Anda di halaman 1dari 12

ASKEP KLIEN DENGAN DISTRES SPIRITUAL

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Hadi Tri Mulyanto ( 1020183046 )

2. Novita Agustin ( 1020183047 )

3. Nur Intan S. ( 1020183048 )

4. Aliya Melani D. ( 1020183049 )

5. Aprilia H. ( 1020183050 )

6. Siti Surotun H. ( 1020183051 )

7. Lilla Rika Mulia ( 1020183052 )

8. Evita Kusumawati ( 1020183053 )

9. Fira Nur Amalia ( 1020183163)

10. Khana Falikhul I . ( 1020183164 )

11. Teddy Sulistiyanto ( 1020183167)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


PRODI S1 KEPERAWATAN 2A
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini yang berjudul ̋ ASKEP KLIEN
DENGAN DISTRES SPIRITUAL ̏ . Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Harapan saya semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah
ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang.
Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Kudus, 27 April 2020

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL I
KATA PENGANTAR II
DAFTAR ISI III
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN 2
A. Pengertian distres spiritual
B. Patofisiologi
C. Penyebab
D. Pengkajian spiritual
E. Faktor – faktor predisposisi
F. Faktor – faktor presipitasi
G. Penilaian terhadap stressor
H. Psikofarmaka
I. Diagnosa
J. Intervensi

BAB III PENUTUP 8


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai dan keyakinan adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Dewasa ini, dalam keadaan dunia yang semakin berkembang dengan banyak manusia yang
mulai berpikir tentang arti kehidupan. Manusia yang semakin ingin tahu seperti apa arti
kehidupan ini, dan apa yang menjadi pegangannya dalam menjalani kehidupan ini. Banyak
juga dari sebagian manusia di dunia ini yang mulai kehilangan kepercayaannya tentang
pegangan hidupnya atau yang menjadi kekuatan hidupnya dalam hal spiritual, seperti halnya
hilangnya kepercayaan kepada Tuhan. Keadaan ini disebut distres spiritual. Distres spiritual
yaitu suatu keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami
gangguan dalam kepercayaan atau sistem nilai yang memberikannya kekuatan, harapan, dan
arti kehidupan. Sehingga dalam kehidupannya manusia seharusnya memiliki kepercayaan
tentang kekuatan spiritual yang menjadi petunjuknya agar tidak salah melangkah di dunia
yang fana ini. Karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai proses keperawatan nilai
dan keyakinan distres spiritual.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengkajian distres spiritual?
2. Bagaimana diagnosa distres spiritual?
3. Bagaimana perencanaan distres spiritual?
4. Bagaimana intervensi distress spiritual ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat mengetahui tentang proses keperawatan nilai dan
keyakinan.
2. Tujuan Khusus dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa diharapkan dapat
mengetahui pengkajian, perencanaan, diagnosa dan evaluasi dalam kasus distress
spiritual.

1
BAB II
PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DISTRES SPIRITUAL

A. Pengertian :
 Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005).
 Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup
yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial
(Varcarolis, 2000).
 Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu
dalam menemukan arti kehidupannya.

B. Patofisiologi :
 Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta
fungsi otak.
 Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat
menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap
perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk
terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M,
dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan respon “melawan atau melarikan diri”
sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang
menghadapi ancaman yaitu stres.
 Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus.
Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan.
Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu
bagian pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status emosional
seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku
dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan
dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et all, 1996), depresi, nyeri dan
lama gagguan (Blesch et al, 1991).
 Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan
menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan dengan
munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai dengan
munculnya gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial
termasuk spiritual.
 Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan
timbulnya depresi.

2
 Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya depresi.
Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya depresi antara lain faktor
genetik, lingkungan dan neurobiologi.
 Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada kasus
depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk
kebutuhan spritual.

Karakteristik Distres Spritual menurut Nanda (2005) meliputi empat hubungan dasar
yaitu :
A. Hubungan dengan diri
1. Ungkapan kekurangan
a. Harapan
b. Arti dan tujuan hidup
c. Perdamaian/ketenangan
d. Penerimaan
e. Cinta
f. Memaafkan diri sendiri
g. Keberanian
2. Marah
3. Kesalahan
4. Koping yang buruk
B. Hubungan dengan orang lain
1. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
2. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
3. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
4. Mengungkapkan pengasingan diri
C. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
1. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan
musik, menulis)
2. Tidak tertarik dengan alam
3. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
D. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
1. Ketidakmampuan untuk berdo’a
2. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
3. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
4. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
5. Tiba-tiba berubah praktik agama

3
6. Ketidakmampuan untuk introspeksi
7. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita

C. Penyebab :
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
 Pengkajian Fisik  Abuse
 Pengkajian Psikologis  Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan,
ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang
bertentangan (Otis-Green, 2002).
 Pengkajian Sosial Budaya  dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien
(Spencer, 1998).

4
D. Pengkajian Spiritual
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual History
Tool (Pulschalski, 1999) :
 F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri
saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan tentang
keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?
 I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa
pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri?
Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?
 C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau
religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah ada
seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atua begini
penting bagi saudara?
 A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk
membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
 Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres spiritual,
mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
 Perasaan ketika seseorang gagal
 Perasaan tidak stabil
 Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
 Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
 Perasaan hampa

E. Faktor Predisposisi :
 Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan
terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.
 Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapattan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial,
tingkatan sosial.

F. Faktor Presipitasi :
 Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan tujuan
hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian, kegagalan
dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang
maha tinggi.
 Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual
adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan

5
ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun
komunitas.

G. Penilaian Terhadap Stressor :


 Respon Kognitif
 Respon Afektif
 Respon Fisiologis
 Respon Sosial
 Respon Perilaku
H. PSIKOFARMAKA

Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan


dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III
aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga,
empat atau lima

I. Diagnosa
Diagnosis keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan berkaitan dengan
prinsip dan aktivitas kehidupan spiritual atau keagamaan akibat masalah fisik atau
psikososial yang dialami oleh pasien adalah Distres spiritual.

J. Intervensi
 Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab distress
spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap
agama yang diyakininya, bantu klien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi
perubahan spritual dalam kehidupan.
 Sp. 2-P : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien, fasilitas klien
untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut
serta dalam kegiatan keagamaan.
 Tujauan intervensi keperawatan untuk pasien:
1. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat
2. Mamapu mengungkapkan penyebab distres spritual
3. Mampu mengungkapkan perasaan dan fikiran tentang kyakinannya
4. Mempu mengembangkan kemampuan mengatasi masalah dan perubahan
keyakinannya.
5. Mampu melakukan kegiatan keagamaan
6. Tindakan keperaawatan untuk pasien distres spiritual
7. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
8. Kaji faktor penyebab distres spritual pada pasien
9. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan fikiran tentang keyakinanya
10. Bantu klien mengembangkan keterampilan untuk mengatasi perubahan spiritul
dalam kehidupan

6
11. fasilitasi pasien dengan alat alat ibadah seseuai agamanya
12. fasilitasi pasien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
13. bantu passien untuk ikut serta dalam keadaan keagamaan
14. bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan keagamaan
15.

7
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya namun adapun  penyebabnya
yaitu dapaat dilihat dari pengkajian fisik, pengkajian psikologis Status mental, mungkin
adanya depresi, marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri
rendah, dan pemikiran yang bertentangan dan Pengkajian sosial budaya  dukungan sosial
dalam memahami keyakinan.
B.     Saran
perlu banyak pembelajaran tentang spiritualitas karena spiritual sangat penting bagi
manusia dalam berbagai hal. dalam ilmu kesehatan juga perlu ditingkatkan  agar seorang
tenaga kesehatan tidak salah mengambil sikap atau tindakan dalam menghadapi klien
dengan gangguan spiritualitas. perhatian spiritualitas dapat menjadi dorongan yang kuat
bagi klien kearah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian
spiritualitas. untuk itu seorang perawat tidak boleh mangesampingkan masalah
spiritualitas klien.

8
DAFTAR PUSTAKA

Achir Yani S. Hamid, Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa/ Achir Yani S.
Hamid: editor, Monica Ester,Onny Anastasia Tampubolon. –Jakarta: EGCC, 2008.
Manajemen kasus gangguan jiwa : CMHN ( intermadiate course )/ editor, Budi Ana Keliat,
Akemat Pawiro Wiyono, Herni Susanti ; editor penyelaras, Monica Ester, Egi Komara Yudha
– Jakarta : EGC, 2011
https://id.scribd.com/doc/298950985/ASKEP-Distres-Spiritual
https://id.scribd.com/doc/240352033/ASKEP-Distres-Spiritual-docx

Anda mungkin juga menyukai