Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENYIMPANGAN PERILAKU PADA REMAJA

Dosen pengampu : Ns. YUSNITA, S.Kep., M.Kes.

DISUSUN OLEH :

ISTIYA EKA PRATIWI


KESIH APRIYANTI
LALLA SHANDRA PHYTALOKA
LITA APRILIA
MAYA ELVA SELVIYANI
MERIZA EKA PRATIWI
MIAWATI
M. GUNTUR PABOWO
NADYA ERA WATI
NINDYA HELSI WULANDARI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah “PENYIMPANGAN PRILAKU PADA REMAJA” ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya. Dan penulis sangat berterima
kasih kepada seluruh pihak yang telah membatu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita tentang arti serta apa saja yang sebenarnya yang
dapat kita lakukan dalam upaya hukum yang sesuai dengan undang-undang yang
berlaku. Dan penulis menyadari masih banyak kekurangan didalam tugas
pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan

Pringsewu , Desember 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Karakteristik Umum Gangguan Perilaku.....................3
B. Faktor Penyebab Gangguan Perilaku....................................................9
C. Jenis – Jenis Gangguan Perilaku...........................................................11
D. Penanganan Gangguan Perilaku...........................................................14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................16
B. Saran.....................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abnormalitas atau yang disebut juga perilaku abnormal adalah suatu
bentuk perilaku yang maladaptif. Ada juga yang menyebutnya mental
disorder, psikopatologi, emotional discomfort, mental illness (penyakit
mental), ataupun insanity. Perilaku abnormal merupakan suatu istilah yang
terutama banyak berkembang di Amerika Serikat, yang timbul karena
masyarakat negara tersebut lebih berdasarkan ilmu pengetahuan, sikap
hidup, dan umumnya pemikiran pada mahzab perilaku (behaviorisme).
Sedangkan, istilah psikopatologi merupakan istilah yang paling populer
dimasa lalu, ketika pusat ilmu pengetahuan berada si daratan Eropa, yang
disebut juga bermahzab mental. Orang Eropa daratan (continental) lebih
melihat aspek dalam (inner) dari perilaku itu, sehingga perilaku yang
menyimpang biasanya dipandang sebagai akibat dari gangguan atau
penyakit jiwa tertentu. Orang-orang Amerika lalu, lebih melihat aspek
perilaku yang berada diluar individu (over behavior) yang mereka anggap
lebih penting dari pada aspek dalam kepribadian (inner personality).
Di dalam Psikologi Abnormal juga mempelajari tentang gangguan mood,
gangguan anxiety/kecemasan, gangguan seksual – identitas gender,
gangguan kepribadian, dan gangguan perilaku. Namun, kali ini kelompok
kami akan membahas tentang ‘Gangguan Perilaku’.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan karakteristik umum Gangguan Perilaku.
2. Faktor penyebab Gangguan Perilaku.
3. Jenis – jenis Gangguan Perilaku.
4. Penanganan Gangguan Perilaku.

C. Tujuan Penulisan

1
1. Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik umum Gangguan
Perilaku.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab Gangguan Perilaku.
3. Untuk mengetahui jenis – jenis Gangguan Perilaku.
4. Untuk mengetahui penanganan Gangguan Perilaku.

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Pengertian dan Karakteristik Umum Gangguan Perilaku
Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri
(Soekidjo,N,1993 : 55). Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu
respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek
tersebut. (Soekidjo,N,1993 : 58) Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-
reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila
ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang
disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi
atau perilaku tertentu. (Notoatmojo,S, 1997 : 60). Perilaku adalah tindakan
atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat di
pelajari. (Robert Kwik, 1974, sebagaimana dikutip oleh Notoatmojo,S
1997). Perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi individu
dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah
makhluk hidup. (Sri Kusmiyati dan Desminiarti, 1990 : 1). Perilaku
manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons
serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. (Sunaryo,
2004 : 3).
Dilihat dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organism (makhluk hidup) yang bersangkutan. Dari sudut pandang
biologis, semua makhluk hidup mulai dari tumbuhan, hewan, dan manusia
berperilaku karena mempunyai aktivitas masing-masing. Perilaku manusia
adalah semua tindakan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati pihak luar
Dilihat dari segi psikologis, menurut Skiner (1938) perilaku adalah suatu
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) .
penertian ini di kenal dengan teori SOR(stimulus-organisme-respons).
Perilaku mempunyai beberapa dimensi:
1. fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi
dan intensitasnya.

3
2. ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik
maupun sosial) dimana perilaku itu terjadi.
3. waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau
maupun masa yang akan datang.
Jadi, Prilaku adalah cermin kepribadian seseorang yang tampak dalam
perbuatan dan interaksi terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Prilaku merupakan internalisasi nilai-nilai yang diserap oleh seseorang
selama proses berinteraksi dengan orang diluar dirinya. Prilaku seseorang
menunjukan tingkat kematangan emosi, moral, agama, sosial, kemandirian
dan konsep dirinya. Prilaku manusia terbentuk selama proses perjalanan
hidupnya. Pada anak, prilaku dapat terbentuk melalui kebiasaan sehari-hari
secara non-formal. Artinya, suatu perbuatan yang dilakukan atas anjuran
orang dewasa ataupun prilaku orang dewasa yang sengaja ditujukan
kepada anak untuk diikuti.
Pengertian Gangguan Tingkah Laku
Kauffman: 1977 Anak yang mengalami gangguan tingkah laku merupakan
anak yang secara nyata dan menahun merespon lingkungan tanpa adanya
kepuasan pribadi namun masih dapat diajarkan perilaku perilaku yang
dapat diterima oleh masyarakat dan dapat memuaskan kpribadiannya.
Nelson:1981 Tingkah laku seseorang dapat dikatakan menyimpang atau
mengalami gangguan jika :
Menyimpang dari perilaku yang oleh orang dewasa dianggap normal
menurut usia dan jenis kelaminnya.Penyimpangan terjadi dengan frekuensi
dan intensitas yang tinggi Penyimpangan berlangsung dalam waktu yang
relatif lama
Bruno, Gangguan tingkah Laku merupakan respon atau perbuatan yang
dilakukan seseorang suatu perubahan perilaku merupakan suatu
kepribadian karena setiap respon atau tindakan seseorang yang
menunjukan perubahan sebagi cerminan fenomena psikologis baik diamati
maupun diukur

4
Evan Et Al, GangguantingkahLakumerupakanbentuk yang sederhana
merupakan perbuatan yang diamati dengan suatu titik awal dan akhir yang
dapat diukur
APA ( America Psikiatrie Acociation), Gangguan tingkah lakumerupakan
gangguan yang berupa pola atau gejala psikologis atau tingkah laku yang
secara klinis sangat disignifikan gejala/ pola ciri yang terjadi pada manusia
.Jadi, gangguan perilaku (conduct disorder) adalah gangguan perilaku
masa kanak-kanak yang ditandai oleh aktivitas agresif dan destruktif yang
menyebabkan gangguan pada lingkungan alami anak seperti rumah,
sekolah, masjid, atau lingkungan. Fitur utama dari gangguan ini adalah
pola perilaku berulang dan terus-menerus yang melanggar norma-norma
sosial dan hak-hak orang lain. Ini adalah salah satu kategori masalah
kesehatan mental anak yang paling umum, yang mencapai 9% pada laki-
laki dan 2% pada perempuan.

1. Karakteristik Gangguan :
Gangguan emosi dan perilaku tidak hanya mempengaruhi fungsi siswa
dalam emosi dan perilaku, tetapi hal tersebut juga mempengaruhi
kinerja akademis siswadan interaksi sosial mereka dengan teman
sebaya dan guru.
a. Karakteristik Belajar Intelijensia
Studi-studi awal (misalnyaolehMorse, Cutler, & Fink, 1964)
menemukan bahwa mayoritas siswa dengan gangguan emosi dan
perilaku atas rata-rata menunjukkan kecerdasan. Kajian yang lebih
mutakhir (misalnya, Rubin dan Barlow,1978;Coleman, 1986) telah
mengungkapkan bahwa anak-anak ini memiliki nilai IQ rata-rata
yang lebih rendah dari pada anak-anak tanpa gangguan emosi dan
perilaku. Untuk anak-anak dengan beberapa jenis psikosis,
penelitian menunjukkan bahwa IQ mereka berada dalam kisaran
fungsiyang terbelakang. SebagaimanaKauffman (1996) telah
menunjukkan hal ini “IQ anak-anak yang terganggu muncul

5
sebagai prediktor tunggal terbaik untuk bidang sakademik dan
prestasi sosial di masa depan”
Rendah Kinerja Akademik Siswa-siswa dengan gangguan emosi
atau perilaku umumnya memiliki prestasi akademik yang rendah
untuk usia mereka (Kaufmann,1996). Beberapa penelitian
(Gottlieb, Alter, dan Gottlieb, 1991) menunjukkan bahwa 74% dari
pemuda yang diklasifikasikan dengan gangguan ini
memiliki kesulitan akademis.
Defisit dalam Sosial dan Adaptive KeterampilanSiswa dengan
gangguan emosional atau perilaku biasanyamemiliki kekurangan
dalam ketrampilan sosial yang mempengaruhi kemampuan untuk
bekerja sama dengan guru, fungsi di dalam kelas, dan
bergauldengan siswa lain (Williams et al., 1989).
b. KarakteristikPerilaku
Seperti anak-anak dengan ketidak mampuan belajar, salah satu
yang paling umum keluhan tentang anak-anak merujuk
padaevaluasi yang dinyatakan memiliki gangguan emosi dan
perilaku adalah hiperaktif. Sulit untuk mendefinisikan hiperaktif
karena baik kealamiahan dan jenis kegiatan harus
dipertimbangkan.
Ross dan Ross (1982) mendefinisikan hiperaktif sebagai “sebuah
kelas gangguan perilaku yang heterogen di mana tingkat tinggi
aktivitas ditunjukkan dalam waktu yangtidak tepat dan tidak dapat
dihambat oleh perintah”. Pada dasarnya, definisi
yang berguna untuk hiperaktif adalah bahwa seorang anak terlalu
banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang merepotkan. Banyak
anak-anak dengan kelainan perilaku bertindak agresif terhadap
obyek, diri sendiri, atau orang lain. Para pendidik dan profesional
lebih berhasil dalam mengajar anak-anak yang sehat cara untuk
menghadapi frustrasi dengan mengakui, menerima, dan
menoleransi perasaan frustrasi serta membangun sumber-sumber

6
untuk mengatasi. Kenakalan remaja, alih-alih olehsistem kesehatan
atau sistem pendidikan, didefinisikan oleh sistem peradilan pidana
(Berdine dan Blackhurst, 1985). Ketika remaja melakukan
tindakan ilegal seperti pencurian, mereka bermasalah. Jika lebih
banyak anak dengan gangguan emosi atau perilaku tampaknya
bermasalah dengan hukum, tidak semua dari mereka bermasalah.
Seringkali terdapat kesulitan untuk mengidentifikasi perilaku dan
gangguan emosional pada anak kecil kecuali bila itu adalah sebuah
kecacatan yang parah seperti psikosis. Anak-anak usia sekolah
dengan gangguan emosi internal seperti itu akan sulit pula
diidentifikasi.
Anggota keluarga dan guru harus peka untuk mendeteksi kesulitan
emosional atau perilaku antara anak-anak dengan tanda-tanda berikut:
a. .Agresi terhadap diri sendiri atau orang lain.
b. Kecemasan atau fearfulness.
c. Distractibility atau ketidakmampuan untuk membayar perhatian
untuk waktu yang panjang dibandingkan dengan teman-temannya.
d. Mengungkapkan pikiran untuk bunuh diri.
e. Perasaan depresson dan ketidakbahagiaan.
f. Sedikit atau tidak ada teman.
g. Perilaku hiperaktif.
h. Matang keterampilan sosial yang dinyatakan dalam interaksi sosial
yang tepat.
i. Impulsif
j. Masalahdalamhubungan keluarga.
k. Masalah dengan hubungan guru-murid.
l. Bunuh diri.
m. Penarikan ke dalam diri.

c. Kriteria gangguan tingkah laku:


1. Pola perilaku yang berulang dan tetap yang melanggar hak-hak
dasar orang lain atau norma-norma sosial konvensional yang
terwujud dalam bentuk tiga atau lebih perilaku dibawah ini

7
dalam 12 bulan terakhir dan minimal satu diantaranya dalam
enam bulan terakhir :
a. Agresi terhadap orang lain dan hewan, contohnya
mengintimidasi, memulai perkelahian fisik, melakukan
kekejaman fisik kepada orang lain atau hewan,
memaksa seseorang melakukan aktivitas seksual.
b. Menghancurkan kepemilikan (properti), contohnya
membakar, vandalism.
c. Berbohong atau mencuri, contohnya, masuk dengan
paksa ke rumah atau mobil milik orang lain, menipu,
mengutil.
d. Pelanggaran aturan yang serius, contohnya tidak pulang
ke rumah hingga larut malam sebelum usia 13 tahun
karena sengaja melanggar peraturan orang tua, sering
membolos sekolah sebelum berusia 13 tahun.
2. Disabilitas signifikan dalam fungsi sosial, akademik atau
pekerjaan.
3. Jika orang yang bersangkutan berusia lebih dari 18 tahun,
kriteria yang ada tidak memenuhi gangguan kepribadian anti
sosial.

Banyak anak yang mengalami gangguan tingkah laku juga menunjukkan


gangguan lain. Ada tingkat komorbiditas yang tinggi antara gangguan
tingkah laku dan ADHD. Hal ini terjadi pada anak laki-laki, namun jauh
lebih sedikit yang diketahui mengenai komorbiditas gangguan tingkah
laku dan ADHD pada anak perempuan. Penyalahgunaan zat juga umum
terjadi bersamaan dengan gangguan tingkah laku dimana dua kondisi
tersebut saling memperparah satu sama lain.
Terdapat bukti bahwa anak laki-laki yang mengalami gangguan tingkah
laku dan komorbid dengan hambatan behavioral memiliki kemungkinan
lebih kecil untuk melakukan kejahatan dibanding mereka yang mengalami

8
gangguan tingkah laku yang komorbid dengan penarikan diri dari
pergaulan sosial. Bukti-bukti menunjukkan bahwa anak-anak perempuan
yang mengalami gangguan tingkah laku beresiko lebih tinggi untuk
mengalami berbagai gangguan komorbid, termasuk kecemasan, depresi,
penyalahgunaan zat, dan ADHD dibanding dengan anak laki-laki yang
memiliki gangguan tingkah laku.

B. Faktor Penyebab Gangguan Perilaku


Faktor – faktor yang menyebabkan gangguan perilaku adalah sebagai
berikut :
1. Faktor-faktor psikobiologik.
Faktor-faktor psikobilogik biasanya akibat :
a. Riwayat genetika keluarga yang terjadi pada kasus retardasi
mental, autisme, skizofrenia kanak-kanak, gangguan perilaku,
gangguan bipolar, dan gangguan ansietas atau kecemasan.
b. Struktur otak yang tidak normal. Penelitian menemukan adanya
abnormalitas struktur otak dan perubahan neurotransmitter pada
pasien yang menderita autisme, skizofrenia kanak-kanak, dan
ADHD.
c. Pengaruh pranatal, seperti infeksi pada saat di kandungan ibu,
kurangnya perawatan pada masa bayi dalam kandungan, dan ibu
yang menyalahgunakan zat, semuanya dapat menyebabkan
perkembangan saraf yang abnormal yang berkaitan dengan
gangguan jiwa. Trauma kelahiran yang berhubungan dengan
berkurangnya suplai oksigen pada janin saat dalam kandungan
yang sangat signifikan dan menyebabkan terjadinya retardasi
mental dan gangguan perkembangan saraf lainnya.
d. Penyakit kronis atau kecacatan dapat menyebabkan kesulitan
koping bagi anak.
2. Dinamika keluarga.

9
Dinamika keluarga yang tidak sehat dapat mengakibatkan perilaku
menyimpang yang dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Penganiayaan anak. Anak yang terus-menerus dianiaya pada masa
kanak-kanak awal, perkembangan otaknya menjadi terhambat
(terutama otak kiri). Penganiayaan dan efeknya pada
perkembangan otak berkaitan dengan berbagai masalah psikologis,
seperti depresi, masalah memori, kesulitan belajar, impulsivitas,
dan kesulitan dalam membina hubungan (Glod, 1998).
b. Disfungsi sistem keluarga (misal kurangnya sifat pengasuhan orang
tua pada anak, komunikasi yang buruk) disertai dengan
keterampilan koping yang tidak baik antaranggota keluarga dan
model peran yang buruk dari orang tua. Sehingga menyebabkan
gangguan pada perkembangan anak dan remaja.
3. Faktor lingkungan.
Lingkungan dan kehidupan sosial yang tidak menguntungkan akan
menjadi penyebab utama pula, seperti :
a. Perawatan pranatal yang buruk, nutrisi yang buruk, dan kurang
terpenuhinya kebutuhan akibat pendapatan yang tidak mencukupi
dapat memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan dan
perkembangan normal anak.
b. Anak-anak tunawisma memiliki berbagai kebutuhan kesehatan
yang memengaruhi perkembangan emosi dan psikologi mereka.
Berbagai penelitian menunjukkan adanya peningkatan angka
penyakit ringan kanak-kanak, keterlambatan perkembangan dan
masalah psikologis diantara anak tunawisma ini bila dibandingkan
dengan sampel kontrol (Townsend, 1999).
4. Budaya keluarga.
Perilaku orang tua yang secara dramatis berbeda dengan budaya sekitar
dapat mengakibatkan kurang diterimanya anak-anak oleh teman sebaya
dan masalah psikologik.
Faktor penyebab gangguan perilaku pada anak adalah sebagai berikut :

10
Setiap anak, dalam masa perkembangannya akan mengalami masalah
perilaku. Bentuk masalah perilaku tersebut, setiap anak tidak sama.
Masalah perilaku ini biasanya akan berkurang dan bisa hilang sebelum
anak berusia 3 tahun atau beberapa bulan setelah berusia 3 tahun.
Peningkatan atau penurunan masalah perilaku anak sangat dipengaruhi
oleh interaksi orang tua dan lingkungan. Masalah perilaku anak
dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya:
1. Memanjakan anak secara berlebihan.
2. Perhatian orang tua yang terlalu melampaui batas ketika si anak
sakit dan lainnya.
3. Anak tidak merasa nyaman, terutama kalau anggota keluarga
terlalu padat atau kondisi rumah yang sunyi.
4. Ada bayi yang baru lahir di keluarganya.
5. Iklim keluarga yang begitu kejam, biasa terdengar dan terjadi suara
makian, cacian dan pemukulan.
6. Tidak memberikan kebebasan yang cukup dalam bergerak,
bermain, dan mengungkapkan sesuatu pada anak.
7. Kurang perhatian orang tua karena sibuk bekerja di luar rumah atau
karena sibuk dengan pekerjaan sehari-hari.
8. Suka mengikuti perilaku anak-anak lain seusianya.

C. Jenis – Jenis Gangguan Perilaku


1. Jenis – jenis Gangguan Perilaku Pada Remaja
Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi pergaulan bebas
kedalam tiga tingkatan, yaitu :
a. Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos
sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit.
b. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, seperti
mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa
izin

11
c. Kenakalan khusus, seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan
seks diluar nikah, pemerkosaan dll.
2. Contoh pergaulan bebas :
a. Penggunaan narkoba
Remaja yang menggunakan narkoba bukan berarti memiliki moral
yang lemah. Banyaknya zat candu yang terdapat pada narkoba
membuat remaja sulit melepaskan diri dari jerat narkoba jika tidak
dibantu orang-orang sekelilingnya. Zat kokain dan
methamphetamine yang terdapat dalam narkoba akan
memunculkan energi dan semangat dalam waktu cepat. Sedangkan
heroin, benzodiazepines dan oxycontin membuat perasaan tenang
dan rileks dalam otak. Ketika otak sudah tidak menerima lagi
asupan zat-zat tersebut, maka akan timbul rasa sakit dan itulah
yang membuat seseorang kecanduan.
b. Mengonsumsi alkohol
Alkohol merupakan substansi utama yang paling banyak
digunakan remaja dan sering berhubungan dengan kecelakaan
kendaraan bermotor yang merupakan penyebab utama kematian
remaja. Menurut Clinical and Experimental Research, remaja yang
mengonsumsi alkohol, daya ingatnya akan berkurang hingga 10
persen. Substance Abuse and Mental Health Services
Administration juga mengatakan bahwa 31 persen remaja yang
minum alkohol mengaku stres karena jarang diperhatikan oleh
orang tua.

c. Hubungan seksual pranikah


Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan
hubungan seks pranikah adalah membaca buku porno dan
menonton film porno. Adapun motivasi utama melakukan

12
senggama adalah suka sama suka, pengaruh teman, kebutuhan
biologis dan merasa kurang taat pada nilai agama.
Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Ohio University
menyebutkan bahwa remaja yang melakukan hubungan seks diusia
dini cenderung menjadi pribadi yang meresahkan masyarakat, yaitu
menjadi seorang pemalak.
d. Aborsi
Hampir setiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena
kehamilan diluar nikah. Jika dihitung pertahun, 36 ribu janin
dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan
seks bebas dikalangan remaja Indonesia saat ini sangat
memperihatinkan.
Survei Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia
menemukan jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahunnya
mencapai 2,3 juta dan 30% di antaranya dilakukan oleh remaja.
Menurut National Abortion Federation, sebanyak 4 dari 5 wanita di
Amerika telah melakukan hubungan seks sebelum usia 20 tahun,
dan sebanyak 70 persennya adalah remaja. Karena mental yang
belum siap, mereka pun melakukan aborsi. Pengetahuan seks yang
kurang menjadi salah satu pemicunya.
e. Kecanduan game
Terlalu sering bermain game akan membahayakan fisik dan
psikologisnya. Seperti dikutip dari Psychiatric Time, alasan anak-
anak bermain game adalah ingin mencoba sesuatu yang baru dan
untuk menghilangkan stres akibat tugas sekolah atau karena suatu
masalah. Seorang anak boleh saja bermain game, asalkan waktunya
dibatasi dan hal yang terpenting adalah pemilihan game yang tepat
untuk anak-anak.

D. Penanganan Gangguan Perilaku

13
Penanganan yang bisa dilakukan untuk mengatasi Gangguan Perilaku
adalah sebagai berikut :
1. Perawatan berbasis komunitas, yaitu dengan cara-cara :
a. Pencegahan primer melalui berbagai program sosial yang ditujukan
untuk menciptakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
anak. Contohnya adalah perawatan pranatal awal, program
penanganan dini bagi orang tua dengan faktor resiko yang sudah
diketahui dalam membesarkan anak, dan mengidentifikasi anak-
anak yang berisiko untuk memberikan dukungan dan pendidikan
kepada orang tua dari anak-anak ini.
b. Pencegahan sekunder dengan menemukan kasus secara dini pada
anak-anak yang mengalami kesulitan di sekolah sehingga tindakan
yang tepat dapat segera dilakukan. Metodenya meliputi konseling
individu dengan program bimbingan sekolah dan rujukan
kesehatan jiwa komunitas, layanan intervensi krisis bagi keluarga
yang mengalami situasi traumatik, konseling kelompok di sekolah,
dan konseling teman sebaya.
c. Dukungan terapeutik bagi anak-anak diberikan melalui psikoterapi
individu, terapi bermain, dan program pendidikan khusus untuk
anak-anak yang tidak mampu berpartisipasi dalam sistem sekolah
yang normal. Metode pengobatan perilaku pada umumnya
digunakan untuk membantu anak dalam mengembangkan metode
koping.
d. Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga. Penting untuk membantu
keluarga mendapatkan keterampilan dan bantuan yang diperlukan
guna membuat perubahan yang dapat meningkatkan fungsi dari
semua anggota keluarga.
2. Pengobatan berbasis rumah sakit dan Rehabilitasi.
a. Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat di
rumah sakit jiwa. Pengobatan di unit-unit ini biasanya diberikan
untuk klien yang tidak sembuh dengan metode alternatif, atau bagi

14
klien yang beresiko tinggi melakukan kekerasan terhadap dirinya
sendiri ataupun orang lain.
b. Program hospitalisasi parsial juga tersedia, memberikan program
sekolah di tempat (on-site) yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan khusus anak yang menderita penyakit jiwa. Seklusi dan
restrein untuk mengendalikan perilaku disruptif masi menjadi
kontroversi. Penelitian menunjukkan bahwa metode ini dapat
bersifat traumatik pada anak-anak dan tidak efektif untuk
pembelajaran respon adaptif. Tindakan yang kurang restriktif
meliputi istirahat (time-out), penahanan terapeutik, menghindari
adu kekuatan, dan intervensi dini untuk mencegah memburuknya
perilaku.
c. Medikasi digunakan sebagai satu metode pengobatan. Medikasi
psikotropik digunakan dengan hati-hati pada klien anak-anak dan
remaja karena memiliki efek samping yang beragam. Pemberian
metode ini berdasarkan :
d. Perbedaan fisiologi anak-anak dan remaja mempengaruhi jumlah
dosis, respon klinis, dan efek samping dari medikasi psikotropik.
e. Perbedaan perkembangan neurotransmiter pada anak-anak dapat
mempengaruhi hasil pengobatan psikotropik, mengakibatkan hasil
yang tidak konsisten, terutama dengan antidepresan trisiklik.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

15
Melihat dari pembahasan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa gangguan
perilaku terjadi pada anak dan remaja. Gangguan perilaku pada anak, terjadi
karena berbagai faktor. Tapi faktor yang paling besar pengaruhnya yang dapat
mengakibatkan gangguan perilaku adalah saat di dalam kandungan, baik itu
nutrisi – penanganan saat kelahiran. Lalu gangguan perilaku pada remaja,
juga terjadi karena berbagai faktor. Tapi faktor yang paling besar
pengaruhnya adalah keluarga dan lingkungan. Jika keluarga tidak dapat
menjadi orang tua yang bijak maka seringkali lingkunganlah yang memberi
pengaruh besar terhadap gangguan perilaku pada remaja.

B. Saran
Jadilah orang tua yang bijak, karena pada dasarnya peran keluarga sangat
berpengaruh terhadap pembentukan perilaku pada anak dan remaja. Lalu jika
kita melihat ada gangguan pada anak dan remaja, jangan pernah mengejudge
individu tersebut, karena dapat memperburuk keadaan. Seharusnya kita
melakukan penanganan sesuai yang ada di dalam pembahasan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://faramadinaa.blogspot.com/2013/11/gangguan-perilaku-abnormal-pada-
anak.html

http://nurhalimahzakki.wordpress.com/2013/05/04/gangguan-perilaku/

http://konseloryuni.wordpress.com/2011/11/17/gangguan-tingkah-laku/

16
http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/21/bentuk-bentuk-gangguan-perilaku/

http://konseloryuni.wordpress.com/category/psikopathologi/gangguan-tingkah-
laku/

http://nurhalimahzakki.wordpress.com/2013/05/04/gangguan-perilaku/

https://swcorner.wordpress.com/2014/10/16/psikologi-ii-gangguan-perilaku/

17

Anda mungkin juga menyukai