Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

COMBUSTION

Disusun Oleh :

NAMA :DWI YATI UTAMI

NIM :2720227192

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

JAKARTA

2023
A. Definisi

Combustio atau luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan
oleh panas,kimia/radioaktif. Combustio atau Luka bakar disebabkan oleh
perpindahan energi darisumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat
dipindahkan melalui konduksi/radiasielektromagnetik. (Effendi. C, 2017).

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringanyang


disebabkankontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi
(misalnya api, air panas,bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat
rendah (Moenadjat, 2017).

Luka bakar adalah luka yang paling sering dialami oleh manusia
dibandingkandengan luka lain. Luka bakar dapat terjadi karena adanya kontak
dengan sumber panasataupun suhu yang sangat rendah, zat kimia, listrik, radiasi
dan cahaya. Berbagai aktifitassehari-hari yang dilakukanpun dapat menjadi
penyebab terjadinya luka bakar misalnyakecelakaan yang menyebabkan
meledaknya kendaraan, memegang peralatan dalamkeadaan panas sewaktu
memasak, tersengat arus listrik ataupun karena sebab lainnya(Azhari, 2018)

B. Klasifikasi Luka Bakar (Menurut Musliha, 2017)


1. Derajat luka bakar tingkat 1 (superficial burn)
Pada luka bakar tingkat 1, kerusakan hanya terjadi di epidermis atau lapisan
kulitluar. Ciri-ciri yang ditimbulkan pada derajat luka bakar tingkat 1 adalah
kulit tampakmerah, kering, dan terasa sakit.Luka bakar tingkat 1 dapat
disebabkan oleh paparansinar matahari. Luka bakar ini tidak terlalu
mengkhawatirkan dan bisa sembuhdengan sendirinya.
2. Derajat luka bakar tingkat 2 (superficial partial-thickness burn)
Derajat luka bakar tingkat 2 terjadi pada epidermis dan sebagian lapisan
dermis(lapisan kulit yang lebih dalam). Ketika mengalami luka
bakar tingkat 2, kulittampak merah, lecet, melepuh, bengkak, dan
menimbulkan nyeri hebat.Luka bakartingkat 2 dapat terjadi ketika kulit
bersentuhan sebentar dengan benda panas. Lukabakar ini bisa ditangani
dengan beberapa metode pengobatan tanpa operasi ataubedah, termasuk
mengoleskan salep antibiotik sesuai anjuran dokter
3. Derajat luka bakar tingkat 3 (full thickness burn)
Kerusakan jaringan pada derajat luka bakar tingkat 3 mengenai
seluruh lapisanepidermis dan dermis, atau lebih dalam lagi. Kulit
yang mengalami luka bakartingkat 3 tampak putih, tetapi juga
dapat terlihat hangus, kasar, dan mati rasa.Operasi atau bedah menjadi
pilihan utama untuk menangani luka bakar ini.

Selain 3 kategori di atas, luka bakar juga dapat digolongkan menjadi 2


kelompok,yakni:

1. Luka bakar minor, terdiri dari luka bakar tingkat 1 di bagian tubuh manapun
danluka bakar tingkat 2 yang lebarnya 5–7,5 cm.
2. Luka bakar mayor, terdiri dari luka bakar tingkat 3 serta luka bakar tingkat
2pada tangan, kaki, wajah, alat kelamin, dan bagian tubuh lainnya dengan
lebarluka lebih dari 5–7,5 cm.

Dibandingkan dengan luka bakar tingkat 1 dan 2, derajat luka bakar tingkat
3 lebihberisiko menimbulkan komplikasi, seperti infeksi, kehilangan darah, syok,
bahkanmenyebabkan kematian. Luka bakar yang parah juga
berisikomenyebabkan hipotermia dan hipovolemia.

C. Luas Luka Bakar

Luas luka bakar dihitung berdasarkan presentase seluruh luas permukaan


tubuh. Untuk menentukan luas luka bakar pada orang dewasa dapat
menggunakan metode Rule of Nine. Dasar dari perhitungan ini adalah dengan
membagi tubuh ke dalam bagian-bagian anatomi, yang setiap bagian tersebut
mencerminkan luas 9% dari luas permukaan tubuh.
Pemberian terapi cairan pada pasien yang mengalami luka bakar harus
dilakukan dengantepat, untuk itu perlu dilakukan perhitungan pemenuhan
kebutuhan cairan menggunakanmetode Baxter/Parkland. Menggunakan rumus ini
terlebih dahulu kita harus mengetahuipresentasi luas luka bakar menggunakan
metode rule of nine.Rumus Baxter: 4 ml x kg BB x luas luka bakar

D. Etiologic

Menurut Hudak Gallo (2017) Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan


agen penyebab antara lain:

1. Termal: Basah (air panas, minyak panas), kering (uap, metal, api)
2. Listrik: Voltage tinggi, petir
3. Kimia: asam kuat, basa kuat.
4. Radiasi: termasuk X-Ray Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar.

Beratnya luka bakar dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan
sumber panas,(misal: suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar,
api, air panas, minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat
terjadi kebakaran.

E. Tanda dan Gejala


1. Cedera Inhalasi
Cedera inhalasi biasanya timbul dalam waktu 24 jam -48 jam pertama pasca
luka baka. Jika luka bakar disebabkan oleh nyala api atau korban terbakar
pada tempatyang terkurung atau kedua-duanya, maka perlu diperhatikan
tanda-tanda sebagai berikut:
a. Keracunan Karbon Monoksida
Karakteristik tanda fisik tidak ada dan warna kulit merah bertanda chery
hampertidak pernah terlihat pada pasien luka bakar. Manifestasi susunan
syaraf pusatdari sakit kepala sampai koma hingga kematian.
b. Distress Pernafasan
Penurunan oksigenasi arterial akibat rendahnya peruse jaringan
dan syok.Penyebab distress adalah edema laring atau spasme dan
akumulasi lendir.Adapun tanda-tanda distress pernafasan yaitu
serak, ngiler, danketidakmampuan mengenai sekresi.
c. Cidera pulmonal
Inhalasi produk-produk terbakar tidak sempurna mengakibatkan
pneumoniskimiawi. Pohon pulmonal menjadi tariritasi dan
edematosa pada 24 jampertama. Edema pulmonal terjadi sampai
7 hari setelah cidera. Pasienirasional atau tidak sadar tergantung
tingkat hipoksia. Tanda- tanda cederapuimonal adalah pernafasan cepat
dan sulit, krakles, stridor, dan batuk pendek
2. Hematologi Hematocrit meningkat sekunder kebocoran kapiler dan
kehilanganvolume plasma dan sirkulasi. Menurun nyasel darah putih dan
trombosit sertameningkatnya leukosit.
3. Elektrolit Menurunya kalium dan meningkatnya natrium, klorida, serta BUN.
4. Ginjal Terjadi peningkatan saluran urin dan mioglobinuria
5. Sepsis Sepsis terjadi sejak klien luka bakar luas dengan ketebalan penuh, hal
itudisebabkan oleh bakteri yang menyerang luka masuk kedalam aliran darah.
6. Burn Shock: syok hipovolemik
7. Respon pulmoner: hipoksia
8. Metabolik Terjadinya hipermetabolik serta kehilangan berat badan
(Moenadjat,2017).
F. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh.
Panastersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik,
derajat lukabakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab,
konduksi jaringan yangterkena dan lamanya kulit kotak dengan sumber panas.
Cidera luka bakar mempengaruhisemua system organ. Besarnya respon
patofisiologis berkaitan dengan luasnya luka bakar dan mencapai masa stabil
ketika terjadi luka bakar kira-kira 60% seluruh luas permukaantubuh (Hudak &
Gallo, 2017).

Tingkat keperawatan perubahan tergantung pada luas dan kedalaman luka


bakar yangakan menimbulkan kerusakan dimulai dari terjadinya luka bakar dan
akan berlangsungsampai 48-72 jam pertama. Kondisi ditandai dengan
pergerseran cairan dari komponenvaskuler ke ruang intertestitium. Bila jaringan
terbakar, vasodilatasi meningkatkan permeabilitas kapiler, dan timbul perubahan
permeabilitas sel pada yang luka bakar dansekitarnya. Dampaknya jumlah cairan
yang banyak berada pada ekstra sel, sodiumchloride dan protein lewat melalui
darah yang terbakar dan akan membentuk gelembung-gelembung dan odema
atau keluar melalui luka terbuka. Akibat adanya odema luka bakar pada
lingkungan kulit akan mengalami kerusakan. Kulit sebagai bariermekanik
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri yang sangat penting, dari
organisme yang mungkin masuk. Terjadinya kerusakan lingkungan kulit akan
memungkinkan mikro organisme masuk dalam tubuh.
G. Pathway

(Hudak & Gallo, 2017)


H. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Doenges M.E (2014) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah:

1. Hitung darah lengkap: Perhatikan Hematokrit menunjukkan


hemokonsentrasisehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya
hematokrit dan sel darah merahmenjadi sehubungan dengan kerusakan oleh
panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi
3. Analisa Gas Darah (AGD): untuk kecurigaan cidera inhalasi
4. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera
jaringan,hypokalemia terjadi bila diuresis.
5. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan.
6. Kreatinin meningkat menunjukan perfusi jaringan.
7. EKG: tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
8. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakarselanjutnya

I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien
dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain
mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di
unit gawat darurat,penanganan di ruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang
dilakukan antara lain terapicairan, fisioterapi dan psikiatri pasien dengan
luka bakar memerlukan obat-obatantopikah karena eschar tidak dapat
ditembus dengan pemberian obat antibiotik sistemis.Pemberian
obatobatantopikah anti mikrobial bertujuan tidak untuk mensterilkan
lukaakan tetapi untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi
kolonisasi,dengan pemberian obat-obatan topikah secara tepat dan
efektif dapat mengurangiterjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang
sering kali masih terjadi penyebab kematian pasien.
1. Tatalaksana resusitasi luka bakar
a. Tatalaksana resusitasi jalan napas
1) Inkubasi: tindakan inkubasi dikerjakan sebelum edema mukosa
2) Krikotiroidomi: bertujuan sama dengan inkubasi hanya dianggap
agresif
3) Pemberian oksigen 100%
4) Perawatan jalan napas
5) Penghiasan Secret
6) Pemberian terapi inhalasi
7) Bilasan bronkoalveolor
8) Perawatan rehabilitatif untuk respirtif
9) Eskarotomi
b. Tatalaksana resusitasi cairan
1) Cara Evans
2) Cara
c. Resusitasi nutrisi Pada pasien luka bakar,pemberian nutrisi enteral
sebaiknya dilakukan sejak dini.
2. Penanganan Luka
a. Pendinginan luka
b. Debridemen
c. Tindakan pembedahan
1) Split cangkok kulit
2) Flap
3. Terapi manipulasi lingkungan
a. Fase inflamasi
b. Fase fibrolastic
c. Fase maturbasi (Moenadjat, 2017)
J. Asuhan keperawatan secara teoritis :
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku, bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi dan diagnose
medis.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien, mempunyai penyakit yang
merubah kemampuan untuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya
pertahanan terhadap infeksi (seperti Diabetes mellitus, gagal jantung,
sirosis hipatis, gangguan pernafasan).
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Sumber kecelakaan, sumber panas atau penyebab yang berbahaya,
gamabaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi, factor yang
mungkin berpengaruhseperti alcohol, obat-obatan, keadaan fisik disekitar
luka bakar, peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga klien apakah memeliki riwayat penyakit yang sama
dengan yang diderita klien.
e. Riwayat Psiko- Sosio- Spiritual
Pengkajian psikologi meliputi status emosi, kognitif, dan perilaku klien,
pengkajian mekanisme koping klien terhadap penyakit yang diderita.
f. Pola Kesehatan Sehari-hari
1) Pola kebiasaan
Pasien biasanya melakukan kegiatan berhubungan dengan benda
panas dan sangat beresiko.
2) Pola tidur dan istirahat
Pasien mengeluh sulit tidur karena merasa tidak nyaman ataupun
nyeri pada bagian luka
3) Pola eliminasi
Pasien pada pola eliminasi mengeluh susah melakukan seperti biasa.
4) Pola hubungan dan peran
Terjadinya perubahan peran dan hubungan karena terhambatnya pola
aktivitas.
5) Pola persepsi dan konsep diri
Pasien merasa tidak berdaya ketika sakit dan punya harapan untuk
sembuh
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Tingkat kesadaran, keadaan umum, TTV
2) Pemeriksaan fisik head to toe
a) Kepala
Untuk mengetahui turgor kulit dan mengetahui adanya lesi atau
bekas luka.
Inspeksi: lihat ada lesi atau tidak, warna rambut, edema, dan
penyebaran rambut.
Palpasi: meraba dan tentukan elastisitas turgor kulitbserta tekstur
kasar atau halus, akral dingin/ hangat.
b) Rambut
Untuk mengetahui warna rambut, kebersihan rambut,
penyebaran rambut.
Inspeksi: penyebaran rambut merata atau tidak dan adanya
ketombe atau tidak.
Palpasi: mudah rontok atau tidak, rambut lengket atau tidak.
c) Wajah
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala, untuk mengetahui
luka dan kelainan pada kepala.
Inspeksi: lihat kesimetrisan wajah antara kanan dan kiri jika ada
perbedaan maka ada kelumpuhan atau parase.
Palpasi: lihat adanya luka, respon nyeri dengan melakukan
penekanan sesuai kebutuhan.
d) Mata
Untuk mengetahui bentuk mata, fungsi mata serta untuk melihat
apakah adakelainan pada mata.
Inspeksi: lihat warna konjungtiva dan sclera mata (kuning atau
ikterik), pupil isokor, medriasis atau miosis.
Palpasi: lihat apakah ada tekanan intra okuler. Apabila ada maka
ketika dilakukan penenkanan akan terasa keras, kaji jika ada
nyeri tekan
e) Hidung
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung
Inspeksi: lihat bentuk hidung simetris atau tidak, apakah ada
kemerahan atau lesi hidung bagian dalam.
Palpasi: lakukaan penekanan apakah ada nyeri tekan pada sinus,
apakah adanyeri tekan pada pangkal hidung, apakah terjadi
benjolan.
f) Mulut dan Faring
Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada mulut dan faring.
Inspeksi: lihat apakah ada kelainan pada bibir (bibir sumbing),
bentuk bibir simetris atau tidak, warna bibir, kelembapan, apakah
ada gigi yang berlubang, kebersihan gigi, serta lihat apakah ada
pembesaran pada tonsil.
Palpasi: ada lesi atau massa pada area mulut dg melakukan
penekanan di daerah pipi, serta kaji jika ada nyeri tekan.
g) Telinga
Untuk mengetahui fungsi telinga dan melihat apakah ada kondisi
abnormal pada telinga.
Inspeksi: lihat warna daun telinga, bentuk, simetris atau tidak
antara kanan dan kiri, serta lihat apakah ada serumen.
Palpasi: lakukan penekanan ringan apakah ada nyeri tekan atau
tidak dan elastisitas kartilago.
h) Leher
Untuk mengetahui fungsi dan apakah ada kelainan pada leher.
Inspeksi: lihat warna kulit, bentuk, amati adanya pembesaran
kelenjar tiroid.
Palpasi: lakukan penekanan pada leher dengan cara meletakkan
kedua tangan disisi samping leher dan pasien suruh menelan lalu
rasakan apakah ada pembesaran tiroid pada sisi leher.
i) Dada
Untuk mengetahui bentuk, frekuensi, nyeritekan, irama
pernafasan dan bunyi paru.
Inspeksi: lihat kesimetrisan dada kanan dan kiri, apakah ada
retraksi dada atau tidak.
Palpasi: apakah ada benjolan serta nyeri tekan, lihat apakah ada
pelebaran pada ictus cordis.
Perkusi: untuk melihat batas normal paru.
Auskultasi: untuk mengetahui bunyi nafas.
j) Abdomen
Untuk mengetahui warna, bentuk perut, peristaltic usus, dan
apakah ada nyeri tekan.
Inspeksi: amati bentuk perut, warna kulit, apakah ada benjolan,
dan asites.
Auskultasi: dengarkan peristaltik usus dan hitung apakah ada
peningkatan pada bising usus.
Palpasi: apakah ada lesi, dan nyeri tekan.
Perkusi: apakah ada hipertimpani atau tidak.
k) Musculoskeletal/ Ektremitas
Untuk mengetahui mobilitas kekutan otot
Inspeksi: lihat apakah ada atrofi pada ekstremitas.
Palpasi: lakukan penekanan dan minta pasien untuk memberi
tahanan pada eskstremitas untuk melihat kekuatan otot pada
anggota gerak atas dan bawah
l) Pemeriksaan Integumen
Inspeksi: amati warna kulit, kaji adanya lesi dan edema
Palpasi:kelembaban kulit, mengecek suhu kulit dengan cara
membandingkan kedua kaki dan lengan tangan dengan
menggunakan jari, tarik/cubit untuk mengetahui turgor kulit
(normalnya kembali cepat).
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang
terkenal dengan rule of nine of Wallace yaitu:
a. Kepala dan leher: 9%
b. Lengan masing-masing 9%:18%
c. Badan depan 18%, badan bagian belakang: 36%
d. Tungkai masing-masing 18:36%
e. Genitalia/perinium: 1%
2. Diagnose keperawatan
1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan destruksi lapisan kulit.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adequate;
kerusakan perlindungan kulit; jaringan traumatic.
3) Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan; bentukan
edema; manifulasi jaringan cedera.
3. Rencana Tindakan

No. Diagnose Tujuan Intervensi Rasional


1. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Observasi:
kulit berhubungan keperawatan 3x24 jam  Monitor akan adanya  Memonitor keadaan luka
dengan destruksi integritas kulit meningkat kemerahan untuk dan untuk menentukan
lapisan kulit (D.0129) dengan kriteria hasil sebagai membantu mencegah tindakan lebih lanjut
berikut: terjadinya infeksi atau
1. Menunjukkan regresi lesi.  Untuk mengetahui
jaringan  Kaji atau catat ukuran, keadaan luka
2. Mencapai penyembuhan warna, kedalaman luka
tepat waktu terhadap iskemik
 Untuk membantu
Terapeutik:
mempercepat
 Berikan perawatan luka
penyembuhan.
yang tepat
 Agar tidak ada
 Pertahankan tempat tidur
kontaminasi
bersih, kering
 Untuk menghindari
 Pertahankan masukan
dehidrasi
cairan 2500-3000 ml/Hr
Edukasi:
 Jaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan kering
untuk membantu proses
penyembuhan pada luka
 Dorong keluarga untuk
membantu dalam
perawatan diri
 Mobilisasi pasien setiap
2jam untuk menurunkan
resiko infeksi
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi
berhubungan dengan keperawatan tingkat infeksi Observasi:
pertahanan menurun dengan kriteria hasil  Monitor tanda dan gejala  Untuk mengidentifikasi
primertidak adequate; sebagai berikut: infeksi local dan sistemik. tanda infeksi
kerusakan 1. Kebersih tangan meningkat  Batasi jumlah pengunjung  Untuk mencegah
perlindungan kulit; 2. Kebersihan badan  Berikan perawatan kulit kontaminasi
jaringan traumatic. meningkat pada area edema.  Agar tidak bengkak
(D.0142) 3. Nafsu makan meningkat  Cuci tangan seblum dan  Tindakan untuk
4. Demam menurun sesudah kontak dengan mengurangi resiko infeksi
5. Kemerahan menurun klien dan lingkungan
6. Nyeri menurun klien.
7. Bengkak menurun  Pertahankan teknik aseptic  Tindakan untuk
8. Cairan berbau busuk pada klien beresiko tinggi. mengurangi resiko infeksi
menurun Edukasi:
9. Kultur area luka membaik  Jelaskan tanda dan gejala  Agar pasien mengetahui
infeksi. tanda-tanda infeksi
 Ajarkan cara mencuci
 Pencegahan resiko infeksi
tangan dengan benar
3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan dengan keperawatan tingkat nyeri Observasi:
agen pencedera fisik menurun dengan Kriteria  Identifikasi lokasi,  untuk mengkasi skala
(D.0077) Hasil: karakteristik, durasi, nyeri
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kulaitas
2. Meringis menurun. nyeri,intensitas nyeri,
3. Sikap protektif menurun. skala nyeri.
4. Gelisah menurun.  Identifikasi respon nyeri  mengukur skala nyeri
5. Frekuensi nadi membaik non verbal. dengan ekspresi wajah
 Identivikasi factor yang
memperberat dan  menghindari nyeri
memperingan nyeri. memperparah
Terapeutik:
 Berikan teknik non
 mengajarkan teknik yang
farmakologis untuk
untuk menghindari nyeri
mengurangi rasa nyeri.
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
 membantu mengurangi
 Pertimbangkan jenis dan
nyeri
sumber nyeri dalam
 untuk membantu
pemilihan strategi
mengurangi nyeri yang
meredakan nyeri.
dialami
Edukasi:
 Jelaskan penyebab,
 agar pasien mengerti
periode, dan pemicu nyeri.
tentang kondisi yang di
 Jelaskan strategi
hadapi
meredakan nyeri
 membantu mengurangi
 Ajarkan teknik non
rasa nyeri
farmakologis untuk
 membantu mengurangi
mengurangi rasa nyeri.
nyeri
Kolaborasi
 pemberian analgetik bila
perlu  membantu mengurangi
nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, N. 2012. Hubungan Body Image dengan Mekanisme Koping
yangDigunakanPenderita Luka Bakar yang Pernah Dirawat di
Ruangan Khusus LukaBakarBangsal Bedah RSUP.DR.M.Djamil
Padang. Skripsi. Padang: FakultasKeperawatan Universitas Andalas.
http://repository.unand.ac.id/17919/
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2014). Rencana Asuhan
KeperawatanPedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta: EGC
Effendy. 2017. Perawatan Pasien Luka Bakar, 4-31, Penerbit Buku Kedokteran EGC
Press,Jakarta.
Hudak, & Gallo. 2013. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik (8 ed.,
Vol. 1).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Moenadjat Y. 2017. Luka Bakar Masalah dan Tatalaksana. 4th ed.
Jakarta: FakultasKedokteran Universitas Indonesia.
Musliha. 2017. Keperawatan Gawat Darurat. Nuha Medika: Yogyakarta.
Paula Krisanty, DKK. 2017. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. TIM
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Anda mungkin juga menyukai