Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi Kimia Fisika Biokimia Sistem Integumen
1. Definisi
Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang
disebutsebagai sistem integumen. Integument berasal dari bahasa yunani yaitu
integumentum yang artinya penutup yang terdiri sebagian besar adalah kulit
,rambut ,kuku, dan kelenjar. Sistemintegumen adalah sistem organ yang paling
luas. Sistem ini terdiri atas kulit danaksesorisnya, termasuk kuku, rambut,
kelenjar (keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli
perubahan internal atau lingkungan eksternal).Kulit merupakan organ tubuh
yang paling luas yang berkontribusi terhadap total berattubuh sebanyak 7 %.
Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegahterjadinya
kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang
adadi lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan
menahan bilaterjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction),
getaran (vibration) danmendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan
luar, sehingga memungkinkanseseorang untuk menghindari stimuli-stimuli
yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah barier yang memisahkan organ-
organ internal dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam berbagai
fungsi tubuh vital.
2. Fungsi Kulit
Kulit memiliki beberapa fungsi penting, antara lain :
a. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, misalnya zat-zat
kimia terutama yang bersifat iritan. Contohnya lisol, karbol, asam, dan
alkali kuat lainnya, seperti gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi,
sengatan sinar ultra violet, gangguan infeksi luar terutama kuman atau
bakteri maupun jamur. Hal ini dimungkinkan karena adanya bantalan
lemak, tebal lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang
berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.

Sel Mekanisme Kerja


Keratinosit Sekresi Sitokin
Sekresi IL-1 dan melepaskannya ke daerah
yang mengalami kerusakan
Melepaskan Mediator
Memproses Antigen dan
mempresentasikannya
Sel Langerhans Memproses Antigen
Mempresentasikan Antigen ke sel T
Helper
Melepaskan Mediator
Dendrosit Kulit Memproses dan mempresentasikan Antigen
Makrofag Kulit Memproses dan mempresentasikan Antigen
Fagositosis
Melepaskan Mediator
Sel vailed Transport Antigen ke kelenjar Limfa
Sel T gamma/ delta Memulai respon imun nonspesifik
Mempresentasikan Antigen ke Sel T
supresor
Limfosit Respon imun selular
Mengontrol dan mengatur respon imun dan
inflamasi
Sekresi limfokin
Bersifat sitotoksik
Leukosit PMN fagositosis
Melepaskan Mediator
Sel Mast Aktivitas Anafilaksis
Melepaskan Mediator
Cairan Jaringan Penghantar Antibodi
Sel endotel Permeabilitas
Pembuluh Darah
Entrapment Limfosit

b. Fungsi absorbsi
Kulit menyerap cairan yang mudah menguap, permeabilitas kulit terhadap
O2,CO2, dan uap air memungkinkan kulit mengambil bagian pada fungsi
respirasi. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit,hidrasi,
kelembapan, metabolisme, dan jenis venichulum.
c. Fungsi eksresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau
sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan ammonia,
serta produk kelenjar lemak dan keringat di kulit menyebabkan keasaman
kulit pada pH 5-6,5.
d. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan ruffini, dingin oleh
badan krause, rabaan oleh badan taktil meissner, dan tekanan oleh badan
paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya
di daerah erotik.
e. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh
Kulit berperan dalam mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot
berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah
sehingga memungkinkan kulit mendapatkan nutrisi yang cukup baik.
f. Fungsi Pembentukan Pigmen
 Melanin :Ini berwarna coklat dan hadir dalam zona germinative
dari epidermis.
 Melanoid :Ini menyerupai melanin namun hadir difus di seluruh
epidermis.
 Keratin :Pigmen ini berwarna kuning sampai oranye. ini ada
dalam stratum korneum sel-sel lemak dermis dan fasia superfisialis.
 Hemoglobin (Hb) :Hal ini ditemukan dalam darah dan bukan
merupakan pigmen kulit tetapi mengembangkan warna ungu.
 Oksihemoglobin :Hal ini juga ditemukan dalam darah dan bukan
merupakan pigmen kulit. Ini mengembangkan warna merah.
3. Anatomi Sistem Integumen
Kulit dapat dibedakan menjadi dua lapisan yaitu lapisan Epidermis dan
Dermis. Tepat dibawah dermis terdapat lapisan hipodermis yang banyak
disusun oleh jaringan adiposa (jaringan lemak).

Gambar 2.1. Struktur kulit


1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan yang mengandung sel pigmen berfungsi
memberi warna pada kulit. Epidermis berfungsi melindungi kulit dari
kerusakan oleh sinar matahari. Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas
lapisan:
a. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses
melanogenesis(Junqueira dan Carneiro, 2007).
b. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum
tulang yang merangsang sel Limfosit T. Sel Langerhans juga mengikat,
mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T(Djuanda,
2007). Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam
imunologi kulit (Junqueira dan Carneiro, 2007).
c. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus (Tortora dkk.,
2006).
d. Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling
dalamsebagai berikut:
1) Stratum Germinativum
Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah,
berbatasan langsung dengan dermis. Melekat pada jaringan ikat. Pada
lapisan ini terjadi pembelahan sel yang sangat cepat dimana sel yang
baru dibentuk akan didorong masuk ke lapisan berikutnya. Sel-sel yang
dihasilkan dari pembelahan tersebut dapat mencapai berjuta-juta sel
setiap harinya.
2) Stratum Spinosum
Lapisan ini disatukan oleh tonjolan yang menyerupai spina. Spina ini
merupakan bagian penghubung intraseluler yang disebut desmosom.
3) Stratum Granulosum
Lapisan ini merupakan daerah sel-sel mulai mati karena akumulasi
molekul bakal keratin yang memisahkan sel-sel ini dari daerah dermal.
Stratum ini merupakan prekursor pembentukan keratin. Keratin adalah
protein keras dan resilien, bersifat anti air dan melindungi permukaan
kulit yang terbuka. Namun keratin yang terdapat pada epidermis
merupakan keratin yang lunak yang berkadar sulfur rendah. Berbeda
dengan keratin yang ada pada kuku dan rambut.
4) Stratum Lusidum
Lapisan ini terdiri dari sel-sel berbentuk perisai yang jernih dan tembus
cahaya.
5) Stratum Korneum
Lapisan ini merupakan lapisan terluar dari epidermis yang melindungi
tubuh terhadap lingkungan. Lapisan ini disebut lapisan bertanduk
karena tersusun dari sel-sel berkeratin yang merupakan sel mati. Keratin
yang bersifat tahan air akan melindungi jaringan lebih dalam terhadap
kekurangan air. Lapisan ini terus-menerus mengalami gesekan dan
mengelupas, namun akan terus diganti oleh sel-sel yang lebih dalam
yaitu stratum germinativum.

Gambar 2.2. Penampang epidermis


2. Dermis
Dermis merupakan lapisan kulit yang lebih sensitif. Mengandung
pembuluh darah, limfa, saraf, kelenjar, dan folikel rambut yang muncul ke
permukaan dalam bentuk papillae. Lapisan ini dipisahkan dari epidermis
dengan adanya membran dasar atau lamina. Membran ini terdiri dari dua
jaringan ikat.

Gambar 2.3. Penampang dermis


a. Lapisan papilar
Lapisan dermal ini terletak paling atas yang terlihat bergelombang.
Merupakan jaringan ikat areolar renggang dengan fibroblas, sel mast, dan
makrofag. Papila dermal adalah proyeksi seperti kerucut yang menjorok
ke arah epidermis.
b. Lapisan retikular
Adalah lapisan kulit paling dalam yang mengandung banyak arteri, vena,
kelenjar keringat, kelenjar minyak, serta reseptor tekanan. Lapisan papilar
dan retikular mengandung banyak serat kolagen dan elastisyang
menyebabkan kulit lebih elastis. Pada orang usia lanjut serat ini menjadi
sangat berkurang sehingga kulitnya mudah keriput.
3. Lapisan subkutaneus (hipodermis)
Lapisan ini mengandung banyak sel lemak, juga beisi banyak pembuluh
darah dan ujung saraf.
4. Fisiologi Sistem Integumen
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga
homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi
proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh(termoregulasi),
dan pembentukan vitamin D(Djuanda, 2007).Kulit juga sebagai barier infeksi
(Gambar 3) dan memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi
lingkungan (Harien, 2010).
a. Fungsi proteksiKulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam
berbagai cara sebagai berikut:
1) Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat
kimia.
2) Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan
dehidrasi,selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar
tubuh melalui kulit.
3) Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan
rambut dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang
berfungsi membunuh bakteri di permukaan kulit.
4) Pigmen melanin melindungi dariefek dari sinar UV yang berbahaya.
Pada stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin
ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini bertugas melindungi materi
genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan
dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin,
maka dapat timbul keganasan.
5) Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif.
Yang pertama adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan
antigen terhadap mikroba. Kemudian ada sel fagosit yangbertugas
memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin dan sel
Langerhans (Martini, 2006).
b. Fungsi absorpsiKulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material
larut-lipid seperti vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen
dan karbon dioksida (Djuanda, 2007).Permeabilitas kulit terhadap
oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik
dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri(Harien, 2010).
Beberapa obatjuga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison,
sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di
tempat peradangan(Martini, 2006).Kemampuan absorpsi kulit
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme
dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel
ataumelalui muara saluran kelenjar,tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel
epidermis daripada yang melalui muara kelenjar (Tortora dkk., 2006).
c. FungsiekskresiKulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua
kelenjar eksokrinnya, yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:
1) Kelenjar sebaseaKelenjar sebasea merupakan kelenjar yang
melekat pada folikel rambut dan melepaskan lipid yang
dikenalsebagai sebum menuju lumen(Harien, 2010). Sebum
dikeluarkan ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan
kelenjar sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke
permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida,
kolesterol, protein, dan elektrolit. Sebum berfungsi menghambat
pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi keratin (Tortora dkk.,
2006).
2) Kelenjar keringatWalaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar
400 mL air dapat keluar dengan cara menguap melaluikelenjar keringat
tiap hari (Djuanda, 2007).Seorang yang bekerja dalam ruangan
mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif
jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas,
keringat juga merupakan sarana untuk mengekskresikan garam,
karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahanprotein yaitu
amoniak dan urea (Martini, 2006).Terdapat dua jenis kelenjar keringat,
yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat merokrin.
a) Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan
pubis, serta aktif pada usia pubertas dan menghasilkan sekretyang
kental dan bau yang khas (Djuanda, 2007). Kelenjar keringat
apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon
sehingga sel-sel mioepitelyang ada di sekeliling kelenjar
berkontraksi dan menekan kelenjar keringat apokrin. Akibatnya
kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke folikel rambut
lalu ke permukaan luar(Tortora dkk., 2006).
b) Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan
dan kaki. Sekretnya mengandungair, elektrolit, nutrien organik, dan
sampah metabolism (Harien, 2010).Kadar pH-nya berkisar
4,0−6,8dan fungsidari kelenjar keringat merokrin adalah mengatur
temperatur permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta
melindungi dari agen asing dengan cara mempersulit perlekatan
agen asing dan menghasilkan dermicidin, sebuah peptida kecil
dengan sifat antibiotik(Djuanda, 2007).
d. Fungsi persepsiKulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis (Djuanda, 2007).Terhadap rangsangan panas diperankan oleh
badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan
oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil Meissner
terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan
Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan
diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut
lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik (Tortoradkk., 2006).
e. Fungsi pengaturansuhu tubuh (termoregulasi)Kulit berkontribusi terhadap
pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua cara: pengeluaran
keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler (Djuanda,
2007).Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam
jumlah banyak serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga
panas akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah,
tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit
pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas
oleh tubuh (Harien, 2010).
f. Fungsi pembentukan vitamin DSintesis vitamin D dilakukan dengan
mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar
ultraviolet(Djuanda, 2007). Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi
prekursor dan menghasilkan kalsitriol, bentuk vitamin D yang aktif.
Calcitriol adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium
makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah
(Tortoradkk., 2006).Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D
sendiri, namun belum memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan
sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.Pada
manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh
darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit (Djuanda, 2007).
B. Kimia, Fisika Sistem Integumen
Kulit memiliki fungsi sebagai system ekskresi , dimana system ekskresi adalah
proses pengeluaran sisa metabolism yang sudah terakumulasi dalam tubuh agar
kesetimbangan tubuh tetap terjaga. Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok
dalam homeostasis karena sistem ekskresi tersebut membuang limbah metabolisme
dan merespon terhadap ketidakseimbangan cairan tubuh dengan cara
mengekskresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan.
1. Pengeluaran Panas
Proses untuk mengontrol suhu tubuh bergantung pada kemampuan
untuk kehilangan panas ke lingkungan dalam kecepatan yang sama dengan
produksinya melalui reaksi metabolisme. Panas dapat ditransfer dari tubuh ke
lingkungan dengan empat cara, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi
a. Konduksi adalah pertukaran panas yang terjadi di antara molekul dari dua
material yang berkontak langsung satu sama lain. Laju pemindahan panas
melalui konduksi tergantung pada perbedaan suhu antara benda yang
bersentuhan dan konduktivitas termal benda yang terlibat atau seberapa
mudah benda tersebut menghantarkan panas. Hasilnya, sekitar 3% dari
panas tubuh yang hilang melalui konduksi ke material padat yang berkontak
dengan tubuh seperti kursi perhiasan, dan pakaian. Selain itu, panas pun
bisa dikeluarkan melalui konduksi, seperti ketika berkontak dengan air
dingin.
b. Konveksi adalah proses mengirimkan panas dengan pergerakan dari cairan
ataupun gas antara area dengan suhu yang berbeda. Kontak dari udara
mengakibatkan transfer panas baik melalui konveksi. Saat tubuh kehilangan
panas melalui konduksi ke udara sekitar yang lebih dingin, udara yang
berkontak langsung dengan kulit menjadi lebih hangat Karena udara hangat
lebih ringan daripada udara dingin, udara yang telah dingin tersebut naik
sedangkan udara dingin masuk ke samping kulit menggantikan udara yang
telah hangat tersebut. Hal ini disebut pergerakan konveksi yang membantu
panas menjauhi tubuh. Hasilnya, 15% panas tubuh hilang ke udara melalui
konduksi dan konveksi.
c. Radiasi adalah proses pengiriman panas dalam bentuk sinar inframerah
antara sebuah objek yang lebih hangat dan objek yang lebih dingin tanpa
adanya kontak fisik. Energi panas ditransferkan dalam bentuk gelombang
elektromagnetik atau gelombang panas yang merambat dalam suatu ruang.
Ketika energi radiasi mengenai sebuah benda dan diserap, energy gerakan
gelombang akan diubah menjadi panas di dalam benda.
d. Selama evaporasi dari permukaan kulit, panas yang diperlukan untuk
mengubah air dari keadaan cair menjadi gas diserap dari kulit sehingga
tubuh menjadi lebih dingin. Pembuangan panas melalui evaporasi terjadi
terus menerus dari lapisan dalam saluran pernapasan dan dari permukaan
kulit. Panas keluar melalui H2O diudara ekspirasi akibat pelembapan udara
sewaktu udara melewati sistem pernapasan dan H2O berdifusi menembus
kulit dan menguap.
2. Mekanisme Sekresi Keringat
Berkeringat adalah proses pengeluaran panas secara evaporative aktif di
bawah control simpatis. Laju pengeluaran panas evaporative dapat diubah-uabh
dengan mengubah banyaknya keringat, yaitu mekanisme homeostatic untuk
mengeluarkan kelebihan panas sesuai dengan kebutuhan. Ketika suhu
lingkungan melebihi suhu kulit, berkeringat adalah cara untuk mengeluarkan
panas karena dalam keadaan ini, tubuh memperoleh panas melalui konduksi
dan radiasi. Setiap harinya manusia dewasa mengeluarkan keringat kirakira 225
ml. Semua keringat yang dihasilkan berasal dari sekitar 2 juta kelenjar keringat
yang tersebar pada seluruh lapisan dermis. Proses pengeluaran keringat tersebut
dipengaruhi oleh hipotalamus. Hipotalamus merupakan sistem saraf
pusat pengatur suhu badan yang menghasilkan enzim bradikinin. Enzim
bradikinin mempengaruhi kerja kelenjar keringat untuk mengeluarkan keringat.
Selain dipengaruhi hipotalamus, kerja kelenjar keringat juga dipengaruhi oleh
perubahan suhu lingkungan dan pembuluh darah. Suhu pembuluh darah yang
tinggi (karena suhu lingkungan tinggi) akan memberikan rangsangan terhadap
hipotalamus. Oleh rangsangan tersebut, hipotalamus segera
mempengaruhi kelenjar keringat untuk menyerap air, garam, urea, dan
berbagai zat sisa metabolisme dari pembuluh kapiler darah.
Berbagai zat ini dikeluarkan melalui saluran keringat dan pori-pori
kelenjar keringat ke permukaan kulit dalam bentuk keringat. Kelenjar keringat
berbentuk tubular yang terdiri dari dua bagian: bagian yang bergelung di
subdermis dalam yang menyekresi keringat dan bagian duktus yang berjalan
keluar melalui dermis dan epidermis kulit. Bagian sekretorik kelenjar keringat
menyekresi cairan yang disebut secret primer atau secret precursor dan
konsentrasi zat-zatnya akan dimodifikasi sewaktu cairan mengalir melalui
duktus. Sekret precursor adalah hasil sekresi aktif sel-sel epitel yang melapisi
bagian bergelung dari kelenjar keringat. Serat saraf simpatik kolinergik
berakhir pada atau dekat sel-sel kelenjar yang mengeluarkan secret tersebut.
Keringat adalah larutan garam encer yang dikeluarkan secara aktif ke
permukaan kulit oleh kelenjar keringat ekrin yang tersebar di seluruh tubuh.
Kelenjar keringat ekrin mensekresikan keringat yang asin dan jernih untuk
mendinginkan tubuh sedangkan kelenjar keringat apokrin yang terletak di area
ketiak dan genital mensekresikan keringat yang tebal dan kental yang kaya akan
bahan organik dan berbau karena adanya bakteri yang menguraikan komponen
organic tersebut. Faktor yang menentukan tingkat penguapan keringat adalah
kelembapan relative udara sekitar. Ketika kelembapan udara relative tinggi,
udara hampir jenih oleh H2O sehingga kemampuan udara untuk menerima
tambahan kelembapan dari kulit menjadi terbatas.
3. Pengaturan Suhu Tubuh melalui Peran Hipotalamus
Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan
umpan balik, dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan
suhu yang terletak di hipotalamus. Agar mekanisme umpan balik ini dapat
berlangsung, perlu adanya detector suhu untuk menentukan kapan suhu tubuh
menjadi sangat panas atau dingin. Area utama di otak tempat panas dan dingin
yang mempengaruhi pengaturan suhu tubuh adalah nucleus preoptik dan
nucleus hipotalamik anterior hipotalamus. Area tersebut mengandung sejumlah
neuran yang sensitive terhadap panas dan dingin yang berfungsi untuk sensor
suhu dalam mengontrol suhu tubuh.
Pada jaringan kulit, reseptor dingin lebih banyak dibandingkan dengan
reseptor panas sehingga deteksi suhu di bagian perifer lebih menyangkut
deteksi suhu dingin daripada panas. Area hipotalamus yang dirangsang oleh
sinyal sensorik suhu terletak pada hipotalamus posterior, sinyak sensorik suhu
area preoptik di hipotalamus anterior juga dihantarkan ke dalam area
hipotalamus posterior. Di bagian ini, sinyal dari area preoptik dan dari bagian
tubuh lain dikombinasikan untuk mengatur reaksi pembentukan panas atau
penyimpanan panas di dalam tubuh. Bila pusat suhu hipotalamus mendeteksi
bahwa suhu tubuh terlalu panas atau dingin, hipotalamus akan memberikan
prosedur penurunan atau peningkatan suhu yang sesuai.
Mekanisme penurunan suhu tubuh bila tubuh terlalu panas yaitu dengan
vasodilatasi pembuluh darah kulit. Pada hampir semua area di dalam tubuh,
pembuluh darah berdilatasi dengan kuat, disebabkan oleh hambatan pusat
simpatis di hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokonstriksi.
Vasodilatasi ini akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke kulit
sebanyak delapan kali lipat. Mekanisme penurunan suhu kedua adalah dengan
berkeringat. Dengan berkeringat, kecepatan pengeluaran panas meningkat
dengan evaporasi ketika suhu inti tubuh melebihi 370C. Peningkatan suhu tubuh
tambahan sebesar 10C menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak
untuk membuang 10 kali keceoatan pembentukan panas tubuh basal.
Mekanisme ketiga adalah penurunan pembentukan panas dengan cara
menghambat mekanisme pembentukan panas seperti menggigil dan
thermogenesis kimia.
Mekanisme peningkatan suhu tubuh bila tubuh terlalu dingin yaitu
dengan vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh yang disebabkan oleh rangsangan
dari pusat simpatis hipotalamus posterior. Mekanisme kedua yaitu dengan
poliereksi yaitu rangsangan simpatis yang menyebabkan otot arektor pili di
folikel rambut berkontraksi dan menyebabkan rambut berdiri tegak. Hal ini
menyebabkan terbentuknya lapisan tebal sebagai isolator udara sehingga
pemindahan panas ke lingkungan sangat ditekan. Mekanisme ketiga yaitu
dengan thermogenesis atau pembentukan panas dengan memicu terjadinya
proses menggigil, rangsangan simpatis, dan sekresi tiroksin.

C. Biokimia Sistem Integumen

1. Protein penyusun kulit yang utama adalah keratin, kolagen, elastin, dan
melanin.
a. Keratin

Gambar 2. Keratin
Keratin menrupakan protein struktural terpenting dari jaringan epitel
yang memberi fungsi struktural. Banyak ditemukan dikulit bagian lapisan
tanduk, kuku, dan rambut. Secara biokimia, keratin merupakan untaian -
heliks yang panjang diselingi oleh segmen nonheliks pendek. -heliks
merupakan suatu asam amino. Keratin terbagi menjadi dua tipe, yaitu tipe I
merupakan keratin asam dan tipe II merupakan keratin basa, memiliki ujung
karboksil yang lebih panjang.
b. Kolagen
Salah satu yang membedakan kulit dengan organ lainnya adalah
penentu kekuatan mekanisnya. Kolagen merupakan protein fibrosa yang
merupakan komponen utama jaringan ikat dan merupakan komponen yang
paling banyak jumlahnya pada mamalia. Pada manusia dengan usia yang
lebih tua, kolagen akan memiliki ikatan persilangan lebih sedikit
dibandingkan dengan manusia pada umur lebih muda.

Gambar 3. Kolagen

c. Elastin
Elastin bersama-sama denga mikrofibril memegang peran penting
untuk mengembalikan struktur kulit kebentuk semula setelah mengalami
deformasi mekanik. Elastin terdiri dari asam amino glisin (31%), alanin
(22%), prolin (11%), dan sedikit 4-hidroksiprolin, namun tidak
mengandung OH-Lys (pembeda dengan kolagen). Elastin dapat
merenggang dan memendek seperti karet, hal ini dimungkinkan adanya
interaksi hidrofobik dirantai samping. Pada peregangan ini, ikatan hilang
teapi masih ada ikatan kovalen yang menahan agar elastin kembali ke
bentuk semula.
d. Melanin
Menalin adalah produk dari sel melanosit yang berfungsi untuk
membedakan warna kulit.

Gambar 5. Melanin

Melanin disintesis dalam dua bentuk yakni berwarna gelap cokelat


kehitaman (terdapat pada rambut dan retina manusia) yang dinamakan
eumelanin dan pheomelanin yang berwarna kuning cerah. Karakteristik
melanin adalah kemampuannya yang dapat mengadsobsi sinar UV dan
memproteksi DNA dari kerusakan.

2. Pengaruh hormon terhadap kulit


Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin (pada
pulau pankreas). Peningkatan hormon seperti estrogen dan progesteron
menjadikan kulit terasa lebih halus dan elastis. Akibat kekurangan estrogen
misalnya pada saat terjadi menopause, akan menyebabkan penuaan pada
kulit. Proses penuaan ini kan menyebabkan perubahan fisiologis pada kulit,
seperti kulit kering, permukaan kulit kasar dan bersisik, kulit menjadi
kendor dan berkerut, serta terlihatnya garis-garis lipatan pada kulit.
3. Proses Penuaan Pada Kulit,melalui beberapa fase, diantaranya :
a. Fase 1. Subklinik
Pada saat mencapai usia 25-35 tahun. Dimana produksi hormon
mulai menurun, seperti hormon testoteron, growth hormone, dan
estrogen. Pembentukan radikal bebas dapat merusak sel dan DNA mulai
mempengaruhi tubuh. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar,
karena itu, pada tahap ini seseorang akan merasa tampak normal. Tidak
mengalami gejala dan tanda penuaan. Di fase ini terjadi kerusakan sel
tetapi tidak mempengaruhi kesehatan, penurunan ini mencapai 14%
ketika seseorang berada pada usia 35 tahun.
b. Fase 2. Transisi
Terjadi pada saat usia mencapai 35-45 tahun. Produksi hormon
sudah menurun sebanyak 25%, sehingga tubuh pun mulai mengalami
penuaan.
c. Fase 3. Klinik
Terjadi pada saat usia sudah mencapai 45 tahun keatas. Pada
masa ini produksi hormon sudah berkurang bahkan berhenti, seperti
wanita yang mengalami menopause dan kaun laki-laki yang mengalami
andropouse. Akibatnya warna kulit berubah dengan pigmentasi yang
tidak merata, kuku menipis dan mudah patah, serta rambut rontok.
Penipisan kulit menyebabkan kulit mudah terluka dan terjadi infeksi
kulit.
Proses penuaan kulit mempunyai dua fenomena yang berbeda, seperti :
1. Proses Penuaan Intrinsik (Intrinsic Aging)
Proses penuaan fisiologis yang berlangsung secara alamiah, disebabkan
beberapa faktor dalam tubuh. Seperti genetik, hormonal, dan rasial.
Fenomena ini tidak dapat dicegah dan mengalami perubahan yang
menyeluruh sesuai dengan pertambahan usia.
2. Proses Penuaan Ekstrinsik (Ekstrinsic Aging)
Terjadi akibat beberapa faktor dari luar, seperti pola diet, stress, obat atau
bahan kimia, dan faktor lingkungan seperti matahari, kelembaban udara,
suhu dapat mempercepat proses penuaan kulit sehingga terjadi penuaan
dini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2015.Pengertian, fungsi, dan lapisan kulit:

http://www.softilmu.com/2015/02/Pengertian-Fungsi-Lapisan-Struktur-Kulit-
Adalah.html (Diakses pada 27 November 2016, Pukul 22.20 WIB).

Rochmah, S. N., Sri Widayati, M. Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XI. Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta,
Sinaga, Erlintan, M. Silitonga. 2011. Anatomi Fisiologi Manusia. Medan: UNIMED
Tim Dosen. 2015. Penuntun Praktikum Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Medan:
FMIPA UNIMED
http://www.nafiun.com/2012/12/mekanisme-proses-pengeluaran-keringat-kulit-
manusia.html

Anda mungkin juga menyukai