Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN

LUKA BAKAR

KMB III
Kelompok 2 A 2019 1
Skenario
Bpk D, 35 th, 85 kg, dibawa ke IGD dengan kondisi mengalami luka di seluruh lengan kanan,
punggung, dada, leher dan wajah disebabkan oleh HP yang meledak 8 jam yang lalu. Bpk D
sadar namun tampak sangat sesak, mengeluh nyeri dengan suara yang serak dan kalimat
yang pendek-pendek. Luka di lengan dominan dengan luka derajat II dan III dan mengalami
hypoestesia namun telah diberikan salep burnazim. Luka dipunggung dan dada dominan
dengan luka derajat II dan I, sudah dibalut dan juga diberi salep burnazim. Pasien mengalami
hyperestesia dengan skala 9 pada luka bagian leher dan dada. Saat dilakukan pemeriksaan,
tekanan darah Bpk D 90/60 mg/dl, Nadi: 105x/pemenit, Frekwensi Nafas; 27x/menit, Suhu
38°C. Dari hasil laboratorium didapatkan Hb 13,5 g/dl, Leukosit 30000/pl, Na 120mmol/L, CI
112 mmol/L, K 3,2 mmol/L. Sebagai perawat magang di ruang perawatan tersebut, Anda
melihat bahwa terdapat eritema pada wajah dan leher serta ditemukan beberapa bula yang
berair bahkan sudah pecah sehingga perawat magang mulai menghitung kebutuhan cairan
pasien menggunakan rumus baxter.
Skema
1. Definisi Luka Bakar
• Luka bakar (burns) merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma suhu
atau termal yang berdampak pada kerusakan kulit sebagai akibat kontak langsung atau
terpapar dengan sumber-sumber panas seperti api (thermal), listrik (electrict), zat kimia
(chemical), atau radiasi (radiation) (Nurdiana dkk., 2008).
• Menurut Hatta (2015), Luka Bakar adalah cedera terhadap jaringan yang disebabkan oleh
kontak terhadap panas kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas), kimiawi (seperti
bahan-bahan korosif), bahan elektrik (arus litrik atau lampu), Friksi, atau energy
elektromagnetik dan radian. Luka Bakar merupakan satu jenis trauma yang memiliki
morbiditas dan mortalitas yang tinggi sehingga memerlukan perawatan yang khusus mulai
fase awal hingga fase lanjut.
• Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang dapat disebabkan oleh terpapar
langsung oleh panas (api, cairan atau lemak panas, uap panas), radiasi, listrik, kimia. Luka
bakar merupakan jenis trauma yang merusak dan merubah berbagai sistem tubuh. Luka
bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan dengan benda-
benda yang menghasilkan panas baik kontak secara langsung maupun tidak langsung.
(Anggowarsito 2014).
2. Etiologi Luka Bakar
• Menurut Haryono & Hidayah (2021), didapatkan etiologi paling sering ialah
dari air panas (42,8%) dan api (38,7%). Temuan ini sesuai dengan hasil
penelitian Aymen Elsous, et al, yang mendapatkan bahwa etiologi luka bakar
paling banyak oleh air panas (66,1%) dan api (23,8%). Etiologi air panas banyak
pada anak-anak (≤18 tahun) (27,3%). Hasil ini sesuai dengan penelitian Kai-
Yang, et al, dan Qian Xu, et al, yang mendapatkan air panas, sup, dan minyak
panas sebagai penyebab tersering di dalam rumah.
• Adapun menurut Ledoh (2019), luka bakar disebabkan oleh dari sumber panas
ke tubuh. Panas tersebut mungkin di pindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar,
beratnya luka bakar jug dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan
sumber panas (misalnya suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang
terbakar, sumber panas: api, air panas dan minyak panas), listrik, zat kimia,
radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup.
2. Etiologi Luka Bakar
• Moenadjat (2009) membagi etiologi luka bakar menjadi 4, yaitu:
a. Luka Bakar Thermal , merupakan luka bakar disebabkan oleh paparan panas yang berlebih, seperti
kontak langsung dengan air panas (scald burn), permukaan benda yang panas, hingga kobaran api
(flame burn). Luka bakar jenis ini dapat merusak kulit hingga bagian epidermis, sehingga dapat
digolongkan sebagai luka bakar grade I (Superficial Partial Thickness Burn). Luka bakar jenis ini dapat
menyebabkan pasien mengalami luka hingga bagian subkutis, sehingga dapat digolongkan sebagai
luka bakar grade III (Full Thickness Burn) (Belleza, 2016)
b. Luka Bakar akibat Bahan Kimia, biasanya disebabkan oleh alkali atau asam kuat yang biasa digunakan
dalam bidang insdustri pembersih yang biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga dan industry
militer (Moenadjat, 2009)
c. Luka Bakar akibat Aliran Listrik, dibagi menjadi 2 kategori berdasar kekuatan tegangannya yaitu lebih
dari 1.000 volt (high voltage) dapat mengakibatkan terbentuknyan ulser dan scars dan kurang dari
1.000 volt (low voltage) luka bakar terbatas pada kulit namun dapat merusak hingga jaringan lebih
dalam.
d. Luka Bakar akibat Radiasi, disebabkan karena paparan dari sumber material radioaktif. Paparan
radioaktif dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kematian sel mendadak. Jenis injury ini disebabkan
oleh penggunaan radioaktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia industri dan kedokteran.
Terpapar matahari dengan waktu yang lama juga akan menyebabkan kerusakan pada kulit
(Moenadjat, 2009).
3. Klasifikasi Luka Bakar
• Luka bakar berdasarkan kedalamannya Menurut KEMENKES RI (2019) :
a. Luka bakar superfisial
Luka bakar superfisial adalah luka bakar yang dapat sembuh secara spontan
dengan bantuan epitelisasi. Luka bakar superfisial dibagi dua yaitu luka bakar
epidermal yang hanya terkena pada bagian epidermis pasien dan superficial
dermal yang terkena pada bagian epidermis dan bagian superfisial dermis
(dermis papiler).
b. Luka bakar mid-dermal
Luka bakar mid-dermal adalah luka bakar yang terletak diantara luka bakar
superficial dermal dan deep dermal. Pada luka bakar mid-dermal jumlah sel
epitel yang bertahan untuk proses re-epitelisasi sangat sedikit dikarenakan
luka bakar yang agak dalam sehingga penyembuhan luka bakar secara
spontan tidak selalu terjadi.
3. Klasifikasi Luka Bakar
c. Luka bakar deep
Luka bakar deep memiliki derajat keparahan yang sangat besar. Luka bakar kedalaman ini
tidak dapat sembuh spontan dengan bantuan epitelisasi dan hanya dapat sembuh dalam
waktu yang cukup lama dan meninggalkan bekas eskar yang signifikan.
• Luka bakar deep-dermal
Luka bakar dengan kedalaman deep dermal biasanya memiliki bula dengan dasar bula
yang menunjukkan warna blotchy red pada reticular dermis. Warna blotchy red
disebabkan karena ekstravasasi hemoglobin dari sel darah merah yang rusak karena
rupturnya pembuluh darah. Ciri khas pada luka bakar kedalaman ini disebut dengan
fenomena capillary blush.
• Luka bakar full thickness
Luka bakar tipe ini merusak kedua lapisan kulit epidermis dan dermis dan bisa terjadi
penetrasi ke struktur yang lebih dalam. Warna luka bakar ini biasanya berwarna putih dan
waxy atau tampak seperti gosong. Saraf sensoris pada luka bakar full thickness sudah
seluruhnya rusak menyebabkan hilangnya sensasi pinprick. Kumpulan kulit-kulit mati yang
terkoagulasi pada luka bakar ini memiliki penampilan leathery, yang disebut eskar.
3. Klasifikasi Luka Bakar
• Luka bakar berdasarkan tingkat keparahan Menurut Emergency Nurses
Association., dkk. (2017):
a. Luka bakar tingkat 1 : ditandai dengan kulit kemerahan, tetapi tidak melepuh
b. Luka bakar tingkat 2 : kulit melepuh dan terlihat menebal
c. Luka bakar tingkat 3 : ketebalan kulit yang meluas dengan bercak warna
putih dan membuat permukaan kulit menjadi kasar
d. Luka bakar tingkat 4 : luka bakar yang meluas hingga tendon (otot) dan
tulang, serta terlihat kehitaman.
3. Klasifikasi Luka Bakar
• Luka Bakar Berdasarkan Agen Penyebab
a. Menurut Mawarsari (2015) luka bakar berdasarkan agen penyebab adalah:
Luka bakar karena api dan atau benda panas lainnya
Luka bakar karena minyak panas
Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena bahan kimia yang bersifat asam kuat atau basa kuat
Luka bakar karena listrik dan petir
Luka bakar karena radiasi
Luka bakar karena ledakan (perlu disebutkan penyebab ledakan : misal, ledakan bom,
ledakan tabung gas, dan sebagainya)
Trauma akibat suhu sangat rendah
3. Klasifikasi Luka Bakar
• Luka Bakar Berdasarkan Agen Penyebab
b. Menurut Long, Barbara (2013) luka bakar berdasarkan agen penyebab
adalah :
Luka bakar termal
Mengenai kulit yang disebabkan oleh cairan panas, benda padat panas, rokok, zat
kimia atau tersengat listrik
Luka bakar inhalasi
Disebabkan oleh hirupan gas panas, cairan panas/produk berbahaya hasil
pembakaran yg tidak sempurna
• Luka bakar berdasarkan lokasi
Menurut Rahayuningsih (2012) berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi
luka bakar. Luka bakar yang mengenai kepala, leher dan dada seringkali berkaitan dengan
komplikasi pulmoner. Luka bakar yang menganai wajah seringkali menyebabkan abrasi
kornea. Luka bakar yang mengenai lengan dan persendian seringkali membutuhkan terapi
fisik dan occupasi dan dapat menimbulkan implikasi terhadap kehilangan waktu bekerja
dan atau ketidakmampuan untuk bekerja secara permanen.
3. Klasifikasi Luka Bakar
• Luka Bakar Berdasarkan Ukuran
Menurut Ledoh (2019), Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan
9 yang terkenal dengan Rule of Nine of Wallace yaitu :
Kepala dan leher : 9%
Lengan masing-masing 9% : 18%
Badan depan : 18%
Badan bagian belakang : 18%
Tungkai masing-masing 18 % : 36%
Genitalia/perinium : 1%
3. Klasifikasi Luka Bakar
4. Patofisiologi Luka Bakar
4. Patofisiologi Luka Bakar
• Patofisiologi luka bakar ditandai dengan reaksi inflamasi yang mengarah ke pembentukan edema
cepat, karena permeabilitas mokrovaskuler meningkat, vasodilasi dan peningkatan ekstravaskuler.
Reaksi-reaksi ini disebabkan oleh efek panas langsung pada mikrovaskuler dan mediator kimia
peradangan. Tahap vasodilatasi paling awal dan peningkatan permeabilitas vena ummnya
disebabkan oleh pelepasan histamin (Haryono & Utami, 2019).
• Kerusakan selaput sel yang sebagian disebabkan oleh radikal bebas oksigen dilepaskan dari leukosit
polimorfonuklear akan mengaktifkan enzim yang mengatalis hidrolisis precursor prostaglandin yang
cepat sebagai hasilnya. Prostaglandin menghambat pelepasan norepinefrin dan dengan demikian
menjadi penting dalam memodulasi sistem saraf adregenik yang diaktifkan sebagai respons
terhadap cedera termal. Interpretasi morfologi dari perubahan ultrastruktur fungsional getah
bening setelah cedera termal menimbulkan peningkatan vakuola dan banyak interselular
endothelium terbuka (Gynaecol, 1980).
• Selain itu, luka bakar yang menyebabkan cedera akan menimbulkan denaturasi sel protein. Sebagian
sel mati karena mengalami nekrosis traumatis atau iskemik. Kehilangan ikatan kolagen juga terjadi
bersama proses denaturasi sehingga timbul gradien tekanan osmotic dan hidrostatik yang abnormal
dan menyebabkan perpindahan cairan intravaskuler ke dalam ruang interstisial. Cedera sel memicu
pelepasan mediator inflamasi yang turut menimbulkan peningktan permeabilitas kapiler secara
sistemik (Kowalak, 2011).
5. Manifestasi Klinis Luka Bakar
• Manifestasi klinis luka bakar secara umum yaitu :
1) Nyeri
 Luka bakar derajat 1: sensitif terhadap sentuhan, tekanan, pergerakan udara dan perubahan suhu
 Luka bakar derajat 2 sangat nyeri yang tergantung dari keutuhan ujung saraf
 Luka bakar derajat 3 : tidak nyeri
2) Perubahan suara (serak), terdapat batuk-batuk, terdapat mengi, adanya jelaga pada (karbon),
gangguan menelan, produksi sekresi oral, serta adanya sianosis: berkaitan dengan cedera pada saluran
napas.
3) Adanya oedema jaringan pada area injury
4) Hipotensi, nadi cepat dan lemah, tanda syok hipovomik
5) Disritmia, kulit putih dan dingin : syok listrik
6) Keluaran urine menurun atau tidak ada pada fase akut
7) Kesemutan
8) Terjadi kejang (syok listrik)
9) Laserasi di bagian kornea, adanya kerusakan retina, penurunan visus, serta pecahnya membran timpani
10) Efek sistem yang ditemukan pada luka bakar berat seperti syok, hipotermi, perubahan uji metobolik
Dan Darah
11) Mordibitas yang akan muncul mengikuti trauma awal, kemerahan bula, edema,nyeri
5. Manifestasi Klinis Luka Bakar
• Manifestasi klinik yang muncul pada luka bakar sesuai dengan kerusakannya:
1) Grade I:
Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali, sembuh dalam 3-7
dan tidak ada jaringan parut.
2) Grade II:
Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel dan edema subkutan, luka
merah, basah dan mengkilat, sangat nyeri, sembuh dalam 28 hari tergantung
komplikasi infeksi.
3) Grade III:
Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah keputihan dan hitam
keabu-abuan, tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri maka perlu
skingraf.
6. Proses Penyembuhan Luka Bakar
1) Fase Inflamatori
Fase pertama ini akan dialami pengidap setelah terbentuknya luka dan akan berakhir pada 3 - 4 hari. Dalam fase
inflamatori terdapat dua proses, yaitu hemostasis dan fagositosis. Hemostasis adalah penghentian pendarahan
di daerah luka. Dalam proses hemostasis terbentuk scab di permukaan luka (jaringan yang dibentuk di
permukaan luka, berwarna merah agak tua dan agak keras) agar tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme.
2) Fase Proliferatif
Fase kedua ini muncul setelah fase inflamatori yang berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-21. Diawali
dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan setelah 5 hari terjadinya luka.
Kolagen adalah protein penyusun tubuh manusia yang dapat menambah tegangan permukaan dari luka.
Semakin banyak jumlah kolagen, semakin bertambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan
luka menjadi terbuka. Jaringan epitel tumbuh melintasi luka (epitelisasi), meningkatkan aliran darah yang
memberikan oksigen dan nutrisi penting bagi proses penyembuhan luka. Mediator kimia akan mengaktifkan
neutrofil untuk bergerak ke area luka dan memulai proses penyembuhan.
3) Fase Maturasi
Fase ini dimulai dari hari ke-21 dan berakhir sekitar 1 - 2 tahun. Fibroblas terus - menerus mensintesis kolagen,
kemudian bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas, dan meninggalkan garis putih. Terbentuknya kolagen
yang baru mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan. Terbentuk jaringan parut yang hampir
sama kuat dengan jaringan sebelumnya. Selanjutnya, terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas
seluler dan vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan.
7. Indikasi Rawat Inap Pasien Luka Bakar
• Menurut Purwanto (2016) indikasi pasien dengan luka bakar untuk rawat inap adalah:
1) Luas luka bakar : Dewasa apabila >15% dan Anak >10%
2) Luka bakar pada anak (<5 tahun) atau usia lanjut (>60 tahun).
3) Luka bakar derajat III dan IV.
4) Luka bakar di wajah, tangan, kaki dan perineum.
5) Luka bakar di area fleksor (leher, aksila, lipat siku, pergelangan tangan, lipat lutut, lipat kaki).
6) Sebab luka bakar :
 Luka bakar karna zat kimia dengan luas luka bakar >5% luas permukaan tubuh atau >1% luas permukaan
tubuh jika konsentrasi zat kimia >50%.
 Paparan radiasi terionisasi/ radioaktif dan uap bertekanan tinggi.
 Listrik tegangan tinggi
 Luka bakar karena faktor kesengajaan (non-accidental injury)
7) Circumferential burn, yaitu luka bakar dengan ketebalan penuh yang melingkar pada ekstremitas atau di
sekitar dada atau perut yang harus dipantau secara hati-hati.
8) Gangguan pada saluran nafas akibat inhalasi panas dan partikel benda asing.
9) Faktor komorbid, misalnya diabetes, penyakit jantung, kehamilan, immunocompromised, trauma
(fraktur, trauma kepala, kontusio).
7. Indikasi Rawat Inap Pasien Luka Bakar
• Menurut Kemenkes RI tentang pedoman nasional pelayanan kedokteran tata laksana luka
bakar tahun 2019.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kasus luka bakar, berarti kriteria rujukan:
1) Pasien dengan luka bakar dengan luas dan dalam harus mendapatkan perawatan yang
lebih intens yaitu dengan merujuk ke RS yang memiliki fasilitas sarana pelayanan luka
bakar yang memadai.
2) Sebelum dilakukan transfer pasien, harus dilakukan assessment segera dan stabilisasi di
rumah sakit yang terdekat
3) Tata laksana awal mencakup survei primer dan sekunder serta evaluasi pasien untuk
kemungkinan rujukan
4) Seluruh assessment dan tata laksana yang diberikan harus dicatat sebelum dilakukan
transfer pasien ke unit luka bakar
5) Lakukan komunikasi via telepon segera dengan unit tujuan rujuk sebelum transfer pasien
ke rumah sakit
8. Penatalaksanaan Luka Bakar
• Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien dirawat melibatkan berbagai
lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan awal (ditempat kejadian),
penanganan pertama di unit gawat darurat, penanganan di ruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang
dilakukan antara lain terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri pasien dengan luka bakar memerlukan obat-
obatan topikah karena eschar tidak dapat ditembus dengan pemberian obat antibiotik sistemis.
1)Tatalaksana resusitasi luka bakar
Resusitasi jalan nafas
 Intubasi : tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa
 Krikotiroidomi: bertujuan sama dengan inkubasi hanya dianggap agresif
 Pemberian oksigen
 Perawatan jalan nafas
 Penghisapan sekret
 Pemberian terapi inhasi
 Bilasan bronkoalveolor
 Perawatan rehabilitatif untuk respirtif
 Eskarotomi
8. Penatalaksanaan Luka Bakar
2) Tata laksana resusitasi cairan : Cara evans dan cara baxter
3) Resusitasi nutrisi : Pada pasien luka bakar,pemberian nutrisi enteral sebaiknya dilakukan
sejak dini.
 Perawatan berbasis air. Terapi ultrasound dapat digunakan untuk membersihkan dan menstimulasi
jaringan luka.
 Cairan untuk mencegah dehidrasi. Cairan intravena dapat diberikan kepada klien untuk mencegah
dehidrasi dan kegagalan organ.
 Manajemen nyeri dan kecemasan. Pengobatan luka bakar dengan tingkat keparahan tertentu dapat
menimbulkan nyeri yang tidak tertahankan. Oleh karenanya, klien bisa membutuhkan obat antinyeri
dan antikecemasan.
 Krim dan salep. Kedua produk pengobatan tersebut dapat membantu menjaga luka lembap,
mengurangi rasa sakit, mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan.
 Apabila luka bakar menimbulkan infeksi, klien sebaiknya diberikan antibiotik. Selain itu, klien juga
bisa disarankan mendapat suntikan tetanus.
 Terapi terbuka, bersihkan luka dan biarkan terpapar pada lingkungan khusus yang bersih
 Terapi tertutup, tutup luka dengan kasa yang dibasahi dengan hexidine atau silver sulfadiazine yang
ditutup tipis.
8. Penatalaksanaan Luka Bakar
• Penatalaksanaan menurut Yovita (2012):
1) Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menutup
bagian yang terbakar untuk memasok pasokan oksigen pada api yang menyala
2) Singkirkan baju, dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket, karena jaringan
yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem
3) Setelah sumber panas menghilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama minimal lima belas menit.
4) Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena
bahaya terjadinya hipotermi. Tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar
apapun.
5) Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat
trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti
dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survei sekunder
9. Prinsip Penanganan Luka Bakar
• Menurut Ariningrum (2018), bahwa prinsip dalam penganan luka bakar sama
seperti penanganan pada luka akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABCDE yang
di ikuti dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada
survey sekunder. Evaluasi luka bakar harus dikoordinasi dengan evaluasi pada
luka-luka yang lain. anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama
kali untuk menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma. Adapaun
prinsip ABCDE yang dilakukan untuk penanganan luka bakar adalah :
A : Airwhay (bebaskan jalan napas, lindungi C-spine )
B : Breathing (beri bantuan nafas, tambahkan oksigen)
C : Circulation (hentikan perdarahan, berikan infus)
D : Dissability (cegah peningkatan TIK)
E : Exposure (buka semua baju, cegah hipotermi)
9. Prinsip Penanganan Luka Bakar
• Menurut Afrianto (2014), Prinsip penanganan luka bakar adalah sesegera
mungkin mengurangi suhu bagian tubuh yang terbakar dan mengurangi luas
permukaan tubuh yang terkena. Hal yang perlu dilakukan:
1) Lepas pakaian yang menempel di tubuh saat kebakaran terjadi, khususnya
jika lengket dengan tubuh.
2) Alirkan air mengalir di lokasi luka bakar sampai nyerinya berkurang.
3) Tutup dengan perban tipis.
4) Parasetamol atau ibuprofen boleh diberikan untuk meredakan nyeri
5) Jangan oleskan salep, bubuk, ramuan atau barang apapun karena dapat
membuat luka bakar memburuk.
6) Jangan memecahkan lenting-lenting kulit yang terbentuk.
10. Tindakan Primary Survey dan Secondary Survey

1) Primary Survey
Segera identifikasi kondisi-kondisi mengancam jiwa dan lakukan manajemen
emergensi, evaluasi klinis dimulai dengan airway, breathing, circulation (ABC)
diikuti anamnesis dan pemeriksaan fisik utk menentukan etiologi, luas dan
kedalaman luka bakar.
• Airway : Penatalaksanaan jalan nafas dan manajemen trauma
• Breathing: Pernapasan dan ventilasi
• Circulation : Sirkulasi dengan kontrol perdarahan
• Disability : Status neurogenik
• Exposure :Pajanan dan Pengendalian lingkungan
• Fluid (Resusitasi Cairan) :Resusitasi cairan yang adekuat dan monitoring
• Analgesia :Manajemen nyeri
• Test :Menyingkirkan kemungkinan adanya trauma lain
• Tubes :Mencegah gastroparesis, dekompresi lambung
10. Tindakan Primary Survey dan Secondary Survey
2) Tindakan secondary survey
Secondary survey merupakan pemeriksaan menyeluruh mulai dari kepala sampai kaki.
Pemeriksaan dilaksanakan setelah kondisi mengancam nyawa diyakini tidak ada atau telah
diatasi. Tujuan akhirnya adalah menegakkan diagnosis yang tepat.
• Riwayat penyakit
• Informasi yang harus didapatkan mengenai riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum
terjadi trauma:
A (Allergies) : Riwayat alergi
M (Medications) : Obat – obat yang di konsumsi
P (Past illness) : Penyakit sebelum terjadi trauma
L (Last meal) : Makan terakhir
E (Events) : Peristiwa yang terjadi saat trauma
• Mekanisme trauma
• Informasi yang harus didapatkan mengenai interaksi antara pasien dengan lingkungan
• Pemeriksaan survei sekunder
11. Mekanisme Injury Luka Bakar

• Mekanisme injury merupakan faktor lain yang digunakan untuk menentukan


berat ringannya luka bakar. Secara umum luka bakar yang mengalami injuri
inhalasi memerlukan perhatian khusus. Pada luka bakar electric, panas yang
dihantarkan melalui tubuh, mengakibatkan kerusakan jaringan internal.Injury
pada kulit mungkin tidak begitu berarti akan tetapi kerusakan otot dan jaringan
lunak lainnya dapat terjadi lebih luas khususnya bila injury electrik dengan
voltage tinggi. Oleh karena itu voltage, tipe arus (direct atau alternating),
tempat kontak dan lamanya kontak adalah sangat penting untuk diketahui dan
diperhatikan karena dapat mempengaruhi morbidity. Alternating current (AC)
lebih berbahaya dari pada direct current (DC). Ini seringkali berhubungan
dengan terjadinya kardiac arrest (henti jantung), fibrilasi ventrikel, kontraksi
otot tetani, dan fraktur kompresi tulang-tulang panjang atau vertebra
(Rahayuningsih, 2012).
11. Mekanisme Injury Luka Bakar

• Sedangkan mekanisme injury luka bakar menurut (Setyo, 2019) dibagi menjadi
2 yaitu:
1) Eksternal
• Penggunaaan bidara yang tidak tepat dalam waktu panjang.
• Penggunaan traksi skelatal yang tidak tepat.
• Posisi berbaring dalam waktu lama.Internal
2) Internal
• Luka bakar, luka gigitan, fraktur,kontusio.
• Penggunaaan otot tonik klonik yang berlebihan.
• Perdarahan pada otot.
12. Tingkat Keberhasilan Perawatan Luka Bakar
• Kualitas perawatan pasien luka bakar akan ditentukan oleh derajat keparahan luka bakar yang
dialami pasien. Keberhasilan perawatan yang diterima pasien luka bakar akan mempengaruhi
kondisi pasien ketika keluar rumah sakit maupun dirumah dan juga mempengaruhi kualitas
hidup pasien. Ketika perawatan luka dilakukan sesuai dengan karaakteristik luka bakar maka
perawatan luka bakar akan berjalan dengan baik dan akan meningkatkan keberhasilan
perawatan luka dengan tetap menjalankan prosedurnya. Begitu pula sebaliknya, apabila
perawatan luka bakar tidak dilakukan dengan semestinya maka akan berdampak pada pasien
itu sendiri.
• Keberhasilan perawatan luka bakar ditentukan oleh sterilitas ruangan, sterilitas perawat, sprei
yang steril, hindari serangga, dan suhu kamar terjaga antara 24 sampai 25 derajat. Tingkat
keberhasilan perawatan penderita luka bakar juga sangat dipengaruhi oleh cara penanganan,
kerjasama dan kecekatan tim kesehatan yang merawat disamping faktor-faktor lain (usia
penderita, riwayat kesehatan, penyebab luka bakar,cedera lain yang menyertai dan kebiasaan
hidup). Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka makin
berkembang pula teknik atau cara penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan
kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.
13. Diagnosa Prioritas dari Skenario

1) Dx : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
• Data Subjektif : Pasien mengeluh nyeri dengan suara serak dan hanya
mengatakan kalimat yang pendek-pendek
• Data Objektif :
Rr : 27x/menit
Nadi : 105x/menit
Suhu : 38°c
2) Dx : Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan kebocoran kapiler
dan perpindahan cairan dari intravaskuler ke ruang interstisial
13. Diagnosa Prioritas dari Skenario
3) Dx : Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan,
pembentukan edema
• Data Subjektif : Pasien mengeluh nyeri akut
• Data Objektif :
Tampak luka diseluruh lengan kanan, punggung, dada, leher dan wajah
Suhu 38°c
Eritema pada wajah
4) Dx : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan trauma kerusakan permukaan
kulit
• Data Subjektif : Mengalami luka
• Data Objektif : Luka derajat I-III
14. Luas Luka Bakar dari Skenario

Luas luka bakar pada skenario menggunakkan rumus rules of nine


• Lengan kanan : 9%
• Punggung : 18%
• Dada : 9%
• Wajah dan leher: 4,5%

Jadi, total luas luka bakar pada skenario adalah 40,5%


15. Asuhan Keperawatan pada Pasien Luka Bakar

1) Pengkajian
Menurut (luckman and sorense s, 1993) data pengkajian tergantung pada tipe, berat dan
permukaan tubuh yang terkena, antara lain :
a. Aktivitas / Istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas Ego
d. Eliminasi
e. Makanan/Cairan
f. Neurosensorik
g. Nyeri/kenyamanan
h. Pernafasan
i. Keamanan
15. Asuhan Keperawatan pada Pasien Luka Bakar

2) Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan kebocoran kapiler dan
perpindahan cairan dari intravaskuler ke ruang interstisial
c. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan,
pembentukan edema
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan trauma kerusakan permukaan kulit
15. Asuhan Keperawatan pada Pasien Luka Bakar
3) Fokus Intervensi
a. Dx : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
Tujuan: Pemeliharaan oksigenasi jaringan adekuat
Intervensi:
• Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
• Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-
Stokes, Biot, ataksik
• Monitor adanya sumbatan jalan napas
• Monitor kemampuan batuk efektif
• Auskultasi bunyi napas
• Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
15. Asuhan Keperawatan pada Pasien Luka Bakar
3) Fokus Intervensi
b. Dx : Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan kebocoran kapiler dan
perpindahan cairan dari intravaskuler ke ruang interstisial
Tujuan: Pemulihan cairan optimal dan keseimbangan elektrolit serta perfusi organ vital
Intervensi:
• Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,turgor kulit menurun, membrane mukosa
kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus dan lemah)
• Monitor intake dan output cairan
• Hitung kebutuhan cairan
• Berikan posisi modified trendelenburg
• Berikan asupan cairan oral
• Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
• Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
• Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
• Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
15. Asuhan Keperawatan pada Pasien Luka Bakar
3) Fokus Intervensi
c. Dx : Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan,
pembentukan edema
Tujuan: nyeri berkurang/terkontrol, ekspresi wajah rileks
Intervensi:
• Observasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
• Identifikasi skala nyeri
• Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
• Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
• Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
• Kaji terhadap keluhan nyeri lokasi, karakteristik, dan intensitas (skala 0-10)
• Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
• Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
• Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
15. Asuhan Keperawatan pada Pasien Luka Bakar
3) Fokus Intervensi
c. Dx : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan trauma kerusakan permukaan
kulit
Tujuan: Menunjukkan regresi jaringan, mencapai penyembuhan tepat waktu.
Intervensi:
• Kaji atau catat ukuran, warna, kedalaman luka terhadap iskemik
• Berikan perawatan luka yang tepat
• Pertahankan tempat tidur bersih, kering
• Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5 g/kgBB/hari
• Anjurkan minum air yang cukup
• Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
• Anjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein
• Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
15. Asuhan Keperawatan pada Pasien Luka Bakar
4) Implementasi
Implementasi pada pasien luka bakar adalah disesuaikan dengan intervensi keperawatan.

5) Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil
16. Pemeriksaan Penunjang pada Pasien Luka Bakar
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah:
1. Hitung darah lengkap: Peningkatan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi
sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya Hematokrit dan sel darah
merah terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi
3. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cedera inhalasi
4. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cedera jaringan, hipokalemia
terjadi bila diuresis.
5. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan
6. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
7. EKG : Tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
8. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.
17. Komplikasi Luka Bakar
Komplikasi luka bakar dapat berasal dari luka itu sendiri atau dari ketidakmampuan tubuh saat proses penyembuhan
luka (Burninjury, 2013).
a. Infeksi luka bakar
Infeksi pada luka bakar merupakan komplikasi yang paling sering terjadi. Sistem integument memiliki peranan
sebagai pelindung utama dalam melawan infeksi. Kulit yang rusak atau nekrosis menyebabkan tubuh lebih
rentan terhadap patogen di udara seperti bakteri dan jamur. Infeksi juga dapat terjadi akibat penggunaan
tabung atau kateter.
b. Terganggunya suplai darah atau sirkulasi
Penderita dengan kerusakan pembuluh darah yang berat dapat menyebabkan kondisi hipovolemik atau
rendahnya volume darah. Selain itu, trauma luka bakar berat lebih rentan mengalami sumbatan darah (blood
clot) pada ekstremitas. Hal ini terjadi akibat lamanya waktu tirah baring pada pasien luka bakar. Tirah baring
mampu menganggu sirkulasi darah normal, sehingga mengakibatkan akumulasi darah di vena yang kemudian
akan membentuk sumbatan darah (Burninjury, 2013).
c. Komplikasi jangka panjang
Komplikasi jangka panjang terdiri dari komplikasi fisik dan psikologis. Pada luka bakar derajat III, pembentukan
jaringan sikatriks terjadi secara berat dan menetap seumur hidup. Pada kasus dimana luka bakar terjadi di area
sendi, pasien mungkin akan mengalami gangguan pergerakan sendi.
18. Menghitung Kebutuhan Cairan pada Pasien Luka Bakar
Rumus Bexter:
1) Diketahui
a. BB : 85 kg
b. Luas LB : 40,5%
2) Kebutuhan cairan
KC = luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 ml RL
KC = 40,5% x 85 kg x 4ml RL
KC = 13.770 ml RL / 24 jam
3) Keterangan
a. Hari pertama
• 8 jam pertama diberikan 50% dari cairan total, yaitu 6.885 ml RL
• 8 jam kedua dan ketiga diberikan 25% dari caitan total, yaitu 3.442,5 ml RL
b. Hari kedua
Diberikan setengah cairan total pertama yaitu 6.885 ml RL
THANK YOU…

Anda mungkin juga menyukai