Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR

NAMA :Mursyid Madany Rusydi

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr.SOEBANDI JEMBER
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan pendahuluan pada pasien dengan LUKA BAKAR telah dibuat pada
tanggal 1 Mei 2023 pada pasien di ruang persalinan RS DR SOEBANDI
JEMBER

Jember, 1 Mei 2023

Pembimbing Akademik, Pembina Ruangan,

………………………… ……………………………..
NIK/NIP. NIK/NIP.

BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Pengertian

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan

jaringanyang disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang

sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau

suhu yang sangat rendah (Moenadjat, 2017). Luka bakar adalah luka yang

paling sering dialami oleh manusia dibandingkan dengan luka lain. Luka

bakar dapat terjadi karena adanya kontak dengan sumber panas ataupun

suhu yang sangat rendah, zat kimia, listrik, radiasi dan cahaya. Berbagai

aktifitas sehari-hari yang dilakukanpun dapat menjadi penyebab terjadinya

luka bakar misalnya kecelakaan yang menyebabkan meledaknya

kendaraan, memegang peralatan dalam keadaan panas sewaktu memasak,

tersengat arus listrik ataupun karena sebab lainnya (Azhari, 2016)

1.2 Etiologi

1) Zona kerusakan jaringan

a) Zona Koagulasi

Merupakan daerah yang mengalami kontak langsung.Kerusakan

jaringan berupa koagulasi (denaturasi) protein akibat pengaruh

trauma termis.Jaringan ini bersifat non vital dan dapat dipastikan

mengalami nekrosis beberapa saat setelah kontak, disebut juga

dengan jaringan nekrosis (Moenadjat, 2017).


b) Zona Statis

Daerah di luar/ di sekitar dan langsung berhubungan dengan zona

koagulasi. Kerusakan yang terjadi pada zona ini terjadi akibat

perubahan endotel pembuluh darah, trombosit , leukosit yang

diikuti perubahan permeabilitas kapiler, trombosis, dan respon

inflamasi lokal. Mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi (no

flow phenomena). Proses tersebut biasanya berlangsung dalam dua

belas sampai dua empat jam pasca trauma, mungkin berakhir

dengan nekrosis jaringan (Moenadjat, 2017)

c) Zona Hiperemia

Merupakan daerah di luar zona stasis. Terjadi reaksi berupa

vasolidatasi tanpa banyak melibatkan reaksi sel dalam zona ini.

Tergantung keadaan umum dan terapi yang diberikan, zona

hiperemia dapat mengalami penyembuhan spontan atau berubah

menjadi zona kedua bahkan zona pertama (perubahan derajat luka

yang menunjukkan perburukan disebut degradasi luka)

(Moenadjat, 2017).

2) Luas Luka

Bakar Luas luka bakar yang mengenai permukaan kulit akan

mempengaruhi metabolism. Pada luka bakar yang mengenai tubuh

kurang dari 30%, perpindahan cairan sebatas pada area yang terkena

luka bakar. Jaringan yang terbakar melepaskan mediator kimiawi yang


meningkatkan permeabilitias kapiler lokal, menyebabkan koloid dan

kristaloid berpindah ke dalam ruang interstisiel. Peningkatan

permeabilitas kapiler terutama terjadi 8-12 jam pasca luka bakar.

Apabila luka bakar mengenai tubuh lebih 10 dari 30% perpindahan

cairan tidak hanya mengenai area yang terkena luka bakar, tetapi juga

mengenai jaringan yang tidak terpapar luka bakar (Horne dan

Swearingen, 2018)

1.3 Manifestasi klinis

1) Cedera Inhalasi Cedera inhalasi biasanya timbul dalam waktu 24 jam -

48 jam pertama pasca luka baka. Jika luka bakar disebabkan oleh nyala

api atau korban terbakar pada tempat yang terkurung atau kedua-

duanya, maka perlu diperhatikan tanda-tanda sebagai berikut :

a) Keracunan Karbon Monoksida Karakteristik tanda fisik tidak ada

dan warna kulit merah bertanda chery hamper tidak pernah terlihat

pada pasien luka bakar. Manifestasi susunan syaraf pusat dari sakit

kepala sampai koma hingga kematian.

b) Distress Pernafasan Penurunan oksigenasi arterial akibat

rendahnya peruse jaringan dan syok. Penyebab distress adalah

edema laring atau spasme dan akumulasi lendir. Adapun tanda-

tanda distress pernafasan yaitu serak, ngiler, dan ketidakmampuan

mengenai sekresi.

c) Cidera pulmonal Inhalasi produk-produk terbakar tidak sempurna

mengakibatkan pneumonis kimiawi. Pohon pulmonal menjadi


tariritasi dan edematosa pada 24 jam pertama. Edema pulmonal

terjadi sampai 7 hari setelah cidera. Pasien irasional atau tidak

sadar tergantung tingkat hipoksia. Tanda- tanda cedera puimonal

adalah pernafasan cepat dan sulit, krakles, stridor, dan batuk

pendek.

2) Hematologi Hematocrit meningkat sekunder kebocoran kapiler dan

kehilangan volume plasma dan sirkulasi. Menurunnya sel darah putih

dan trombosit serta meningkatnya leukosit.

3) Elektrolit Menurunya kalium dan meningkatnya natrium, klorida, serta

BUN.

4) Ginjal Terjadi peningkatan saluran urin dan mioglobinuria

5) Sepsis Sepsis terjadi sejak klien luka bakar luas dengan ketebalan

penuh, hal itu disebabkan oleh bakteri yang menyerang luka masuk

kedalam aliran darah.

6) Burn Shock : syok hipovolemik Respon pulmoner : hipoksia

7) Metabolik Terjadinya hipermetabolik serta kehilangan berat badan.

1.4 Patofisiologi

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas

ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi

elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa

faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kotak

dengan sumber panas. Cidera luka bakar mempengaruhi semua system

organ. Besarnya respon patofisiologis berkaitan dengan luasnya luka bakar


dan mencapai masa stabil ketika terjadi luka bakar kira-kira 60% seluruh

luas permukaan tubuh (Hudak & Gallo, 2011). Tingkat keperawatan

perubahan tergantung pada luas dan kedalaman luka bakar yang akan

menimbulkan kerusakan dimulai dari terjadinya luka bakar dan akan

berlangsung sampai 48- 72 jam pertama. Kondisi ditandai dengan

pergerseran cairan dari komponen vaskuler ke ruang intertestitium. Bila

jaringan terbakar, vasodilatasi meningkatkan permeabilitas kapiler, dan

timbul perubahan permeabilitas sel pada yang luka bakar dan sekitarnya.

Dampaknya jumlah cairan yang banyak berada pada ekstra sel, sodium

chloride dan protein lewat melalui darah byang terbakar dan akan

membentuk gelembung-gelembung dan odema atau keluar melalui luka

terbuka. Akibat adanya odema luka bakar pada lingkungan kulit akan

mengalami kerusakan. Kulit sebagai barier mekanik berfungsi sebagai

mekanisme pertahanan diri yang sangat penting , dari organisme yang

mungkin masuk. Terjadinya kerusakan lingkungan kulit akan

memungkinkan mikro organisme masuk dalam tubuh dan akan 24

menyebabkan infeksi pada luka yang dapat memperlambat proses

penyembuhan luka.

1.5 Pathway

TERLAMPIR

1.6 Pemeriksaan Penunjang

a) Hitung darah lengkap: Perhatikan Hematokrit menunjukkan

hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya


hematokrit dan sel darah merah menjadi sehubungan dengan kerusakan

oleh panas terhadap pembuluh darah.

b) Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi

c) Analisa Gas Darah ( AGD ) : untuk kecurigaan cidera inhalasi

d) Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera

jaringan, hypokalemia terjadi bila diuresis.

e) Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema

jaringan.

f) Kreatinin meningkat menunjukan perfusi jaringan.

g) EKG : tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar

h) Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka

bakar selanjutnya.

1.7 Klasifikasi

1) Luka Bakar Derajat I

a) Kerap diberi simbol 1˚

b) Kerusakan jaringan hanya sebatas bagian superfisial (permukaan)

yaitu epidermis.

c) Perlekatan antara epidermis dengan dermis (dermal-epidermal

junction) tetap terpelihara dengan baik.

d) Kulit kering, hipereremik memberikan efloresensi berupa eritema.

e) Nyeri karena ujung-ujung syaraf sensori teriritasi.


f) Penyembuhan (regenerasi epithel) terjadi secara spontan dalam

waktu 5-7 hari.

g) Derajat kerusakan yang ditimbulkan bukan termasuk masalah

klinik yang berarti dalam kajian terapeutik, sehingga luka bakar

derajat I tidak dicantumkan dalam perhitungan luas luka bakar.

h) Contoh: luka bakar akibat sengatan matahari (sun burn). (Herawati,

2016).

2) Luka Bakar Derajat II (Partial Thickness Burn)

a) Kerap diberi simbol 2˚

b) Kerusakan meliputi seluruh ketebalan epidermis dan sebagian

superfisial dermis.

c) Respon yang timbul berupa reaksi inflamasi akut disertai dengan

eksudasi.

d) Nyeri karena ujung-ujung syaraf sensori teriritiasi.

3) Luka bakar derajat III ( Full Thickness Burn)

a) Kerap diberi simbol 3˚

b) Kerusakan meliputi seluruh ketebalan kulit (epidermis dan dermis)

serta lapisan yang lebih dalam.

c) Apendises kulit (adheksa, integumen) seperti folikel rambut,

kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.

d) Kulit yang terbakar tampak berwarna pucat atau lebih putih karena

terbentuk eskar.
e) Secara teoritis tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi

karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.

f) Penyembuhan terjadi lama. Proses epithelialisasi spontan baik dari

tepi luka (membrana basalis) maupun dari apendises kulit (folikel

rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasesa yang mempunyai

potensi epithelialisasi) tidak dimungkinkan terjadi karena

strukturstruktur jaringan tersebut mengalami kerusakan

1.8 Komplikasi

1) Segera

Sindromkompartemendarilukabakarsirkumferensial(lukabakarpada

ekstremitas iskemia ekstremitas, luka bakar pada toraks hipoksia dari

gagal napas restriktif) ( cegah dengan eskaratomisegera).

2) Awal

a) Infeksi(waspadaisteptococcus)obatiinfeksiyangtimbul(10%

organisme pada biopsi luka ) dengan antibiotiksistemis.

b) Ulkus akibat stres (ulkus cerling) ( cegah dengan antasida,broker

H2 atau inhibitor pompa protonprofilaksis)

c) Hiperkalsemia(darisitolisispadalukabakarluas).Obatidengan

insulin,dekstrosa.

1.9 Penatalksanaan

Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan

tempat pasien dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan

disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan awal (ditempat kejadian),


penanganan pertama di unit gawat darurat, penanganan di ruangan intensif

dan bangsal. Tindakan yang dilakukan antara lain terapi cairan, fisioterapi

dan psikiatri pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topikah

karena eschar tidak dapat ditembus dengan pemberian obat antibiotik

sistemis. Pemberian obat- obatan topikah anti mikrobial bertujuan tidak

untuk mensterilkan luka akan tetapi untuk menekan pertumbuhan

mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan pemberian

obatobatan topikah secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya

infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih terjadi penyebab

kematian pasien.

1.10 Konsep Keperawatan

1.11 Konsep Keperawatan

a. Pengkajian

1) Biodata
2) Keluhan utama: yang biasanya muncul pada pasien dengan gangguan
kebutuhan cairan dan elektrolit antara lain: nyeri abdomen, kram,
bising usus hiperaktif atau hipoaktif, anoreksia, distensi abdomen,
perasaan rectal penuh, feses keras dan berbentuk, keletihan umum,
sakit kepala, tidak dapat makan, nyeri saat defekasi, mual, muntah,
konstipasi, inkontinensia defekasi, diare.
3) Pemeriksaan fisik
1) Kehilangan atau bertambahnya berat badan
2) Integumen: keadaan turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani
dan sensai rasa
3) Kardiovaskuler: distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobin, dan bunyi jantung
4) Mata: cekung, air mata kering
5) Neurologi: reflex, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran
6) Gastrointestinal: keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah

b. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri

2) Gangguan integritas kulit

3) Resiko ketidakseimbangan cairan


c. Kriteria Hasil Dan Intervensi
SDKI SLKI SIKI

Gangguan Integritas Kulit Tujuan setelah dilakukan asuhan keperawatan PerawatanIntegritasKulit (I.11353)
Gangguan Integritas Kulitteratasi. Observasi
Kriteria hasil : integritas kulit dan jaringan  Identifikasipenyebabgangguanintegritaskulit (mis.
(L. 14125) Perubahansirkulasi, perubahan status nutrisi,
Indikator S.A. S.T. peneurunankelembaban, suhulingkunganekstrem,
Kemerahan 2 5 penurunanmobilitas)
Hidrasi 2 5 Terapeutik
Kerusakan jaringan kulit 3 5  Ubahposisisetiap 2 jam jikatirah baring
 Lakukanpemijatanpada area penonjolantulang, jikaperlu
KETERANGAN :  Bersihkanperinealdengan air hangat,
1 : Menurun terutamaselamaperiodediare
2 : Cukup Menurun  Gunakanprodukberbahanpetrolium
3 : Sedang atauminyakpadakulitkering
4 : Cukup Meningkat  Gunakanprodukberbahanringan/
5 : Meningkat alamidanhipoalergikpadakulitsensitif
 Hindariprodukberbahandasaralkoholpadakulitkering
Edukasi
 Anjurkanmenggunakanpelembab (mis. Lotin, serum)
 Anjurkanminum air yang cukup
 Anjurkanmeningkatkanasupannutrisi
 Anjurkanmeningkatasupanbuahdansaur
 Anjurkanmenghindariterpaparsuhuektrime
 Anjurkanmenggunakantabirsurya SPF minimal 30
saatberadadiluarrumah
Nyeri akut d (D.0077) Tujuan setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen nyeri (1.08238)
selama 2x24jam nyeri akut teratasi sebagian Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri dan intensitas nyeri
Kriteria hasil : tingkat nyeri (L.08066)
2. Identifikasi factor yang memperberat nyeri dan mengurangi
Indikator S.A. S.T. nyeri
Keluhan nyeri 2 5 3. Identifikasi skala nyeri
Kesulitan tidur 2 5
meringis 3 5 Terapeutik
1. Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
KETERANGAN : 2. Control lingkungan yang memperberat nyeri
3. Fasilitasi istirahat tidur
1 : Menurun
Edukasi
2 : Cukup Menurun
1. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
3 : Sedang
2. Jelaskan strategi pereda nyeri
4 : Cukup Meningkat
3. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
5 : Meningkat
Kolaborasi
1. Kolaborasikan dengan memberikan analgesic jika perlu

Resiko ketidakseimbangan Tujuan setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen cairan (1.03098)
cairan selama 2 x 24 jam Resiko ketidakseimbangan Observasi
cairan 1. Monitor status hidrasi (mis: frekuensi nadi, kekuatan nadi,
teratasi sebagian akral, pengisian kapiler, kelembaban mukosa, turgor kulit,
Kriteria hasil : status nutrisi bayi (L.03031) tekanan darah)
Indikator S.A. S.T. 2. Monitor berat badan harian
1. Asupan cairan 2 5 3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
meningkat 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis: hematokrit, Na,
2. Output urin 2 5 K, Cl, berat jenis urin, BUN)
meningkat
Terapeutik
3. Membrane mukosa 3 5
1. Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
lembab meningkat 2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena, jika perlu
KETERANGAN :
1 : Menurun Kolaborasi
2 : Cukup Menurun 1. Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
3 : Sedang
4 : Cukup Meningkat
5 : Meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja Sdki PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta


Selatan.
Tim Pokja Siki PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.
Tim Pokja Slki PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan.
Tisya MR. Gambaran kasus luka bakar di bagian bedah rsup dr. M. Djamil padang
tahun 2017-2017 [Skripsi]. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas. 2019
Moenadjat, Yefta. 2017. Luka Bakar : Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai