalui gigitan nyamuk. Vector, spesies nyamuk Anopheles, melewati
plasmodia, yang terkandung dalam air liur masuk ke dalam tubuh manuasia
saat nyamuk tersebut menghisap darah. (Muttaqin Arif, 2017).
Hasil infeksi tergantung pada imunitas host. Individu dengan
kekebalan dapat secara spotan menghapus parasit. Pada mereka yang tidak
memiliki kekebalan, parasit terus memperluas infeksi. Sejumlah kecil
parasit menjadi gametocytes, yang mengalami reproduksi seksual ketika
diisap oleh nyamuk. Hal ini dapat berkembang menjadi infeksi sporozoites,
yang terus berkembang menjadi siklus transmisi baru setelah menggigit ke
dalam host baru (Muttaqin Arif, 2017).
Secara garis besar semua jenis plasmodium memiliki siklus hidup yang
sama yaitu tetap sebagian di tubuh manusia dan sebagian di tubuh nyamuk.
Kondisi masuknya sporozoit ke dalam tubuh manusia, maka akan
terjadi siklus malaria yang terdiri atas siklusekssoeritrosit, eritrosit, dan
siklus sporogonik (Muttaqin Arif, 2017).
1) Siklus Eksoeritrosit
Siklus ini terjadi di dalam tubuh manusia dan terjadi di dalam hati.
Penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit, menyengat
manusia dan dengan ludahnya memasukkan sporozoit ke dalam
peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim pada sel hepatosit di
parenkim hati. Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan. Setelah 6-9
hari skizon menjadi dewasa dan pecah dengan melepaskan beribu-ribu
8
F. Pathway
Kuman Plasmodium Infasi Kuman Ke Hepatosis Dan Kemudian
Yang Masuk Ke Dalam Tubuh Skizon Menyerang Sel Darah Merah
Malaria
Respon Intestinal Respon Inflamasi Sistemik Lisis Dari Sel Darah Merah,
Penekanan Proses
Mual, Muntah, HIPERTERMI Hematopoiesis, Dan Peningkatan
Anoreksia, Sel darah Merah Oleh Limpa
Penurunan Motilitas
Anemia Hipovelemik
Intek Nutrisi Tidak
Adekuat Kontipasi Penurunan Aliran Darah
Dan Imunitas
AKTUAL/ RESIKO
KETIDAK SEIMBANGAN PENURUNAN PERFUSI
NUTRISI JARINGAN
11
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Mikroskopis Malaria
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan
pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan
ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam penderita. Uji
imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target
dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam
menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi
di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis
definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit
plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali
yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman
malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara
pemeriksaan satu hari. Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-
syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas
dan spesifisitas mencapai 100%).
1) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah
trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup
matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
2) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler
(finger prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal
dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
3) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies
plasmodium yang tepat.
4) Identifikasi spesies plasmodium
5) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies
plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan
obat.
12
H. Komplikasi
Menurut (Soedarmo, 2018) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
penyakit malaria adalah :
a. Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian
tertinggi (80%) bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya.
Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau setelah gejala permulaan.
Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran,
kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh.
b. Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara
mendadak (<> 3 mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru.
Angka kematian mencapai 50%. Gangguan ginjal diduga disebabkan
13
I. Penatalaksanaan
Obat malaria tediri dari 5 jenis, antara lain :
1) Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritosit, yaitu
proguanil, pirimetamin.
2) Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit,
yaitu primakuin.
3) Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina,
klorokuin, dan amodiakuin.
4) Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah
gametosid yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk P. vivax,
P. malariae, P. ovale, adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin.
14
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda
dan gejala yang timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini:
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan makanan yang tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah.
b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi,
efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam
tubuh.
C. Intervensi
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
makanan yang tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah.
D. Implementasi
19
DAFTAR PUSTAKA
Tjay & Raharja. 2016. Buku Saku Patologi. Jakarta. Jakarta : EGC.