Anda di halaman 1dari 28

MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN SISTER CALLISTA ROY

Oleh :
Kelompok 2

Mirdawati (14220200056)

Irda Febrianti (14220200015)

Maharani (14220200013)

Nur Fadilah (14220200016)

Adelia Hidayah S Puji (14220200014)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu,


kelompok situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang
spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan
yang berfokus lebih khusus pasa suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin
ilmu. Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli
keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma keperawatan.
Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk
menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang
perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam
memberikan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi
dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja dalam riset keperawatan.
Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan
ahli dalam bidang keperawatan, salah satunya adalah model adaptasi Roy. Roy
dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen esensial dalam adaptasi
keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Model
adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan
kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif karena
menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang
selalu beradaptsi.

1.2 Tujuan Penulisan


Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
a. Menjelaskan pengertian dan konsep dasar model keperawatan Callista Roy.
b. Mengetahui kelebihan dan kelemahan konsep dan teori model praktek Sister
Callista Roy.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Riwayat Calista Roy

Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet.
Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy
menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys
College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of
California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964
ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar
dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model
konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka
konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori
sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis
–psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen
mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai
tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk
oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan
residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan
pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep
tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya
berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia.
Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap
kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari
ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966),
Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang
menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek
keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan
diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount
Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-
mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model.
Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih
lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun
1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi.
Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy
dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan,
tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu
perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan
spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model
adaptasi keperawatan.
2.2 Sumber Teori
Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi
dari Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif
sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang
dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus
yaitu :
a. Focal stimuli : Individu segera menghadap
b. Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek
Dari focal stimuli.
c. Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.
Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang mana
menentukan stimulus akan mendatangkan respon hal yang positif maupun negatif.
Sesuai dengan teori Helson, adaptasi adalah proses yang berdampak positif
terhadap perubahan lingkungan.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan
pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif
Helson Roy mengembangkan dan memperluas model dengan konsep dan teori dari
Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi
kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran sendiri dan
Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat mempengaruhi
mode. Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan J.Van
Landingham dalam keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan
mode.
Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model sebagai
suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian.
Sejak itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk
mengklasifikasi, menyaring dan memperluas model. Penggunaan model praktek
juga memegang peranan penting untuk penyaringan model.
Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan
profesionalismenya. Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai
kemanusiaan. Pengalaman klinisnya membantu perkembangan kepercayaan dari
tubuh manusia dan spiritnya.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian

Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstak dan
dapat di organisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep
keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model
keperawatan. Teori itu sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk
sebuah pola nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa
atau kejadian yang du dasari oleh fakta-fakta yang telah di obserfasi tapi kurang
absolute atau bukti secara langsung.
Teori keperawatan menurut Barnum (1990) merupakan usaha-usaha untuk
menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Melalui teori
keperawatan dapat di bedakan apakah keperawatan termasuk disiplin ilmu atau
aktivitas lainnya.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari
struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk menerapkan
cara mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model
konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan,
mengingat dalam model keperawatan mengandung komponen dasar seperti adanya
keyakinan dan nilai yang di dasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin
di capai dalam memberikan pelayanan kepada kebutuhan semua pasien serta adanya
pengetahuan dan keterampilan alam hal ini dibutuhkan oleh perawat dalam
mengembangkan tujuannya.

3.2 Karakteristik Teori Keperawatan


Teori keperawatan selain digunakan untuk menyusun suatu model yang
berhubungan dengan konsep keperawatan, juga memiliki karakteristik diantaranya
a. Teori keperawatan mengidentifikasi dan menjabarkan konsep khusus yang
berhubungan dengan hal-hal nyata dalam keparawatan sehingga teori
keperawatan didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ada di alam
b. Teori keperawatan juga digunakan berdasarkan alasan-alasan yang sesuai
dengan kenyataan yang ada
c. Teori harus konsisten sebagai dasar-dasar dalam mengembangkan model
konsep keperawatan.
d. Dalam menunjang aplikasi, teori harus sederhana dan sifatnya umum sehingga
dapat digunakan pada kondisi apapun dalam praktek keperawatan
e. Teori dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian keperawatan sehingga
dapat digunakan dalam pedoman praktek keperawatan.

3.3 Faktor Pengaruh Teori Keperawatan

Dalam pengembangan teori keperawatan saat ini terdapat beberapa


pandangan yang dapat mempengaruhi teori keperawatan itu sendiri diantaranya
filosofi dari Florence nigtingale, kebudayaan, system pendidikan, serta
pengembangan ilmu keperawatan.
a. Filosofi Florence Nigtingale
Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori
keprawatan yang melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi
peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien serta
pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang yang sakit dikenal
dengan teori lingkungannya. Selain itu Florence juga membuat standar pada
pendidikan keparawatan serta standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang
efisien. Beliau juga membedekan praktek keperawatan dengan kedokteran dan
perbedaan perawatan pada orang yang sakit dengan yang sehat.
b. Kebudayaan
Kebudayaan juga mempunyai pengharuh dala perkembangan teori-teori
keperawatan diantaranya dengan adanya pandangan bahwa dalam memberikan
pelayanan keperawatan akan lebih baik dilkukan oleh wanita karena wanita
mempunyai jiwa yang sesuai dengan kebutuhan perawat, akan tetapi perubahan
identitas dalam proses telah berubah seiring dengan perkembangan
keperawatan sebagai profesi yang mandiri, demikian juga dahulu budaya
perawat dibawah pengawasan langsung dokter, dengan berjalannya dan
diakuinya keperawatan sebagai profesi mandiri, maka hak otonomi
keperawatan telah ada sehingga peran perawat dengan dokter bukan dibawah
pengawasan langsung akan tetapi sebagai mitra kerja yang sejajar dalam
menjalankan tugas sebagai tim kesehatan.

c. System Pendidikan
Pada system pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam
perkembangan teori keperawatan. Dahulu pendidikan keperawatan belum
mempunyai sistem dan kurikulum keperawatan yang jelas, akan tetapi
sekarang keperawatan telah memiliki sistim pendidikan keperawatan yang
terarah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit sehingga teori-teori keperawatan
juga berkembang dengan orientasi pada pelayanan keperawatan.

d. Pengembangan Ilmu Keperawatan


Pengembangan ilmu keperawatan di tandai dengan adanya
pengelompokan ilmu keperawatan dasar menjadi ilmu keperawatan klinik dan
ilmu keperawatan komunitas yang merupakan cabang ilmu keperawatan yang
terus berkembang dan tidak menutup kemungkinan pada tahun-tahun yang
akan datang akan slalu ada cabang ilmu keperawatan yang khusus ataw sub
spesialisasi yang diakui sebagai bagian ilmu keperawatan sehingga teori-teori
keperawatan dapat di kembangkan sesuai dengan kebutuhan atau lingkup
bidang ilmu keperawatan.

3.4 Tujuan Teori Keperawatan


Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu
keperawatan dan pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin
di capai diantaranya:
a. Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang
kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan, baik
bentuk tindakan atau bentuk model praktek keperawatan sehingga berbagai
permasalahan dapat teratasi.
b. Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam
keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan
keperawatan sehingga segala bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
c. Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk
memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan
kemudian dapat memberikan dasar dalam penyelesaian berbagai masalah
keperawatan
d. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan
filosofi keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan
keperawatan dapat terus bertambah dan berkembang.

3.5 Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy

Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih baik
jika mengetahui filosofi, falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan mengkaji
penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas serta keingintahuan tentang
gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan logis dan metode empiris.
Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995 ) : Roy
memiliki delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat
berdasarkan falsafah humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah
veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa
ingin tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling berbagi
dengan sesama dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau untuk
mencari solusi, bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki holism
intrinsik dan selalu berjuang untuk mempertahankan integritas agar senantiasa bisa
berhubungan dengan orang lain.
Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal
yang bersifat absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
a. tujuan eksistensi manusia
b. gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
c. aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
d. nilai dan arti kehidupan.
Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa
definisi dari konsep mayor Callista Roy,
1) sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling
berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya
input, control, proses, output dan umpan balik.
2) derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,
konsektual dan residual.
3) problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.
4) stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon
adaptif.
5) stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
6) stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi
terhadap perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.
7) regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
otomatik melalui neural, cemikal dan proses endokrin.
8) kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui
proses yang komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan
belajar.
9) model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran,
interdependensi dan konsep diri.
10) respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam
mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.
11) fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan
bagaimana proses adaptasi dilakukan.
12) konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
13) penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di
dalam hubungannya di lingkungan sosial.
14) interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai
support sistem.

3.5.1 Model Konseptual Callista Roy


Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau
skema yang menerangkan tentang serangkain ide global tentang keterlibatan
individu, kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan
pengembangannya. Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat 4 elemen
esensial yaitu keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.
Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut Roy :
a. Keperawatan
Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan
praktek. Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi,
mengklasifikasikan, dan menghubungkan proses yang berpengaruh terhadap
kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untuk
menyediakan pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan meningkatkan
adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi model adaptasi
keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu keperawatan
dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari
tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan keperawatan adalah
mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya, peningkatan adaptasi
dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran
dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada
dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan
energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk
merespon stimulus yang lain, kondisi seperti ini dapat meningkatkan
penyembuhan dan kesehatan.
b. Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang
adaptif manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang
memiliki input, control, output dan proses umpan balik. Lebih khusus manusia
didefinisikan sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator
untuk mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai sistem yang
adaptif mausia digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi manusia dilihat
sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit secara keseluruhan
atau beberapa unit untuk beberapa tujuan.
c. Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia
secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan
konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi adalah komponen
pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini manusia digambarkan sebagai
suatu sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia
dengan lingkungan ysng terdiri dari dua proses, proses yang pertama dimulai
dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal dan proses yang
kedua adalah mekanisme koping yang menghasilkan respon adaptif dan
inefektif.
d. Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam dan di
luar manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai suatu sistem
yang adaptif.

3.5.2 TEORI PENEGASAN


Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu
a. Fungsi atau proses control yang terdiri dari kognator dan regulator.
b. Efektor, mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu fisiologi, konsep diri, fungsi
peran dan Interpendensi. Regulator digambarkan sebagai aksi dalam
hubungannya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Berikut penjelasan dari empat
efektor yang telah disebutkan.
1. Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya.
Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus
dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua
bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan
dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian
yaitu :
a) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
b) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
c) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan
ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
d) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan
istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam
memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
(Cho,1984 dalam Roy, 1991).
e) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini
penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
(Sato, 1984 dalam Roy 1991).
f) The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri
penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984,
dalam Roy, 1991).
g) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy
1991).
h) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi
pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk
mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy,
1991).
i) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai
dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi
tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam
respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard
& Valentine dalam Roy,1991)
2. Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan
penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia.
Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara
lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut
Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1) The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.
Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan,
seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2) The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri,
moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya
kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
3. Mode fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang
dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran
primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat
memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .
4. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang
dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan
menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi
dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif
untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari
keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon
inefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau
meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau
maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-
respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai
suatu sisem.Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi
atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui
perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah
gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf,
kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran
respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk
didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan
dan emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari
bantuan.

3.6 Teori Calista Roy


Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy
(1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti
diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
a. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus
berinteraksi dengan lingkungan.
b. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-
perubahan biopsikososial.
c. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan
untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua
rangsangan baik positif maupun negatif.
d. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya,
jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai
kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
e. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari
kehidupan manusia.
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan
keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang
sebagai “Holistic adaptif system”dalam segala aspek yang merupakan satu
kesatuan.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai
kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap
bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, autput, kontrol dan umpan balik
( Roy, 1991 ), dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan
informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan
respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual
dan stimulus residual.
a) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,
efeknya segera, misalnya infeksi .
b) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul
secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus
fokal seperti anemia, isolasi sosial.
c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan
situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap,
sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi
proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang
ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.

2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping
yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator
yang merupakan subsistem.
a) Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-
proses dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal.
Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks
otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang
diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses
fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.
b) Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal.
Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan
balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan
dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi.
Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam
memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan
proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang
mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah
proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi
adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan
penilaian dan kasih sayang.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau
secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar .
Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan
output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif.
Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara
keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan
yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan
keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak
mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan
proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping
diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai
sistem pertahanan terhadap bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang
lain yang dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan
luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu
mekanisme kontrol yang disebut Regulator dan Kognator dan mekanisme
tersebut merupakan bagian sub sistem adaptasi.
Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan konsep
keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau
keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya:
a) Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu
berinteraksi dengan lingkungannya.
b) Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus
beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.
c) Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh roy,
diantaranya:
1) Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan
seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang
individu.
2) Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang,
dan baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat
mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara
subjektif.
3) Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri
tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses
penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.

System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:


1. Fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis
diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit,
indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
2. Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-
pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.
3. Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan
bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam
berhubungan dengan orang lain.
4. Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang
kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada
tingkat individu maupun kelompok.

Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar


mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan,
reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan meningkatkan
respon adaptasi.
Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai suatu system
adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu
seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri,
fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-
Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat
beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal. Seluruh individu
harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut :
1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
2. Pengembangan konsep diri positif
3. Penampilan peran sosial
4. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan

Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah


bagi klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut.
Kemudian asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien
beradaptasi. Menurut Roy terdapat empat objek utama dalam ilmu keperawatan,
yaitu :
1. Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu,
keluarga, kelompok, komunitas atau social. Masing-masing dilakukan oleh
perawat sebagai system adaptasi yang holistic dan terbuka. System terbuka
tersebut berdampak terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi,
kejadian, energi antara system dan lingkungan. Interaksi yang konstan antara
individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal. Dengan
perubahan tersebut individu harus mempertahankan intergritas dirinya, dimana
setiap individu secara kontunyu beradaptasi.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai
sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan
yang mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol
adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi.
Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan
aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat
cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependensi. Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan
sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami
kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia
dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat
sebagai satu-kesatuan yang saling berhubungan antara unit fungsional secara
keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Input pada
manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari
lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau
stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat
dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai
tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat
ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan. Proses kontrol manusia
sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping
yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator.

2. Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan
kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang
mengalami gangguan fisik, psikis dan social agar dapat mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan
respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan
internal dan eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi koping
individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping seseorang merupakan
tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh
stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu respon yang
diberikan secara langsung terhadap ancaman/input yang masuk. Penggunaan
fokal pada umumnya tergantung tingkat perubahan yang berdampak terhadap
seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah
karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul releva dengan situasi
yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.
3. Konsep sehat
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai
tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu
keadaan dan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara
terintegrasisecara keseluruhan, fisik, mental dan social. Integritas adaptasi
individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan
mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi
terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat
dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang
dalam beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang individu tersebut
dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat
pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.
4. Konsep lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari
internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap
perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal
dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan
dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah
keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan
emosioanal, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel maupun molekul)
yang berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi yang tampak akan tercermin
dari perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan pemahaman yang baik
tentang lingkungan akan membantu perawat dalam meningkatkan adaptasi
dalam merubah dan mengurangi resiko akibat dari lingkungan sekitar.

Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam


mengembangkan proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan
menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan,
intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses
keperawatan secara umum.
a) Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian,
yaitu pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama
meliputi pengumpulan data tentang perilaku klien sebagai suatu system
adaptif berhubungan dengan masing-masing mode adaptasi: fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian
pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu pengkajian klien
terhadap masing-masing mode adaptasi secara sistematik dan holistic.
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan
perilaku klien tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang
memerlukan dukungan perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respon
(mal-adaptif), perawat melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap
ini, perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontekstual dan
residual yang berdampak terhadap klien. Menurut Martinez, factor yang
mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic; jenis kelamin, tahap
perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi peran,
ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya, strea
fisik dan emosi; budaya;dan lingkungan fisik
b) Perumusan diagnosa keperawatan
Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :
1) Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan
berhubungan dengan 4 mode adaptif . dalam mengaplikasikan diagnosa
ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah “hypoxia”.
2) Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari
perilaku yang tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan
menggunakan metode diagnosa ini maka diagnosanya adalah “nyeri
dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung
berhubungan dengan cuaca lingkungan yang panas”.
3) Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan
dengan stimulus yang sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang
petani mengalami nyeri dada, dimana ia bekerja di luar pada cuaca yang
panas. Pada kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan peran
berhubungan dengan keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di
cuaca yang panas”

c) Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan
merubah ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping
secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien,
sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal,
dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang
harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan
ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut
(mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan jangka pendek
mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus fokal,
kontekstual dan residual.

d) Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah
atau memanipulasi fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga
memperluas kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi sehinga
total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.
e) Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan
keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang
ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.
3.7 Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy
Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori sehingga
dapat mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini masih menjadi
pegangan bagi para perawat. Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat atau
memiliki kelebihan dalam penerapan konsepnya dibanding dengan konsep lainnya.
Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori praktek
dan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji respon
perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode
fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji
stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual,
sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang
menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai
upaya individu untuk mengatasi stress. Sedangkan kelemahan dari model adaptasi
Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus
pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan
menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan
perilaku cara merawat ( caring ) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak
mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan, timbal
balik dan out come. Model penyesuaian roy dikelomppokan dalam teori out come
ditegaskan oleh penulisnya sebagai “ konsep artikulasi yang baik dari seseorang
sebagai pasien dan perawat dalam mekanisme luar yang beraturan “ roy dalam
mengaplikasikan konsep-konsepnya yang berasal dari system dan disesuaikan
kepada pasien yang telah mempersembahkan artikulasinya untuk perawat dalam
menggunakan peralatan untuk praktik, pendidikan, dan penelitian. Konsep-
konsepnya tentang person (Roy menjelaskan bahwa person bisa berarti individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan masing-masing sebagai sistem
adaptasi holistik. Roy memandang person secara menyeluruh atau holistik yang
merupakan suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi bahan
dan energi. Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan
menyebabkan perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam menghadapi
perubahan ini individu harus memelihara integritas dirinya dan selalu beradaptasi )
dan proses kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat

4.2 Saran

Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari


setiap konsep dan model keperawatan yang sudah berkembang dan mampu
membandingkan teori dan model praktik yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu
sendiri sehingga tidak bertentangan dengan etika, norma dan budaya.
Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif pasien
pada situasi sehat atau sakit . Perawat dapat mengambil tindakan untuk
memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun residual stimuli dengan melakukan
analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi. Perawat harus mampu
bertindak untuk mempersiapkan pasien mengantisipasi perubahan melalui
penguatan regulator, cognator dan mekanisme koping yang lain.
Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar tetap
mampu mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga.
Misalnya melalui tindakan promotif perawat dapat mengajarkan bagaimana
meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat
adanya perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya, seseorang
yang mengalami kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu
mempersiapkan pasien untuk menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu
berespon secara adaptif terhadap perubahan yang terjadi didalam dirinya.
Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah keadaan yang mudah untuk
diterima. Jika perawat dapat berperan secara maksimal, maka pasien dapat bertahan
dengan melaksanakan fungsi perannya secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam.(2010) Manajemen Keperawatan:Aplikasi dalam Praktik Keperwatan


Profesional.Jakarta :EGC
Patricia A. Potter. 2013. fundamental of nursing :Jakarta :EGC
Alimul Azis.(2002).Pengantar Pendidikan Keperawatan.Jakarta:CV Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai