Anda di halaman 1dari 20

1

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MALARIA

DISUSUN OLEH :
RILLA AYU SUITARI
073STYJ19

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2020
2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
PEMBAHASAN
I. Konsep Teori
A. Definisi...................................................................................................3
B. Etiologi...................................................................................................3
C. Klasifikasi..............................................................................................4
D. Manifestasi Klinis..................................................................................6
E. Patofisiologi...........................................................................................7
F. Pathway................................................................................................10
G. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................11
H. Komplikasi...........................................................................................12
I. Penatalaksanaan...................................................................................13
II. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian............................................................................................14
B. Diagnosa Keperawatan.........................................................................16
C. Intervensi Keperawatan........................................................................16
D. Implementasi Keperawatan..................................................................19
E. Evaluasi................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
3

PEMBAHASAN
MALARIA
I. KONSEP TEORI
A. Definisi
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang
disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam,
anemia dan splenomegali (Tjay & Raharja, 2016).
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
(protozoa) dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu
mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk karena dahulu banyak
terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini
juga mempunyai nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam
tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme (Tjay &
Raharja, 2016).
Malaria yang disebabkan oleh protozoa terdiri dari empat jenis species
yaitu plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana, plasmodium
malariae menyebabkan malaria quartana, plasmodium falciparum
menyebabkan malaria tropika dan plasmodium ovale menyebabkan malaria
ovale (Tjay & Raharja, 2016).

B. Etiologi
Menurut (Handarwan, 2017) ada empat jenis plasmodium yang dapat
menyebabkan infeksi yaitu ;
a. Plasmodium Vivax : merupakan infeksi yang paling sering dan
menyebabkan malaria tertian vivaks (demam pada tiap hari ke tiga). 
b. Plasmodium Falsiparum : memberikan banyak komplikasi dan
mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan
pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/falsiparum (demam tiap
24- 48 jam).
c. Plasmodium Malariae : jarang ditemukan dan menyebabkan malaria
quartana malariae (demam tiap hari empat).
4

d. Plasmodium Ovale, dijumpai pada daerah afrika dan fasifik barat, di


indonesia dijumpai dinusa tenggara dan rian, memberikan infeksi yang
paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan,
menyebabkan malaria ovale.
Masa inkubasi malaria ber!ariasi tergantung pada daya tahan tubuh
dan spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi lasmodium vivax 14-17 hari,
lasmodium ovale 12-14/ hari, lasmodium malariae 11-16 hari dan
lasmodium fal$iparum 10-12 hari.

C. Klasifikasi
Menurut (Handarwan, 2017) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan
jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk
yang paling berat ditandai dengan panas yang ireguler anemia
splenomegali parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi.
Masa inkubasi 9-14 hari Malaria tropika menyerang semua bentuk
eritrosit. Disebabkan oleh plasmodium falciparu. Plasmodium ini berupa
Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan
merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double
Chromatin).
Klasifikasi penyebaran Malaria tropika:
Plasmodium falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup.
Infeksi plasmodium falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah
yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat
padalapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis
dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya
dengan angkakomplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan
gastrointestinal Algid Malaria dan Black water veber).
b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malaria mempunyai tropozoit yang serupa dengan
plasmodium vivax lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih
5

biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan
kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon
Plasmodium malariamempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti
kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan
Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip
Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan
masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk
identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale
biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan
bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh
Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten
sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih
dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.
d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi
eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal.
Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan
maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24
merozoit Ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval
hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen
kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala
klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali
dengan puncak demam setiap 72 jam. Dari semua jenis malaria dan jenis
plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan
malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia,
splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya
komplikasi.
6

D. Manifestasi Klinis
Pada anamnesis ditanyakan gejala penyakit dan riwayat bepergian ke
daerah endemic malaria. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan adalah
(Handarwan, 2017) :
1) Demam
Demam periodic yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon
matang (sporulasi). Pada malaria tertiana (P. vivax dan P. ovale),
pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari
ke– 3, sedangkan malaria kuartana (P. malariae) pematangannya tiap 72
jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan ditandai
dengan beberapa serangan demam periodic. Demam khas malaria terdiri
atas 3 stadium, yaitu menggigil (15 menit– 1 jam), puncak demam (2 – 6
jam), dan berkeringat (2– 4 jam). Demam akan mereda secara bertahap
karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada
respons imun.
2) Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami
kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen
eritrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah.
3) Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat
adalah anemia karena P. falciparum. Anemia disebabkan oleh :
a. Penghancuran eritrosit yang berlebihan.
b. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time).
c. Gangguan pembentukkan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam
sumsum tulang (diseritropoesis).
4) Ikterus
Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.
Malaria laten adalah masa pasien di luar masa serangan demam.
Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi
7

stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati. Relaps adalah


timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat bersifat :
1) Relaps jangka pendek ( rekrudesensi ), dapat timbul 8 minggu setelah
serangan pertama hilang karena parasit eritrosit yang berkembang biak.
2) Relaps jangka panjang ( rekurens ), dapat muncul 24 minggu atau lebih
setelah serangan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk
ke darah dan berkembang biak.

E. Patofisiologi
Pasien malaria biasanya memperoleh infeksi di daerah endemic
melalui gigitan nyamuk. Vector, spesies nyamuk Anopheles, melewati
plasmodia, yang terkandung dalam air liur masuk ke dalam tubuh manuasia
saat nyamuk tersebut menghisap darah. (Muttaqin Arif, 2017).
Hasil infeksi tergantung pada imunitas host. Individu dengan
kekebalan dapat secara spotan menghapus parasit. Pada mereka yang tidak
memiliki kekebalan, parasit terus memperluas infeksi. Sejumlah kecil
parasit menjadi gametocytes, yang mengalami reproduksi seksual ketika
diisap oleh nyamuk. Hal ini dapat berkembang menjadi infeksi sporozoites,
yang terus berkembang menjadi siklus transmisi baru setelah menggigit ke
dalam host baru (Muttaqin Arif, 2017).
Secara garis besar semua jenis plasmodium memiliki siklus hidup yang
sama yaitu tetap sebagian di tubuh manusia dan sebagian di tubuh nyamuk.
Kondisi masuknya sporozoit ke dalam tubuh manusia, maka akan
terjadi siklus malaria yang terdiri atas siklusekssoeritrosit, eritrosit, dan
siklus sporogonik (Muttaqin Arif, 2017).
1) Siklus Eksoeritrosit
Siklus ini terjadi di dalam tubuh manusia dan terjadi di dalam hati.
Penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit, menyengat
manusia dan dengan ludahnya memasukkan sporozoit ke dalam
peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim pada sel hepatosit di
parenkim hati. Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan. Setelah 6-9
hari skizon menjadi dewasa dan pecah dengan melepaskan beribu-ribu
8

merozoit. Sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan


berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki
jaringan lain, antara lain limpa atau diam di hati. Dalam waktu 48-72
jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang dilepaskan dapat
memasuki siklus dimulai kembali.
2) Siklus Eritrosit
Fase ini dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit
membentuk tropozoid. Proses berlanjut menjadi tropozoit-
skizonmerozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagian
merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa anatara permulaan
infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa
prapaten, sedangkan masa tunas dimulai dari masuknya sporozit dalam
badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.
3) Siklus ini terjadi di dalam tubuh nyamuk (sporogoni). Setelah beberapa
siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang menjadi
bentuk-bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ni tidak akan
berkembang lalu mati bila tidak diisap oleh Anopheles betina. Di dalam
lambung nyamuk terjadi penggabungan dari gametosit jantan dan betina
menjadi zigot, yang kemudian melakukan penetrasi pada dinding
lambung dan berkembang menjadi okista, dalam waktu 3 minggu,
sporozoit kecil akan memasuki kelenjar ludah nyamuk.
Didalam vaskular, protozoa bereplikasi di dalam sel dan menginduksi
sitolisis sel darah merah menyebabkan pelepasan produk metabolik toksik
kedalam aliran darah dan memberikan gejala, seperti menggigil, sakit
kepala, mialgia, dan malaise. Kondisi ini terjadi dalam siklus eritrosit.
Parasit juga dapat menyebabkan ikterus dan anemia. Plasmodium
falciparum merupakan jenis yang paling berbahaya dari lima spesies
plasmodium karena dapat menyebabkan gagall ginjal, koma, dan kematian.
Kematian akibat malaria dapat dicegah jika perawatan yang tepat dicari dan
di implementasikan. (Muttaqin Arif, 2017).
9

Plasmodium vivax dan plasmodium ovale dapat menghasilkan bentuk


yang tidak aktif, tetapi masih tetap ada dalam hati orang yang terinfeksi dan
muncul di lain waktu. (Muttaqin Arif, 2017).
Parasit memperoleh energy mereka semata-mata dari glukosa dan
mereka mencernanya 70 kali lebih cepat dais el darah merah yang mereka
tempati sehingga menyebabkan insufisiensi insulin yang akan memberikan
manifestasi penurunan intake glukosa jaringan. Kondisi ini akan
memberikan dampak terhadap hioglikemia intrasel dan ekstrasel. (Muttaqin
Arif, 2017).
10

F. Pathway
Kuman Plasmodium Infasi Kuman Ke Hepatosis Dan Kemudian
Yang Masuk Ke Dalam Tubuh Skizon Menyerang Sel Darah Merah

Malaria

Induksi Sitolisis Sel Darah Merah

Induksi Sitolisis Sel Darah

Pelepasan Produk Metabolik Toksik


Ke Dalam Aliran Darah

Respon Intestinal Respon Inflamasi Sistemik Lisis Dari Sel Darah Merah,
Penekanan Proses
Mual, Muntah, HIPERTERMI Hematopoiesis, Dan Peningkatan
Anoreksia, Sel darah Merah Oleh Limpa
Penurunan Motilitas
Anemia Hipovelemik
Intek Nutrisi Tidak
Adekuat Kontipasi Penurunan Aliran Darah
Dan Imunitas
AKTUAL/ RESIKO
KETIDAK SEIMBANGAN PENURUNAN PERFUSI
NUTRISI JARINGAN
11

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Mikroskopis Malaria
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan
pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan
ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam penderita. Uji
imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target
dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam
menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi
di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis
definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit
plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali
yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman
malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara
pemeriksaan satu hari. Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-
syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas
dan spesifisitas mencapai 100%).
1) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah
trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup
matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
2) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler
(finger prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal
dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
3) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies
plasmodium yang tepat.
4) Identifikasi spesies plasmodium
5) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies
plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan
obat.
12

b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)


Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium
yang dapat mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit
terinfeksi plasmodium. QBC merupakan teknik pemeriksaan dengan
menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi
acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies
plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.
c. Pemeriksaan imunoserologis
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi
antibodi spesifik terhadap parasit plasmodium maupun antigen spesifik
plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini terus
dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan
enzim immunoassay.
d. Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA
spesifik parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria. Tes ini
menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita
malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.

H. Komplikasi
Menurut (Soedarmo, 2018) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
penyakit malaria adalah :
a. Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian
tertinggi (80%) bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya.
Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau setelah gejala permulaan.
Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran,
kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh.
b. Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara
mendadak (<> 3 mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru.
Angka kematian mencapai 50%. Gangguan ginjal diduga disebabkan
13

adanya , penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan


kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus.
c. Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah
melahirkan. Frekuensi pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi
yang berat yang menyebabkan kematian. Biasanya disebabkan oleh
kelebihan cairan dan Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
Kasus malaria terbanyak adalah malaria falsiparum fatal yang
memperlihatkan keterlibatan susunan saraf pusat. Organ yang terkena
adalah:
1) Otak : timbul delirium, disorientasi, stupor, koma, kejang, dan tanda
nuerologis fokal.
2) Saluran gastrointestinal : muntah, diare hebat, perdarahan dan
malabsorpsi.
3) Ginjal : nekrosis tubula akut, hemoglobinuria, gagal ginjal akut.
4) Hati : timbul ikteris karena gangguan hepar, billous remittent fever
ditandai dengan muntah hijau empedu karena komplikasi hepar.
5) Paru : edema paru.
6) Lain-lain : anemia, malaria hiperpireksia, hipoglikemia, demam kencing
hitam.

I. Penatalaksanaan
Obat malaria tediri dari 5 jenis, antara lain :
1) Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritosit, yaitu
proguanil, pirimetamin.
2) Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit,
yaitu primakuin.
3) Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina,
klorokuin, dan amodiakuin.
4) Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah
gametosid yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk P. vivax,
P. malariae, P. ovale, adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin.
14

5) Sporontosid mencegah gamentosid dalam darah untuk membentuk


ookista dan sporozoit dalam nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan
proguanil.
Pengobatan penderita malaria secara global WHO telah menetapkan
dipakainya pengobatan malaria dengan memakai obat ACT ( Artemisinin
Base Combination Therapy). Golongan Artemisinin ( ART ) telah dipilih
sebagai obat utama karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang
resisten dengan pengobatan. Selain itu Artemisinin juga bekerja membunuh
plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosid. Juga efektif
terhadap semua spesies, P. falciparum, P. vivax maupun lainnya. Laporan
kegagalan terhadap ART belum dilaporkan saat ini.

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
a. Pengkajian Anamnesis
Keluhan utama pada pasien malaria bervariasi sesuai dengan siklus
yang terjadi di dalam tubuh. Pada pengkajian, perawat mungkin
mendapatkan keluhan utama demam. Serangkan klasik demam tiba-tiba
dimulai dengan periode menggigil yang berlangsung selama 1-2 jam
dan diikuti dengan demam tinggi. Setelah itu akan terjadi penurunan
suhu tubuh secara berlebihan disertai diaforersis dan suhu tubuh pasien
turun menjadi normal atau di bawah normal.
Keluhan klinis sistemik secara umum yang mengikuti, meliputi
batuk, cepat letih, malaise, nyeri otot (mialgia), dan peningkatan
produksi keringat (setiap 48 atau 72 jam, tergantung pada spesies).
Keluhan sistemik lainnya bisa didapatkan adanya anoreksia dan letargi,
mual dan muntah, sakit kepala, serta ikterus mungkin didaptkan pada
beberapa kasus.
Pada riwayat kesehatan, pengkajian awal yang penting bagi
perawat untuk ditanyakan adalah apakah pasien pernah pergi atau diam
di tempat endemic malaria. Kebanyak pasien tinggal di atau baru saja
berpergian ke daerah endemic, namun beberapa kasus dilaporkan setiap
15

tahun dimana pasien tidak memiliki riwayat perjalanan tersebut


(misalnya kendaraan darah atau air yang pernah singgah atau melewati
daerah endemik).
Pengkajian lainnya adalah untuk menentukan status kekebalan
paisien, seperti umur, alergi, kondisi-kondisi medis lainnya, obat lain,
dan status kehamilan.
Pengkajian psikososial terutama ditujukan dalam penurunan
kecemasan dan pemenuhan informasi.
b. Pengkajian Fisik Fokus
Secara umum pasien terlihat sangat sakit, terhadap perubahan
status kesadaran yang semakin menurun sesuai dengan tingkat keaktifan
kuman dalam tubuh. TTV biasanya mengalami perubahan seperti
takikardia, hipertermi, peningkatan frekuensi napas, dan penurunan
tekanan darah.
 B1 : Fungsi pernapasan biasanya tidak ada masalah, tetapi pada
malaria falcifarum dengan komplikasi akan didapatkan adanya
peubahan takipnu dengan penurunan kedalam pernapasan, serta napas
pendek pada istirahat dan aktivitas.
 B2 : Pada fase demam akan didapatkan takikardia, tekanan darah
menurun, kulit hangat, dan dieresis (diaphoresis) karena vasodilatasi.
Pucat dan lembap berhubungan dengan adanya anemia, hipovolemia,
dan penurunan aliran darah. Pada pasien malaria dengan komplikasi
berat sering didapatkan adanya tanda-tanda syok hipovolemik dan
tanda DIC.
 B3 : Sistem neuromotorik biasanya tidak ada masalah. Pada beberapa
kasus pasien terlihat gelisah dan ketakutan. Pada kondisi yang lebih
berat akan didapatkan adanya perubahan tingkat kesadaran dengan
manifestasi disorientasi, delirium, bahkan koma. Pada beberapa kasus
pasien dengan adanya perubahan elektrolit sering didapatkan adanya
kejang.
 B4 : Sistem perkemihan biasanya tidak masalah, tetapi pada saat fase
demam akan didapatkan adanya penurunan produksi urine, sedangkan
16

pada fase lanjut didapatkan adanya poliuri sekunder dari perubahan


glukosa darah.
 B5 : Pada inspeksi didapatkan gangguan pencernaan, seperti mual dan
muntah, diare atau konstipasi. Pada auskultasi didapatkan adanya
timfani abdomen. Pada palpasi abdomen sangat sering didapatkan
adanya splenomegali.
 B6 : Pada pengakajian integument didapatkan adanya tanda-tanda
anemia dan ikterus. Pada pemeriksaan muskuloskletal didapatkan
adanya keletihan dan kelemahan fisik umum, malaise, dan penurunan
kekuatan otot.

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda
dan gejala yang timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini:
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan makanan yang tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah.
b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi,
efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam
tubuh.

C. Intervensi
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
makanan yang tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah.

Tujuan Rencana Rasional


Ø  Tujuan : dalam 3×24 1. Kaji pengetahuan 1. Tingkat pengetahauan dipengaruhi
jam, klien akan klien tentang intake oleh kondisi sosial ekonomi klien.
nutrisi. Dengan mengetahui tingkat
mempertahankan
2. Kaji riwayat nutrisi, pengetahuan tersebut, perawat
kebuthan nutrisi termasuk makanan dapat lebih terarah dalam
yang adekuat. yang disukai. memberikan pendidikan yang
Observasi dan catat sesuai dengan pengetahuan klien
Kriteria Hasil :
masukan makanan secara efesien dan efektif.
17

Membuat pilihan pasien. 2. Mengawasi masukan kalori atau


diet untuk 3. Diskusikan yang kualitas kekeurangan konsumsi
memenuhi disukai klien dan makanan.
kebutuhan nutrisi masukan dalam diet 3. Dapat meningkatkan masukan,
dalam situasi murni. meningkatkan rasa
individu, 4. Observasi dan catat berpartisipasi/control.
menunjukan kejadian mual/ 4. Gejala GI dapat menunjukan efek
peningkatan BB. muntah, dan gejala anemia (hipoksia) pada organ.
kr lain yang 5. Pemberian sejak awal setelah
berhubungan. intervensi rehidrasi dilakukan
5. Berikan nutrisi oral dengan memberikan makanan lunak
dalam porsi kecil yang mengandung kompleks
secepatnya setelah karbohidrat seperti nasi lembek,
rehidrasi dilakukan. roti, kentang dan sedikit daging
6. Monitor khususnya ayam (Levine, 2009).
perkembangan berat 6. Perlu bantuan dalam perencanaan
badan. diet yang memenuhi kebutuhan
nutrisi.

b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dehirasi efek


langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
Tujuan dan KH Rencana Rasional
Tujuan : Dalam 1. Pantau suhu pasien 1. Hipertermi menunjukan proses
waktu 1×24 jam (derajat dan pola), penyakit infeksius akut. Pola
terjadi penurunan perhatikan menggigil. demam menunjukkan diagnosis.
suhu tubuh. 2. Pantau suhu 2. Suhu ruangan/ jumlah selimut
Kriteria Hasil : lingkungan. harus diubah untuk
- Klien mampu 3. Berikan kompres mempertahankan suhu
menjelaskan mandi hangat, hindari mendekati normal.
kembali penggunaan alkohol. 3. Dapat membantu mengurangi
pendidikan 4. Berikan antipiretik. demam, penggunaan es/alkohol
kesehatan yang 5. Berikan selimut mungkin menyebabkan
diberikan. pendingin kedinginan. Selain itu alkohol
- Klien mampu dapat mengeringkan    kulit.
termotivasi untuk 4. Digunakan untuk mengurangi
melaksanakan demam dengan aksi sentralnya
penjelasan yang pada  hipotalamus.
telah diberikan. 5. Digunakan untuk mengurangi
demam dengan hipertermi.
18

c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler


yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.

Tujuan dan KH Intervensi Rasional


Tujuan : dalam waku 1. Pertahankan tirah 1. Menurunkan beban kerja
2×24 jam tidak terjadi baring bantu miokard dan konsumsi oksigen,
penurunan tingkat dengan aktivitas memaksimalkan efektifitas dari
kesadaran dan dapat perawatan perfusi jaringan.
mempertahankan 2. Pantau terhadap 2. Hipotensi akan berkembang
cardiac output secara kecenderungan bersamaan dengan kuman yang
adekuat guna tekanan darah, menyerang darah
meningkatkan perfusi mencatat 3. Pada awal nadi cepat kuat
jaringan. perkembangan karena peningkatan curah
Kriteria Hasil : hipotensi dan jantung, nadi dapat lemah atau
- Klien tidak perubahan pada lambat karena hipotensi yang
mengeluh pusing. tekanan nadi. terus menerus, penurunan curah
- TTV dalam batas 3. Perhatikan jantung dan vaso kontriksi
normal, tidak kualitas, kekuatan perifer.
terjadi sesak dan dari denyut perifer. 4. Peningkatan pernafasan terjadi
mual/muntah, 4. Kaji frukuensi sebagai respon terhadap efek-
tanda diaphoresis pernafasan efek langsung dari kuman pada
dan pucat/ sianosis kedalaman dan pusat pernafasan. Pernafasan
hilang, akral kualitas. menjadi dangkal bila terjadi
hangat, kulit segar, Perhatikan dispnea insufisiensi pernafasan,
produksi urine > berat. menimbulkan resiko kegagalan
30 ml/jam, respon 5. Berikan cairan pernafasan akut.
verbal baik, EKG parenteral. 5. Untuk mempertahankan perfusi
normal. Rasional : jaringan, sejumlah besar cairan
mungkin dibutuhkan untuk
mendukung volume sirkulasi.

D. Implementasi
19

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan (Asmadi, 2018).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi
menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa
keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien
akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang (reassessment) (Asmadi, 2018).
20

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2018). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Handarwan. 2017. Penyebab, Pencegahan, Pengobatan Malaria. Jakarta: Puspa


Suara.
Muttaqin Arif. 2017. (Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah). Jakarta :
Salemba Medika.
Soedarmo. 2018. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis edisi kedua. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI 

Tjay & Raharja. 2016. Buku Saku Patologi. Jakarta. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai