Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

NON HEMORAGIC STROKE DAN HERNIASI NUKLEUS PULPOSUS

( Dikumpulkan Sebagai Tugas Keperawatan Medikal Bedah III )

Oleh:

Kelompok IV

YULINDA UMAR : R 011191069


YULIARTI SYAFRUDIN : R 011191102
AMIR : R 011191105
RUKIYA UMARELLA : R 011191106
FRANSISCA LIO : R 011191120

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia - Nya , sehingga
tugas “ Makalah Konsep dan Asuhan Keperawatan Pada Non Hemoragic Stroke dan
Herniasi Nukleus Pulposus “ dapat diselesaikan sebagai salah satu tugas Keperawatan
Medikal Bedah III Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin
Makassar Tahun 2019.
Tugas makalah kami meliputi pembahasan tentang Review Anatomi dan
Fisiologi , Konsep Dasar serta Asuhan Keperawatan pada Non Hemoragic Stroke dan
Herniasi Nukleus Pulposus.Konsep teoritis disajikan dalam bahasa yang mudah
dipahami serta gambar yang cukup jelas.Asuhan keperawatan yang dimulai dari
pengkajian,masalah / diagnosa keperawatan,rencana tindakan keperawatan serta
rencana hasil didasarkan pada buku NANDA,NOC,NIC Tahun 2018-2020.
Atas terselesaikannya tugas makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih
untuk kritik dan saran dari Bapak / Ibu Dosen PSIK UNHAS terlebih khusus Tim Dosen
Keperawatan Medikal Bedah III. Kami menyadari kekurangan dalam penyusunan
tugas kami ini,sehingga kami senantiasa memohon kritik dan saran untuk perbaikan
kami ke depan.Semoga kelak kelompok kami dapat menyajikan hasil makalah yang
lebih baik lagi.
Demikian tugas“ Makalah Konsep dan Asuhan Keperawatan Pada Non
Hemoragic Stroke dan Herniasi Nukleus Pulposus “, semoga dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Makassar, Oktober 2019


Hormat kami,

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………………………………. 1

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………… 2

Daftar isi……………………………………………………………………………………………………….. 3

A. BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………. 4
B. BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………… 6
C. BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….. 44

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………… 46

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kejadian terbanyak dari gangguan @ystem persarafan adalah penyakit Stroke


yang merupakan penyebab kematian utama di @ystem seluruh RS di Indonesia
sekitar 15,4 % .Hasil Riskesdas Kemenkes RI Tahun 2013 menunjukkan telah
terjadi peningkatan prevalensi stroke di Indonesia dari 8,3 per mil ( tahun
2007 ) menjadi 12,1 per mil ( tahun 2013 ).Data Riskesdas Kemenkes RI Juli
2014 menunjukkan prevalensi penyakit stroke tertinggi di Sulawesi Utara
( 10,8 per mil ),Yogyakarta ( 10,3 per mil ),Bangka Belitung ( 9,7 per mil ),dan
DKI Jakarta ( 9,7 per mil ).
Kasus lain yang sering didapatkan dalam gangguan system persarafan adalah
Herniasi Nukleus Pulposus ( HNP ). Hal ini disebabkan karena adanya
pertambahan usia disertai sikap tubuh yang kurang baik dalam melakukan
aktivitas sehari – hari.Dalam penelitian yang dilakukan oleh kelompok studi nyeri
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf di Indonesia ( PERDOSSI ) pada bulan Mei
2002 menunjukkan bahwa,jumlah penderita nyeri sebanyak 4,456 orang ( 25 %
dari total kunjungan ) dimana 819 orang ( 18,37 % ) adalah penderita nyeri
punggung bawah.Salah satu penyebab nyeri punggung bawah umumnya karena

4
ada trauma atau posisi yang kurang tepat saat membungkuk sehingga
menyebabkan terjadinya Herniasi Nukleus Pulposus ( HNP ).
Berdasarkan kedua masalah diatas,dibutuhkan Asuhan Keperawatan yang
sesuai sehingga proses penyembuhan pasien Stroke dan HNP mencapai hasil
maksimal.Oleh karena itu, kami akan menggali lebih dalam mengenai anatomi
fisiologi @ystem persarafan serta asuhan keperawatan pasien dengan NHS
maupun HNP.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,kelompok merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Review anatomi fisiologi sistem persarafan
2. Definisi dan asuhan keperawatan non hemoragic stroke
3. Definisi dan asuhan keperawatan herniasi nukleus pulposus

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui review anatomi fisiologi sistem persarafan
2. Untuk mengetahui definisi dan asuhan keperawatan non hemoragic
stroke
3. Untuk mengetahui definisi dan asuhan keperawatan herniasi nukleus
pulposus

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah:

1. Sebagai bahan wacana yang dapat digunakan untuk menambah


pengetahuan dan wawasan bagi pembaca
5
2. Untuk menambah pengalaman dalam penyusunan makalah serta
menambah wawasan dan pengetahuan untuk penyusun
3. Dapat menjadi bahan yang dapat digunakan sebagai referensi tambahan
untuk penyusun lain

BAB II

PEMBAHASAN

A.REVIEW ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERSARAFAN

Sistem saraf adalah sistem pengendalian aktivitas tubuh seperti


kontraksi otot, system ini bereaksi ketika tubuh manusia bereaksi terhadap
rangsangan dari luar tubuh disebut stimulus, sedangkan reaksi dari stimulus
disebut respon.

Sistem saraf berupa hantaran impuls saraf ke susunan saraf pusat. Proses
inilah yang bereaksi ketika manuasia menerima rangsangan, sistem saraf
memungkinkan manusia untiuk menyesuaikan diri dalam menghadapi perubahan-
perubahan yang tterjadi di lingkungan sekitar. Untuk menanggapi rangsangan ada
tiga komponen yang harus dimiliki oleh system saraf yaitu :

1. Reseptor penerima impuls


2. Penghantar impuls
3. Efektor, bagian yang menanggapi rangsangan

6
Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat, seperti kontraksi otot
atau peristiwa yang berubah dengan cepat. Menerima rribuan informasi
dari berbagaii organ sensoris dan kemudian mengintegrasikannya untuk
menentukan reaksi yang dilakukan tubuh

A. STRUKTUR SARAF

Saraf manusia terrdiri atas sel saraf yang disebut neuron dan sel
gilial.neuron berfungsi mengantarkan impuls (rangsangan) dari luar tubuh
manusia melalui pancaindra menuju otak,kemudian otak mengirim menuju otot.
Sedangkan sel gilial yang menutrisi neuron.

1. Neuron

Merupakan bagian dalam penyusunan sistem saraf. Setiap neuron terdiri atas
tiga bagian
a) Badan sel
b) Dendrit
Tonjolan yang menghantar impuls menuju badan sel , pendek
c) Akson
Tonjolan tunggal dan panjang menghantar impuls dari badan ke otak

Berdasarkan fungsinya ada tiga jenis saraf yaitu :


(i) Sel saraf sensorik
Sel saraf bertugas meneriman rangsangan dari luar tubuh merubah jadi
impuls dan meneruskan ke otak
(ii) Sel saraf motorik
7
Sel saraf yang berfungsi membawa impuls dari otak dan sum-sum tulang
belakang menuju otot
(iii)Sel saraf penghubung
Sel saraf yang benyak terdapat didalam otak dan sum-sum tulang belakang,
menghubungkan impuls dari sel sensorik ke sel saraf motorik.

2. Sel Glial
Menyediakan nutrisi dan mempertahankan homeostasis, transmisi sinyal
dalam system saraf, fungsi utama adlah mendukung neuron dan menahan
neuron agar tetap pada tempatnya, menghancurkan patogen dan
menghilangkan neuron mati, serta sebagai pentunjuk pengarah akson dari
neuron.

B. SiSTEM SARAF
Terdiri dari susunan saraf sentral dan saraf perifer. Terdiri atas
1. Saraf sentral
Berfungsi sebagai pengatur kerja jaringan saraf hingga ke sel saraf. Terbagi
atas :
a. Otak
Otak berfungsi mengatur organ-organ dalam tubuh manusia, jaringan
otak dibungkus oleh selaput otak (pembungkus otak dari sum-sum tuang
belakang untuk melindungi struktur saraf) dan tulang tengkorak yang kuat,
Otak mengapung dalam suatu cairan yang melindungi kepala saat terjadi
goncangan

8
Selaput otak terdiri atas :
1) Otak besar (serebelum)
Memiliki dua balahan yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kiri yang
dihubungkan oleh masa substansia alba yang disebut korpus oksipitalis,
otak dibagi dalam beberapa lobus atau daerah berdasarkan posisinya di
tulang kranium, antara lain:

 Lobus frontalis
Mengatur gerakan motori dan pneumototik
 Lobus parietalis
Mengatur perubahan kulit dann otot
 Lobus oksipitalis
Berhubungan dengan pusat penglihatan
 Lobus temporalis
Berhubungan dengan pendengaran, penciuman, dan pengecap.

2) Diensefalon
Menghubungkan otak besar ke batang otak, terdiri dari :
 Thalamus
Stasiun untuk impuls saraf sensoriik bertolak dari sum-sum tulang
belakang untuk otak besar. Seperti nyeri, suhu

9
 Epithlamus
Kelenjar pineal secretes melatonin, yang membantu mangatur biologi jam
siklus tidurr—bangun.
 Hypothalamus
Mengatur kegiatan tubuh, mengatur system saraf otonom dan mengatur
emosi, perilaku, lapar, haus, dan sebagai penghasil dua hormone (ADH dan
oksitosin) dan melepaskan berbagai hormone yang mengintrol hormone
produksi dikelenjar hipofisis anterior.

Struktur hypothalamus :

 Badan mammillary
Menyampaikan sensasi penciuman
 Infundibulum
Menghubungkan kelenjar pituitary ke hipotalamus
 Chiasma optic
Diantara hipotalamus dan kelenjar hipofisis
 Batang otak
Menghubungkan diensefalon ke sum-sum tulang belakang

10
, terdiri dari :
 Materi berwarna putih
 Materi yang berwarna abu-abu

3. MESENSEFALON (otak tengah)


Otak tengah berada antara pons varoli dan hemmisfer serebri. Bagian
dorsal dari otak tengah terdiri dari dua kolikus superior yang berhubunggan
denga sistem penglihatan, dan dua kolikulus inferior yang berhubungan
denngan pendengaran. Fungsi mesensefalon antara lain :
 merangsang dilatasi pupil dan gerakan konjugasi mata ke arah yang
berlawanan dengan tempat rangsangan
 untuk paralisis gerakan mata ke atas
 mengontrol pendenagaran

4.OTAK KECIL (SEREBELUM)

11
Terletak di bagian belakang kepala dekat leher, berfungfi untuk
mengkoordinasi gerakan otot secara sadar, posisi tubuh, dan keseimbangan.

5. BATANG OTAK (TRANKUS SEREBRI)


Terletak didepan otak kecil dan dibawah otak besar, penghubung antara
keduanya, berfungsi mengatur refleks fisiologis, seperti denyut jantung, suhu
tubuh, tekanan darah, kecepatan bernapas.

B.SUM-SUM LANJUTAN (medula obongata)

Sum-sum ini terletak disambungan antara otak dan tulang belakang. Untuk
mengatur sushu tubuh, refleks (batuk,bersin, berkedip), mengendalikan mual dan
pernapasan. Selain itu berfungsi untuk mengantarkan impuls yyang datang
menuju otak, serta mempengaruhi refleks fisiologis (jantung, tekanan darahh,
respirasi, sekresi kelenjar pencernaan)

C. SUM-SUM TULANG BELAKANG (medula spinalis)


Merupakan perpanjangan dari batang otak dimulai dari foramen magnum
dan terus turun melalui kanal vertebra ke lumbal pertama vertebra (L1).

12
Sum-sum tulang belakang berada di dalam tulang belakang dan diilidungi
oleh tulang belakang / tulang punggung yang keras. Fungsi dari medula spinalis
:
1. Pusat saraf
Mengintegrasikan sinyal sensoris yang datang, melindungi tubuh dari
bahaya
2. Pusat perantara
Antara susunan saraf tepi dan otak, semua perintah dari otak ke otot-
otot tubuh yang dikomunikasikan terlebih dahulu pada pusat motorik
spinal diproses sebelum dikirimkan ke otot melalui reseptor perifer ke
pusat otak di medula spinalis.
Bagian eksternal sum-sum tulang belakang :
 Saraf tulang belakang
Berpasangan satudari setiap sisi tulang belakang yang sama
panjang
 Pembesaran serviks
Pelebaran di bagian atas tulang belakang (C4 ke T1)
 Pembesaran lumbal
Pelebaran dibagian bawah tulang belakang (T9 untuk T12)
 Fisura median anterior dan posterior
Sulkus median dua alur yang panjang dari sum-sum tulang
belakang masing-masing permukaan anterior dan posterior
 Cauda equina
Saraf yang menempel pada ujung kabel tulang belakang
memanjang kebawah

13
Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua daerah:

1. substansi ateri abu-abu yang terletak di tengah, yang berisi badan sel
saraf dan dendrit
2. substansi putih, yang mengelilingi substansi abu-abu dan
mengandung akson bermielin yang terorganisir ke dalam traktus
asending atau desending. Tanduk (horn) anterior dari substansi
abuabu mengandung badan sel neuron motorik somatik; tanduk
posterior mengandung badan sel interneuron yang menerima impuls
saraf sensorik yang datang; tanduk lateral mengandung badan sel
neuron motorik otonom.

Otak dan sumsum tulang belakang ditutupi oleh meninges: pia mater,
arachnoid mater, dan dura mater.Ventrikel otak, kanal sentral dari sumsum
tulang belakang, dan ruang subarachnoid sekitar otak dan sumsum tulang
belakang terisi dengan cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal disekresi oleh
pleksus koroid di setiap ventrikel. Cairan serebrospinal diserap ke dalam darah
dari sinus vena dural dalam dura mater.Cairan serebrospinal dalam ruang
subarachnoid memberikan daya apung dan berfungsi sebagai cairan shock
absorber yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.

14
Kolumna vertebralis tersusun atas :

Seperangkat sendi antara korpus vertebra yang berdekatan

Sendi antara arkus vertebra

Sendi kostovertebralis

Sendi sakroiliaka

15
Ligamentum longitudinal dan diskus intervertebralis menghubungkan
vertebra yang berdekatan. Ligamentum longitudinal anterior, suatu pita tebal dan
lebar, berjalan memanjang pada bagian depan korpus vertebra dan diskus
intervertebralis, dan bersatu dengan periosteum dan annulus fibrosus.
Ligamentum longitudinalis anterior berfungsi untuk menahan gaya ekstensi.

Sedangkan dalam kanalis vertebralis pada bagian posterior korpus vertebra


dan diskus intervertebralis terletak ligamentum longitudinal posterior,
ligamentum longitudinalis posterior berperan dalam menahan gaya fleksi.

Ligamentum anterior lebih kuat dari pada posterior, sehingga prolaps diskus
lebih sering kearah posterior. Pada bagian posterior terdapat struktur saraf yang
sangat sensitif terhadap penekanan yaitu radiks saraf spinalis, ganglion radiks
dorsalis.4 dan 6

Diantara korpus vertebra mulai dari vertebra servikalis kedua sampai


vertebra sakralis terdapat diskus intervertebralis. Diskus ini membentuk sendi
fibrokartilago yang lentur antara korpus vertebra.4 dan 6 .Diskus dipisahkan dari
tulang yang di atas dan dibawahnya oleh dua lempengan tulang rawan yang
tipis.Diskus intervertebralis berukuran kira-kira seperempat panjang kolumna
vertebralis. Diskus paling tipis terdapat pada daerah torakal sedangkan yang
paling tebal tedapat di daerah lumbal. Bersamaan dengan bertambahnya usia,
kandungan air diskus berkurang dan menjadi lebih tipis.

.Diskus Intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok;

1.Nukleus pulposus

Nukleus pulposus adalah bagian tengah diskus yang bersifat


semigelatin, nukleus ini mengandung berkas-berkas serat kolagen, sel-sel jaringan
penyambung dan sel-sel tulang rawan. Zat ini berfungsi sebagai peredam
benturan antara korpus vertebra yang berdekatan. Selain itu. juga memainkan
peranan penting dalam pertukaran cairan antara diskus dan pembuluh-pembuluh

16
darah kapiler.4 dan 6. Nukleus pulposus bertindak sebagai bola penunjang antara
korpus vertebra.

2.Anulus fibrosus di sekelilingnya.

Anulus fibrosus terdiri atas cincin-cincin fibrosa konsentris yang


mengelilingi nukleus pulposus. Anulus fibrosus berfungsi untuk memungkinkan
gerakan antara korpus vertebra (disebabkan oleh struktur spiral dari serabut-
serabut); untuk menopang nukleus pulposus; dan meredam benturan. Jadi anulus
berfungsi mirip dengan simpail di sekeliling tong air atau seperti gulungan pegas,
yang menarik korpus vertebra bersatu melawan resistensi elastis nukleus
pulposus.

D. SARAF TEPI / PERIFER


Merupakan penghubung susunan saraf pusat dengan reseptor sensorik
dan efektor motorik (otot kelenjar). Terdiri dari ribuan serabut saraf yang di
gabungkan dan terbungkus oleh jaringan ikat yang memiliki fungsi yang
berbeda yaitu sensorik dan motorik.
Terdiri dari:
 Sistem saraf sadar (saraf somatik)

Merupakan sistem saraf yang kerjanya berlangsung dibawah kendali atau


perintah otak atau dibawah kendali kehendak manusia.Sistem saraf sadar terdiri
dari dua yaitu:

a) Sistem saraf pada otak


Sistem saraf pada otak sering disebut dengan saraf kranial terdiri dari 12
pasang saraf
b) Sistem saraf pada sumsum spinalis (sumsum tulang belakang)
Merupakan sistem saraf yang berpusat pada medula spinalis dan
berjumlah 31 pasang yang terbagi di sepanjang medula spinalis/ruas tulang
belakang.

17
Saraf yang mengumpulkan informasi sensoris dari tubuh. Dapat digolongkan
menjadi tiga jenis :
1. Indra somatik mekanoreseptif
Saraf yang dirangsang oleh mekanisme jaringan tubuh melliputi indra
perabaan, kecepatan gerakan
2. Indra somatik termoreseptor
Deteksi panas dan dingin
3. Indra nyeri
Muncul karena faktor yang merusak jaringan perasaan kompleks
menyertakan sensasi emosi dan perasaan.

 Sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom)

Saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain
denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat. Neuron enterik
dalam dinding-dinding saluran pencernaan juga kadang-kadang dianggap sebagai
subkategori terpisah dari sistem otonom.

18
Sistem saraf tidak sadar mempersarafi seluruh otot polos, otot jantung, kelenjar
endokrin dan kelenjar eksokrin.Dibedakan menjadi dua bagian yaitu

a) Sistem saraf simpatik


Merupakan 25 pasang simpul saraf (ganglion) yang terdapat di medula
spinalis. Disebut juga dengan sistem saraf thorakolumbar karena saraf ini
keluar dari vertebra thoraks ke-1 sampai ke-12 dan vertebra kolumna ke-1
sampai dengan ke-3.
Fungsinya adalah:
 Mempercepat denyut jantung
 Memperlebar pembuluh darah
 Memperlebar bronkus
 Mempertinggi tekanan darah
 Memperlambat gerak periistaltik
 Memeperlebar pupil
 Menghambat sekresi empedu
 Menurunkan sekresi ludah
 Meningkatkan sekresi adrenalin

b) Sistem saraf parasimpatik


Merupakan sistem saraf yang keluar dari daerah otak. Terdiri dari 4 saraf
otak yaitu saraf nomor III (okulomotorik), nomor VII (Facial), nomor IX
(glosofaring), nomor X (vagus). Disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral
karena saraf ini keluar dari daerah kranial dan juga daerah sakral. Saraf dari
divisi parasimpatis berfungsi terutama dalam keadaan istirahat secara normal
(aktivitas “rest and digest”).

19
Neuron praganglion di kedua divisi simpatis dan parasimpatis melepaskan
asetilkolin; neuron parasimpatis pascaganglion melepaskan terutama asetilkolin;
dan neuron simpatis pascaganglion melepaskan terutama norepinefrin

B.STROKE NHS (NON HEMORAGIC STROKE)

20
A. DEFINISI

Stroke adalah sindrom yang terdiiri dari tanda dan gejala hilangnya fungsi
system saraf pusat local (global) yang berkembang cepat (dalam detik atau
menit).

Iskemik adalah merupakan kurangnya aliran darah ke otak sehingga


mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak (Sjahrir, 2003).

Stroke iskemik adalah merupakan suatu episode disfungsi neurologi yang


disebabkan oleh infark fokal serebri, medulla spinalis atau infark retina, hal ini
diakibatkan terjadinya iskemik, berdasarkan patologi, gambaran imaging atau
bukti objektif dari serebri, medulla spinalis atau retina sesuai dengan distribusi
vaskular. Atau berdasarkan bukti klinis dari serebri, medulla spinalis atau retina
iskemik bila menetap ≥ 24 jam atau sampai meninggal dan bukan karena
penyebab lain (Sacco, 2013).

B. KLASIFIKASI
1. TIA (transcient ischemic attack)
Hilangnya fungsi sistem saraf pusat local secara cepat yang berlangsung
kurang dari 24 jam dan diduga oleh karena mekanisme vaskuler emboli,
trombosis atau hemodinamik, Defisit neurologi membaik dalam waktu
kurang dari 30 menit.
2. RIND (Reversible ischemic neurological deficit)
Defisit neurologi membaik kurang dari satu minggu

21
3. Stroke in evolution (progressing stroke)
Gejala/tanda neurologis fokal terus memburuk setelah 48 jam. Defisit
neurologis yang timbul berlangsung secara bertahap dari yang ringan
menjadi lebih berat.
4. Complete stroke
Kelainan neurologis yang ada sifatnya sudah menetap, tidak berkembang
lagi

C. ETIOLOGI
1. Vaskuler
Thrombosis, arterosklerosis, displasi fibromuskuler, giant cell arthritis
(inflamasi ), SLE, poliarteritis nodosa, angitis granuloma, diseksi arteri,
penyalahgunaan obat.
2. Kelainan jantung
Thrombus mural, aritmia jantung, endocarditis infeksiosa, dan non
infeksiosa, penyakit jantung rematik, fibrilasi atrium
3. Kelainan darah
Trombositosis, polisitemia, anemia sel sabit, leukositosis, hiperkoagulasi,
dan hiperviskositas darah

D. FAKTOR RESIKO

1. Yang dapat dimodifikasi


 Inaktifitas fisik
 Alcohol
22
 Merokok
 Penyakit jantung
 Arterosklerosis
 Dyslipidemia
 Kontrasepsi oral
 Obesitas
2. Yang tidak dapat diimodifikasi
 Usia
 Jenis kelamin
 Genetic
 Ras

E. MANIFESTASI KLINIK
Tergantung pada neuroatanatomi atau vaskularisasinya, gejala klinis dan
defisit neurologik yang ditemukan berguna untuk menilai iskemik :
1. Gangguan peredaran darah arteri serebri anterior
Menyebabkan hhemiparese dan hemihipestesi kontralateral yang
terutama melibatkan tungkai
2. Gangguan peredaran daran arteri serebral media
Menyebabkan hemiparesis dan hemihipestesis kontralateral terutama
mengenai lengan disertai gangguan fungsi luhur berupa afasia (bila
mengenai daerah otak dominan), atau hemispatial neglect (bila mengenai
daerah otak non dominan)
3. Gangguan peredaran darah arteri serebri posterior
Menimbulkan hemianopsi homonym atau kuadrantanopsi kontra
lateral tanpa disertai gangguan motoric maupun sensorik. Gangguan daya
ingat terjadi bila terjadi infark pada lobus temporalis medial, aleksia tanpa
agrafia timbul bila infark terjadi pada korteks visual dominan dan spenium
korpus kalosum. Agnosia dan prosopagnosia (ketidakmampuan mengenali
wajah) timbul akibat infark pada korteks temporo oksipitalis inferior.
4. Gangguan peredaran darah batang otak

23
Menyebabkan gangguan darah kranial seperti disartri, diplopi, dan
vertigo, gangguan serebral seperti ataksia atau kehilangan keseimbangan
atau penurunan kesadaran
5. Infark lacunar
Infark kecil dengan klinis gangguan murni motorik atau sensorik tanpa
disertai gangguan fungsi luhur
 Penyakit insintrik (lipohialinosis)

Pada arteri kecil profunda menyebabkan sindrom yang


karakteristik misalnya stroke motorik murni atau stroke sensorik murni atau
hemiparesis ataksis.

 Demensia multi infark


Infark lakuner multiple dapat menyebabkan deficit neurologis
multiple termasuk gangguan kognitif.
 Gait apraksia
Apraksia pola berjalan yang karakteristik seperti langkah-langkah
kecil dan kesulitan untuk memulai berjalan

F. PATOFISIOLOGI

Pada stroke iskemik, berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan


hipoksemia daerah regional otak dan menimbulkan reaksi reaksi berantai yang
berakhir dengan kematian sel-sel otak dan unsur-unsur pendukungnya (Misbach,
2007). Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti
(core) dengan tingkat iskemia terberat dan berlokasi di sentral. Daerah ini akan
menjadi nekrotik dalam waktu singkat jika tidak ada reperfusi. Di luar daerah core
iskemik terdapat daerah penumbra iskemik. Sel-sel otak dan jaringan
pendukungnya belum mati akan tetapi sangat berkurang fungsi-fungsinya dan
menyebabkan juga defisit neurologis. Tingkat iskemiknya makin ke perifer makin
ringan. Daerah penumbra iskemik, diluarnya dapat dikelilingi oleh suatu daerah
hiperemik akibat adanya aliran darah kolateral (luxury perfusion area). Daerah

24
penumbra iskemik inilah yang menjadi sasaran terapi stroke iskemik akut supaya
dapat direperfusi dan sel-sel otak berfungsi kembali. Reversibilitas tergantung
pada faktor waktu dan jika tidak terjadi reperfusi,daerah penumbra dapat
berangsur-angsur mengalami kematian (Misbach,2007)

G. Keparahan Stroke.
Manajemen yang berhasil dari penyakit yang menimbulkan disabilitas,
termasuk stroke, harus memperoleh manfaat dari penggunaan sistem
klasifikasiuntuk menentukan pengaruh pengobatan, terutama pengobatan
darurat. Agar pasien stroke yang bertahan hidup dapat menerima perawatan
terbaik, system klasifikasi keluaran stroke yang komprehensif dibutuhkan untuk
menentuka intervensi terapi yang tepat. Pengembangan sistem klasifikasi ini
didasarkan pada keyakinan bahwa defisit neurologis selalu menimbulkan
gangguan fungsi permanen, disabitas dan penurunan kualitas hidup. Defisit
neurologis yang terjadi mengenai berbagai domain neurologis.

H. KOMPLIKASI
Pasien yang mengalami gejala berat misalnya imobilisasi dengan
hemiplegia berat rentan terhadap komplikasi yang dapat menyebabkan
kematian lebih awal, yaitu :
1. Pneumonia septikemia
Akibat ulkus decubitus, atau infeksi saluran kemih
2. Thrombosis vena dalam
Deep vain thrombosis< DVT dan emboli paru
3. Infark miokard, aritmia jantung dan gagal jantung
4. Ketidakseimbangan cairan

Sekitar 10% pasien dengan infark serebri meninggal pada 30 hari


perrtama. Hingga 50% pasien bertahan akan membutuhkan bantuan dalam
aktifitas sehari-hari. Factor-faktor yang mempunyai konstribusi pada
disabilitas jangka panjang yaitu :

1. Ulkus decubitus

25
2. Epilepsy
3. Jatuh berulang dan fraktur
4. Spastisitas dengan nyeri kontraktur dan kekuatan sendi bahu
5. Depresi

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
 Darah
 Urine
 CSS
2. Diagnostik
 Foto tontgen (fraktur, dislokasi medulla, spinalis, fraktur kranium)
 Lumbal punksi
 EEG
 CT scan
 MRI
 Myelografi
 Angiografi
 Fungsi luhur

J. PENATALAKSAAN
1. UMUM
 Nutrisi
 Hidrasi intravena : jika hipovolemik
 Hiperglikemi : koreksi dengan insulin skala luncur, bila stabil beri
insulin reguuler subkutan
 Neurorehabilitasi dini : stimulasi dini secepatnya dan fisioterapi gerak
anggota badan aktif maupun pasif
 Perawatan kandung kemih : kateter menetap hanya pada keadaan
khusus 9kesadarn menurun, demensia, dan afasia global)
2. KHUSUS
Terapi dengan disabiliitas neurologis yang signifikan harus segera dirawat,
terutama dibagian spesialistik
26
 Terapi spesifif
 Trombolisis, intravena / intra arteri
 Platelet, 48 jam setelah awitan stroke
 Obat neuroprotektif
 Hipertensi
 Bila tekanan darah sistolik >230mmHg atau tekana diastolic >
140mmHg
 Bila tekanan darah sistolik 180-230mmHg atau tekanan diastolic
1005-140mmHg, pada keadaan hipertensi gawat darurat (infark
miokard, edema paru kardigenik, retinopati, nefropati,
ensefalopati hipertensif)
 Bila tekanan sistolik < 180mmHg dan diastolic <105mmHg
tangguhkan pemberian obat antihipertensi
 Trombosis vena
 Heparin 5000unit / 12 jam 5-10 hari
 Enoksaparin/nadroparin
 Fisioterapi / mobilisasi

K. PENCEGAHAN
1. Primer
Mencegah factor resik, olahraga teratur, gizi seibang
2. Sekunder
Medikamentosa dan tindakan infasif bila perlu

L. PROGNOSIS
Dipengaruhi oleh usia pasien penyebab stroke dan kondisi medis lain yang
mengawali atau menyertai stroke. Penderita yang selamat memiliki resiko
tinggi mengalami kembali stroke kedua.

Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek yakni: death, disease, disability,
discomfort, dissatisfaction, dan destitution. Keenam aspek prognosis tersebut
terjadi pada stroke fase awal atau pasca stroke. Untuk mencegah agar aspek
tersebut tidak menjadi lebih buruk maka semua penderita stroke akut harus

27
dimonitor dengan hati-hati terhadap keadaan umum, fungsi otak, EKG, saturasi
oksigen, tekanan darah dan suhu tubuh secara terus-menerus selama 24 jam
setelah serangan stroke (Asmedi & Lamsudin, 1998).

Asmedi & Lamsudin (1998) mengatakan prognosis fungsional stroke pada


infark lakuner cukup baik karena tingkat ketergantungan dalam activity daily living
(ADL) hanya 19 % pada bulan pertama dan meningkat sedikit (20 %) sampai tahun
pertama. Bermawi, et al., (2000) mengatakan bahwa sekitar 30-60 % penderita
stroke yang bertahan hidup menjadi tergantung dalam beberapa aspek aktivitas
hidup sehari-hari. Dari berbagai penelitian, perbaikan fungsi neurologik dan
fungsi aktivitas hidup sehari-hari pasca stroke menurut waktu cukup bervariasi.
Suatu penelitianmendapatkan perbaikan fungsi paling cepat pada minggu
pertama dan menurun pada minggu ketiga sampai 6 bulan pasca stroke.
Prognosis stroke juga dipengaruhi oleh berbagai faktor dan keadaan yang terjadi
pada penderita stroke. Hasil akhir yang dipakai sebagai tolok ukur diantaranya
outcome fungsional, seperti kelemahan motorik, disabilitas, quality of life, serta
mortalitas. Menurut Hornig prognosis jangka panjang setelah TIA dan stroke
batang otak/serebelum ringan secara signifikan dipengaruhi oleh usia, diabetes,
hipertensi, strokesebelumnya, dan penyakit arteri karotis yang menyertai. Pasien
dengan TIA memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan pasien dengan TIA
memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan pasien dengan stroke minor.
Tingkat mortalitas kumulatif pasien dalam penelitian ini sebesar 4,8 % dalam 1
tahun dan meningkat menjadi 18,6 % dalam 5 tahun.

M. PENYIMPANGAN KDM

28
N. PENGKAJIAN
a. Motorik
merupakan defisit yang paling sering ditemukan, biasanya mengenai
wajah, lengan dan tungkai bawah, sendiri atau dalam berbagai kombinasi.
b. Sensorik
defisit dapat berupa hilangnya sensasi hingga hilangnya persepsi yang lebih
kompleks. Pasien dapat mengeluhkan numbness,tingling atau perubahan
sensitivitas. Gangguan sensori yang lebih kompleks dapat berupa
astereognosis dan agrafia.
c. Penglihatan
stroke dapat menyebabkan monocular vision loss, hemianopia homonim
atau cortical blindness.

29
d. Bahasa
gangguan bahasa dapat berupa disfasia, dengan gangguan pada
pemahaman, penamaan, repetisi, fluency, membaca atau menulis.
e. Kognisi
berupa gangguan memori, atensi, orientasi, kalkulasi dan konstruksi.
f. Afek
depresi merupakan gangguan afek yang sering terjadi paska stroke,
Gejalanya berupa hilangnya energi, kurangnya minat, selera makan dan
insomnia.(Kelly-Hayes, 1998)

Oleh karena heterogenisitas dari gejala stroke dan keparahannya, terdapat


banyak kemungkinan kategori pengukuran keluaran stroke. Beberapa yang
banyak digunakan adalah Canadian Neurologic Scale (CNS), National Institutes of
Health Stroke Scale (NIHSS), dan Scandinavian Stroke Scale (SSS) (Williams, 2009).
Skor NIHSS sering digunakan untuk mengukur keparahan gejala stroke, dengan
skor >20 lebih prediktif untuk keluaran yang buruk (Tsao, 2005).

Berdasarkan klasifikasi sekuele penyakit dari WHO (World Health


Organization), skala keluaran dikarakteristikkan sebagai alat untuk mengukur
impairments, disabilities atau handicaps. Impairment adalah konsekuensi fisik dari
disfungsi organ yang spesifik, disability adalah kesulitan yang dialami pasien untuk
melakukan aktifitas normal oleh karena impairment-nya, dan handicap menunjuk
pada pandangan sosial dari disabilitas atau bagaimana penyakit tersebut
mempengaruhi sosial individu, profesi atau peran dalam keluarga.

Pada stroke, impairment biasanya dinilai dengan skala ordinal (misalnya


NIHSS), disability dinilai dengan skala instrumental activities of daily living (IADL)
seperti Barthel Index (BI), sedangkan handicap, meskipun jarang dinilai dalam
percobaan klinis stroke, dinilai dengan skala health-related quality of life (HRQL)
(Williams, 2009).

Skala Koma Glasgow (SKG) dikembangkan untuk menentukan derajat


kesadaran pada pasien cedera kepala. Skala ini memiliki 3 komponen, yaitu:

1. respons buka mata (skor 1-4),

30
2. respons verbal (skor 1-5)
3. respons motorik (skor 1-6)

Telah diterima sebagai skor prognostik, baik pada pasien trauma maupun
non-trauma yang mengalami penurunan kesadaran.

Penilaian derajat kesadaran pada stroke akut penting untuk manajemen klinis
dan sebagai salah satu indikator prognostik (Weir, 2003). Penilaian SKG pre-
hospital tampaknya juga merupakan prediktor yang baik dari keparahan stroke,
berkorelasi dengan keberhasilan yang lebih tinggi dari tindakan intervensi
endovaskuler, keluaran fungsional saat pasien keluar dari rumah sakit, juga
berkorelasi dengan kematian dalam 90 hari (Weaver, 2012) Modified Rankin Scale
(mRS) adalah pengukuran disabilitas global yang telah digunakan secara luas oleh
klinisi untuk mengevaluasi pemulihan stroke dan sebagai primary end point dalam
randomized clinical trials (RCTs) dari terapi stroke akut. Nilai mRS sebagai end-
point RCT telah diteliti pada beberapa penelitian, dimana peneliti menekankan
pada pentingnya kesederhanaan.

NURSING CARE PLAN

31
N Analisa data Diagnose NOC NIC
o keperawatan
1.  Cedera otak Domain 4 aktifitas / Domain 2 Domain 1 : fisiologis
 Hiperkolesterolemi istirahat kesehatan fisiologis kompleks
a
 Neoplasma otak Kelas 4 respon Kelas E : jantung Kelas I : manajemen
 Aneurrisma kardivaskular/pulmo paru jantung
serebral nal
Perfusi jaringan Manajemen edema
Resiko serebral (0406) serebral (2540)
ketidakefektifan
perfusi jaringan otak Definisi : Definisi : keterbatasan
(00201) kecukupan aliran injury serebral sekunder
darah melalui akibar dari
Definisi : rentan pembuluh darah pembengkakan jaringan
mengalami otak untuk otak
penurunan sirkulasi mempertahankan
otak yang dapat fungsi otak 1. Monitor tanda-tanda
mengganggu vital
kesehatan Dipertahankan 2. Monitor status
pada deviasi berat neurologi dengan
dari kisarn normal ketat dan bandingkan
(1) ditingkatkan ke dengan yang nilai
deviasi ringan dari normal
kisaran normaol (4) 3. Monitor karakteristik
cairan serebrospinal :
Dengan kriteria hasil warna, kejernihan,
: konsistensi
1. Tekanan darah 4. Monitor TIK dan CPP
sistolik (040602) 5. Anaalisa pola TIK
2. Tekanan darah 6. Monitor status
diastolic pernapasan :
(0406013) frekuensi, irama,
3. Hasil serebral kedalaman
angiogram pernapasaan,
(040615) PaO2,PCO2,pH,bikarn
bonat
Dipertahankan 7. Kurangi stimulus
pada berat (1) dalam lingkungan
ditingkatkan ke pasien
ringan (4) 8. Rencanakan asuhan
4. Agitasi (040608) keperawatan untuk
5. Muntah memberikan periode
(040609) istirahat

32
6. Kognisi 9. Dorong
terganggu keluarga/orang yang
(040618) penting untuk bicara
7. Penurunan pada pasien
tingkat 10. Monitor intake dan
kesadaran output
(040619) 11. Lakukan Latihan
8. Reflex saraf ROM pasif
terganggu
(040620)
2. 1. ektremitas sulit Domain 4 aktifitas / domain 1 : fungsi Domain 1 : fisiologis dasar
digerakkan istirahat kesehatan
Kelas A : manajemen
Kelas 2 : aktifitas / kelas C : mobilitas aktifitas
olahraga
konsekuensi Terapi latihan : control
Hambatan mobilitas imobilitas : otot (0226)
fisik (00085) fisiologis (0204) Definisi : penggunaan
Definisi : deinisi : keparahan aktifitas atau protocol
keterbatasan dalam fungsi fisiologis latihan spesifik untuk
gerakan fisik satu akibat adanya meningkatkan atau
atau lebih gangguan mobilitas menjaga pergerakan
ekstremitas secara fisik tubuh yang terkontrol
mandiri dan terarah
dipertahankan pada 1. Tentukan kesiapan
berat (1) pasien untuk terlibat
ditingkatkan ke dalam aktifitas atau
ringan (4) protocol latihan
2. Kolaborasikan
1. Kontraktur dengan ahli teraappi
sendi (020415) fisik,okupasional, dan
2. Ankilosis sendi rekreasional dalam
(020416) mengembangkan dan
menerapkan program
Dipertahankan latihan sesuai
pada sangat kebutuhan
terganggu (1) 3. Jelaskan protocol
ditingkatkan ke dan rasionalisasi latihan
sedikit terganggu pada pasien dan
(4) keluarga
3. Kekuatan 4. Inisiasi pengukuran
otot control nyeri sebelum
(020411) memulai aktifitas atau
4. Tonus otot latihan

33
(020412) 5. Bantu menjaga
5. Pergerakan stabilitas sendi tubuh
sendi dan atau proksimal
(020414) selam latihan motoric
6. Kapasitas 6. Pertimbangkan
vital akurasi citra tubuh
(020421) 7. Masukkan kegiatan
7. Status nutrisi hari-hari dalam protocol
(020404) latihan jika diperlukan
8. Dorong pasien
untuk mempraktikan
latihan secara mandiri
sesuia indikasi
9. Kolaborasikan
dengan pemberi
perawatan
dirumahterkait latihann
dan kegiatan sehari-hari
10. Bantu pasien atau
caregiver untuk
membuat perbaikan
terhadap rencana
latihan dirumah sesuai
indikasi

34
B.HERNIASI NUKLEUS PULPOSUS

A.Pengertian
HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol dan
menekan kearah spinalis melalui anulus fibrosis yang robek.

Nukleus purposus

Anulus Fibrosus
B.Etiologi
1. Proses Degeneratif

35
2. Riwayat Trauma
3. Riwayat mengangkat beban berat
4. Bodi mekanik yang salah

C.Manifestasi Klinis
Gejala utama yang mucul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot
di sekitar lesi dan nyeri tekan.

Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal, servikal, thorakal (jarang), lumbal,
bergantung lokasi nyeri.

Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan herniasinya,


dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang sesungguhnya, yaitu :

1. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah


tanpa kerusakan annulus fibrosus.

2. Prolaps diskus intervertebral: nukleus berpindah, tetapi masih dalam


lingkaran anulus fibrosus.

3. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan


berada di bawah ligamentum,longitudinalis posterior.

4. Sequestrasi diskus intervertebral: nukleus telah menembus

36
Gambar grade HNP berdasarkan keadaan herniasi.

D.Klasifikasi
1. Hernia Lumbo Sakralis
2. Hernia Servikalis
3. Hernia Thorakalis

E.Diagnosa Banding
1. Tumor Tulang Spinalis
2. Arthritis
3. Anomali Colum Spinal

F.Penatalaksanaan

1. Terapi Konservatif
a. Tirah Baring
- Penderita harus tetap berbaring ditempat tidur selama beberapa hari
selama fase akut, dengan sikap posisi stengah duduk dimana tungkai
dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut.

37
- tempat tidur tidak boleh memakai pegas/ per, tempat tidur harus
dari papan lurus dengan lembar busa tipis.
- Pemasangan korset lumbal untuk mencegah gerakan lumbal yang
berlebihan
b. Meredakan nyeri
- Kompres panas pada daerah punggung
- Pemberian analgetik

c. Fisiotherapi
- Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan
permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi
lordosis
d. Traksi
Traksi servikal yang disertai yang disertai dengan penyangga kepala yang
dikaitkan pada katrol dan beban.
e. TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit yang menggunakan simulasi listrik untuk mengurangi
sensasi nyeri punggung bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang
dikirimkan ke otak.

2. Terapi Operatif
1. Disektomi : mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus
intervertebral
2. Laminektomi : mengangkat lamina untuk memanjankan elemen neural
pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah
3. Percutaneous distectom : pengambilan sebagian diskus invertebralis
dengan menggunakan jarum sebagai aspirasi
4. Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion:

G.PENGKAJIAN

1. Identitas

38
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan

2. Keluhan Utama :
Nyeri pada punggung bawah
P : Trauma ( menangkat atu mendorong benda berat)
Q : Sifat nyeri, penyebaran nyeri, nyeri menetap/ hilang imbul
R : Lokasi nyeri
S : Posisi tubuh yang meringankan/ memperberat nyeri
T : waktu nyeri

3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan terdahulu

4. Pemeriksaan
- Vital sign
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Rontgen
Untuk mengidentifikasi ruang antar v
b. Elektoneuromiografi (ENMG)
c. Scan Tomografi
d. RO Spinal
e. MRI (Magneting Resonance Image)
f. CT-scan

39
PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM

Proses Degenaratif

protein polisakarida dlm diskus Bodi mekanik salah

Riw pekerjaan berat

kandungan air pd nucleus polposus Tumpuan pada tubuh berlebih

beban berat terus menerus

pecahan nukleus merusak anulus Tekanan abnormal

Tekanan pada nukleus

anulus tdk mampu menahan nukleus karena tekanan

nukleus terdorong keluar

HNP

Nyeri pasien terjaga


Hambatan Mobilitas Fisik
menekan spinal cord

Gangguan pola tidur

40
NURSING CARE PLAN
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Domain 12: Domain V: (1400) Manajemen Nyeri
Kenyamanan Kondisi Kesehatan yang Dirasakan - Identifikasi lokasi,
karateristik, durasi,
Kelas 1: Kelas V: frekuensi, kualitas,
Kenyamanan Fisik Status Gejala dan intensitas nyeri
- Identifikasi skala
Nyeri Akut (2102) Tingkat Nyeri nyeri
Dipertahankan pada berat (1), - Identifikasi faktor
Ditingkatkan ke sedang (3) dengan yang memperberat
hasil: dan meringankan
- (210201) Nyeri yang nyeri
dilaporkan - Berikan tehnik non
- (210204) Panjangnya farmakologi untuk
Episode nyeri mengurangi nyeri
- (210221) Menggosok area mis; tehnik relaksasi,
yang terkena dampak therapy music dll
- (210226) Ekspresi wajah - Kontrol lingkungan yg
- (210208) Tidak bisa istrahat memperberat rasa
- (210217) Mengerang dan nyeri ( mis suhu
menangis ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi tirah baring
selama fase akut
- Jelaskan penyebab
41
nyeri, dan strategi
untuk meredakan
nyeri
- Kolaborasi tim medis
dlm pemberian
analgetik, dan
kolaborasi dgn
fisiotherapi.

Domain 4: Domain 1: (0844) Pengaturan Posisi


Aktivitas Istrahat Fungsi Kesehatan Neurologis
- Monitor area tubuh
Kelas 2: Kelas C; yang mengalami
Aktivitas Olah raga Mobilitas masalah
- Instruksikan pasien,
(00085) Hambatan (0208) Pergerakan postur tubuh dan
Mobilitas Fisik Dipertahankan pada sangat pergerakan yang
terganggu (1), di tingkatkan ke tepat saat melakukan
sedikit terganggu (4) dengan hasil: ambulasi
- (020801) Keseimbangan - Topang tulang
- (020809) Koordinasi belakang selama
- (020814) Bergerak dengan perubahan posisi
mudah dengan
- (020802) Kinerja Pengaturan mempertahankan

42
Tubuh posisi anatomis
- (020805) Kinerja transfer - Pasang korset tulang
belakang

43
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Sistem saraf adalah sistem pengendalian aktifitas tubuh seperti kontraksi
otot, system ini bereaksi ketika tubuh manusia bereaksi terhadap rangsangan dari
luar tubuh disebut stimulus, sedangkan reaksi dari stimulus disebut respon.
Sistem saraf berupa hantaran impuls saraf ke susunan saraf pusat. Proses inilah
yang bereaksi ketika manuasia menerima rangsangan, sistem saraf
memungkinkan manusia untiuk menyesuaikan diri dalam menghadapi perubahan-
perubahan yang tterjadi di lingkungan sekitar. Untuk menanggapi rangsangan ada
tiga komponen yang harus dimiliki oleh system saraf yaitu : Reseptor penerima
impuls, Penghantar impuls, Efektor bagian yang menanggapi rangsangan.

Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat, seperti kontraksi otot
atau peristiwa yang berubah dengan cepat. Menerima ribuan informasi dari
berbagai organ sensoris dan kemudian mengintegrasikannya untuk menentukan
reaksi yang dilakukan tubuh.

Salah satu penyakit yang berhubungan dengan sistem saraf adalah penyakit
SNH (stroke non hemoragik dan HNP(Herniasi Nukleus Pulposus). Stroke adalah
sindrom yang terdiiri dari tanda dan gejala hilangnya fungsi system saraf pusat
local (global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).

Stroke iskemik adalah merupakan suatu episode disfungsi neurologi yang


disebabkan oleh infark fokal serebri, medulla spinalis atau infark retina, hal ini
diakibatkan terjadinya iskemik, berdasarkan patologi, gambaran imaging atau
bukti objektif dari serebri, medulla spinalis atau retina sesuai dengan distribusi
vaskular. Atau berdasarkan bukti klinis dari serebri, medulla spinalis atau retina
iskemik bila menetap ≥ 24 jam atau sampai meninggal dan bukan karena
penyebab lain (Sacco, 2013).

44
Sedangkan HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol
dan menekan kearah spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. Hal ini
disebabkan karena proses degeneratif, riwayat trauma, riwayat mengangkat
beban berat, dan bodi mekanik yang salah saat beraktivitas, dengan manifestasi
klinis yaitu nyeri.

Masalah keperawatan yang biasanya muncul pada kedua kasus diatas


antara lain, hambatan mobilitas fisik, resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral, nyeri, gangguan pola tidur.

2. SARAN
Kelompok sebenarnya menginginkan penyusunan makalah yang
sempurna dan rapi. Namun masih banyak kekurangan dalam makalah ini
yang perlu diperbaiki oleh penulis. Hal ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan kami. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun penulisan makalah ini sebagai bahan evaluasi
selanjutnya.

45
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto Hadi,2016 Keperawatan Medikal Bedah II Pusdik SDM Kesehatan :


Jakarta Selatan

Smeltzer Suzanne C . 1997 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.3.Buku


Kedokteran EGC: Jakarta

Kirnantoro 2019 Anatomi Fisiologi.Pustaka Baru Press: Jakarta

Herman Heater T . 2018 NANDA – I Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran EGC


Jakarta

Moorhead Sue 2016.Nursing Outcome Classification ( NOC ),Elsevier Indonesia

Buelcheck 2016.Nursing Intervention Classification ( NIC ),Elsevier Indonesia

46

Anda mungkin juga menyukai