Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO

DISTRESS SPIRITUAL
“Mental Health Nursing II”

Dinni Ayu Yuliantie (011811019)

1. DEFINISI
Spirituality berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas atau
udara.spirit memberikan hidup,menjiwai seseorang. Spirit memberikan arti penting ke
hal apa saja yang sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan seseorang
( Dombeck,1995).
Spirituality adalah suatu yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan,
pengalaman hidup kepercayaan dan nilai kehidupan. Spiritualitas mampu
menghadirkan cinta, kepercayaan, dan harapan, melihat arti dari kehidupan dan
memelihara hubungan dengan sesama. (Perry Potter, 2003).
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2018).
Distress spiritual beresiko mengalami gangguan keyakinan atau sistem nilai
pada individu atau kelompok berupa kekuatan, harapan, dan makna hidup (Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia 2020).

2. FAKTOR RESIKO
Menurut buku SDKI 2020 faktor resiko dari distres spiritual adalah sebagai berikut :
a. Perubahan hidup
b. Perubahan lingkungan
c. Bencana alam
d. Sakit kronis

1
e. Sakit fisik
f. Penyalahgunaan zat
g. Kecemasan
h. Perubahan dalam spiritual agama
i. Perubahan dalam praktik spiritual
j. Konflik spiritual
k. Depresi
l. Ketidakmampuan memaafkan
m. Kehilangan
n. Harga diri rendah
o. Hubungan buruk dengan orang lain atau keluarga
p. Konflik rasial
q. Berpisah dengan sistem pendukung
r. Stress

1. Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi
transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual seseorang.
Faktor predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan
sosial.

2. Faktor Presipitasi
a. Kejadian Stresfull
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan
tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian,
kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan
dan zat yang maha tinggi.
b. Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual
adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan
ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun
komunitas.

2
3. PATOFISIOLOGI
Berhubungan dengan tantangan pada sistem keyakinan atau perpisahan dari ikatan
spiritual sekunder akibat : kehilangan bagian atau fungsi tubuh, penyakit terminal,
penyakit yang membuat kondisi lemah, nyeri, trauma, keguguran, kelahiran, dan mati.

4. BATASAN KARAKTERISTIK
1. Hubungan dengan diri
a. Ungkapan kekurangan
1) Harapan
2) Arti dan tujuan hidup
3) Perdamaian/ketenangan
b. Penerimaan
c. Cinta
d. Memaafkan diri sendiri
e. Keberanian
1) Marah
2) Kesalahan
3) Koping yang buruk
2. Hubungan dengan orang lain
a. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
b. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
c. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
d. Mengungkapkan pengasingan diri
3. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
a. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan
musik,
b. menulis)
c. Tidak tertarik dengan alam
d. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan

4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya


a. Ketidakmampuan untuk berdo’a
b. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
c. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan

3
d. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
e. Tiba-tiba berubah praktik agama
f. Ketidakmampuan untuk introspeksi
g. Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita (Nanda Nic-Noc)

5. KONDISI KLINIS TERKAIT


a. Penyakit kronis (misal arthritis rheumatoid, sklerosis multiple)
b. Penyakit terminal
c. Ratardasi mental
d. Kehilangan ekstremitas
e. Suddent infant death syndrome (SIDS)
f. Kelahiran mati, kematian janin, keguguran
g. Kemandulan (SDKI 2020)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DISTRESS SPIRITUAL

1) PENGKAJIAN
A. Identitas : Umur menentukan peningkatan stress
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama : Biasanya yang dirasakan adalah pusing kepala
b. Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya sejak kapan timbulnya stress tersebut
c. Riwayat kesehatan dahulu : Biasanya memiliki riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang dideritanya
d. Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya keluarga memiliki riwayat penyakit yang sama
atau penyakit lain yang diderita oleh anggota keluarga
yang lain baik bersifat genetik atau tidak
C. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan
a. Arti sehat dan sakit
b. Pengetahuan status kesehatan saat ini
c. Perlindungan terhadap kesehatan : Program skrining, kunjungan kepusat layanan
kesehatan, diet, latihan dan olahraga, manajemen, stress, factor ekonomi

4
d. Pemeriksaan diri sendiri : Riwayat, medis keluarga, pengobatan yang telah dilakukan
e. Perilaku untuk mengatasi masalah
f. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
2. Pola Nutrisi / Metabolisme
a. Menggambarkan masukan nutrisi & keseimbangan cairan
b. Intake nutrisi (frekuensi, jumlah & komposisi) : (Makan sehari berapa kali, jumlahnya
berapa porsi dalam satu kali makan, jenis makanan apa saja yang dimakan.)
c. Intake cairan (frekuensi, jumlah & jenis) : (Minum sehari berapa kali, jumlahnya berapa
porsi dalam satu kali makan, jenis minum apa yang diminum.)
d. Nafsu makan : (Baik, tidak ada, berlebihan, kurang, atau sedang)
e. Masalah dengan makan : (Ada atau tidak masalah dalam makan)
f. Makanan kesukaan : (Jenis makanan yang disukai)
g. Alergi makanan : (Mempunyai alergi makanan apa tidak)

3. Pola Eliminasi
a. Eliminasi Uri
Pola BAK (frekuensi, waktu, jumlah) : (BAK sehari berapa kali, kapan saja waktu untuk
BAK, jumlah BAK nya berapa ml)
Karakteristik (warna, kejernihan, bau, endapan) : (warna urin, jernih atau tidak, berbau
apa tidak, ada endapan atau tidak)
Faktor yang mempengaruhi BAK : (faktor yang mempengaruhi px untuk BAK apa saja)
Masalah eliminasi uri : (ada atau tidak)
b. Eliminasi Alvi
Pola BAB (frekuensi, waktu) : (BAB sehari berapa kali, kapan saja waktu untuk BAB)
Karakteristik keluaran feses (bau, jumlah) : (berbau apa tidak, jumlah BAB apa saja)
Masalah dengan BAB : (ada atau tidak)
Faktor yang mempengaruhi BAB : (faktoryang mempengaruhi px untuk BAK apa saja)
Penggunaan laksantif : (menggunakan atau tidak)
4. Pola Aktivitas – Latihan
Pola aktifitas ysng dilakukan
a. Aktivitas diwaktu luang : (Aktivitas yang ada dalam waktu luang)
c. Masalah dalam aktivitas : (Ada masalah atau tidak dalam beraktivitas)
d. Penggunaan alat bantu : (Menggunakan alat bantu atau tidak)

5
e. Aktivitas sejak sakit : (Apa saja aktivitas pada saat sakit)
5. Pola Istirahat Tidur
a. Kebiasaan pola tidur (waktu, jumlah, kualitas) : (Kapan saja tidur, tidur berapa kali
sehari, sering terbangun atau tidak)
b. Dampak pola istirahat tidur terhadap aktivitas sehari – hari : (Ada atau tidak dampak
yang dialami)
c. Kesulitan tidur : (Merasa kesulitan tidur atau tidak)
d. Alat bantu tidur : (Mengguanakan alat bantu tidur atau tidak)
6. Pola Kognitif Perseptual
a. Kemampuan panca indra (pendengaran, penglihatan, penciuman) : (Mamp mendengar,
melihat, mencium bau secara normal atau tidak)
b. Pemakaian alat bantu pendengaran, penglihatan : (Menggunakan alat bantu atau tidak)
c. Masalah perseptual : (Mempunyai masalah sensori perseptual)
d. Perubahan memori : (Selama sakit mengalami perubahan memori atau tidak)
e. Presepsi nyeri & penanganan nyeri (P,Q,R,S,T) : (Penyebab nyerinya apa, kualitas
nyerinya bagaimana, dibagian mana yang mengalami nyeri, skala nyerinya berapa, kapan
saja waktu yang dialami ketika nyeri)
7. Konsep Diri / Persepsi Diri
Konsep diri :
a. Body Image : (Merupakan gambaran tubuh atau diri ketika sakit)
b. Self Ideal : (Merupakan ideal diri ketika sakit)
c. Self Esteem : (Harga diri ketika sakit)
d. Role : (Peran selama sakit terganggu atau tidak)
e. Identitas : (Menjelaskan tentang identitas)
8. Pola Hubungan – Peran
a. Keefektifan peran : (Selama sakit peran yang dilakukan efektif atau tidak)
b. Hubungan dengan orang terdekat : (Bagaimana hubungan dengan orang terdekat selam
sakit)
c. Efek perubahan peran terhadap hubungan : (Ada atau tidak efek perubahan peran
terhadap hubungan dengan orang sekitar)
9. Pola Seksualitas – Reproduksi
a. Dampak sakit terhadap seksualitas : (Ada atau tidak dampak sakit terhadap seksualitas)
b. Riwayat haid : Masih mengalami haid apa tidak)
c. Tindakan pengendalian kelahiran : (Ada atau tidak tindakan yang dilakukan untuk

6
pengendalian kelahiran)
d. Riwayat penyakit hubungan seksual : (Punya atau tidak riwayat penyakit hubungan
seksual)
10. Pola Koping – Toleransi Stress
a. Penggunaan sistem pendukung : (Sistem pendukung apa yang digunakan)
b. Stressor sebelum sakit :( (Adakah stres atau penyebab lain yang dapat menyebabkan
sakit)
c. Metode koping yang biasa digunakan : (Metode apa saja yang biasnya digunakan agar
tidak menyebabkan stres)
d. Faktor – faktor yang mempengaruhu koping : (Apa saja faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi koping)
e. Efek penyakit terhadap tingkat stress : (Penyakit yang diderita menjadikan efek
peningkatan stres atau tidak)
f. Penggunaan alkohol & obat lain untuk mengatasi stress : (Apakah mengguanakan
alkohol dan obat lain untuk mengatasi stres)
11. Pola Nilai – Kepercayaan
a. Agama : (Agama apa yang dianut)
b. Kegiatan keagamaan & budaya : (Ba gaimana kegiatan dalam keagamaan dan
budayanya selama sakit)

Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan Leher :
a. Rambut : Rambut bersih atau tidak, warna raambutnya apa, beruban atau tidak,
rambutnya rontok apa tidak, ada benjolan atau tidak.
b. Wajah : Bentuk wajahnya simetris apa tidak, ada lukaapa tidak.
c. Mata : Simetris atau tidak kanan dan kiri, konjungtiva berwarna merah mda, pucat, atau
icterus, sklera putih atau tidak,reaksi pupil bai atau tidak.
d. Hidung : Bersih atau tidak, terdapat serumen atau tidak.
e. Telinga : Simetris atau tidak, bersih atau tidak, terdapat lesi atau tidak.
f. Mulut : Mukosa bibir kering apa tidak, warna bibirnya apa, ada sariawan atau tidak.
g. Gigi : Ada gigi palsu apa tidak, jumlah gigi yang masih ada berapa, ada karies apa tidak
h. Leher : Ada benjolan atau tidak, edema atau tidak.
2. Pemeriksaan Thorak
a. Pulmonum

7
Inspeksi : Bentuk dada simetris atau tidak, frekuensi pernafasan dalam batas normal apa
tidak (normal: 16-20 kali/menit) pola pernafasan cupnca atau tidak, menggunakan alat
bantu pernfasan atau tidak
Palpasi : Tactil fremitus
Perkusi : Suara paru sonor, redup, pekak
Auskultasi : Suara nafas (vesikuler, bronkovesikuler, bronkhial), suara tambahan
(wheezing, ronkhi, dan lain-lain)
b. Jantung
Inspeksi : Bentuk precodium simetris atau tidak, perubahan bentuk seperti cekung dan
kembung, denyut appeks jantung normal berbentuk tonjolan kecil, denyut nadi ada dada
simetris atau tidak denyut vena pada dada dan punggung normalnya tidak terlihat
Palpasi : Denyut appeks jantung normal biasanya dipalpasi
Perkusi : Jantung kondisi normal bila luas kanan dan kiri seimbang
Auskultasi : Suara jantung normal bila tidak ada suara bising dan tidak terdengar melemah
c. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen simetris apa tidak, datar(flat), cekung, atau buncit, umbilicus
keluar atau tidak, ada luka atau tidak
Palpasi : Ada nyeri tekan apa tidak, ada pembesaran hepar atau tidak, terdapat apendisitis
atau tidak
Perkusi : Normal(timpani), pekak, atau redup
Auskultasi : Peristaltic usus, normalnya 5-35x/menit atau tiap 5-15 detik sekali.
d. Genetalia Anus :
Genetalia :
Pernah mengalami atau ada kelainan genetalia apa tidak, terpasang kateter apa tidak
Anus :
Pernah mengalami atau ada kelainan pada anus apa tidak
e. Ekstremitas : Kekuatan otot lemah apa tidak, kekuatan ototnya pada skala berapa
f. Integument : Turgor kulit baik apa tidak, sianosis apa tidak.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Lab
b. Foto Rontgen
c. Usg

8
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan,
kurang privasi atau ketidakmampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Intervensi Rasional
1 Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakanBagi klien yang
praktek atau ritual keagamaan atau spiritual yangmendapatkan nilai tinggi
diinginkan bila yang memberi kesempatan pada klienpada doa atau praktek
untuk melakukannya. spiritual lainnya, praktek ini
dapat memberikan arti dan
tujuan dan dapat menjadi
sumber kenyamanan dan
kekuatan.
2 Ekspesikan pengertian dan penerimaan anda tentangMenunjukkan sikap tak
pentingnya keyakinan dan praktik religius ataumenilai dapat membantu
spiritual klien. mengurangi kesulitan klien
dalam mengekspresikan
keyakinan dan prakteknya.
3 Berikan prifasi dan ketenangan untuk ritual spiritual Privasi dan ketenangan
sesuai kebutuhan klien dapat dilaksanakan. memberikan lingkungan
yang memudahkan refresi
dan perenungan.
4 Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdoaPerawat meskipun yang
bersama klien lainnya atau membaca bukutidak menganut agama atau
keagamaan. keyakinan yang sama
dengan klien dapat
membantu klien memenuhi
kebutuhan spritualnya.
5 Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religiusTindakan ini dapat
atau rohaniwan rumah sakit untuk mengaturmembantu klien
kunjungan. Jelaskan ketidak setiaan pelayananmempertahankan ikatan
( kapel dan injil RS ). spiritual dan mempraktikkan
ritual yang penting ( Carson

9
1989 ).

Contoh kasus

A. PENGKAJIAN
I. Data Demografi
a) Biodataklien
1. Nama : Ny. B
2. Usia : 35 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Bahasa Dominan : Sunda
5. Status Perkawinan : Menikah
6. Alamat : TawangKulon, Tasikmalaya
7. Tanggal Masuk : 10 Maret 2011
8. Tanggal Pengkajian : 12 Maret 2011
9. Ruang Rawat : R.3
10. Nomor Rekam Medik : 130809
11. Diagnosa Medis : Ca. Rahim
12. Riwayat Alergi :-
13. Diet : TKTP

b) Penanggungjawab
1. Nama : Tn. P
2. Usia : 40tahun
3. JenisKelamin : Laki-laki
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Hubungan dengan klien : Suami

II. Keluhan Utama

10
Klien mengeluh pusing, karena semalaman tidak bisa tidur memikirkan perdarahan yang
banyak dari vaginanya.

III. Penampilan Umum Dan Perilaku Motorik


1. Fisik
a. Berat Badan : 47 kg
b. Tinggi badan : 156 cm
c. Tanda-tanda vital : TD : 100/70mmhg,
RR : 16x/menit,
N : 40x/menit,
S : 370C

2. Riwayat Pengobatan Fisik


Klien sudah pernah berobat kePuskesmas dan Pengobatan Alternatif.
IV. Faktor Predisposisi
Klien divonis menderita kanker rahim stadium IV B.
V. Faktor Presipitasi
Klien mengatakan tidak cukup uang untuk berobat ke rumah Sakit. Klien mengatakan
berat badannya cepat menurun dan tidak nafsu makan.
VI. Masalah Keperawatan
Cemas kematian
VII. Tingkat Ansietas
Tingkat ansietas klien berat ditandai dengan :
a. Klien tampak sedih yang mendalam
b. Klien tampak cemas
c. Klien tampak pucat
d. Klienterusmenanyakan
e. Klientampakmurung
VIII. Riwayat Keluarga
Klien tinggal bersama suami dan seorang anak. Klien sudah berkeluargaselama 10
tahun. Menurut klien, keluarganya sangat harmonis dan belumpernah ada permasalahan

11
besar dalam keluarganya. Selain itu, klienmengatakan bahwa keluargnya selalu
malakukan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan bersama.

XI. Riwayat Sosial


a. Pola sosial
b. Menurut suami klien, klien merupakan seorang pribadi yang terbuka dan ramah.
Peran serta dalam kelompok baik selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang
diadakan oleh lingkungan setempat. Dalam melakukan hubungan dengan orang lain
klien mengaku tidak mengalami kesulitan.
c. Obat –obatan yang Dikonsumsi
d. Klien mengaku pernah mengonsumsi obat-obatan herbal diluar resep dan saat ini
klien juga mengkonsumsi vitamin yang sudah diresepkan oleh dokter.
e. Klien mengatakan tidak pernah menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk
mengatasi kecemasannya.
f. Status Mental dan Emosi
Penampilan
- Klien tampak pucat, ekspresi wajah sedih dan murung.
Tingkah laku
-Klien mengatakan tidak nafsu makan, karena memikirkan penyakit yang dideritanya.
-Dan klien pun selalu menanyakan tentang kematiannya.
Pola komunikasi
Dalam berkomunikasi, klien lebih sering diam.
Mood dan Afek
Klien merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya dan selalu mengeluhakan
keadaannya.
Proses Pikir
Dalam proses pikir klien selalu memikirkan tentang apa yang akan dialaminya
setelah mengalami kematian.
Persepsi
Klien mengalami penurunan perhatian

12
Kognitif
(a) Orientatif realita
- Waktu :
- Tempat :
- Orang :
- Situasi :

(b) Memori
Klien mampu mengingat pertanyaan yang diajukan oleh perawat dan segera
menjawab pertanyaan tersebut dengan jelas

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas/ ketakutan (individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan dengan
situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan
kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.
2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres
( tempat perawatan ).
4. Distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung
keagamaan, kurang privasi atau ketidakmampuan diri dalam menghadapi ancaman
kematian.

KRITERIA HASIL
a) Klien atau keluarga akan :
1. Mengungkapkan ketakutan yang berhubungan dengan gangguan.
2. Menceritakan pikiran tentang efek gangguan pada fungsi normal , tanggung
jawab peran dan gaya hidup.
b) Klien akan :
1. Mengungkapkan kehilangan dan perubahan.
2. Mengungkapkan perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan.

13
3. Menyatakan kematian akan terjadi.
Anggota keluarga akan Mempertahankan hubungan erat yang efektif, yang
dibuktikan dengan cara berikut:
1. Menghabiskan waktu bersama klien.
2. Memperthankan kasih sayang , komunikasi terbuka dengan klien.
3. Berpartisipasi dalam perawatan.
c) Anggota keluarga atau kerabat terdekat akan:
1. Megungkapkan akan kekhawatirannya mengenai prognosis klien.
2. Mengungkapkan kekawtirannnya mengenai lingkungan tempat perawatan.
3. Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu selama perawatan klien.
d) Klien akan mempertahankan praktik spritualnya yang akan mempengaruhi
penerimaan terhadap ancaman kematian.

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Ansietas / ketakutan ( individu , keluarga ) yang berhubungan dengan situasi yang tak
dikenal. Sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negative
pada gaya hidup.
Kriteria Hasil
Klien atau keluarga akan :
1 Mengungkapkan ketakutannya yang berhubungan dengan gangguan.
2 Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal, tanggung jawab, peran dan
gaya hidup
.
No Intervensi Rasional
1 Bantu klien untuk mengurangi ansietasnyaKlien yang cemas mempunyai
: penyempitan lapang persepsi dengan
a. Berikan kepastian dan kenyamanan penurunan kemampuan untuk belajar.
b. Tunjukkan perasaan tentang pemahmanAnsietas cendrung untuk memperburuk
dan empti, jangan menghindari pertanyaan masalah.
c. Dorong klien untuk mengungkapkanMenjebak klien pada lingkaran
setiap ketakutan permasalahan yangpeningkatan ansietas tegang,
berhubungan dengan pengobatannya emosional dan nyeri fisik.

14
d. Identifikasi dan dukung mekanisme
koping efektif
2 Kaji tingkat ansietas klien : rencanakanBeberapa rasa takut didasari oleh
penyuluhan bila tingkatnya rendah atauinformasi yang tidak akurat dan dapat
sedang. dihilangkan dengan memberikan
informasi akurat. Klien dengan
ansietas berat atau parah tidak
menyerap pelajaran.
3 Dorong keluarga dan teman untukPengungkapan memungkinkan untuk
mengungkapkan ketakutan-ketakutansaling berbagi dan memberiakan
mereka. kesempatan untuk memperbaiki
konsep yang tidak benar.
4 Berikan klien dan keluarga kesempatanMenghargai klien untuk koping efektif
dan penguatan koping positif. dapat menguatkan renson koping
positif yang akan datang.

Diagnosa II
Berduka yang berhubungan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi penurunan
fungsi, perubahan konsep diri dan menark diri dari orang lain
Klien akan :
1. Mengungkapakan kehilangan dan perubahan.
2. Mengungkapakan perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan.
3. Menyatakan kematian akan terjadi.
Anggota keluarga akan melakukan hal berikut :
mempertahankan hubungan erat yang efektif , yang dibuktikan dengan cara sbb:
a. Menghabiskan waktu bersama klien.
b. Mempertahankan kasih sayang , komunikasi terbuka dengan klien.
c. Berpartisipasi dalam perawatan.

No Intervensi Rasional
1 Berikan kesempatan pada klien danPengetahuan bahwa tidak ada lagi
keluarga untuk mengungkapkanpengobatan yang dibutuhkan dan bahwa
perasaan, didiskusikan kehilangan secarakematian sedang menanti dapat
terbuka , dan gali makna pribadi darimenyebabkan menimbulkan perasaan

15
kehilangan.Jelaskan bahwa berdukaketidak berdayaan, marah dan kesedihan
adalah reaksi yang umum dan sehat. yang dalam dan respon berduka yang
lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat
membantu klien dan anggota keluarga
menerima dan mengatasi situasi dan
respon mereka terhadap situasi tersebut.
2 Berikan dorongan penggunaan strategiStategi koping fositif membantu
koping positif yang terbukti yangpenerimaan dan pemecahan masalah.
memberikan keberhasilan pada masa
lalu.
3 Berikan dorongan pada klien untukMemfokuskan pada atribut yang positif
mengekpresikan atribut diri yang positif. meningkatkan penerimaan diri dan
penerimaan kematian yang terjadi.
4 Bantu klien mengatakan dan menerima Proses berduka, proses berkabung
kematian yang akan terjadi, jawab semuaadaptif tidak dapat dimulai sampai
pertanyaan dengan jujur. kematian yang akan terjadi di terima.
5 Tingkatkan harapan dengan perawatanPenelitian menunjukkan bahwa klien
penuh perhatian, menghilangkansakit terminal paling menghargai
ketidak nyamanan dan dukungan. tindakan keperawatan berikut :
a. Membantu berdandan.
b. Mendukung fungsi kemandirian.
c. Memberikan obat nyeri saat
diperlukan dan
d. Meningkatkan kenyamanan fisik
( Skoruka dan Bonet 1982 ).

Diagnosa III

16
Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan takut akan hasil
( kematian ) dan lingkungannya penuh stres ( tempat perawatan ).
Anggota kelurga atau kerabat terdekat akan :
1. Mengungkapkan akan kekhawatirannya mengenai prognosis klien.
2. Mengungkapkan kekhawatirannnya mengenai lingkungan tempat perawatan
3. Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu selama perawatan klien.

No Intervensi Rasional
1 Luangkan waktu bersama keluarga atauKontak yang sering dan
orang terdekat klien dan tunjukkanmengkmuikasikan sikap perhatian dan
pengertian yang empati. peduli dapat membantu mengurangi
kecemasan dan meningkatkan
pembelajaran.
2 Izinkan keluarga klien atau orang terdekatSaling berbagi memungkinkan perawat
untuk mengekspresikan perasaan,untuk mengintifikasi ketakutan dan
ketakutan dan kekawatiran. kekhawatiran kemudian merencanakan
intervensi untuk mengatasinya.
3 Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU Informasi ini dapat membantu
4 Jelaskan tindakan keperawatan danmengurangi ansietas yang berkaitan
kemajuan postoperasi yang dipikirkan dandengan ketidaktakutan.
berikan informasi spesifik tentang
kemajuan klien.
5 Anjurkan untuk sering berkunjung danKunjungan dan partisipasi yang sering
berpartisipasi dalam tindakan perawatan. dapat meningakatkan interaksi keluarga
berkelanjutan.
6 Konsul dengan atau berikan rujukanKeluarga dengan masalah-masalah
kesumber komunitas dan sumber lainnya. seperti kebutuhan financial , koping
yang tidak berhasil atau konflik yang
tidak selesai memerlukan sumber-
sumber tambahan untuk membantu
mempertahankankan fungsi keluarga.

Diagnosa IV
Distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari sistem pendukung keagamaan,
kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian

17
Klien akan mempertahankan praktik spritualnuya yang akan mempengaruhi penerimaan
terhadap ancaman kematian.
No Intervensi Rasional
1 Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakanBagi klien yang
praktek atau ritual keagamaan atau spiritual yangmendapatkan nilai tinggi
diinginkan bila yang memberi kesempatan pada klienpada doa atau praktek
untuk melakukannya. spiritual lainnya, praktek ini
dapat memberikan arti dan
tujuan dan dapat menjadi
sumber kenyamanan dan
kekuatan.
2 Ekspesikan pengertian dan penerimaan anda tentangMenunjukkan sikap tak
pentingnya keyakinan dan praktik religius ataumenilai dapat membantu
spiritual klien. mengurangi kesulitan klien
dalam mengekspresikan
keyakinan dan prakteknya.
3 Berikan prifasi dan ketenangan untuk ritual spiritual Privasi dan ketenangan
sesuai kebutuhan klien dapat dilaksanakan. memberikan lingkungan
yang memudahkan refresi
dan perenungan.
4 Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdoaPerawat meskipun yang
bersama klien lainnya atau membaca bukutidak menganut agama atau
keagamaan. keyakinan yang sama
dengan klien dapat
membantu klien memenuhi
kebutuhan spritualnya.
5 Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religiusTindakan ini dapat
atau rohaniwan rumah sakit untuk mengaturmembantu klien
kunjungan. Jelaskan ketidak setiaan pelayananmempertahankan ikatan
( kapel dan injil RS ). spiritual dan mempraktikkan
ritual yang penting ( Carson
1989 ).

D. Implementasi
Diagnosa I
18
1. Membantu klien untuk mengurangi ansientasnya :
a. Memberikan kepastian dan kenyamanan.
b. Menunjukan perasan tentang pemahaman dan empati, jangan menghindari pertanyaan.
c.Mendorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan
dengan pengobotannya.
d. Menditifikasi dan mendorong mekanisme koping efektif.
2. Mengkaji tingkat ansientas klien. Merencanakan penyuluhan bila tingkatnya rendah atau
sedang.
3. Mendorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan atau pikiran mereka.
4. Memberikan klien dan keluarga dengan kepastian dan penguatan prilaku koping positif.
5. Memberikan dorongan pada klien untuk menggunakan teknik relaksasi seperti paduan
imajines dan pernafasan relaksasi.

Diagnosa II
1. Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan,
diskusikan kehilangan secara terbuka dan gali makna pribadi dari kehilangan. Jelaskan bahwa
berduka adalah reaksi yang umum dan sehat.
2. Memberikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti memberikan
keberhasilan pada masa lalu.
3. Memberikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut dari yang positif.
4. Membantu klien menyatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua
pertanyaan dengan jujur.
Meningkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan ketidaknyamanan
dan dukungan.
Diagnosa III
1. Meluangkan waktu bersama keluarga/orang terdekat klien dan tunjukkan pengertian yang
empati.
2. Mengizinkan keluarga klien/orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan
dan kekhawatiran.
3. Menjelaskan akan lingkungan dan peralatan itu.
4. Menjelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan
memberikan informasi spesifik tentang kemajuan klien.
5. Menganjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan keperawatan.
6. Mengkonsul atau memberikan rujukan ke sumber komunitas dan sumber lainnya.

19
Diagnosa IV
1. Menggali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktik atau ritual keagamaan
atau spiritual yang diizinkan bila ia memberikan kesempatan pada klien untuk melakukannya.
2. Mengekpresikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan
praktik religius atau spiritual klien.
3. Memberikan privasi dan ketenangan untuk ritual, spiritual sesuai kebutuhan klien dan
dapat dilaksanakan.
4. Menawarkan untuk menghubungi religius atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur
kunjungan menjelaskan ketersediaan pelayanan misalnya : alqur’an dan ulama bagi yang
beragama islam

E. Evaluasi
a). Klien
1. Klien merasa nyaman (bebas dari rasa sakit) dan mengekpresikan perasaannya pada
perawat.
2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan.
3. Klien selalu ingat kepada Allah dan selalu bertawakkal dan klien sadar bahwa setiap apa
yang diciptakan Allah SWT akan kembali kepadanya.
b). Keluarga Klien:
1. Keluarga dapat mengekspresikan perasaan-parasaan, seperti : sedih, marah, kehilangan, dll.
2. Dapat mengutarakan pengalaman-pengalaman emosionalnya.
3. Dapat melakukan kegiatan yang biasa dilakukannya.
4. Dapat membentuk hubungan baru dengan orang lain.

20
DAFTAR PUSTAKA

 Wilkinson, Judith M. 2007, Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC


 Towarto, Wartonal, 2007, Kebutuhan Dasar & Proses Keperawatan Edisi 3,
Jakarta : Salemba Medika
 Herdiman, T.Heather.2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2009-2011, EGC : Jakarta
 Nanda 2005-2006, 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan, Jakarta : Prima
Medika
 Perry, dkk. 2005. Buku saku : Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta :
EGC

21

Anda mungkin juga menyukai