Anda di halaman 1dari 22

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN PEMBEKUAN DARAH PADA KEHAMILAN

Nama Kelompok :
1. Ni Luh Eka Dewi Agustini (18089014021)
2. Ni Desak Ketut Ayu Indah sari (18089014009)
3. Komang Fermia Koriana Dewi (18089014026)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalahini yang berjudul “KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PEMBEKUAN DARAH
PADA KEHAMILAN” dengan baik dan lancar. Selanjutnya, tak lupa
pula penulis ucapkan salam dan terima kasih yang telah mengantar umat
manusia dari zaman yang gelap gulita ke zaman yang terang benderang
ini.
Penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran untuk makalah
ini demi membangun ketepatan isi dari makalah yang penulis buat. Akhir
kata, penulis ucapkan terima kasih.

Singaraja, 16 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1,2 Rumusan masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II Tinjauan Teori
2.1 Pengertian................................................................................................................3
2.2 Etiologi.....................................................................................................................3
2.3 Patifisiologi...............................................................................................................4
2.4 Tanda dan gejala......................................................................................................4
2.5 Komplikasi................................................................................................................5
2.6 Pencegahan..............................................................................................................5
2.7 Pengobatan..............................................................................................................6
2.8 Penatalaksanaan......................................................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian..............................................................................................................10
3.2 Diagnosa.................................................................................................................12
3.3 Intervensi...............................................................................................................12
3.4 Implementasi.........................................................................................................14
3.5 Evaluasi..................................................................................................................15
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................16
4.2 Saran......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan pada faktor pembekuan darah adalah perdarahan yang terjadi
karena adanya kelainan pada proses pembekuan darah sanhg ibu,sehingga darah
tetap mengalir. Pada periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan
platelet biasanya tidak menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini bergantung
pada kontraksi uterus untuk mencegah perdarahan. Abnormalitas sistem
pembekuan yang muncul sebelum persalinan yang berupa hipofibrinogenemia
familial, dapat saja terjadi tetapi abnormalitas yang didapat biasanya yang menjadi
masalah. Kadar fibrinogen yang meningkat pada saat kehamilan, sehingga kadar
fibrinogen kisaran normal pada wanita yang tidak hamil harus mendapatkan
perhatian. DIC yaitu gangguan mekanisme pembekuan darah yang umumnya
disebabkan oleh hipo atau afibrinigenemiaatau pembekuan intravascular merata .

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian gangguan pembekuan darah ?
2. Bagaimana etiologinya ?
3. Bagaimana patofisiologinya ?
4. Apa tanda dan gejalanya ?
5. Apa saja komplikasinya ?
6. Bagaimana pencegahannya ?
7. Bagaimana pengobatannya ?
8. Bagaimana penatalaksanaannya ?

A. Tujuan Penulisan

1
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari gangguan pembekuan darah
2. Untuk mengetahui bagaimana etiologinya
3. Untuk mengetahui bagaimana ptofisiologinya
4. Untuk mengetahui tanda dan gejalanya
5. Untuk mengetahui komplikasinya
6. Untuk mengetahui pencegahannya
7. Untuk mengetahui pengobatannya
8. Untuk mengetahui penatalaksanaannya

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Gangguan pada faktor pembekuan darah (trombosit) adalah Pendarahan yang
terjadi karena adanya kelainan pada proses pembekuan darah sang ibu, sehingga
darah tetap mengalir.

2.2 Etiologi
Pada periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan platelet biasanya
tidak menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini bergantung pada kontraksi
uterus untuk mencegah perdarahan. Deposit fibrin pada tempat perlekatan
plasenta dan penmbekuan darah memiliki peran penting beberapa jam hingga
beberapa hari setelah persalinan. Kelainan pada pembekuan darah memiliki peran
penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah persalinan. Kelainan pada
daerah ini dapat menyebabkan perdarahan post partum sekunder atau perdarahan
eksaserbasi dari sebab lain, terutama trauma.
Abnormalitas dapat muncul sebelum persalinan atau didapat saat persalinan.
Trombositopenia dapat berhubungan dengan penyakit sebelumnya, seperti ITP
atau sindroma HELLP sekunder, solusio plasenta, DIC atau sepsis. Abnormalitas
platelet dapat saja terjadi, tetapi hal ini jarang. Sebagian besar merupakan
penyakit sebelumnya, walaupun sering tak terdiagnosis.
Abnormalitas sistem pembekuan yang muncul sebelum persalinan yang berupa
hipofibrinogenemia familial, dapat saja terjadi, tetapi abnormalitas yang didapat
biasanya yang menjadi masalah. Hal ini dapat berupa DIC yang berhubungan
dengan solusio plasenta, sindroma HELLP, IUFD, emboli air ketuban dan sepsis.
Kadar fibrinogen meningkat pada saat hamil, sehingga kadar fibrinogen pada
kisaran normal seperti pada wanita yang tidak hamil harus mendapat perhatian.
Selain itu, koagulopati dilusional dapat terjadi setelah  perdarahan post partum
masif yang mendapat resusiatsi cairan kristaloid dan transfusi PRC.  

3
DIC, yaitu gangguan mekanisme pembekuan darah yang umumnya disebabkan
oleh hipo atau afibrinigenemia atau pembekuan intravascular merata
(Disseminated IntravaskularCoagulation)
DIC juga dapat berkembang dari syok yang ditunjukkan oleh hipoperfusi
jaringan, yang menyebabkan kerusakan dan pelepasan tromboplastin jaringan.
Pada kasus ini terdapat peningkatan kadar  peningkatan kadar D-dimer dan
penurunan fibrinogen yang tajam, serta pemanjangan waktu trombin (thrombin
time).

2.3 Patofisiologi
Kelainan koagulasi generalisata ini dianggap sebagai akibat dari lepasnya
substansi – substansi serupa tromboplastin yang berasal dari produk konsepsi ke
dalam sirkulasi darah ibu atau akibat aktivasi factor XII oleh endotoksin. Setelah
itu mulailah serangkaian reaksi berantai yang mengaktifkan mekanisme
pembekuan darah, pembentukan dan pengendapanfibrin dan, sebagai
konsekuensinya, aktivasi sistem fibrinolitik yang normalnya sebagai proteksi.
Gangguan patofisiologi yang kompleks ini menjadi suatu lingkaran setan yang
muncul sebagai diathesis perdarahan klinis dengan berubah  –  ubahnya hasil
rangkaian tes pembekuan darah sehingga membingungkan.

4
2.4 Tanda dan gejala
1. Perdarahan berlangsung terus
2. Merembes dari tempat tusukan(Chapman, 2006)

5
2.5 Komplikasi
Komplikasi-komplikasi obstetric yang diketahui berhubungan dengan DIC
(Koagulasi
Intravaskuler Diseminata) :
1. Sepesi oleh kuman gram negative, terutama yang mneyertai dengan
abortus septic
2. Syok berat
3. Pemberian cairan hipertonik ke dalam uterus. (Schward, 2000)

2.6 Pencegahan
Klasifikasi kehamilan resiko rendah dan resiko tinggi akan
memudahkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk menata strategi
pelayanan ibu hamil saat perawatan antenatal dan melahirkan dengan mengatur
petugas kesehatan mana yang sesuaidan jenjang rumah sakit rujukan. Akan tetapi,
pada saat proses persalinan, semua kehamilanmempunyai resiko untuk terjadinya
patologi persalinan, salah satunya adalah perdarahan pascapersalinan. Antisipasi
terhadap hal tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan
mengatasi setiap penyakitkronis, anemia dan lain-lain sehingga pada saat
hamil dan persalinan pasien tersebut adadalam keadaan optimal.
2. Mengenal faktor predisposisi PPP seperti multiparitas, anak beras, hamil
kembar,hidroamnion, bekas seksio, ada riwayat PPP sebelumnya dan
kehamilan resiko tinggi lainnyayang resikonya akan muncul saat
persalinan
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama
4. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan
5. Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih
dan menghindari persalinan dukun
6. Mengesuai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPP dan
mengadakan rujukansebagaimana mestinya.(Sarwono, 2008)

6
2.7 Pengobatan
Pasien perlu dirawat bila secara klinis ada gangguan pembekuaan darah
atau dari serangkaian pemeriksaan laboratorium diperlihatkan adanaya
kemunduran fungsi pemebekuan darah secara progresif.
Nilai normal Kehamilan DIC
Hitung trombosit Sama Lebih rendah
150.000-400.000/mm3
Waktu protombin yang Memendek Memanjang
cepat
75-125%
Waktu protomboplastin Memendek Memanjang
parsial
30-45%
Waktu thrombin Memendek Memanjang
10-15 detik
Pengukuran fibrinogen 300-600 mg% Menurun
(atau titer) 200-400 mg%
Produk-produk pecahan Negative Dapat diukur
fibrin
Pengukuran faktor V 75 Sama Menurun
125%
Pengukuran faktor VII Mungkin meningkat Menurun
50-200%
Tujuan utama pengobatan adalah menghilngkan sumber material serupa
tromboplastin,tetapi evalusai produk konsepsi akan mendatangkan resiko
perdarahan vaginal atau bedah.

Dengan alasan inilah, proses pembekuaan normal harus dipulihkan lebih


dahulu sebelum melakukan persalinan operatif.
1. Pemberian faktor-faktor pembekuan

7
2. Menghambat proses patofisiologi dengan antikoagulasi heparin samapi
faktor-faktorpembekuan pulih kembali

Cara pengobatan yang akan dipilih tergantung kepada ancaman jiwa pasien
segera akibat  perdarahan yang aktif pada saat diagnosis ditegakkan atau akibat
persalinan yang akan segeraterjadi.
a. Bila dicurigai ada perdarahan aktif dari uterus dari persalinan operatif,
harus diberikanpengobtan sebagai terjadi :
1) Monitor tanda-tanda vital secara kontiyu termasuk pengukuran tekanan
vena sentral danmempertahankan produksi urin
2) Berikan oksigen melalui masker
3) Mengatasi syok dengan segera adalah penting, bila memungkinkan dengan
darah lengkapsegar.
4) Pemberian faktor-faktor pembekuan : pengobatan denga plasma beku segar
lebih disukaidaripada dengan preparat depot fibrinogen (pooled fibrinogen)
komersial karena dapatmemperkecil resiko penularan hepatitis, pengantian
volume tambahan, serta tersediannyaaneka macam faktor-faktor
pembekuaan. Setiap liter plasma beku segar dapat diharapkanmengandung
2-3 g fibrinogen.
Karena kira-kira diperlukan 2-6 g fibrinogen, bila hal tidak dapat
disediakan denganperparat tersebut (baik karena tidak tersedia atau karena
masalah-masalah hipervolema) dapatdipakai fibrinogen depot komersial.
Masalah utama yang berkaitan dengan pengantian fibrinogen dengan
menggunakan salahsatu preparat tersebut di atas adlah waktu psruhnya
yang singkat kalau ada banyak trombhindan timbunan fibrin intravaskuler
lebih lanjut. Dengan alasan inilah, preparat-preparattersebut hanya boleh
digunakan untuk segera mengendalikan perdarahan sebelum persalinandan
pertama bila persalinan harus dilaksankan dengan operasi seksio sesaria.
Dengan demikian prosedur pengobatan seperti di atas serta melakukan
pengosonganuterus, biasanya akan terjadi perbaikan spontan pembekuan
darahnya, sehingga tidakdiperhatikan terapi lebih lanjut.

8
b. Bila tidak ada perdarahan uterus dan persalinannya dapat ditunda (yaitu,
sindrom janin matiyang tertinggal dalam uterus tetapi jelas tidak ada
soluiso plasenta), tindakan sebagai berikutdilakukan :
1) Heparinisasi : 100 IU/kg setiap 4 jam, atau 600 IU/kg/24 jam denga infuse
kontiu
Pemberian heparin dihentikan setelash terjadi perbaikan faktor-
faktor pembekuan kedalam batas normal, dan hanya dalam keadaan inilah
persalina boleh dilaksanakan.
Terapi fibrinogen jarang dilakukan jika sekiranya diindikasikan
pada pasien obstetricselalu karena DIC dan akan berhenti sendiri setelah
pengobtan primer. Kita harus selalu ingat bahwa keberadaan fibrinolisis
merupakan suatu respons protektifterhadap koagulasiintravaskuler.
(Schward, 2000)

2.8 Penatalaksanaan
Jika tes koagulasi darah menunjukkan hasil abnormal dari onset terjadinya
perdarahan post partum, perlu dipertimbangkan penyebab yang mendasari
terjadinya perdarahan post partum, seperti solutio plasenta, sindroma HELLP,
fatty liver pada kehamilan, IUFD, emboliair ketuban dan septikemia. Ambil
langkah spesifik untuk menangani penyebab yangmendasari dan kelainan
hemostatik.
Penanganan DIC identik dengan pasien yang mengalami koagulopati
dilusional.Restorasi dan penanganan volume sirkulasi dan penggantian produk
darah bersifat sangatesensial. Perlu saran dari ahli hematologi pada kasus transfusi
masif dan koagulopati.
Konsentrat trombosit yang diturunkan dari darah donor digunakan pada pasien
dengantrombositopenia kecuali bila terdapat penghancuran trombosit dengan
cepat.
Satu unit trombosit biasanya menaikkan hitung trombosit sebesar 5.000  –
10.000/mm3. Dosis biasasebesar kemasan 10 unit diberikan bila gejala-gejala
perdarahan telah jelas atau bila hitungtrombosit di bawah 20.000/mm3. transfusi

9
trombosit diindakasikan bila hitung trombosit 10.000  –   50.000/mm3, jika
direncanakan suatu tindakan operasi, perdarahan aktif ataudiperkirakan diperlukan
suatu transfusi yang masif. Transfusi ulang mungkin dibutuhkan karena masa
paruh trombosit hanya 3 –  4 hari.
Plasma segar yang dibekukan adalah sumber faktor-faktor pembekuan V,
VII, IX, X danfibrinogen yang paling baik. Pemberian plasma segar tidak
diperlukan adanya kesesuaiandonor, tetapi antibodi dalam plasma dapat bereaksi
dengan sel-sel penerima. Bila ditemukankoagulopati, dan belum terdapat
pemeriksaan laboratorium, plasma segar yang dibekukanharus dipakai secara
empiris.
Kriopresipitat, suatu sumber faktor-faktor pembekuan VIII, XII dan
fibrinogen, dipakaidalam penanganan hemofilia A, hipofibrinogenemia dan
penyakit von Willebrand. Kuantitasfaktor-faktor ini tidak dapat diprediksi untuk
terjadinya suatu pembekuan, serta bervariasimenurut keadaan klinis.

10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN PEMBEKUAN DARAH MASA KEHAMILAN

3.1 Pengkajian
1. Biodata ( identitas pasien dan penanggung jawab )
2. Data Subyektif (DS)
a. Keluhan Utama
b. Riwayat kesehatan yang lalu
c. Riwayat penyakit keluarga
d. Nutrisi
e. Eliminasi : BAK BAB
f. Istirahat/tidur
g. Aktifitas
h. Personal hygiene
i. Psikososial dan spiritual
1. Psikologis
2. Sosial
3. Budaya
4. Spiritual
3. Data Obyektif (DO)
1. Pemeriksaan Umum
a. KU (Keadaan Umum)
b. Kesadaran
c. TTV
d. Nadi : Lemah dan cepat
e. Suhu : Turun
f. RR : Meningkat

11
4. Pemeriksaan Khusus
I. Inspeksi
a. Muka : pucat, terlihat cemas dan lemah.
b. Mata : konjungtiva pucat
c. Mulut : pucat, ada perdarahan pada gusi
d. Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
e. Ketiak : tidak ada luka, tidak ada benjolan
f. Dada : simetris, tidak ada benjolan, pergerakan nafas
simetris.
g. Payudara :simetris, hypervaskularisasi, hyperpegmentasi
aerola mammae.
h. Perut : tidak ada luka bekas operasi
i. Genetalia : tidak ada tanda-tanda infeksi
j. Ekstremitas : ekstremitas atas ( simetris, tonus bagus, turgor
bagus ), ekstremitas bawah ( simetris, tonus bagus, turgor
bagus )
II. Palpasi
a. Payudara : simetris
b. Perut : perut lembek, nyeri tekan abdomen bawah
c. Ekstremitas : oedema (-)
III. Auskultasi
a. Dada : wheezing (-), ronchi (-)
b. Perut : bising usus (+)
IV. Perkusi
Reflek patella : +/+

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : HB 7%
b. Trombosit : 100.000/mm3

12
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif ditandai dengan penurunan tekanan darah, peningkatan suhu
tubuh, penurunan pengisian vena, turgor kulit kering
2. Nyeri akut berhubugan dengan angen cidera biologi ditandai dengan
ekspresi wajah nyeri
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan
gangguan musculoskeletal

3.3 Intervensi Keperawatan


Dx : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif ditandai dengan penurunan tekanan darah,
peningkatan suhu tubuh, penurunan pengisian vena, turgor kulit
kering.

NOC : Fluid balance


Kriteria hasil :
1. Tekanan darah, nadi ,suhu tubuh dalam batas normal
2. Tidak ada tanda tanda dehidrasi
3. Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan

NIC : Fluid Management


1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Monitor vital sign
3. Monitor status nutrisi
4. Dorong masukan oral
5. Kolaborasikan pemberian cairan IV

13
Dx :Nyeri akut berhubugan dengan angn cidera biologi ditandai
dengan ekspresi wajah meringis

NOC: Pain control


Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NIC : Pain Management


a. Lakuan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor yang memperberat
timbulnya nyeri.
b. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan.
c. Berikan pengetahuan mengenai timbulnya rasa nyeri
d. Gunakan teknik komunikasi terapeutik dalam mengkaji tingkat nyeri
pasien.
e. Berikan kompres hangat pada lokasi nyeri.
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik.

14
Dx: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan gangguan musculoskeletal.

NOC : Self care : ADLs


Kriteria Hasil :
1. Klien meningkat dalam akivitas fisik
2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

NIC : Exercise Therapy : Ambulation


a. Kolaborasi dengan (ahli) terapis fisik, okupasi, dan terapis rekreasional
dalam perencanaan dan pemantauan program aktivitas, jika memang
diperlukan
b. Bantu klien untuk tetap focus pada kekuatan yang dimiliki
dibandingkan dengan kelemahannya
c. Bantu dengan aktivitas fisik secara teratur (misalnya: ambulansi,
berpindah, berputar dan kebersihan diri) sesuai kebutuhan
d. Ciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan
otot secara berkala sesuai dengan indikasi
e. Berikan kesempatan pada keluarga untuk terlibat dalam aktivitas,
dengan cara yang tepat

2.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam
tahap ini perawat melakukan tindakan yang telah direncakan dan telah ditulis
dalam rencana tindakakn (intervensi) perawat juga harus mengetahui berbagai hal
seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan
dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami
tingkat perkembangan pasien.

15
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2008).

3.5 Evaluasi
1. S :
pasien mengatakan :
- Darah yang keluar sudah tidak sebanyak yang tadi
- Perutnya terasa mulas
- Pasien sudah bisa buang air kecil walau masih sedikit
2. O :
Jumlah darah kurang lebih 300 cc, perut teraba keras, tidak ada tanda-
tanda infeksi maupun syok, vesika urinaria kosong, klien tidak
terpasang kateter, klien sudah bisa BAK secara spontan walau masih
sedikit-sedikit, pasien terpasang infuse 20 tpm.
TTV : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80x/mnt, RR : 20x/mnt, Suhu : 37ºC
3. A :
Masalah teratasi sebagian
4. P :
Intervensi dilanjutkan : observasi KU, TTV, Vesika Urinaria, Jumlah
Darah, Warna, Bau, Konsistensi.

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hemofilia adalah gangguan perdarahan herediter dapat timbul pada defisiensi
atau gangguan fungsional factor pembekuan plasma yang manapun, kecuali faktor
XII, prekalikrein, dan kini nogen berat molekul tinggi (HMWK) (Price & Wilson,
1994).
Etiologinya pada periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan
platelet biasanya tidak menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini bergantung
pada kontraksi uterus untuk mencegah perdarahan. Deposit fibrin pada tempat
perlekatan plasenta dan penjendalan darah memiliki peran penting beberapa jam
hingga beberapa hari setelah persalinan.
Kelainan koagulasi generalisata ini dianggap sebagai akibat dari lepasnya
substansi – substansi serupa tromboplastin yang berasal dari produk konsepsi ke
dalam sirkulasi darah ibu atau akibat aktivasi factor XII oleh endotoksin.
Tanda dan gejala
3 Perdarahan berlangsung terus
4 Merembes dari tempat tusukan(Chapman, 2006)

Manifestasi dari hemophilia diantaranya adalah perdarahan hebat setelah


suatu trauma ringan, hematom pada jaringan lunak, hematrosis (perdarahan
sendi) dan kontraktur sendi, hematuria, perdarahan serebral, terjadinya
perdarahan dapat menyebabkan takhikardia, takipnea dan hipotensi.
Komplikasi dari hemophilia menurut Cecily L. Betz adalah artropati
progresif, kontraktur otot, paralisis, perdarahan intrakranial, HT (Hipertensi),
dan kerusakan ginjal.
Pemeriksaan diagnostik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis atau
mengetahui mengenai hemophilia adalah uji skrining untuk koagulasi darah,
biopsy hati dan uji fungsi hati.

17
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien dengan hemophilia adalah
terapi supportif, penggantian factor pembekuan, terapi gen, transplantasi hati,
pemberian vitamin K; menghindari aspirin, asam salisilat, AINS, heparin,
pemberian rekombinan factor VIII dan pada pembedahan (dengan dosis
kg/BB)

4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini, dengan demikian
penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang
membutuhkannya

18
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C. L., &Sowden, L. A. (2009). In Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.


Jakarta: EGC.

Engram, B. (1998). Hemofilia. In Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah


Volume 2 (p. 413). Jakarta: EGC.

Handayani, W., &Haribowo, A. S. (2008). In Asuhan Keperawatan Pada Klien


Dengan Gangguan Sistem Hematologi (p. 119). Jakarta: Salemba Medika.

Ngastiyah. (2005). In Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (1994). Pembekuan. In Patofisiologi Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit Edisi 4 (pp. 272-273). Jakarta: EGC.

Wong, D. L. (2003). Anak Dengan Hemofilia. In Pedoman Klinis Keperawatan


Pediatrik (p. 544). Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma , Hardhi (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda NIC NOC. Jogjakarta: MediAction

19

Anda mungkin juga menyukai