OLEH KELOMPOK E :
1. MULTAZAM (058STYJ19)
2. NAN RATNA DEWI (061STYJ19)
3. NIRAM BULGIS (063STYJ19)
4. NURSAIDAH (069STYJ19)
5. NURZAITUN (067STYC19)
6. RANI KOMALASARI (071STYJ19)
7. RIANA DHANA YATI (072STYJ19)
8. RILLA AYU SUITARI (073STYJ19)
9. RISA WATI (077STYJ19)
10. DAHLAN (126STYJ19)
11. ZUL JIHAD (170STYJ19)
MATARAM
2019
SAP DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
SAP (Satuan Acara Penyuluhan)
A. Latar Belakang
Penyakit demam berdarah (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini
dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama
pada anak-anak, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (wabah).
Penyakit demam berdarah (DBD) ini disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan kemanusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. virus dengue akan
masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian
akan bereaksi dengan antibody sehingga terbentuklah komplek virus antibody
yang akan mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agresi dan mengalami
metamorphosis dimusnahkan oleh system RE dengan akibat terjadi
trombositopenia hebat dan perdarahan, yang mana jika terjadi perdarahan pada
pasien maka akan mengalami devisit volume cairan pada tubuh yang
disebabkan oleh kehilangan plasma darah.
Secara nasional kasus DBD semakin bertambah.berdasarkan data yang
dirilis oleh kemenkes, jumlah kasus DBD per 29 januari 2019 mencapai 13.683
dengan jumlah meninggal 133 jiwa. Jumlah tersebut pun terus bertambah
ditandai dengan jumlah kasus DBD hingga februari 2019 mencapai 16.692
kasus dengan 169 orang diantaranya meninggal dunia. Di NTB sendiri hingga
februari 2019 sudah mencapai 547 kasus dengan 6 di antaranya meninggal
dunia.
Dari latar belakang tersebut maka dari itu kelompok tertarik mengambil
untuk penyuluhan dengan judul “Cara Mencegah Demam Berdarah Dengue
(DBD)”
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga dapat mencegah dan
menangani demam berdarah dengue secara mandiri
2) Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan keluarga mampu:
a. Mengetahui apa demam berdarah dengue
b. Mengetahui penyebab demam berdarah dengue
c. Mengetahui tanda dan gejala demam berdarah dengue
d. Melakukan pencegahan penyakit demam berdarah dengue
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1) Topik : Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
Pencegahannya.
2) Sasaran : Pasien yang berobat ke PKM AMPENAN
3) Metode : Ceramah, Diskusi dan Tanya Jawab
4) Media dan Alat : Leaflet
5) Waktu dan Tempat : Jam 08.30 WIB/ Di Poli anak PKM AMPENAN
6) Materi (Terlampir) : 3 Lembar
7) Setting Tempat :
M
P
A A A A A A
F F
A A A A A A
F
Keterangan :
F : Fasilitator
M : Moderator
P : Penyaji
A : Audience
6) Pelaksana
Moderator : Niram Bulgis
Penyaji : Multazam
Fasilitator : Nana Ratna Dewi, Nursaidah, Nurjaetun, Rani
Komalasari, Riana Dhana Yati, Rilla Ayu Suitari, Risawati, Dahlan.
7) Strategi Pelaksana :
Memperhatikan 1 menit
3. Evaluasi : Menanyakan kepada peserta Menjawab pertanyaan 5 menit
tentang materi yang telah
diberikan.
4. Terminasi : Mengakhiri pertemuan & Mendengarkan 2 menit
mengucapkan terimakasih atas
partisipasi pasien
D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Kesiapan materi
Kesiapan SAP
Kesiapan media : leaflet
Peserta hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di PKM AMPENAN
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
Suasana penyuluhan tertib
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 10 orang .
3. Evaluasi Hasil
Orang tua klien (anak) dapat :
Menjelaskan pengertian DBD
Menjelaskan penyebab DBD
Menjelaskan tanda dan gejala DBD
Menjelaskan cara perawatan pasien DBD di rumah sebelum di bawa ke
rumah sakit
Menjelaskan kapan pasien harus di bawa ke rumah sakit
Menjelaskan cara pencegahan DBD di rumah
LAMPIRAN MATERI
A. DEFINISI
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorhagic
fever//DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disetai leucopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hemotokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue
(dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan atau syok (Anggun Retno, 2018).
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus
(Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh
Aedes Albopictus (Titik Lestari, 2016).
DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne virus) akut, ditularkan oleh
nyamuk spesies Aedes. Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti
dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan sistem
pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit ini
banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika,
termasuk diseluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan
ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan air laut. Demam berdarah dengue
tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai
penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk (Anggun
Retno, 2018).
B. ETIOLOGI
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue
Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus Dengue
mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang ditularkan
melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup dikawasan tropis dan
berkembang biak pada sumber air yang tergenang. Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotip akan
menimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe
yang lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue
dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Anggun Retno, 2018).
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap
inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 0C. Keempat
tipe tersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan tipe DEN 3 yang paling
banyak ditemukan (Anggun Retno, 2018).
C. KLASIFIKASI
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi
menjadi (Anggun Retno, 2018) :
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet (+),
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari
(tanda-tanda dini renjatan).
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat
diukur.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua lebih
manifestasi klinis sebagai berikut :
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia / artralgia
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)
- Leucopenia
- Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang
sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
2. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi
a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
- Uji tourniquet positif
- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,tempat
bekas suntik.
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
- Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin.
- Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti :
- Hipoproteinemia
- Asites
- Efusi pleura
3. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
- Penurunan kesadaran, gelisah
- Nadi cepat, lemah
- Hipotensi
- Tekanan darah turun <20mmHg
- Perfusi perifer menurun
- Kulit dingin, lembab.
(Putri Kumalasari, 2014)
E. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam karena
proses infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga terjadi
termoregulasi yang akan meningkatkan reabsorsi Na dan air sehingga terjadi
hipovolemi, selain itu juga terjadi kebocoran plasma karena terjadi peningkatan
permeabilitas membran yang juga mengakibatkan hipovolemi, syok dan jika tak
teratasi akan terjadi hipoksia jaringan yang dapat mengakibatkan kematian.
Selain itu kerusakan endotel juga dapat mengakibatkan trombositopenia
yang akan mengakibatkan perdarahan, dan jika virus masuk ke usus akan
mengakibatkan gastroenteritis sehingga terjadi mual dan muntah (Putri
Kumalasari, 2014).
F.
PGE2 hipotalamus Membentuk & melepaskan Mengaktifkan system
zat C3a, C5a komplemen PA
THWAY/WOC
HIPERTERMI Peningkatan reabsorbsi Na+ Permeabilitas membrane
dan H2O meningkat
DIC
G. pleura
Efusi PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hepatomegali Ascites
1. Darah
KETIDAKEFEKTIFAN Mual,muntah
POLA NAPAS Penekanan intraabdomen
NYERI Ketidakeseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin,
PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya tropositopenia
(100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak 20% atau lebih
dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa konvaselen.
b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti
pada DHF dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji serologi
hemaglutnasi.
c. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga
d. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %
e. Protein rendah
f. Natrium rendah (hiponatremi)
g. SGOT/SGPT bisa meningkat
h. Asidosis metabolic
i. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) Sumsum tulang pada awal
sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5
dengan gangguan maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk
semua system
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya
posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam
mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan
karena tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa
sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada
pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat menentukan diagnosa
penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan melihat
ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan pankreas.
H. KOMPLIKASI
1. Kerusakan pembuluh darah
2. Kelenjar getah bening
3. Perdarahan organ dalam
I. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter dalam
24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik. Jika terjadi
kejang diberikan antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis : anak
umur < 12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun 75 mg. Jika kejang lebih
dari 15 menit belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3
mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien
terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung meningkat .
b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai pengganti
cairan hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya
RL, jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau
plasma ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien dengan
renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah teratasi,
nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, maka tetesan
infus dikurangi menjadi 10 mL/kg BB/jam.
c. Cairan
1). Kristaloid
- a). Dextran 40
- b). Plasma
2. Keperawatan
a) Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht,
Hb dan trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam
dan kompres hangat.
b) Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang
pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan
infus tetap tidak lancar maka jika 2 tempat akan membantu memperlancar.
Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan plasma darah dan yang lain cairan
biasa.
c) Derajat III dan IV
- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL)
dengan cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.
- Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.
- Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
- Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan
secepatnya baik obat – obatan maupun darah yang diperlukan.
Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan
gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu pengeluaran darah dari
lambung. NGT bisa dicabut apabila perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah
membaik sudah boleh diberikan makanan cair (Putri Kumalasari, 2014).
3. Evaluasi
Evaluasi Struktur
Mahasiswa datang sebelum waktu yang ditetapkan untuk mempersiapkan
sarana dan prasarana untuk kegiatan penyuluhan. Semua peserta datang tepat
waktu. Penyuluhan dimulai setelah acara penyuluhan selesai.
Evaluasi Proses
Peserta yang hadir 35 (hampir seluruh peserta pasien yang berobat ke
PKM AMPENAN mengikuti kegiatan tersebut). Pelaksanaan penyuluhan
berjalan sebagaimana yang diharapkan dimana peserta antusias menjawab
pertanyaan yang diajukan pemateri dan hampir sebagian besar peserta aktif
melontarkan pertanyaan.
Evaluassi Hasil
1. Penyuluhan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana dan
dihadiri oleh 18 orang warga.
2. Masyarakat memahami pengertian dan pnyebab DBD, tanda gejala,
komplikasi, cara penanggulangan dan hal-hal yang perlu diperhatikan
dirumah bagi penderita DBD.
3. Masyarakat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
4. Lebih dari 75% dari peserta yang hadir mampu menjawab pertanyaan dari
mahasiswa teentang materi yang disampaikan. Hal ini membuktikan
bahwa peserta memperhatikan materi yang disampaikan.
5. Pertanyaan yang muncul dari peserta antara lain:
1) Apakah demam berdarah bisa parah?