Anda di halaman 1dari 28

Mata Kuliah : Keperawatan Anak Sakit Kronis Dan Terminal

Dosen Pegampu : Nurafriani, S.Kep., Ns., M.Kes

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIRCHSPRUNG

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


KELAS A2

LINA BINTI MATIUS (NH0121054)


IRENE NENCY TONDOK (NH0121048)
NUR HAMDANA RESKY (NH0121072)
NUR FAUZIYYAH FAJRI (NH0121071)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga askep
ini dapat tersusun hingga selesai. Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan ilmu bagi para pembaca tentang “askep hirsprung pada anak” dalam mata
kuliah keperawatan Anak Sakit Kronis Dan Terminal.

Penulis juga berharap masukan dari para pembaca agar kami dapat memperbaiki askep
ini menjadi lebih baik lagi. Karena, kami menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan
askep ini. Karena itu, kami sangat mengharapakan kritikan dan saran dari para pembaca untuk
melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari askep ini. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama proses penyusunan askep ini.

Makassar, 06 Oktober 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
A. Konsep Medis.......................................................................................................... 3
1. Definisi Hisprung ............................................................................................. 3
2. Etiologi ............................................................................................................. 4
3. Klasifikasi.......................................................................................................... 4
4. Manifestasi Klinis ............................................................................................. 5
5. Patofisiologi....................................................................................................... 5
6. Komplikasi......................................................................................................... 6
7. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................... 7
8. Penatalaksanaan................................................................................................. 8
B. Konsep Keperawatan............................................................................................... 8
1. Pengkajian......................................................................................................... 8
2. Diagnosa............................................................................................................ 9
3. Intervensi .......................................................................................................... 10
4. Implementasi..................................................................................................... 12
5. Evaluasi............................................................................................................. 12
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi merupakan makhluk yang sangat peka dan halus, bayi akan memiliki
pertumbuhan dan perkembangan dengan sehat bergantung pada proses kelahiran,
perawatan dan pola makan yang diberikan pada bayi. Bayi baru lahir normal merupakan
bayi yang lahir dengan usia kehamilan 37 minggu hingga 42 minggu dengan berat lahir
2.500 gram hingga 4.000 gram, bayi yang cukup bulan, langsung menangis, tidak cacat
bawaan kemudian ditandai dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan yang cepat.
Penyakit Hirschprung atau megacolon kongenital adalah penyakit yang ditandai
dengan tidak adanya sel ganglion pada plexus myentericus (Aurbach) dan plexus
submucos (Meissner) dari usus sehingga menjadi penyebab obstruksi terbanyak pada
neonates sel ganglion berfungsi untuk mengontrol kontraksi dan relaksasi dari otot polos
dalam usus distal, tanpa adanya sel-sel ganglion (aganglionosis) otot-otot dibagian usus
besar tidak dapat melakukan gera peristaltik (gerak mendorong keluar feses.
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan
gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal
dengan panjangyang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung
adalah penyebabobstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan
tetapi yang palingsering pada neonatus.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana
tidakterdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan
abnormaltersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus
secaraspontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah
keluarnya fesessecara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke
bagian segmen yang tidakadalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian
tersebut sehingga dapatmenyebabkan dilatasi usus proksimal.
Hirschsprung's Disease cenderung dipengaruhi oleh riwayat atau latar belakang
keluarga dari ibu dengan angka kajadian penyakit sekitar 1 diantara 4.400 hingga 7.000
kelahiran hidup, dengan mayoritas penderita adalah laki-laki dibandingkan wanita.

1
Penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan mengeluarkan
mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan konstipasi
faktor penyebab penyakit Hirschsprung diduga dapat terjadi karena faktor genetik dan
faktor lingkungan.
Oleh karena itu, penyakit Hirschsprung sudah dapat dideteksi melalui
pemeriksaan yang dilakukan seperti pemeriksaan radiologi, barium, enema, rectal biopsi,
rectum, manometri anorektal dan melalui penatalaksanaan dan teraupetik yaitu dengan
pembedahan dan colostomi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan hisprung ?
2. Apa saja etilogi dari hisprung ?
3. Apa saja klasifikasi dari hisprung ?
4. Apa saja manifestasi klinis hisprung ?
5. Bagaimana patofisiologi dari hisprung ?
6. Apa saja komplikasi dari hisprung ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang hisprung ?
8. Bagaimana penatalaksanaan hisprung ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi hisprung
2. Untuk mengetahui etilogi dari hisprung
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari hisprung
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis hisprung
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari hisprung
6. Untuk mengetahui komplikasi dari hisprung
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang hisprung
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan hisprung

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Medis
1. Definisi Hisprung
Hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion
dalam rectum atau bagian rectosigmoid colon dan ketidakadaan ini menimbulkan
abnormal atau tidak adanya evakuasi usus spontan.
Penyakit Hirschsprung adalah suatu kelainan bawaan berupa tidak adanya
ganglion pada usus besar, mulai dari sfingter ani interna ke arah proksimal termasuk
rektum dengan gejala klinis berupa gangguan pasase usus
Penyakit Hirshcprung merupakan kelainan yang ditandai dengan tidak terdapat
ganglion saraf pada sebagian segemen usus. Penyakit ini sering disebut penyakit
megacolon.
Hirschsprung’s Disease akan tampak seperti kondisi spektrum yang menghasilkan
obstruksi usus fungsional dan memiliki aganglionosis plexus intermienterik dalam suatu
segmen usus sebagai kondisi umum. Meskipun lebih dari 75% yang terlibat hanya rectum
dan kolon sigmoid, namun panjang segmen aganglionik dan segmen panjang dari
hirschsprung (L-HCR) juga terlibat. Segmen panjang atau long segment Hirschsprung (L-
HCR) diklasifikasikan menjadi colonic aganglionosis, total colonic aganglionosis (TCA)
dan hirschsprung jangka panjang (Zuelzer’s Syndrome). Total colonic aganglionosis
(TCA) merupakan bentuk dari Hirschsprung yang jarang terjadi. TCA merupakan
aganglionosis yang memanjang dari anus setidaknya ke katup ileocecal dengan panjang
tidak melebihi 50cm proksimal ke katup ileoceca.
Hirsprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis usus yang
dimulai dari sfingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang bervariasi dan
termasuk anus sampai rektum. Juga dikatakan sebagai kelainan kongenital dimana tidak
terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbact di kolon.

3
2. Etilogi
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan
dinding usus, mulai dari spingter ani internus kearah proksimal, 70 % terbatas didaerah
rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh
usus dan pilorus.
Adapun yang menjadi penyebab hirschsprung atau mega kolon kongenital adalah
diduga karena terjadi faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan
Down syndrome, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan submukosa pada dinding plexus.
Dalam keadaan normal bahan makanan yang dicerna bisa berjalan disepanjang
usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi ritmis ini
disebut gerakan peristaltiik). Kontraksi dirangsang oleh sekumpulan saraf yang disebut
ganglion yang terletak dibawah lapisan otot.

3. Klasifikasi Hirsprung
Penyakit hirsprung dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori:
a. Penyakit hirschprung segmen pendek / short-segment HSCR (80%) segmen
aganglionosis dari anus sampai sigmoid. Merupakan 80% dari kasus penyakit
hirschprung dan sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan.
b. Penyakit hirschprung segmen panjang / long-segment HSCR (15%) daerah
aganglionosis dapat melebihi sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon dan
sampai usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan.
c. Total colonic aganglionosis (5%) bila segmen mengenai seluruh kolon.

4. Manifestasi Klinis
Bayi mulai mengalami gejala selama 24-48 jam pertama kehidupan, gejala
tersebut meliputi :
a. Keterlambatan pengeluaran buang air besar (BAB) dalam 48 jam pertama
kehidupan
b. Pembesaran perut secara bertahap

4
c. Bayi mengalami muntah berwarna hijau
d. Feses berukuran kecil dengan konsistensi berair
e. Kemungkinan muncul tanda demam dan sepsis atau dalam kondisi infeksi yang
luar biasa
f. Konstipasi atau sembelit yang meningkat setiap waktu
Berdasarkan usia penderitaan tanda dan gejala penyakit Hirschsprung dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Periode Neonatal
Trias gejala klinis yang sering ditemukan pada penyakit hirschsprung yaitu,
pengeluaran mekonium yang terlambat, muntah hijau, dan distensi abdomen.
Muntah hijau dan distensi abdomen biasanya dapat dikeluarkan segera.
Pengeluaran mekonium yang terlambat lebih dari 24 jam merupakan tanda klinis
yang signifikan pada HSCR. Namun, pengeluaran normal mekonium dalam 24
jam pertama kehidupan didapatkan pada sebagian besar kasus TCA, yang mana
tidak menunjukkan gejala klasik seperti seharusnya sesuai dengan jenis HSCR
lainnya.
b. Periode Anak-anak
Pada anak yang lebih besar, gejala klinis yang menonjol adalah konstipasi kronis
dan gizi buruk (failure to thrive). Dapat pula terlihat gerakan peristaltik usus di
dinding abdomen, jika dilakukan pemeriksaan colok dubur, maka feses biasanya
keluar menyemprot, konsistensi semi-liquid dan berbau busuk, penderita biasanya
buang air besar tidak teratur, sekali dalam beberapa hari dan biasanya sulit untuk
defekasi. Terdapat tanda-tanda edema, bercak-bercak kemerahan khususnya di
sekitar umbilicus, punggung dan di sekitar genitalia ditemukan bila telah terdapat
komplikasi peritonitis. Infeksi serius dengan diare, demam dan muntah dan
kadang-kadang dilatasi kolon yang berbahaya

5. Patofisiologi
Tidak adanya ganglion meliputi pleksus auerbach yang terletak pada lapisan otot
dan pleksus meissner pada submukosa, mengakibatkan hipertrofi pada serabut saraf dan
terjadinya kenaikan kadar asetilkolinesterase. Enzim ini merupakan produksi serabut

5
saraf secara spontan dari saraf parasimpatik ganglia otonom dalam mencegah akumulasi
neurotransmiter asetilkolin pada neuromuskular junction. Ganguan inervasi parasimpatis
ini akan menyebabkan incoordinate peristalsis, sehingga mengganggu propulsi isi usus.
Obstruksi yang terjadi secara kronik akan menyebabkan distensi abdomen yang dapat
beresiko terjadinya enterocolitis.
Penyebab terjadinya Hirschsprung's Disease sebenarnya dimulai saat masa
kehamilan dimana sel-sel krista neuralis berasal dari bagian dorsal neural tube yang
kemudian akan melakukan migrasi keseluruh tubuh embrio untuk membentuk berbagai
macam salah satunya membentuk sistem saraf perifer. Sel-sel yang sudah terbentuk
menjadi sistem saraf intestinal berasal dari bagian vagal krista neuralis yang kemudian
melakukan migrasi ke saluran pencernaan kemudian sebagian sel ini akan membentuk sel
saraf dan sel glial pada kolon. Saat proses migrasi disepanjang usus, sel-sel krista neuralis
ini akan melakukan pelforasi untuk mencukupi kebutuhan sel diseluruh saluran
pencernaan (gastro). Kemudian sel tersebut akan berkelompok membentuk agregasi
badan sel, dan kelompok ini disebut ganglia yang tersusun atas sel-sel ganglion dan
terhubung dengan tubuh sel saraf serta sel glial. Lalu ganglia akan membentuk dua
lingkaran cincin pada stratum sirkularis otot polos di dinding usus, bagian dalam disebut
plexsus submucosa Meissnerr dan bagian luar disebut plexsus Mienterikus
Penyakit Hirschsprung atau megakolon konginetal adalah tidak adanya sel-sel
ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid kolon. Ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristalsis serta tidak adanya evakuasi usus spontan.
Selain itu, sfingter rectum tidak dapat berelaksasi, mencegah keluarnya feses secara
normal. Isi usus terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut,
menyebabkan dilatasinya bagian usus yang proximal terhadap daerah itu. Penyakit
Hirschsprung diduga terjadi karena factor-faktor genetic dan factor lingkungan, nmaun
etiologi sebenarnya tidak diketahui. Penyakit hirschsprung dapat muncul pada sembarang
usia, walaupun paling sering terjadi pada neonatus.

6
6. Komplikasi
Enterokolitis merupakan ancaman komplikasi yang serius bagi penderita
hisrchsprung yang dapat menyerang pada usia kapan saja, namun paling tinggi saat usia
2-4 minggu, meskipun sudah dapat dijumpai pada usia 1 minggu. Gejalanya berupa diare,
distensi abdomen, feses berbau busuk, dan disertai dengan demam. Swenson mencatat
hampir 1/3 kasus hirschsprung datang dengan manifestasi klinis enterocolitis, bahkan
dapat pula terjadi meski telah dilakukan kolostomi
Secara garis besar komplikasi yang timbul akibat tindakan bedah yang dilakukan
dapat digolongkan atas : kebocoran anastomose, stenosis, enterokolitis dan gangguan
fungsi sfingter.

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penyakit hirsprung meliputi :
a. Pemeriksaan foto polos abdomen (BOF) dan khususnya pemeriksaan enema
barium merupakan pemeriksaan diagnostic terpenting dalam mendeteksi
perbedaan antara hirschsprung’s disease (HCR) dengan total colonic
aganglionosis (TCA).
b. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap dan
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
c. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah
narkos
d. Pemeriksaan Laboratorium seperti pemeriksaan darah rutin

8. Penatalaksanaan
Penataklaksanaan hisprung sebagai berikut :
a. Pembedahan
Pembedahan pada penyakit hirscprung dilakukan dalam dua tahap. Mula-mula
dilakukan kolostomi loop atau double–barrel sehingga tonus dan ukuran usus
yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3
sampai 4 bulan). Bila umur bayi itu antara 6-12 bulan (atau bila beratnya antara 9
dan 10 Kg), satu dari tiga prosedur berikut dilakukan dengan cara memotong usus

7
aganglionik dan menganastomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan
jarak 1 cm dari anus. Prosedur Duhamel umumnya dilakukan terhadap bayi yang
berusia kurang dari 1 tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon nromal ke
arah bawah dan menganastomosiskannya di belakang anus aganglionik,
menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian
posterior kolon normal yang ditarik tersebut. Pada prosedur Swenson, bagian
kolon yang aganglionik itu dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis end-to-end
pada kolon bergangliondengan saluran anal yang dilatasi. Sfinterotomi dilakukan
pada bagian posterior. Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar
dan merupakan prosedur yang paling banyak dilakukanuntuk mengobati penyakit
hirsrcprung. Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang
bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara
kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.
b. Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui
pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan
udara.

B. Konsep keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan
kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan
bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering
ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Sedangkan
kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan
sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan
b. Keluhan Utama
Konstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang sering
ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir),
perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah dan diare

8
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total saat
lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi
sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa
konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus
akut.Namun ada juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi
abdomen, dan demam.Diare berbau busuk dapat terjadi
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang pernah diderita klien selain penyakit Hirschsprung
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinis. Pada keadaan
umum terlihat lemah atau gelisah.Tanda-tanda vital didapatkan hipertermi dan
takikardi dimana menandakan terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya
perforasi.Tanda dehidrasi dan demam bisa didapatkan pada kondisi syok atau
sepsis. Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipatan paha dan rectum
akan didapatkan
Inspeksi : Tanda khas didapatkan adanya distensi abnormal. Pemeriksaan rectum
dan feses akan didapatkan adanya perubahan feses seperti pita dan berbau busuk.
Auskultasi : pada fase awal didapatkan penurunan bising usus, dan berlanjut
dengan hilangnya bisng usus.
Perkusi : Timpani akibat abdominal mengalami kembung.
Palpasi : Teraba dilatasi kolon abdominal

2. Diagnosa
a. Resiko defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019)
b. Konstipasi b/d hirschsprung (D.0049)
c. Ikterik neonatus b/d proses infeksi (patologis) (D.0024)

9
3. Intervensi

No Diagnosa Standar Luaran Intervensi Keperawatan


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
1. Resiko defisit Setelah diberikan asuhan Manajemen nutrisi
nutrisi b/d keperawatan 3x24 jam
Observasi
ketidakmampuan diharapkan nutrisi pasien
mencerna adekuat dalam memenuhi 1. Identifikasi status nutrisi

makanan kebutuhan metabolisme. 2. Identifikasi perlunya penggunaan

Ditandai dengan kriteria selang nasgastrik


(D.0019)
hasil: 3. Monitor berat badan
4. Monitor hasil pemeriksaan
1. Berat badan
labotarium
membaik
2. Bising usus Terapeutik

membaik 1. Hentikan pemberian makanan


3. Membran mukosa melalui selang nasogatrik jika
membaik asupan oral dapat ditoleransi

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli gizi


untuk menentukan jumlah
nutrien yang dibutuhkan

2. Konstipasi b/d Setelah dilakukan Manajemen konstipasi


hirschsprung tindakan keperawatan
Observasi
(D.0049) selama 3x24 jam maka
diharapkan eliminasi fekal 1. Periksa tanda dan gejala

membaik dengan konstipasi


2. Periksa pergerakan usus,
kriteria hasil :
karakteristik fese (konsistensi:
1. Distensi abdomen bentuk, volume, dan warna)
menurun 3. Monitor tanda dan gejala

10
2. Keluhan defekasi ruptur usus
lama dan sulit
Edukasi
menurun
1. Anjurkan peningkatan asupan
cairan

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan tim medis


tentang
2. peningkata/penurunan suara
usus
3. Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu

3. Ikterik neonatus Setelah dilakukan Fototerapi neonatus


b/d proses infeksi tindakan keperawatan
Observasi
(patologis) selama 3x24 jam maka
diharapkan integritas kulit 1. Monitor ikterik pada sklera dan
(D.0024)
dan jaringan membaik kulit bayi

dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi kebutuhan cairan


sesuai dengan usia gestasi dan
1. Elastisitas
berat badan
meningkat
3. Monitor suhu dan tanda vital
2. Kerusakan
setiap 4 jam sekali
jaringan menurun
4. Monitor efek samping
3. Suhu kulit
fototerapi (mis hipertermi
membaik
diare, rush pada kulit,
penurunan bb lebih dari 8-
10%)

Edukasi

1. Anjurkan ibu menyusui sekitar


20-30 menit

11
2. Anjurkan ibu menyusui
sesering mungkin

Kolaborasi

1. Kolab pemeriksaan dara vena


bilirubin direk dan indirek

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan,
pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan klien.
5. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai
dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Untuk
menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atau muncul masalah
baru adalah dengan cara membandingkan antara SOAP. SOAP, yakni subjektif (data
berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan
data dengan teori), dan perencanaan.

12
C. Asuhan Keperawatan Anak Hisprung

1. Pengkajian
Ruangan : NICU
Diagnosa medis : Hisprung
No register : 66.50.20
Tgl/jam MRS : 20 September 2023
Tgl/jam pengkajian : 28 September 2023
Anamnesa diperoleh dari : Kondisi Pasien dan rekam medis pasien
I. Identitas Anak
Nama :By. A
Umur/ tgl lahir :13 Hari/ 13 September 2023
Jenis kelamin :Perempuan
Agama :Islam
Golongan darah : O+
Alamat : Bangkalan
II. Identitas Penanggungjawab
Nama ibu : Ny. A
Umur : 34 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bangkalan
Status : Menikah
III. Keluhan Utama
Kondisi By.D pucat, lemah, muntah (+), retraksi dada (-), oedem (-), ikterus (+), nadi
142x/menit, suhu 37°C, SpO2 98%, Rr 42x/menit.
IV. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. A mengatakan pada tanggal 13 September 2023 ia melahirkan By. A secara cesar
di RSUD Bangkalan pada usia kehamilan 37-38 minggu dengan air ketuban jernih,.
Keadaan umum bayi BB 2500 gr dan AS 8-9 suhu badan 38.6°C, suhu incubator

13
31.0°C, Denyut jantung 114x/menit spontan, pernafasan reguler, RR 42x/menit
spontan, SPO2 98%, Anus (+), BAK (+) , BAB (-), Anus (+), By. A tidak bisa BAB
hari sejak lahir, Ny.A tidak pernah mendengar By.A kentut, distensi abdomen (+),
terpasang Inf. Dextrose 10%-0.18Ns 100cc/24jam, NaCl 3% 28cc/24jam, KCL
7.46% 2cc/24jam, CA,Gluconas 10% 5cc/24jam, Aminosferil 6% 80cc/24jam.
Karena keadaan bayi seperti ini orangtua By.A meminta rujukan untuk ke IGD
RSPAL Dr. Ramelan Makassar pada tanggal 20 September 2023 pada pukul 10.00
Saat sudah tiba di IGD Rumkital Dr. Ramelan Makassar pasien diperiksa oleh dokter
dan dilakukan pengambilan darah untuk cek laboraturium DL pada pukul 15.00 Wita,
pasien terpasang infus D5 1/5 NS 260 cc / 24 jam dan diberikan suntikan injeksi
Ampi Sb 1 x 125 mg.kemudian pasien dianjurkan untuk MRS di ruang NICU pada
pukul 17.00 Wita. Kemudian pada tanggal 22 September dilakukan tindakan
pembedahan laparotomi untuk pemasangan colostomi di ruang OK IGD RSAL Dr.
Ramelan Makassar. Pada tanggal 28 September pukul 10.00 pasien sudah berada di
ruang NICU pasien sudah terpasang colostomi dengan konsitensi kuning cair
lembek, dan dilakukan Tindakan observasi vital sign dan hasilnya suhu badan 37,7
°C, suhu incubator 31.0°C, Denyut jantung 114x/menit spontan, pernafasan reguler,
RR 42x/menit spontan, SPO2 98%,
V. Riwayat Kehamilan Dan Persalinan
a. Prenatal Care:
Riwayat kehamilan dan persalinan ibu mengatakan bahwa dalam memeriksakan
kandungannya rutin ke bidan, Ny.A dengan G1P0A0. Ny. A mengatakan
kehamilan pertama ini lahir secara caesar. Ny.A mengatakan saat hamil tidak ada
keluhan
b. Natal Care:
Pada kehamilan ketiga ini Ny.R melahirkan bayi berjenis kelamin perempuan
pada usia 37-38 minggu secara spontan RSUD Bangkalan dengan berat 2500gr
dan panjang 40 cm, air ketuban jernih, apgar score 8-9
c. Post Natal Care:
Bayi menangis kuat dengan RR 42x/menit spontan, suhu tubuh 37oC dan
terpasang inf D10 1/5 NS

14
VI. Riwayat Masa Lampau
a. Penyakit-Penyakit Waktu Kecil
Bayi usia 13 hari, dan sejak lahir belum BAB sama sekali
b. Pernah Dirawat Di Rumah Sakit
c. Penggunaan Obat-Obatan
Inf. Dextrose 10%-0.18Ns 100cc/24jam, NaCl 3% 28cc/24jam, KCL 7.46%
2cc/24jam, CA,Gluconas 10% 5cc/24jam, Aminosferil 6% 80cc/24jam, inj.
meronem 2x50mg, inj. Amikacin 1x37mg, inj, inj. Vit. K 1mg.
d. Tindakan (Operasi Atau Tindakan Lain)
Tindakan operasi laparotomi untuk pemasangan colostomi pada tanggal 22
September 2023
e. Alergi
VII. Genogram

Keterangan
: Laki-laki

: Perempuan

c : klien

: Meninggal

15
: Garis Serumah
VIII. Kebutuhan Nutrisi
a. Pola Nutrisi
ASI 8x30cc/24jam melalui oral dengan reflek hisap kuat , Inf. Dextrose 10%-
0.18Ns 100cc/24jam, NaCl 3% 28cc/24jam, KCL 7.46% 2cc/24jam, Aminosferil
6% 80cc/24jam.
b. Pola Tidur
Bayi sering tidur dan akan menangis apabila merasa tidak nyaman saja dan haus
c. Pola Aktivitas/Bermain
Bayi kurang aktif gerak
d. Pola Eliminasi
BAK (+): berat bersih pampers 10cc, warna urin kuning jernih, bau khas BAB (-)
: By.A dapat BAB melalui colostomi dan anus dengan konsistensi lembek dan
berwarna kuning
IX. Penampilan Umum
a. Keadaan Umum
By.A tampak lemah, pucat, ikterus (+), distensi abdomen (+), reflek hisap kuat,
bayi tidur aktif, dengan CRT <2 detik
b. Tanda-tanda Vital
Suhu/nadi : 37 °C dengan bantuan suhu incubator 31.0 °C / 142x per menit
RR : 42x/menit spontan.
TB/BB : BBL 2500gr, BB sekarang 2,300 gr
Lingkar lengan atas : 12cm
X. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Kepala Dan Rambut
Kepala bulat, ubun-ubun cekung, rambut bersih, hitam, ikal
b. Mata
Sklera tampak iktherik
c. Hidung
Bentuk hidung normal, tidak terdapat secret dan polip, tidak terdapat perdarahan
hidung atau epitaksis, tidak dispneu, tidak terpasang alat bantu pernapasan

16
d. Telinga
Telinga tampak bersih, tidak terdapat serumen, tidak terdapat perdarahan pada
telinga
e. Mulut Dan Tenggorokan
Mukosa bibir kering, mukosa faring merah muda, lidah terdapat warna putih, dan
tidak terdapat perdarahan gusi, tidak terdapat perbesaran tyroid, adanya reflek
muntah
f. Tengkuk Dan Leher
Tampak ikhterik
g. Pemeriksaan Thorax/Dada
Bentuk dada simetris, paru saat inspirasi dan ekspirasi simetris antara kanan dan
kiri, tidak terdapat retraksi nafas, tidak terdapat otot bantu napas Paru vokal
fremitus teraba kuat semua lapang paru, bunyi paru sonor Jantung pulsasi ictus
cordis teraba di ICS V mid clavicula line sinistra, bunyi jantung pekak, S1 S2
tunggal
h. Pemeriksaan Abdomen
Distensi abdomen, tampak venaektasi, tampak kontur usus, tidak tamapak
peristaltik usus.
i. Pemeriksaan Kelamin Dan Daerah Sekitarnya (Genetalia Dan Anus)
Tampak MUE/lubang kencing berada pada posisi yang normal, tampak vagina,
ada anus
j. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Pada pemeriksaan musculoskeletal ekstrimitas atas tidak terdapat oedem, gerak
tonus lemah, tangan menggenggam kuat, pada kaki kiri terpasang infus.
Ekstrimitas bawah tidak terdapat oedem, gerak tonus lemah, tidak ada tanda-
tanda phlebitis
k. Pemeriksaan Neurologi
Tidak kejang
l. Pemeriksaan Integumen
Warna kulit pucat, turgor kulit elastis, tidak terdapat sianosis dan tidak ada odem,
warna kuning di sekujur tubuh.

17
XI. Tingkat Perkembangan
Motorik halus
Refleks rooting saat sudut bibir bayi disentuh, bayi langsung menoleh dengan mulut
terbuka. Refleks menggenggam: Jari perawat digenggam kuat namun saat jari
perawat diletakkan di telapak tangan bayi. Refleks moro: Tangan dan kaki bayi
merentang dan menutup kembali saat mendengar suara yang keras. Menghisap :
Refleks menghisap bayi kuat, waktu menghisap lama
XII. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. Hematology Analysis Report

No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

1. WBC 20.38 4.00-10.00


10^3/uL

2. Neu 14.83 1.60-16.00


10^3/uL

3. RBC 10.7 10^6/uL 3.50-7.00

4. PLT 394 10^3/uL 150.0-450.0

2. Hasil Pemeriksaan KK

No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

1. Ca / Kalsium 11.4 mg/dL 8.8-10.3

2. Albumin 4.93 mg/dL 3.40-4.80

3. Bill 15.7 mg/dL -

4. PPT 17.5 detik 11.00-15.00

18
Analisis Data

No Data Etilogi Masalah Keperawatan

1. Ds : - Proses infeksi Ikterik Neonatus


(patologis) dan
Do :
gangguan transport
- Tampak kekuningan pada albumin
seluruh tubuh
- Bayi tampak ikterus
- Hasil lab :
Billirubin total : 15,7
mg/dl
Albumin : 4.93 mg/dl
WBC : 20.38 10^3/uL
PLT 394 10^3/uL

2. Ds : - intake nutrisi tidak Resiko Defisit Nutrisi


adekuat
Do :

- Keadaan umum bayi


lemah
- Terdapat distensi
abdomen
- Perut kembung
- Muntah
- Mukosa bibir kering
- Mukosa faring merah
muda
- Lidah terdapat warna

19
putih,
- BB menurun
BBLR : 2500gr BB skrg:
2,300gr
- Lila : 12 cm
- Albumin : 4:93 mg/dl
- Hgb : 13.4 g/dL

3. Ds : - Angalionik (penyakit Konstipasi


Hiscprung)
Do :

- Distensi abdomen
- BAB (-) (pengeluaran
feses lama)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019)
b. Ikterik neonatus b/d proses infeksi (patologis) (D.0024)
c. Konstipasi b/d hirschsprung (D.0049)

3. Intervensi

No Diagnosa Standar Luaran Intervensi Keperawatan


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
1. Resiko defisit nutrisi Setelah diberikan Manajemen nutrisi
b/d ketidakmampuan asuhan keperawatan
Observasi
mencerna makanan 3x24 jam diharapkan
nutrisi pasien adekuat 5. Identifikasi status nutrisi
(D.0019)
dalam memenuhi 6. Identifikasi perlunya

kebutuhan penggunaan selang

metabolisme. Ditandai nasgastrik

dengan kriteria hasil:

20
4. Berat badan 7. Monitor berat badan
membaik 8. Monitor hasil pemeriksaan
5. Bising usus labotarium
membaik
Terapeutik
6. Membran
mukosa 2. Hentikan pemberian

membaik makanan melalui selang


nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi

Kolaborasi

2. Kolaborasi dengan ahli


gizi untuk menentukan
jumlah nutrien yang
dibutuhkan

2. Konstipasi b/d Setelah dilakukan Manajemen konstipasi


hirschsprung (D.0049) tindakan keperawatan
Observasi
selama 3x24 jam maka
diharapkan eliminasi 4. Periksa tanda dan gejala

fekal membaik dengan konstipasi


5. Periksa pergerakan usus,
kriteria hasil :
karakteristik fese
3. Distensi (konsistensi: bentuk,
abdomen volume, dan warna)
menurun 6. Monitor tanda dan gejala
4. Keluhan ruptur usus
defekasi lama
Edukasi
dan sulit
menurun 2. Anjurkan peningkatan
asupan cairan

Kolaborasi

21
4. Kolaborasi dengan tim
medis tentang
5. peningkata/penurunan
suara usus
6. Kolaborasi penggunaan
obat pencahar, jika perlu

3. Ikterik neonatus b/d Setelah dilakukan Fototerapi neonatus


proses infeksi tindakan keperawatan
Observasi
(patologis) selama 3x24 jam maka
diharapkan integritas 5. Monitor ikterik pada
(D.0024)
kulit dan jaringan sklera dan kulit bayi

membaik dengan 6. Identifikasi kebutuhan

kriteria hasil : cairan sesuai dengan usia


gestasi dan berat badan
4. Elastisitas
7. Monitor suhu dan tanda
meningkat
vital setiap 4 jam sekali
5. Kerusakan
8. Monitor efek samping
jaringan
fototerapi (mis hipertermi
menurun
diare, rush pada kulit,
6. Suhu kulit
penurunan bb lebih dari
membaik
8-10%)

Edukasi

3. Anjurkan ibu menyusui


sekitar 20-30 menit
4. Anjurkan ibu menyusui
sesering mungkin

Kolaborasi

2. Kolab pemeriksaan dara


vena bilirubin direk dan

22
indirek

4. Implementasi

No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Hirschsprung (mega kolon kongenital) adalah suatu penyumbatan pada
usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari
usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya. Hirschsprung
terjadi karena adanya permasalahan pada persarafan usus besar paling bawah mulai dari
anus hingga usus diatasnya. Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang
menyebabkan gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah
proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum.Penyakit ini
disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di kolon.
Penyakit Hirschsprung atau megakolon konginetal adalah tidak adanya sel-sel
ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid kolon. Ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristalsis serta tidak adanya evakuasi usus spontan.
Selain itu, sfingter rectum tidak dapat berelaksasi, mencegah keluarnya feses secara
normal. Isi usus terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut,
menyebabkan dilatasinya bagian usus yang proximal terhadap daerah itu. Penyakit
Hirschsprung diduga terjadi karena factor-faktor genetic dan factor lingkungan, nmaun
etiologi sebenarnya tidak diketahui. Penyakit hirschsprung dapat muncul pada sembarang
usia, walaupun paling sering terjadi pada neonatus.

B. Saran
Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya pada hisrchprung untuk pencapaian kualitas keperawatan secara
optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan.
Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan
asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan hirschprung.

24
DAFTAR PUSTAKA

Alissa Rifa. (2018). Morbus Hishprung. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

William, S. M. (2019). Total Colonic Aganglionosis and Very-Long-Segment Hirschsprung’s


Disease. Springer Link National Children’s Research Centre, 283–294.
https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-030-15647-3_1

Wilkinson, J. M. (2017). Diagnosis Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Supratti & Ashriady. (2017). Pendokumentasian Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit
Umum Daerah Mamuju

SLKI. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI JAKARTA.

SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia - Definisi dan Indikator Diagnostik. In
1 (1st ed.). DPP PPNI JAKARTA.

25

Anda mungkin juga menyukai